III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan utama dan satu percobaan lanjutan, yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN A.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

III. METODE PENELITIAN A.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

MULTIPLIKASI TUNAS PISANG RAJA BULU (Musa spp. AAB) IN VITRO PADA MEDIA YANG MENGANDUNG BENZILADENIN DAN KINETIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODE PENELITIAN

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

II. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. I. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Maret 2015 di

BAB 3 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah jenis eksplan tumbuhan Puwoceng yang digunakan yaitu daun dan

PENGARUH THIDIAZURON, PIKLORAM, DAN BENZILADENIN TERHADAP REGENERASI TANAMAN PISANG IN VITRO MENGGUNAKAN EKSPLAN UJUNG TUNAS DAN BUNGA.

TUGAS AKHIR (SB )

LAMPIRAN K1.5 K4.5 K1.3 K3.3 K3.5 K4.4 K2.3 K4.3 K3.2 K5.2 K2.1 K5.3 K3.1 K4.1 K5.4 K1.2 K4.2 K5.5 K3.4 K5.1 K1.4 K2.5 K2.2 K1.1 K2.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan menggunakan dua faktor. Faktor pertama

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

Transkripsi:

III. BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas dua percobaan utama dan satu percobaan lanjutan, yaitu: 1. Pengaruh konsentrasi thidiazuron dengan dan tanpa benziladenin terhadap perbanyakan tunas pisang Kepok Kuning, dan Pengaruh TDZ 0,1 mg/l dan TDZ 0,1 mg/l + BA 2 mg/l terhadap Perkembangan nodul embrio somatik pisang Kepok Kuning. 2. Pengaruh konsentrasi thidiazuron dengan dan tanpa benziladenin terhadap perbanyakan embrio somatik pisang Raja Bulu. 3.1. Percobaan I. Pengaruh Konsentrasi Thidiazuron dengan dan tanpa Benziladenin terhadap Perbanyakan Tunas Pisang Kepok Kuning 3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Juni 2015. 3.1.2 Metode Penelitian Perlakuan diterapkan pada satuan percobaan dalam rancangan acak lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial 4x2. Faktor pertama adalah empat taraf konsentrasi TDZ, yaitu 0,005 mg/l, 0,01 mg/l, 0,05 mg/l, 0,1 mg/l. Faktor kedua

21 adalah 0 mg/l dan 2 mg/l BA. Delapan perlakuan tersebut ditambahkan ke dalam media dasar MS (Murashige and Skoog, 1962). Masing-masing perlakuan diulang lima kali. Setiap satuan percobaan terdiri dari lima botol kultur satu eksplan/botol. Homogenitas data diuji dengan uji Barlet. Apabila asumsi terpenuhi, selanjutnya akan dilakukan anlisis ragam. Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) dengan taraf 5%. Perlakuan yang diujikan dalam penelitian ini adalah konsentrasi TDZ dan kombinasi antara TDZ dan BA disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Perlakuan yang diujikan pada penelitian. No. Media Dasar TDZ (mg/l) BA (mg/l) 1 0.005 0 2 0.01 0 3 0.05 0 4 Murashige dan 0.1 0 5 Skoog (1962) 0.005 2 6 0.01 2 7 0.05 2 8 0.1 2 3.1.3 Pelaksanaan Penelitian 3.1.3.1 Sterilisasi Botol Kultur Sterilisasi botol kultur adalah kegiatan awal yang dilakukan pada teknik kultur jaringan. Sterilisasi ini dilakukan dengan memasukkan botol kultur ke dalam autoklaf. Autoklaf yang digunakan adalah autoklaf elektrik. Cara pengoperasian autoklaf yaitu menambahkan air ke dalam autoklaf hingga batas tertentu. Setelah

22 itu kemudian menyusun botol kultur ke dalam autoklaf dengan menggunakan keranjang hingga penuh. Autoklaf ditutup dan tuas listrik dinaikkan. Waktu diatur selama 30 menit pada suhu 121 0 C dengan tekanan 1,2 kg/cm 2. Setelah sterilisasi dengan autoklaf selesai, autoklaf dimatikan dan dibiarkan hingga tekanan turun menjadi 0 kg/cm 2. Botol-botol dikeluarkan dari autoklaf dan dibersihkan dari media yang ada di dalam botol. Botol kemudian dicuci dengan menggunakan detergen dan desinfektan (5,25% NaOCl) sebanyak 50%, selanjutnya dibilas dan direndam dalam larutan detergen dan desinfektan (5,25% NaOCl) kembali selama satu hari. Keesokan harinya botol-botol dicuci kembali dan label yang ada pada botol di hilangkan. Setelah itu botol-botol dibilas hingga bersih dan ditutup dengan plastik dan karet kemudian diautoklaf dengan autoklaf Tommy selama 30 menit, suhu 121 o C dan tekanan 1,2 kg/cm 2. 3.1.3.2 Media Kultur Penelitian ini menggunakan media dasar MS (Murashige and Skoog, 1962). Terdapat 2 macam media yang digunakan yaitu media prekondisi dan media perlakuan. Media prekondisi berisi garam-garam MS; 2 mg/l BA; 0,005 mg/l TDZ; 50 mg/l asam sitrat; dan 150 mg/l asam askorbat. Media perlakuan yang digunakan adalah media prekondisi dengan dan tanpa 2 mg/l BA serta penambahan berbagai konsentrasi TDZ sesuai dengan perlakuan. Pembuatan media dilakukan dengan melarutkan garam-garam MS; 2 mg/l BA; 0,005 mg/l TDZ; 50 mg/l asam sitrat; dan 150 mg/l asam askorbat; serta 30 g/l sukrosa hingga homogen. Larutan yang telah homogen kemudian ditera dengan menambahkan aquades menggunakan labu ukur 1 L. Setelah ditera, ph larutan

23 diukur dengan menggunakan ph meter dan ditetapkan menjdi 5,8. Penetapan ph dilakukan dengan cara menambahkan larutan KOH 1 N jika ph larutan kurang dari 5,8 dan larutan HCl 1 N jika ph larutan lebih dari 5,8. Larutan yang telah di ph dimasak dengan 8 g/l agar-agar hingga mendidih. Sebanyak 20-25 ml media dituangkan dalam botol berukuran 250 ml kemudian ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet serta diberi label sesuai komposisi media. Media tersebut kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 o C pada tekanan 1,2 kg/cm 2 selama 7 menit. Setelah sterilisasi selesai dan tekanan autoklaf turun menjadi 0 kg/cm 2, media dikeluarkan dan disimpan dalam ruang kultur. 3.1.3.3 Bahan Tanaman Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini berupa eksplan tunas apikal yang berasal dari meristem bonggol tanaman pisang. Kultivar yang digunakan adalah pisang Kepok Kuning. Bonggol pisang didapatkan dari Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan. Bonggol pisang yang digunakan berupa anakan pisang dengan diameter 10-20 cm. Bonggol anakan pisang diambil dengan menggunakan sabit dan cangkul yang kemudian dibawa ke lahan sekitar Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

24 Bagian meristem a b Gambar 2. Bahan eksplan pisang Kepok Kuning yang digunakan (a) bonggol pisang (umur ± 5 bulan) sebagai sumber eksplan dan (b) bagian meristem yang diambil. 3.1.3.4 Persiapan Eksplan Eksplan pisang yang telah berada di lahan sekitar laboratorium dipersiapkan. Batang semu dibuang beberapa lapis dengan menggunakan pisau hingga 2 lapis tersisa. Bonggol yang ada diambil dengan cara menyudutkan pisau dengan kemiringan 45 0 (berbentuk segi 5 dengan ujung runcing) hingga didapatkan eksplan berupa 15-20 cm batang semu dengan mata tunas dan jaringan meristematik bonggol. Eksplan tersebut kemudian direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Mankozeb 2 g/l dan 150 mg/l asam askorbat selama ±30 menit. Eksplan selanjutnya dibawa ke dalam laboratorium untuk sterilisasi permukaan eksplan.

25 a b Gambar 3. Proses pengambilan eksplan pisang Kepok Kuning (a) pembentukan sudut 45 0 dan (b) proses perendaman dengan larutan fungisida. 3.1.3.5 Sterilisasi dan Penanaman Eksplan Sebelum sterilisasi permukaan, eksplan dikecilkan kembali hingga ukuran 7-10 cm. Eksplan kemudian dicuci dengan detergen dan dibilas di air mengalir. Setelah dicuci eksplan dimasukkan dalam botol schot hingga sebanyak 10 eksplan. Eksplan kemudian disterilkan dengan larutan desinfektann yang mengandung 5,25% NaOCl berkonsentrasi 50% yang ditambah Tween-20 sebanyak 5 tetes, kemudian dikocok selama 30 menit. Setelah itu kemudian dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali di dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC). Eksplan yag telah bersih dikecilkan kembali hingga berukuran 1,5 x 1,5 x 1 cm. Eeksplan yang telah berukuran kecil direndam dalam larutan asam askorbat berkonsentrasi 150 mg/l selama 15 menit. Eksplan kemudian disterilisasi kembali dengan desinfektan (5,25% NaOCl) berkonsentrasi 15% tanpa Tween-20 selama 10 menit dengan menggunakan vakum, kemudian dibilas sebanyak 3 kali atau lebih hingga bersih. Sterilisasi tersebut kemudian diulang kembali dan dibilas

26 hingga bersih. Eksplan yang sudah bersih kemudian ditanam dalam media prekondisi. Satu botol media prekondisi berisi satu eksplan. Setelah eksplan ditanam dalam media kemudian diberi label nama dan tanggal penanaman. a b Gambar 4. Proses penanaman ekslpan pisang Kepok Kuning (a) pengecilan eksplan dan (b) penanaman ke media prekondisi. 3.1.3.5 Pengamatan Pengamatan eksplan dilakukan sejak munculnya tunas aksilar. Adapun variabel pengamatan pada penelitian ini adalah: 1. Rata-rata jumlah mata tunas aksilar. Mata tunas aksilar adalah tunas yang tumbuh dari setiap ketiak bonggol eksplan dengan ukuran < 0,5 cm. 2. Rata-rata jumlah tunas aksilar. Tunas aksilar adalah tunas yang tumbuh dari setiap ketiak bonggol eksplan dengan ukuran 0,5 cm. 3. Jumlah propagul per eksplan. Propagul adalah jumlah dari mata tunas dan tunas aksilar. 4. Penampilan visual eksplan. Penampilan visual eksplan di dalam kultur diamati pada saat 0, 4, 8, dan 10 MSP. Variabel pengamatan ini digunakan sebagai penunjang hasil pengamatan variabel lainnya.

3.2 Percobaan Lanjutan: Pengaruh TDZ 0,1 mg/l dan TDZ 0,1 mg/l + BA 2 mg/l terhadap Perkembangan Nodul Embrio Somatik Pisang Kepok Kuning 27 Percobaan menggunakan bahan tanam berupa nodul embrio somatik yang terdapat pada meristem pisang Kepok Kuning. Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat perkembangan nodul embrio somatik pada media kultur yang ditambahkan dengan TDZ 0,1 mg/l maupun kombinasi TDZ 0,1 mg/l dan BA 2 mg/l. Nodul embrio somatik yang terdapat pada meristem pisang Kepok Kuning kemudian di potong dan ditanam pada media kultur yang baru dengan kandungan ZPT yang sama. Nodul embrio somatik yang telah dipotong kemudian diinkubasi dan diamati perkembangannya. 3.3 Percobaan II. Pengaruh Konsentrasi Thidiauron dengan dan tanpa Benziladenin terhadap Perbanyakan Embrio Somatik Pisang Raja Bulu 3.3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2015. 3.3.2 Metode Penelitian Perlakuan diterapkan pada satuan percobaan dalam rancangan acak lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial 4x2. Faktor pertama adalah empat taraf konsentrasi TDZ, yaitu 0,005 mg/l, 0,01 mg/l, 0,05 mg/l, 0,1 mg/l. Faktor kedua adalah 0 mg/l dan 2 mg/l BA. Delapan perlakuan tersebut ditambahkan ke dalam

28 media dasar MS (Murashige dan Skoog pada tahun 1962). Masing-masing perlakuan diulang enam kali. Setiap satuan percobaan terdiri dari enam botol kultur. Homogenitas data diuji dengan uji Barlet. Apabila asumsi terpenuhi, selanjutnya akan dilakukan anlisis ragam. Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan uji beda nyataa terkecil (BNT) dengan taraf 5%. Perlakuan yang dicobakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi TDZ dan kombinasi antara TDZ dan BA disajikan pada Tabel 1. 3.3.3 Bahan Tanam Bahan tanam yang digunakan pada penelitian ini berupa eksplan meristem nodul (nodul embrio somatik) yang bersal dari kultur in vitro pisang Rajaa Bulu (genom AAB). Kultur in vitro tersebut didapatkan dari hasil penelitian Triayani (2014). Gambar 5. Eksplan embrio somatik pisang Raja Bulu yang digunakan sebagai bahan tanam pada percobaan II. 3.3.4 Penanaman eksplan Eksplan yang berupa kumpulan nodul embrio diseragamkan ukurannya dengan dipotong menjadi beberapa clump sebesar 0,5 cm. Setiap clump memiliki jumlah

29 nodul yang berbeda. Clump kemudian dimasukkan kedalam media perlakuan satu botol berisi satu clump berukuran 0,5 cm. Gambar 6. Proses penanaman eksplan pisang Raja Bulu yaitu (a) pemotongan, (b) penyeragaman ukuran, dan (c) penanaman. 3.3.5 Pengamatan Pengamatan eksplan dilakukan sejak bertambahnya nodul embrio. Adapun variabel pengamatan pada penelitian ini adalah: 1. Rata-rata jumlah propagul. Propagul adalah jumlah nodul embrio dan tunas. Embrio nodul adalah setiap butir bulatan yang masih berwarna putih. 2. Penampilan visual eksplan. Penampilan visual eksplan di dalam kultur diamati pada saat 0, 4, dan 8 MST. Variabel pengamatan ini digunakann sebagai penunjang hasil pengamatan variabel lainnya.