MODEL PENILAIAN KONTRAKTOR PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE AHP (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS) STUDI KASUS : PROYEK PERUMAHAN DEVELOPER XYZ Silvia Fransiska 1) dan Indung Sudarso 1) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail: silvia.fransiska2011@yahoo.com ABSTRAK Proses penilaian kontraktor dalam proyek konstruksi merupakan salah satu proses krusial, karena pada proses ini pemilik proyek berharap dapat mengurangi resiko kegagalan proyek yang ada sejak dini dengan menerapkan metode dan kriteria yang tepat dalam penyelesaian proyek. Kriteria penilaian kontraktor yang digunakan haruslah menggambarkan permintaan dan harapan pemilik proyek terhadap kontraktor terpilih serta sejalan dengan visi misi perusahaan. Hasil penelitian dengan menggunakan kriteria hasil analisa diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menentukan prioritas kontrakor terbaik yang dapat digunakan dalam proyek selanjutnya. Analisa dilakukan kepada pemilik proyek, supplier dan staff internal sebagai pengguna jasa kontraktor sehingga didapatkan hasil kontraktor terbaik pada proyek perumahan di XYZ. Metode penilaian kontraktor yang digunakan sebagai alat analisa adalah dengan metode AHP ( Analytical Hierarcy Process) dengan menggunakan 5 (lima) kriteria utama yaitu mutu, biaya, waktu, admin dan sumber daya. Berdasarkan hasil penelitian, kriteria MUTU adalah kriteria dengan prioritas tertinggi yaitu 0.338. Penilaian dilakukan kepada 8 (delapan) kontraktor rekanan yang telah bekerjasama dengan perusahaan. Hasil penilaian yang dilakukan menunjukan bahwa kontraktor CEMJ dengan nilai 0.212 merupakan kontraktor terbaik dalam proyek konstruksi yang dikembangkan oleh XYZ. Kata kunci: Proyek Konstruksi, Penilaian Kontraktor, AHP (Analytical Hierarchy Process) PENDAHULUAN Penilaian kontraktor merupakan proses penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Pada proses seleksi kontraktor dilakukan melalui proses pengambilan keputusan pada level middle management untuk memberikan usulan dan masukan kepada top management, dalam hal ini General Manager berhak untuk menentukan kontraktor yang akan dipilih untuk menyelesaikan pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi. Menurut Ng dan Skitmore (1 999), terdapat 2 (dua) faktor yang mempengaruhi penentuan kriteria penilaian kontraktor yaitu keinginan pemilik proyek (client objective) dan persepsi pengambilan keputusan (decision maker perspective). Pengambil keputusan pada level middle management terdiri dari fungsifungsi internal organisasi perusahaan yang terkait dengan perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, serah terima proyek dari pihak kontraktor ke perusahaan, dari perusahaan ke customer hingga after sales service dalam masa garansi bangunan. Perusahaan XYZ merupakan developer swasta yang bergerak di bidang properti di area Surabaya Barat. Jenis usaha yang dikembangkan adalah penjualan rumah tinggal (landed house) serta beberapa bangunan komersial seperti Ruko dan fasilitas fasilitas lingkungan. B-17-1
Dalam proses pelaksanaan bisnis perumahan, perusahaan dibantu oleh beberapa kontraktor yang menjadi rekanan perusahaan dalam proses pembangunan perumahan. Menurut Ervianto(2002) definisi perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan syarat-syarat yang ditetapkan.ada beberapa klasifikasi kontraktor yang bekerjasama dengan perusahaan diantaranya kontraktor yang telah memiliki pengalaman dalam pembanguan rumah tinggal di Surabaya, serta kontraktor kecil yang merupakan kontraktor binaan dari perusahaan yang mendukung pekerjaan pekerjaan kecil dalam proyek. Mulai tahun 2013 perusahaan menerapkan sistem penilaian baru sebagai salah satu sistem pengukuran kinerja kontraktor yang telah bekerjasama dengan perusahaan. Pengukuran kinerja tersebut diaplikasikan berupa raport per-semester kontraktor sebagai salah satu pengukuran yang dilakukan perusahaan. Tabel 1. Faktor Penilaian Kontraktor NON TEKNIS TEKNIS KLASIFIKASI AJM LK PJ KONTRAKTOR CEMJ BSM SPU TK DKO kelas usaha - kecil (0-1M) - menengah (1-5M) v v v v v - besar (>5M) v v v metode pengendalian resiko v v v v v - v - penggunaan teknologi v v - v v - - - sertifikasi tenaga ahli v v v v v v v v kualitas perusahaan baik baik baik baik baik baik baik baik kemampuan financial baik baik baik baik baik cukup baik cukup project reference ±90 ±40 ±30 ±80 ±60 ±30 ±40 ±30 standar kerja (schedule, progress, BAP) v v v v v v v v prosedur kerja (time schedule, metode) v v v v v v v v keselamatan kerja (HSE) v v v v v v v v prosedur pengadaan (procurement) v v v v v v v v inspeksi & testing v v v v v v v v METODE PENELITIAN Berdasar kriteria yang telah ditetapkan perusahaan tersebut peneliti akan melakukan analisa yang dibandingkan dengan study literature dari berbagai sumber untuk mendapatkan kriteria terbaik sebagai proses pemilihan kontraktor terbaik yg dapat diusulkan untuk bekerjasama dengan XYZ. Dalam tahapan penilaian kontraktor pada tahap seleksi digunakan beberapa metode diantaranya, metode Delphi sebagai alat analisa penentuan kriteria dari sisi pemilik perusahaan dan metode AHP (Analytic Hierarchy Proses) sebagai alat analisa dalam pembobotan dan pemilihan kontraktor. Metode Delphi adalah suatu metode dimana dalam proses pengambilan keputusan melibatkan beberapa pakar. Adapun para pakar tersebut tidak dipertemukan secara langsung (tatap muka), dan identitas dari masing-masing pakar disembunyikan sehingga setiap pakar tidak mengetahui identitas pakar yang lain. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dominasi pakar lain dan dapat meminimalkan pendapat yang bias. Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand Corporation, California pada tahun 1950-an. Metode Delphi merupakan metode yang menyelaraskan proses komunikasi B-17-2
komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik yang pada awalnya dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari University of Pittsburg Amerika Serikat awal tahun 1970-an. Metode AHP merupakan suatu perangkat untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang sulit. Metode studi ini mencakup metode pengambilan data dan metode survei yang bersifat deskriptif analisis, yaitu pengambilan sampel dari populasi. Penelitian dilakukan secara kuantitif dan kualitatif. Responden yang dijadikan sampel penelitian adalah orang yang terlibat secara aktif dalam proyek konstruksi gedung seperti Supplier, Manager Proyek, Site Manager, pemilik proyek dan Pelaksana Lapangan dari internal developer. Alat pengumpul data primer menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan pertanyaan yang berkaitan dengan faktor teknis dan nonteknis yang digunakan untuk menilai suatu bangunan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan perusahaan serta penilaian yang diberikan kepada orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut. Tabel 2. Alur Metode Penelitian B-17-3
1. Tahapan pengumpulan dan pengolahan data Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui penelusuran studi literature dan studi teoritis tentang kontraktor bangunan yang bekerjasama dengan developer, proses pemilihan dan penilaian kontraktor di beberapa proyek lain serta data tentang variabel yang berpengaruh dalam proses penilaian kontraktor dalam suatu proyek konstruksi. Data sekunder dikumpulkan dengan melakukan 2 tahapan survei, yang pertama dilakukan survei kepada pihak pemilik proyek, (General Manager XYZ) untuk didapatkan kriteria utama yang diharapkan perusahaan. Sedangkan survei kedua dilakukan kepada 2 variabel sebagai pengguna langsung jasa kontraktor, yaitu tim internal developer sebagai pelaksana proyek dan supplier sebagai rekanan kontraktor. Wawancara juga dilakukan pada tim internal manajemen developer serta pihak manajemen kontraktor penerima pekerjaan. 2. Tahap analisa dan kesimpulan Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui penelusuran studi literature dan studi teoritis tentang kontraktor bangunan yang bekerjasama dengan developer, proses pemilihan dan penilaian kontraktor di beberapa proyek lain serta data tentang variabel yang berpengaruh dalam proses penilaian kontraktor dalam suatu proyek konstruksi. Data sekunder dikumpulkan dengan melakukan 2 tahapan survei, yang pertama dilakukan survei kepada pihak pemilik proyek, (General Manager XYZ) untuk didapatkan kriteria utama yang diharapkan perusahaan. Sedangkan survei kedua dilakukan kepada 2 variabel sebagai pengguna langsung jasa kontraktor, yaitu tim internal developer sebagai pelaksana proyek dan supplier sebagai rekanan kontraktor. Wawancara juga dilakukan pada tim internal manajemen developer serta pihak manajemen kontraktor penerima pekerjaan. 3. Tahap analisa dan kesimpulan Dari hasil yang diperoleh, dilakukan analisa untuk melihat kriteria yang paling berpengaruh dalam penilaian kontraktor berdasarkan proses pekerjaan proyek. Hasil yang diharapkan adalah kontraktor terbaik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarcy Process) dengan bantuan software expert choise. Terakhir adalah menyimpulkan hasil penelitian serta memberikan saran dan masukan berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Delphi ini melibatkan pihak pemilik proyek dan pemilik perusahaan yang paham betul mengenai visi misi perusahaan dan alur kerja proyek sehingga kriteria yang dihasilkan sangat aplikatif dalam menentukan hasil kinerja proyek. Hasil dari penilaian dengan metode Delphi dapat digunakan sebagai acuan penentuan kriteria pada tahap AHP (Analytic Hierarchy Proses) karena dengan metode Delphi, kriteria yang didapatkan merupakan hasil keputusan dari pihak managemen perusahaan dan dapat digunakan sebagai acuan penilaian karena dianggap sebagai perwakilan visi misi perusahaan. Proses analisa dimulai dari penyebaran kuisioner, dalam kuisioner dijelasakan maksud dan tujuan peneliti serta responden diharapkan mengisi pertanyaan yang diajukan yaitu kriteria apa sajakah yang menjadi pertimbangan pemilihan kontraktor dalam suatu proyek konstruksi perumahan. Peneliti juga memberikan asumsi kriteria berdasarkan data dari studi literatur dan data primer yang didapatkan dari internal XYZ B-17-4
Tabel 3. Alur Metode Delphi Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data dengan metode Delphi didapatkan kriteria yang berasal dari perspektif pemilik proyek. Dari kriteria tersebut dilakukan dekomposisi masalah serta dilakukan tahapan tahapan AHP (Analytic Hierarchy Proses) untuk mendapatkan bobot dan nilai kontraktor. Metode pembobotan dengan AHP (Analytic Hierarchy Proses) pada penelitian dilakukan dengan memanfaatkan software Expert Choice 11. Expert Choice adalah sebuah perangkat lunak yang khusus dipakai dalam metode AHP, software ini dapat mendukung keputusan yang kompleks dengan membuat keputusan yang lebih efisien, analitis, dan dapat dibenarkan. Data hasil penelitian dimasukan kedalam software expert choice dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan, lalu program dijalankan dan dapat dilihat nilai rasio inkonsistensinya. Jika nilai rasio inkonsistensi di atas 10% / 0,10 maka harus dilakukan pengambilan data ulang. Hasil perbandingan dalam expert choice ini akan berupa nilai bobot untuk tiap-tiap kriteria yang dibandingkan. Tabel 3. Hirarki Penilaian Kontraktor B-17-5
Hasil analisa peneliti dengan perbandingan metode AHP (Analytic Hierarchy Proses) jika dibandingan dengan penilaian yang telah dilakukan perusahaan memiliki beberapa perbedaan dari sisi kriteria yang digunakan dan object survei yang dilakukan. Pada penilaian existing yang dilakukan perusahaan hanya melibatkan penilai dari sisi internal perusahaan antara lain pengawas serta staff internal perusahaan sehingga hasil penilaian yang dilakukan belum maksimal. Sedangkan untuk penilaian yang dilakukan peneliti dengan melibatkan 3 (tiga) penilai dari sisi pemilik perusahaan, internal perusahaan, serta supplier sehingga hasil penilaian yang dilakukan cukup proposional. Berdasarkan data analisa dan pengolahan dari expert choise maka didapatkan hasil prioritas kriteria dan subkriteria terbaik dari sisi pertimbangan pemilik perusahaan, internal, dan supplier dalam keseluruhan proses kontruksi pada XYZ. Tabel 3. Total Nilai Sub Kriteria SUB KRITERIA PEMILIK PROYEK INTERNAL SUPPLIER Fisik Bangunan 0.149 0.153 0.158 Metode Kerja Kontraktor 0.110 0.151 0.110 After Sales Service 0.082 0.057 0.086 Kelas Kontraktor 0.057 0.023 0.060 Beban Kerja Kontraktor 0.032 0.062 0.042 Hse Proyek 0.040 0.062 0.037 Kemampuan Teknis Kontraktor 0.057 0.029 0.085 Tenaga Kerja Kontraktor 0.114 0.041 0.043 Pengalaman Kerja 0.044 0.027 0.045 Waktu Pelaksanaan Proyek 0.080 0.058 0.059 Schedule Serah Terima Bangunan 0.080 0.029 0.030 Dokumen (Legalitas Perusahaan) 0.035 0.043 0.035 Administrasi Proyek 0.056 0.034 0.028 Harga Penawaran Kontraktor 0.042 0.059 0.121 Sumber Dana Kontraktor 0.021 0.117 0.061 Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. Metode AHP (Analytic Hierarchy Proses) hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Oleh karena itu, semua jawaban dari responden harus dirata-rata. Rata-rata ukur (Geometrik Mean) adalah rata-rata yang diperoleh dengan mengalikan semua data dalam suatu kelompok sampel, kemudian diakarpangkatkan dengan jumlah data sampel tersebut. Rata-rata geometrik sering digunakan dalam bisnis dan ekonomi untuk menghitung rata-rata tingkat perubahan, rata-rata tingkat pertumbuhan, atau rasio ratarata untuk data berurutan tetap atau hampir tetap atau untuk rata-rata kenaikan dalam bentuk persentase. Hasil analisa dengan GM (Geometrik Mean) adalah sebagai berikut : Keterangan: U = rata-rata ukur (rata-rata geometrik) n = banyaknya sampel Π = Huruf kapital π (pi) yang menyatakan jumlah dari hasil kali unsur-unsurdata. B-17-6
Tabel 4. Hasil Analisa Dengan GM (Gemetrik Mean) SUB KRITERIA PEMILIK PROYEK INTERNAL SUPPLIER GM RANK Fisik Bangunan 0.149 0.153 0.158 0.1533 1 Metode Kerja Kontraktor 0.11 0.151 0.11 0.1223 2 After Sales Service 0.082 0.057 0.086 0.0738 3 Kelas Kontraktor 0.057 0.023 0.06 0.0428 11 Beban Kerja Kontraktor 0.032 0.062 0.042 0.0437 10 Hse Proyek 0.04 0.062 0.037 0.0451 9 Kemampuan Teknis Kontraktor 0.057 0.029 0.085 0.0520 8 Tenaga Kerja Kontraktor 0.114 0.041 0.043 0.0586 6 Pengalaman Kerja 0.044 0.027 0.045 0.0377 13 Waktu Pelaksanaan Proyek 0.08 0.058 0.059 0.0649 5 Schedule Serah Terima Bangunan 0.08 0.029 0.03 0.0411 12 Dokumen (Legalitas Perusahaan) 0.035 0.043 0.035 0.0375 15 Administrasi Proyek 0.056 0.034 0.028 0.0376 14 Harga Penawaran Kontraktor 0.042 0.059 0.121 0.0669 4 Sumber Dana Kontraktor 0.021 0.117 0.061 0.0531 7 Nilai tertinggi rata rata dari persepsi pemilik perusahaan, internal, dan supplier ada pada sub kriteria kualitas FISIK BANGUNAN dengan nilai 0.153. Sedangkan Nilai tertinggi secara keseluruhan dari kriteria berada di MUTU dengan nilai 0.338 kerena mutu merupakan kriteria prioritas dari masing penilai. Tabel 5. Total Nilai Kontraktor KONTRAKTOR PEMILIK PROYEK INTERNAL SUPPLIER GM RANGK CEMJ 0.223 0.191 0.225 0.2124 1 AJM 0.156 0.182 0.178 0.1716 2 LK 0.14 0.173 0.118 0.1419 3 TK 0.119 0.133 0.107 0.1192 4 BSM 0.114 0.103 0.103 0.1065 5 PJ 0.073 0.073 0.118 0.0857 6 SPU 0.093 0.078 0.067 0.0786 7 DKO 0.083 0.067 0.083 0.0773 8 Hasil total penilaian kontraktor dari sisi internal & supplier ditemukan bahwa kontraktor CEMJ dengan nilai 0.212 merupakan kontraktor terbaik sesuai dengan kriteria yang didapatkan dalam proses AHP (Analytic Hierarchy Proses), dilanjutkan dengan AJM dan LK sebagai 3 (tiga) kontraktor terbaik proyek XYZ. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan intepretasi data yang telah diuraikan dengan mengacu pada beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kriteria yang mempengaruhi penilaian hasil kerja kontraktor dalam suatu proyek konstruksi adalah dari sisi MUTU bangunan yang meliputi hasil fisik bangunan, metode kerja kontraktor, kelas kontraktor, after sales service, HSE (Health & Safety) proyek serta beban kerja kontraktor. Menurut hasil penelitian faktor hasil fisik bangunan merupakan hal yang paling dominan dalam pertimbangan penilaian kontraktor. B-17-7
2. Setelah melalui tahap analisa dengan AHP (Analytic Hierarchy Proses) dengan menggunakan kriteria- kriteria yang telah dipilih oleh managemen, hasil rangking kontraktor terbaik adalah CEMJ dengan nilai 0.212 disusul dengan AJM dengan nilai 0.171 sehingga CEMJ merupakan kontraktor terbaik yang layak dipertimbangkan untuk pengerjaan proyek selanjutnya. 3. Performa kontraktor berdasarkan kriteria yang didapatkan dari metode Delphi dan AHP (Analytic Hierarchy Proses) dibandingkan dengan kontraktor existing terdapat beberapa perbedaan yang disampaikan pada tabel 5.2. Tetapi nilai kontraktor terbaik tetap ada di CEMJ sehingga dibuktikan bahwa CEMJ memiliki kemampuan yang baik dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diajukan peneliti dalam hal ini adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang melakukan analisa mengenai strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan performa kontraktor berdasarkan kriteria hasil analisa penelitian ini. 2. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan beberapa metode MCDM yang lain dalam menentukan prioritas penilaian kontraktor. Serta melakukan perbandingan dengan menggunakan beberapa alternatif penilaian agar diketahui metode mana yang paling baik. 3. Data untuk metode AHP (Analytic Hierarchy Proses) dalam studi ini mengandalkan penilaian responden terhadap faktor-faktor yang diajukan. Karena penilaian akan sangat bervariasi antar satu dengan yang lainnya (sebagaimana ditunjukan dalam distribusi frekuensi data), maka penambahan jumlah responden dengan sumber yang semakin luas melibatkan para ahli perlu dilakukan guna menjaga konsistensi data. DAFTAR PUSTAKA Ciptomulyono, Udisubakti (2005). Model Multikreteria Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Goal programming untuk Pemilihan Perencanaan Proyek Pembangkit Listrik yang Berwawasan Lingkungan. Optima, Vol 2, No.3, hal. 134-145. Cheng, E.W.L. and Li, H. (2001). Analytic hierarchy process:an approach to determine measures for business performance. Measuring Business Excellence. 5(3), 30 6. Ervianto, Wulfram. (2002). Manajemen Proyek Konstruksi. Andi, Yogyakarta. Hatush, Z. and Skitmore, M. (1997). Kriteria for contractor selection. Construction Management and Economics. 15, 19 38. Ng, S.T., dan Skitmore,R.M. (1999). Client and Consultant perspectives of Prequalification Kriteria, Building and Environment. 34(5),607-621 Saaty, T. L., (1994). How to make a decision : The Analitic hierarchy Process. Interfaces, Vol.24, no.6,pp.19-43 Saaty, T. L., (2008). Decision making with the analitic hierarchy process. Int.J.Services Sciences, Vol.1, No. 1, pp.83-98 B-17-8