PENDAHULUAN. usia pensiun 56 tahun pada PNS golongan III di kota Palangkaraya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

Tabel 6 Hasil Uji Coba validitas Butir Soal Posttest

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibangun pada tahun 1975 dan pada tahun 1976, P.T Timatex salatiga diresmikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok. Jumlah subjek yan tinggal dirumah total berjumlah 75

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami stres kerja, namun demikian gejala stres kerja tidak muncul dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Subjek Penelitian No Kelas / Sekolah Kelompok model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HANDOUT METODE PENELITIAN KUANTITATIF ANALISIS DATA MENGGUNAKAN SPSS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kec. Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini berlokasi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistika Psikologi 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. sebagaimana yang diharapkan. Adapun yang dimaksud dari desain penelitian

BAB I I METODOLOGI 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Al Huda Bandung Kabupaten Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Item

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati kondisi sekolah meliputi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Make a Match

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PENELITIAN

Transkripsi:

PENDAHULUAN Bekerja merupakan bagian fundamental kehidupan bagi hampir semua orang dewasa, baik pria maupun wanita yang dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan (Suardiman, 2011). Namun manusia tidak dapat bekerja terus menerus sepanjang hidupnya akan tiba suatu masa pensiun, yakni masa kerja formal seseorang dengan dimulainya suatu peran baru dalam hidupnya, harapan-harapan baru, serta pendefinisian kembali tentang diri (Turner & Helms, 2001). Di Indonesia pensiun diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai batas usia pensiun bagi pegawai negeri sipil (PNS). Pada PP RI No.19 batas usia pensiun PNS secara umumnya pada usia 56 tahun. Batas usia tentunya tidaklah sama hal ini tergantung pada tingkat jabatan diduduki oleh seseorang dalam pekerjaannya. Namun baru-baru ini pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintahan yang berlaku mulai 2014 yang mana batas usia pensiun diperpanjang menjadi usia 58 tahun (PP RI No 21). Pada penelitian ini penulis masih menggunakan bata usia pensiun 56 tahun pada PNS golongan III di kota Palangkaraya. Pada saat memasuki masa pensiun individu diharapkan dapat menikmati waktu luang dengan melakukan aktivitas yang atau berkumpul dengan anggota keluarga, mengembangkan minat dan melakukan pekerja sosial lainnya (Kim & Moen, 2001). Terdapat tiga hal yang akan hilang pada masa pensiun yaitu, hilangnya kegiatan rutin yang dulu dilakukan, hilangnya interaksi dengan rekan-rekan kerja dan hilangnya status yang disandang selama bekerja ditambah pula dengan berkurang penghasilan (Kuntjoro, 2004). Menurut Kuntjoro ketika memasuki masa pensiun seseorang sudah tidak memiliki kondisi yang sama seperti waktu bekerja dulu. Timbulnya perasaan negatif seperti kecemasan, takut, stres dan kekhawatiran pada masa pensiun akan memengaruhi kepuasan hidup seseorang yang pensiun (Smith & Moen, 2004). Kim dan Moen (2002) berpendapat bahwa masa pensiun dapat meningkatkan sense of well-being yang pada akhirnya akan memengaruhi kepuasan hidup individu apabila individu 1

2 mempersepsikan sebagai suatu keadaan yang keluar dari tekanan pekerjaannya. Kemudian Karp (dalam Davis, 2007) melakukan survey pada pekerja di London mengenai kepuasan hidup bahwa mereka yang memiliki kesehatan yang prima atau mereka yang sangat menyukai pekerjaannya, akan berusaha mencapai tujuan karir sedangkan yang lain mengalami ketidakpuasan pada masa pensiun dalam hal masalah keuangan. Di samping itu Herve, Bailly, Michele dan Daniel (2012) menyatakan pensiunan yang pensiun sesuai masa kerja akan mempunyai kepuasan hidup yang tinggi dibandingkan individu yang pensiun sebelum waktunya. Hal serupa turut terjadi pada pensiunan PNS di Kota Palangkaraya yang tak sedikit dari mereka mempunyai masalah pada masa pensiunnya. Berdasarkan pengamatan penulis beberapa PNS mengalami gangguan kesehatan dan sebagian lain menikmati masa pensiunnya. Hal ini karena kurangnya persiapan dalam mendekati masa pensiun yang mengakibatkan beberapa individu merasakan masa pensiun merupakan masa yang tidak mengenakan dalam hidupnya dan gagalnya menyesuaikan diri dengan status dan kondisi yang ada. Sehingga hal tersebut akan memengaruhi kepuasan hidup pada individu dalam menjalani masa pensiun. Menurut Utian (dalam Britiller et al., 2013), kepuasan hidup adalah perasaan individu terhadap kehidupannya sendiri yang tercermin dari perasaannya tentang masa lalu, sekarang maupun masa depan. Kepuasan hidup pada dewasa lanjut mencakup pada aspek-aspek dalam kehidupan seperti kondisi emosi (emotional), kesehatan (health), seksualitas (sexual) dan pekerjaan atau aktivitas (occupational). Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan hidup pada masa pensiun, yaitu Solinge dan Henkens (2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri masa pensiun dan berbedanya jenis kelamin juga merupakan faktor kepuasan hidup pada pensiun. Selain itu, Herve et al. (2012) menyatakan bahwa status pekerjaan setiap individu yang pensiun menjadi salah satu faktor kepuasan hidup. Kemudian adanya pendapatan/penghasilan pada masa

3 pensiun berkaitan dengan kepuasan hidup (Eddington & Shuman, 2005). Selajutnya Thompson (dalam Lobeck, 2005), menyatakan bahwa penurunan kondisi kesehatan secara fisik dan psikis akan memengaruhi individu dalam mencapai atau merasakan kepuasan hidup pada masa pensiun. Berdasarkan beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan hidup masa pensiun penulis memilih jenis kelamin. Hal tersebut karena menurut penelitian para ahli jenis kelamin berpengaruh terhadap kepuasan hidup pada masa pensiun. Menurut Dangu (1992), jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Mein et al. (2003) dalam penelitiannya mengenai perbedaan jenis kelamin dalam merasakan kepuasan hidup masa pensiun menyatakan bahwa pada umumnya pria mengalami penurunan kesehatan secara fisik dan psikis dibandingkan wanita. Kemudian Eddington dan Shuman (2005) mengenai gender dan kebahagiaan pada masa tua mengatakan bahwa wanita memiliki afek negatif yang lebih tinggi dan tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal tersebut menyebabkan laki-laki lebih mempunyai kepuasan hidup yang baik dibandingkan perempuan. Namun tidak demikian yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Solinge dan Henkens (2008) bahwa perempuan lebih mempunyai kepuasan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki pada masa pensiun. Hal ini karena perempuan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dan keadaan yang baru dalam hidupnya sedangkan pria lebih memerlukan penyesuaian diri yang agak lama dibandingkan perempuan. Pada penelitian ini penulis terfokus pada pensiunan PNS golongan III ini karena saat memasuki masa pensiun golongan terakhir yang dipegang oleh seorang PNS umumnya adalah golongan III atau golongan IV dan perbedaan jumlah penghasilan yang diterima setiap bulannya. Pada penelitian (Diener & Lucas, 2005 ; Eddington & Shuman, 2005) menyatakan bahwa pendapatan atau penghasilan seseorang akan memengaruhi tinggi rendah kepuasan hidup seseorang. Jadi, individu yang mempunyai pendapatan yang lebih baik cenderung

4 mempunyai kepuasan hidup yang tinggi karena mereka mampu memenuhi kebutuhankebutuhan mereka. Masih adanya perbedaan dari hasil beberapa penelitian mengenai kepuasan hidup lakilaki dan perempuan pada masa pensiun, yakni ada yang menyatakan bahwa pria yang mempunyai kepuasan hidup yang tinggi dan ada juga yang menyatakan bahwa wanita yang mempunyai kepuasan hidup yang tinggi pada masa pensiun. Disamping itu penulis juga masih belum bisa menentukan yang antara perempuan dan laki-laki yang mempunyai kepuasan hidup yang lebih tinggi dalam masa pensiun. Hal inilah yang mendasari penulis melakukan penelitian mengenai perbedaan kepuasan hidup pensiunan PNS pada golongan III di kota Palangkaraya ditinjau dari jenis kelamin. Di samping itu juga penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan signifikan kepuasan hidup pensiunan PNS pada golongan III di kota Palangkaraya ditinjau dari jenis kelamin. Kepuasan Hidup Kepuasan hidup adalah perasaan individu terhadap kehidupannya sendiri yang tercermin dari perasaannya tentang masa lalu, sekarang maupun masa depan. Kepuasan hidup pada dewasa lanjut mencakup pada kondisi emosi, kesehatan, seksulitas dan pekerjaan atau aktivitas yang mereka lakukan (Utian dalam Britiller et al., 2013). Utian mengemukakan terdapat empat aspek kepuasan hidup pada dewasa lanjut antara lain: a. Emosional (Emotional) Kepuasan hidup secara emosional tergambar dari individu menyadari perasaan yang terjadi dalam kehidupannya. Selain itu kepuasan hidup secara emosional tergambar dari kemampuan individu mengendalikan berbagai emosi dalam hidupnya. b. Aktivitas (Occupation) Adanya aktivitas yang dilakukan setelah pensiun menjadi kepuasan hidup pada dewasa lanjut seperti membuat mencapai tujuan hidup yang baru akan prestasi yang

5 mereka kembangkan sebagai bukti kepuasan dan integritas karena mereka percaya hal itu akan membawa kebahagian. c. Seksual (Sexual) Kepuasan seksual pada dewasa lanjut menjadi salah satu hal yang penting dikarena pada saat ini sebagian besar individu merasakan puas atau ketidakpuasan terhadap hubungan romantis pernikahan. Selain itu juga individu mampu menerima kondisi pasangannya masing-masing dalam kehidupan seksualnya. d. Kesehatan (Health) Menyadari bahwa kondisi fisik menjadi lemah dan mengendalikan kondisi kesehatan merupakan hal sulit yang bagi mereka. Oleh karena itu menjaga kebugaran tubuh dengan disertai makanan yang di konsumsi harus di jaga untuk tetap menjaga kondisi kesehatan. Jenis Kelamin Menurut Dangu (1992) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Jenis kelamin juga sebagai hal yang membedakan identitas fisik individu dalam keberadaannya ditengah masyarakat. Pada masa kini pun sebenarnya masih ada kecenderungan bahwa jenis kelamin memengaruhi berbagai kegiatan yang individu lakukan. Perbedaan pria dan wanita dibagi menjadi dua hal, yaitu pertama perbedaan secara biologis meliputi perbedaan fisik. Kedua perbedaan secara psikologis meliputi karakter dan kepribadian antar keduanya yang mana bersifat bawaan atau karena pengaruh dari lingkungan atau budaya setiap individu. METODE Partisipan Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 67 pensiunan PNS golongan III di Kota Palangkaraya yang terdiri dari 35 pensiunan PNS laki-laki dan 32 pensiunan PNS perempuan.

6 Subjek sebanyak 67 pensiunan merupakan pensiunan staf dari berbagai instansi pemerintahan kota Palangkaya seperti dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangkaraya terutama bidang perencanaan dan keuangan, Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya, Dinas Tata Kota Palangkaraya dan pensiunan staf kantor Kotamadya Palangkaraya. Alat Ukur Penelitian Alat ukur kepuasan hidup terhadap masa pensiun menggunakan skala Utian Quality of Life Scale (UQOL). Kepuasan hidup dewasa lanjut mencakup empat aspek antara lain seperti emosional, pekerjaan/aktivitas, seksual dan kesehatan. Skala Utian Quality of Life Scale (UQOL) yang tersusun dalam 37 aitem pernyataan dalam bentuk skala Likert. Berdasarkan seleksi aitem skala kepuasan hidup yang semulanya tersusun 37 aitem sesudah pengujian daya diskriminasi menjadi 27 aitem (10 aitem gugur). Dari uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach diperoleh hasil r = 0,872. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengumpulan data dimulai pada hari Selasa 13 Mei 2014 s/d 22 Mei 2014 dengan cara penulis langsung mencari subjek yang pensiun. Jumlah subjek pensiun sebanyak 67 orang terdiri dari pensiunan PNS laki-laki sebanyak 35 pensiunan dan 32 pensiunan perempuan pada golongan III di kota Palangkaraya. Sesuai dengan rancangan penelitiaan dalam menentukan subjek menggunakan teknik sampling jenuh yaitu dimana semua anggota populasi digunakan sebagai subjek (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini, penulis menggunakan try out terpakai yaitu subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 for windows.

7 Teknik Analisa Data Metode analisis menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan signifikan kepuasan hidup pada pensiunan PNS golongan III ditinjau dari jenis kelamin. Analisis data dilakukan dengan bantuan program bantu komputer SPSS 16.0 for windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Normalitas Berdasarkan hasil dari uji normalitas Kolmogrov-Smirnov, didapatkan nilai signifikansi kepuasan hidup laki-laki sebesar p = 0,148 (p > 0,05).Kepuasaan hidup perempuan menghasilkan nilai signifikansi sebesar p = 0,197 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa sebaran data kepuasan hidup pada laki-laki dan perempuan merupakan sebaran data berdistribusi normal. Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan Levene Test Statistic. Uji homogenitas guna mengetahui apakah data mempunyai varians yang sama atau tidak. Sampel dinyatakan homogen bila nilai probabilitas (p) lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Pada uji homogenitas untuk variabel kepuasan hidup, diperoleh nilai p sebesar 0.000 (p < 0,05). Jadi dapat dinyatakan pada penelitian ini tidak bersifat homogen atau tidak mempunyai varians yang sama, sehingga untuk membaca hasil analisis pada table uji t menggunakan kolom equal variances not assued. Analisis Deskriptif Tabel 1. Kriteria Kepuasan Hidup Laki-laki No Interval Kategori Frekuensi % Mean SD 1 113,4 x 135 Sangat Tinggi 1 2,857% 2 91,8 x < 113,4 Tinggi 10 28,571% 3 70,2 x < 91,8 Cukup 21 60% 85.80 13,038 4 48,6 x < 70,2 Rendah 3 8,571% 5 27 x < 48,6 Sangat Rendah - -

8 Kepuasan hidup pada laki-laki dengan skor minumum sebesar 64 dan skor maksimun sebesar 116. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kategori sangat rendah sebesar (0%), rendah (8,571%), cukup (60%), tinggi (28,57%), dan sangat tinggi sebesar (2,857%). Mean (rata-rata) sebesar 85,80 dengan standar deviasi (SD) sebesar 13, 038. Tabel 2. Kriteria Kepuasan Hidup Perempuan No Interval Kategori Frekuensi % Mean SD 1 113,4 x 135 Sangat Tinggi 11 34,375% 2 91,8 x < 113,4 Tinggi 21 65,625% 3 70,2 x < 91,8 Cukup - - 112,06 7,927 4 48,6 x < 70,2 Rendah - - 5 27 x < 48,6 Sangat Rendah - - kepuasan hidup pada laki-laki menghasilkan skor minumum sebesar 98 dan skor maksimun sebesar 131. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kategori sangat rendah sebesar (0%), rendah (0%), sedang (0%), tinggi (65,62%), dan sangat tinggi sebesar (34,37%). Mean (rata-rata) sebesar 112,06 dengan standar deviasi (SD) sebesar 7,927. Uji T Tabel 3. Gambaran Nilai Kepuasan Hidup Berdasarkan Jenis Kelamin Kepuasan Hidup Laki-laki Perempuan N 35 32 Mean 85,80 112,06 Standar Deviasi 13,038 7,927 Standard Error Mean 2,204 1,401 Berdasarkan keterangan tabel diatas menunjukan bahwa mean kepuasan hidup perempuan dengan jumlah subjek sebanyak 32 pensiunan sebesar 112,06 yang mana lebih tinggi daripada mean kepuasan hidup laki-laki yang subjeknya berjumlah 35 pensiunan sebesar 85,80. Hal ini menunjukan bahwa pensiunan perempuan memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi daripada pensiunan laki-laki di kota Palangkaraya. Pada penelitian ini taraf signifikasi yang digunakan adalah 0,05 sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima bila nilai signifikasi < 0,05. Sebaliknya, H 0 diterima dan H 1 ditolak bila

9 nilai signifikasi > 0,05. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetesan 2 ekor (2 tailed). Pengujian dua arah (2 tailed) adalah pengujian terhadap suatu hipotesis yang belum diketahui arahnya Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji T Levene's Test for Equality of Variances Equal variances not assumed t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference F Sig. t df Sig. Mean Std. Error Lower Upper (2-tailed) Difference Difference -95.363 8.639E3.000-19.813.208-20.221-19.406 Dari hasil analisis uji t diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000 (p < 0,05). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan signifikan kepuasan hidup pensiunan PNS pada golongan III di kota Palangkaraya ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini juga menunjukan kepuasan hidup pensiunan perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan kepuasan hidup pensiunan laki-laki pada PNS golongan III di kota Palangkaraya. Pembahasan Dari hasil penelitian uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan pada pensiunan PNS golongan III di kota Palangkaraya ditinjau dari jenis kelamin. Kemudian didapatkan hasil bahwa mean kepuasan hidup pensiunan perempuan sebesar 112,06 sedangkan pada pensiunan laki-laki didapatkan mean kepuasan hidup sebesar 85,80. Hal ini menunjukan bahwa pensiunan PNS perempuan memiliki kepuasan hidup lebih tinggi daripada pensiun PNS laki-laki. Kepuasan hidup tinggi dapat ditinjau pada perbedaan karakteristik perempuan dan lakilaki. Perempuan yang lebih mengutamakan hubungan interpersonal dan mempunyai kemampuannya dalam membujuk orang lain untuk membuka diri. Kemudian perempuan dalam hubungan sosialnya mereka lebih dekat dan terbuka satu dengan lainnya. Selain itu laki-laki mempunyai karakteristik berbeda dengan perempuan yang mana laki-laki lebih

10 mandiri dan tidak terlalu mempunyai hubungan yang dekat pada lingkungan sosialnya sehingga laki-laki mempunyai sikap tertutup dan sulit untuk terbuka dalam hal mengekspresikan perasaaannya (Dagun, 1992). Kepuasan hidup yang tinggi dapat terlihat dari hubungan sosial individu dengan lingkungan sekitar. Selain itu dari penjelasan diatas individu yang mempunyai hubungan sosial yang baik dapat membawa dampak bagi individu yang pensiun dalam menjalani masa-masa pensiun sehingga tidak adanya perasaan dan pikiran negatif ketika pensiun karena individu merasa adanya dukungan dari lingkungannya. Hal ini didukung Gunadi (2010), perempuan dan laki-laki mempunyai pandangan yang berbeda tentang kepuasan hidup. Perempuan cenderung memandang makna hidupnya dan melihat bahwa hidupnya itu berharga kalau dia memang memiliki suatu hubungan yang baik dengan orang yang dikasihinya dan dekat dengannya. Menurut Gunadi (2010), pensiunan perempuan tidak begitu stres asalkan tidak kehilangan kontak atau putusnya hubungan dengan orang-orang dikasihinya atau orang terdekat. Sedangkan pria cenderung melihat harga dirinya berdasarkan kemampuannya, apa yang telah dihasilkan dalam hidup ini. Jadi kalau pria tidak bisa melihat hasil karyanya, tidak ada yang dia banggakan dari kerjanya dia juga tidak akan bisa memiliki rasa bermakna atau rasa berharga yang baik. Malah kecenderungannya adalah dia akan memandang rendah dirinya, sebab pria itu mengukur tinggi rendahnya atau besar atau kecil dirinya itu dari pekerjaan yang selama ini dilakukan. Sehingga ketika menjalani masa pensiun tidak jarang dari mereka yang takut sekali untuk merasa tidak mampu, tidak bisa menguasai keadaan lagi. Pria dikondisikan untuk selalu mampu memenuhi tuntutan yang diembankan padanya, sebab ketidakmampuannya memenuhi tuntutan disamakan dengan kelemahan dan pria takut sekali lemah (Gunadi, 2010). Solinge dan Henkens (2008) mengenai penyesuaian dan kepuasan hidup pensiun menyatakan bahwa faktor jenis kelamin memengaruhi individu dalam mencapai kepuasan

11 hidupnya. Pada penelitian Solinge dan Henkens (2008) melaporkan bahwa perempuan lebih mempunyai kepuasan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kepuasan hidup terutama pada masa pensiun seharusnya individu dapat menikmati waktu yang luang untuk berkumpul dengan keluarga, melakukan hobi yang dulu terbatas untuk dilakukan, atau bahkan ikut terlibat kegiatan sosial (Kim & Moen, 2001). Namun pada kenyataannya pada sebagian mereka yang pensiun merupakan masa hilangnya kegiatan rutin yang dilakukan, hilangnya rekan-rekan kerja dan yang paling terasa adalah berkurangnya penghasilan yang diterima (Kuntjoro, 2004). Timbulnya perasaan negatif seperti kecemasan, takut, stres dan kekhawatiran pada masa pensiun akan memengaruhi kepuasan hidup seseorang yang pensiun (Smith & Moen, 2004). Kepuasan hidup dapat mendorong individu untuk menikmati kehidupannya dimana dia berada (Solinge & Henkens, 2008). Individu yang mempunyai tingkat kepuasan hidup yang tinggi termasuk manusia yang dapat mengontrol kehidupan, menentukan tujuan hidup, menjalani kehidupannya dengan menikmati setiap proses yang terjadi dalam kehidupannya (Eddingtong, 2005). Mencapai kepuasan hidup pada masa tua tentu dipengaruhi berbagai pengalaman kehidupan seperti pengalaman dari kehidupan sosial, pekerjaaan, dan kehidupan rumah tangga yang akan memberikan kepuasan hidup tersendiri pada setiap individu (Kim & Moen, 2001). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat simpulkan bahwa pensiunan laki-laki yang memiliki kepuasan hidup pada masa pensiun yang rendah. Sebaliknya pensiunan perempuan mempunyai kepuasan hidup yang tinggi dibandingkan pensiunan laki-laki. Perempuan dalam penelitian ini memiliki kepuasan hidup masa pensiun yang tinggi dan cenderung memiliki kemampuan mengontrolan emosi dengan baik, dapat menentukan tujuan baru dalam melakukan aktivitas yang baru, adanya kepuasan seksual dalam kehidupan pernikahannya dan menjaga kesehatan di masa tuanya.

12 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan signifikan kepuasan hidup pensiunan PNS pada golongan III di kota Palangkaraya. Kepuasan hidup yang lebih tinggi dimiliki pensiunan PNS perempuan golongan III dengan nilai rerata (mean) sebesar 112,06 lebih tinggi daripada pensiunan golongan III PNS laki-laki dengan nilai rerata (mean) sebesar 85,80. 2. Ditemukan juga dari analisis deskriptif bahwa pada pensiunan PNS perempuan sebagian besar (65,62%) pada kategori kepuasan hidup yang tinggi. Kemudian pada pensiunan PNS laki-laki sebagian besar (60%) pada kategori kepuasan hidup yang cukup. Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyampaikan beberapa saran antara lain: 1. Bagi pensiunan PNS perempuan supaya dapat mempertahankan kepuasan hidup yang dimiliki agar dapat menikmati masa tua dengan kebahagiaan. 2. Bagi pensiunan PNS laki-laki supaya dapat meningkatan kepuasan hidupnya dengan tetap aktif dalam aktivitas yang disukai, dapat mempersiapkan diri sebelum memasuki masa pensiun, dan tetap menjaga hubungan dalam kehidupan sosial. 3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih bervariasi dalam menentukan subjek penelitian misalnya dilihat dari perbedaan status pekerjaan (swasta atau PNS), karena status pekerjaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepuasan hidup.

DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Britiller, M. C., et al. (2013). Life satisfaction of adults in retirement age. Journal of International Scientific Research Lyceum of the Philippines University, 5(3), 122-137 Dagun, S. M. (1992). Maskulin dan feminin perbedaan pria-wanita dalam fisiologi, psikologi, seksual, karier dan masa depan. Jakarta: Rineka Cipta. Davis, G. D. (2007). Looking toward the future: predicting retirement satisfaction. The New School Psyhology Bulletin Bowling Green State University, 5(1), 107-127. Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2005). Subjective well-being: the science of happiness and life staticfaction. New York: Oxford University. Diener, E., Emmons. R. A., Larsen. R. J., Sharon. G. (1985). The satisfaction with life scale. Journal of International University Illinois at Urbana Champaign, 49(1), 71-75. Eddington, N. & Shuman, R. (2005). Subjective well being (happiness). Continuing psychology education: 6 continuing education hours. Diunduh pada 17 Maret 2014 dari http://www.texcpe.com/cpe/pdf/ca-happiness.pdf. Gunadi, P. (2010). Pria dalam karier dan wanita dalam relasi. Diunduh pada 15 Juli 2014 dari http://www.telaga.org/audio/pria_dalam_karier_dan_wanita_dalam_relasi. Herve, C., Bailly, N., Michele. J., & Daniel. A. (2012). Comparative study of the quality od adaptation and staticfaction with life of retirees according to retiring age. Scientific Research Psyhologie des Ages de la Vie Universite F. Rabelais Tour France, 4, 322-327. Kim, J.E & Moen, P. (2001). Is retirement good or bad for subjective well-being. Journal Of Family Center and Clinical and Social Sciences In Psychology University Of Rochester New York, 10(2), 83-86. Kim, J. E., & Moen, P. (2002). Retirement transitions, gender, and psychological well-being: A life-course, ecological model. Journal of Gerontology: Psychological Sciences, 57(3), 212-222. Kuntjoro, Z. S. (2004). Dukungan sosial pada lansia. Diunduh 14 Febuari 2014, dari:http//www.epsikologi.com/lanjutusia. html. Lobeck, M. (2005). The experience of stroke for men in retirement transition. Published by SAGE. Mein, G., et al. (2003). Is retiment good or bad for mental and physical health functioning? whitehall II longitudinal study of civil servant. Journal Department of Epidemiology and Public Health, Royal Free and University College Medical. London, 57(2), 46-49. Republik Indonesia. (2013). Peraturan pemerintah Repbulik Indonesia tentang terubahan keempat atas peraturan pemerintah no 32 tahun 1979 pemberhentian pegawai Negeri sipil. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta. 13

14 Republik Indonesia. (2014). Peraturan pemerintah Repbulik Indonesia tentang perubahan keempat atas peraturan pemerintah no 32 tahun 1979 pemberhentian pegawai Negeri sipil. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta. Smith, D. B., & Moen. P. (2004). Retirement staticfaction for retirees and their spouses. Journal of Family Issues Sage Publications, 25(2), 262-285. Solinge, H. V & Kene. H. (2008). Adjustment to and staticfaction with retirement: two of a kind. Journal Interdisciplinary Demograhic Institute, 22(2), 422-434. Suardiman, P. S. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: PT Gadjah Mada University Press. Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif. Bandung: Alfabeta. Turner, J. S., & Helms, D. B. (2001). Lifespan development, (3 rd ed). United State: Holt, Rinehart & Winston.