BAB 1 PENDAHULUAN. Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat yang merupakan kota besar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai bahan bakar tungku alternatif baik skala kecil maupun

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CARDING COTTON DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (Studi Kasus: PT. EASTERNTEX - PANDAAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

ANALISIS EFEKTIVITAS MESIN HOPPER DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DAN FMEA PADA PT. KARYA MURNI PERKASA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Manajemen Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN LITERATUR...

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2016

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS KERUSAKAN PADA MESIN LARGE PRES 500 TON MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT PAMINDO TIGA T

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II LADASAN TEORI 2.1 Defenisi Perawatan Mesin ( Maintenance 2.2 Manajemen Perawatan

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

D E P A RT E M E N T E K NI K I ND US T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufaktur mesin/peralatan yang telah tersedia dan siap

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang

BAB V ANALISIS HASIL

BAB III METODOLOGI.

Pengukuran Efektivitas Mesin Menggunakan Overall Equipment Effectiveness Untuk Dasar Usulan Perbaikan

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

Analisis Efektivitas Mesin Produksi Menggunakan Pendekatan Failure and Mode Effect Analysis dan Logic Tree Analysis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

PENGUKURAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN NILAI EFEKTIVITAS MESIN CARDING (Studi kasus: PT. XYZ)

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

Universitas Widyatama I -1

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

PENGUKURAN MANAJEMEN PERAWATAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

ANALISIS OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DALAM MEMINIMALISI SIX BIG LOSSES PADA MESIN PRODUKSI DUAL FILTERS

BAB III METODE PENELITIAN

Kesimpulan dan Saran BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Universitas Bakrie BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam.

RANCANGAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN SPINNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DAN GREY FMEA DI PT XYZ

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS EFISIENSI TERHADAP PROSES PRODUKSI INJEKSI KERING DENGAN METODE TPM DI PT. DANKOS FARMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

Spektrum Industri, 2012, Vol. 10, No ISSN : UPAYA PENINGKATAN PERFORMANSI MESIN PADA INDUSTRI MANUFAKTUR

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2013

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

ANALISIS TINGGINYA BREAKDOWN TIME

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan dies dilakukan pada Departemen Machinery in Die Section. menjadi surface part yang diinginkan dilakukan disini.

BAB IV METODE PENELITIAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

USULAN PENYUSUNAN JADWAL DAN PERBAIKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK SEWING MACHINE DENGAN MENGGUNAKAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)

BAB I PENDAHULUAN. FREKUENSI KERUSAKAN PER BULAN (Times)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat yang merupakan kota besar di Indonesia. Dengan berbagai julukan seperti kota kembang, Paris van Java, kota belanja, kota wisata kuliner, dan kota kreatif menyebabkan kota Bandung terkenal tidak hanya di kalangan wisatawan domestik, tetapi juga terkenal di kalangan wisatawan mancanegara. Selain jumlah wisatawan yang terus meningkat, perkembangan jumlah dalam bidang usaha pun terus berkembang. Salah satu bidang usaha yang terus berkembang di kota Bandung ini adalah usaha dalam bidang kuliner. Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang kuliner dalam kota, yaitu CV. Mufin. Brownies kukus adalah kue yang kaya akan coklat, dimana teksturnya merupakan perpaduan antara cake dan cookies. Tampil dengan aneka bentuk dan kandungan bahan, membuat brownies kadang-kadang memiliki tekstur ke arah cake (cakey) atau liat dan legit dengan rasa yang sangat manis (fudgy). Biasanya brownies juga berisi cincangan kacang, chocolate chips, dan dihiasi dengan frosting atau whipped cream. Pada tahun 2008 Bapak Ali Rachman dan Ibu Teni Teja Indah memulai bisnis brownies kukus, sekarang telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya CV. Mufin dan meningkatnya permintaan dari pelanggan, maka perusahaan harus memenuhi keinginan para pelanggan dengan jumlah produk dan waktu yang sesuai. Di samping 1

meningkatnya jumlah permintaan produk setiap waktu, CV. Mufin memiliki permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan yang berdampak pada jumlah produk dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan waktu produksi. Hasil wawancara dengan Bapak Ali Rachman, pemilik dari usaha CV. Mufin, bahwa masih terdapat kasus berupa kerusakan mesin kukus yang dibakar terkena besi atau pelatnya jadi tidak kuat dan suka retak untuk mengukus banyak brownies, jadi terdapat pembocoran uap air yang menetes ke brownies yang sedang dikukus sehingga menyebabkan brownies yang dihasilkan kurang baik. Kerusakan mesin kukus menjadi masalah pada sistem produksi CV. Mufin Bandung karena mesin yang tidak efektif dalam menjalankan proses produksi. Jika jumlah kasus tersebut terus berkelanjutan, dapat menyebabkan CV. Mufin terjadi keterlambatan dalam jumlah dan waktu produksi dan berdampak buruk pada kelangsungan operasional perusahaan dalam jangka panjang. Bulan Jumlah Hari Tabel 1.1 Jam Kerja Produksi Mesin Kukus Total Shift/Hari Jam Kerja/Shift (Jam) Jumlah Waktu Kerja (Jam) Januari 2014 31 3 8 744 Februari 2014 28 3 8 672 Maret 2014 31 3 8 744 April 2014 30 3 8 720 Mei 2014 31 3 8 744 Juni 2014 30 3 8 720 Juli 2014 31 3 8 744 Agustus 2014 31 3 8 744 Sumber: CV. Mufin, 2014 Tabel 1.1 memperlihatkan jam kerja produksi mesin kukus di perusahaan CV. Mufin selama periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014, dapat 2

dilihat dimana pada proses produksi brownies tersebut mesin bekerja setiap hari. Proses produksi setiap harinya dibagi ke dalam 3 shift dimana setiap shift mempunyai durasi selama 8 jam sehingga jumlah waktu kerja mesin tersebut mencapai 5.832 jam selama periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Bulan Tabel 1.2 Jumlah Produksi Brownies Jumlah Produksi Januari 2014 23.112 Februari 2014 20.614 Maret 2014 22.692 April 2014 20.654 Mei 2014 21.828 Juni 2014 21.770 Juli 2014 21.948 Agustus 2014 22.580 Sumber: CV. Mufin, 2014 Tabel 1.2 menunjukkan jumlah produksi brownies di perusahaan CV. Mufin selama periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Produksi brownies setiap bulannya berbeda-beda, dimana dapat dilihat jumlah produksi tertinggi terjadi pada bulan Januari 2014 yaitu sebanyak 23.112. Akan tetapi, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah produksi pada bulan Februari yang hanya mampu memproduksi 20.614 brownies. 3

Tabel 1.3 Downtime dan Ideal Run Time Mesin Kukus Bulan Downtime (Jam) Ideal Run Time/Buah (Jam) Januari 2014 137 93 Februari 2014 141 93 Maret 2014 147 93 April 2014 139 93 Mei 2014 140 93 Juni 2014 136 93 Juli 2014 141 93 Agustus 2014 127 93 Sumber: CV. Mufin, 2014 Tabel 1.3 menunjukkan jumlah downtime yang terjadi setiap bulan pada periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014, jumlah downtime setiap bulannya berbeda-beda seperti terjadi pada bulan Maret 2014 mengalami downtime paling lama yakni 147 jam dan berbanding terbalik dengan jumlah downtime pada bulan Agustus 2014 yang mengalami downtime tidak lama, selama 127 jam. Downtime terjadi akibat kerusakan mesin pada saat produksi brownies yang mana perbaikannya langsung dilakukan pada hari itu juga. Terdapat ideal run time produksi brownies dimana dalam 1 jam mesin harus mampu menghasilkan 93 brownies. 4

Tabel 1.4 Jumlah Produk Cacat Bulan Defect Wasted Decline (ditolak) Total (terbuang) Januari 2014 522 404 925 Februari 2014 501 325 826 Maret 2014 648 479 1.127 April 2014 469 359 828 Mei 2014 342 533 875 Juni 2014 602 272 874 Juli 2014 350 418 768 Agustus 2014 540 142 682 Sumber: CV. Mufin, 2014 Tabel 1.4 menunjukkan jumlah produk cacat yang terjadi di perusahaan CV. Mufin selama periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014 dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian, dimana pada periode tersebut terdapat brownies terbuang dan brownies ditolak. Pada bulan Maret, sebanyak 648 buah brownies terbuang dan brownies yang paling sedikit terbuang pada periode tersebut terjadi pada bulan Mei yaitu sebanyak 342 buah, sedangkan brownies yang ditolak terbanyak terjadi pada bulan Mei sebanyak 533 buah. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi pada bulan Agustus dimana brownies yang ditolak sebanyak 142 buah sehingga dapat dilihat keseluruhan produk cacat terbesar terjadi pada bulan Maret 2014. 5

Tabel 1.5 Istirahat Makan Bulan Jumlah Hari Istirahat Makan (Jam) Januari 2014 31 93 Februari 2014 28 84 Maret 2014 31 93 April 2014 30 90 Mei 2014 31 93 Juni 2014 30 90 Juli 2014 31 93 Agustus 2014 31 93 Sumber: CV. Mufin, 2014 Tabel 1.5 menunjukkan jumlah jam istirahat makan di perusahaan CV. Mufin selama periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Jam istirahat makan setiap bulannya berbeda-beda karena dalam 1 hari terdapat 3 shift yang mana 1 shift bekerja selama 8 jam akan mendapatkan 1 jam istirahat makan jadi, selama 1 hari ada 3 jam istirahat makan untuk 3 shift selama 1 hari. Jadi dalam sebulan, jika 31 hari, maka 3 jam dikali 31 hari dalam sebulan, tapi dapat dilihat jumlah bulan yang berbeda pada bulan Januari istirahat makan 93 jam karena Januari tedapat 31 hari jam kerja, sedangkan pada bulan Februari istirahat makan 84 jam karena Februari terdapat 28 hari jam kerja. 6

Tabel 1.6 Failure Mode Failure Effect No Failure Failure Mode Failure Effect 1. Target produksi tidak tercapai tepat waktu Suhu tidak sesuai Waktu produksi semakin lama 2. Kualitas brownies tidak sesuai Penempatan brownies yang terlalu dekat karena menghindari kebocoran Brownies menempel 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mesin tidak dapat menjalankan proses Permukaan bawah mesin rusak Mesin kukus yang dimatikan Mesin yang basah Proses mesin yang lambat Proses setting pemanasan tidak baik 9. Mesin yang berkarat Besi yang retak Tekanan besi yang terlalu dekat dan berlebihan Plat besi yang patah Sirkulasi uap yang panas Mesin kukus mengalami kebocoran Sistem pemanasan yang kurang maksimal terlalu tinggi atau rendah Uap sisa air menetes Proses produksi brownies yang tidak maksimal Permukaan bawah brownies retak Mesin yang menjadi macet dan tidak menghasilkan brownies Brownies yang menjadi basah Produksi brownies yang terhambat Brownies yang tidak matang secara merata dan gosong Brownies tidak mengembang Sumber: CV. Mufin, 2014 Tabel 1.6 menunjukkan data sebab akibat dari kegagalan mesin dalam proses produksi yang akan menghambat produk brownies yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa kegagalan target produksi yang tidak tercapai karena suhu mesin 7

yang tidak sesuai maka dapat mengakibatkan waktu produksi yang semakin lama, dan mesin yang mengalami kerusakan akan berpengaruh terhadap proses produksi yang berlangsung. Berdasarkan pemahaman penulis, brownies Mufin perlu meningkatkan efektivitas mesin kukusnya dalam memproduksi brownies agar dapat menghasilkan produk yang baik dalam waktu yang tepat dan Mufin harus mengetahui sebab dari kerusakan mesin untuk dapat menanggulanginya agar tidak terjadi kesalahan pada produksi. Untuk dapat meningkatkan mesin agar efektif perusahaan harus mencari solusi. Adapun pengertian efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan di antara pelaksanaannya (Kurniawan, 2005:109). Sedangkan menurut Mahmudi (2005:92) efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif program kegiatan. Salah satu cara yang digunakan untuk mengefektifkan mesin adalah dengan menggunakan metode overall equipment effectiveness (OEE). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Hapsari dkk. (2012) metode yang digunakan OEE untuk menghitung efektivitas mesin di PT. Setiaji Mandiri, selanjutnya menentukan critical downtime menggunakan diagram pareto dan kemudian menentukan penyebab kerusakan mesin produksi dengan menggunakan analisis diagram tulang ikan (fishbone). Rahmad dkk. (2012) OEE adalah metode yang digunakan sebagai alat ukur (metric) dalam penerapan program total productive maintenance (TPM) guna menjaga peralatan pada kondisi ideal. 8

Dengan menerapkan OEE ini, perusahaan akan mengetahui jumlah produk yang dihasilkan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan operasi. Sedangkan menurut Rahmadhani dkk. (2014) OEE merupakan produk dari kegiatan operasi dengan six big losses pada mesin atau peralatan, keenam faktor dikelompokkan menjadi 3 komponen utama yaitu downtime losses, speed losses, dan defect losses. Dengan menerapkan OEE ini perusahaan akan mengetahui jumlah produk yang dihasilkan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan operasi. Salah satu cara untuk mengetahui sebab akibat dari tidak efektif mesin kukus maka dianalisis menggunakan metode failure mode effect analysis. Menurut Nursanti dan Aji (2013) FMEA merupakan teknik evaluasi tingkat keandalan dari sebuah sistem untuk menentukan efek dari mode kegagalan dari sistem tersebut. Kegagalan digolongkan berdasarkan dampak yang diberikan terhadap kesuksesan suatu misi dari sebuah sistem dan menghitung nilai risk priority number (RPN) untuk mengetahui kondisi mana yang mengalami kerusakan berisiko paling tinggi. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmansyah dkk. (2014) yang terjadi pada kondisi lingkungan di PT. X memiliki suhu yang panas, baik disebabkan oleh udara dari luar maupun kondisi dalam bangunan, dalam jangka waktu dari bulan Januari 2013 sampai dengan Januari 2014 terjadi berbagai kecelakaan kerja misalnya pada saat proses penggalian tanah, proses pembangunan dinding penahan tanah, pembongkaran bekisting, pekerjaan struktur balok, dan pelat lantai. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan upaya untuk mengantisipasi atau mengurangi kecelakaan kerja sehingga diperlukan suatu 9

usulan perbaikan sistem keselamatan kerja untuk meminimasi potensi bahaya pada saat ini PT. X telah menggunakan aturan mengenai SMK3 yang telah ditentukan oleh pemerintah mengenai sistem keselamatan dan kesehatan kerja. Tetapi pada kenyataan yang terjadi di dalam perusahaan masih ditemukan kurangnya rasa kepedulian dari perusahaan terhadap SMK3 dan minimnya sosialisasi dan pengawasan mengenai SMK3 di lapangan yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada setiap karyawannya, oleh karena itu, diperlukan perbaikan SMK3 untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di lapangan, salah satu metode atau teknik yang biasa digunakan adalah metode failure mode and effect analysis (FMEA) setelah dilakukan proses perhitungan dengan menggunakan metode FMEA kemudian dilakukan proses analisis dengan menggunakan pendekatan safety culture. Sedangkan menurut Susetyo (2009) FMEA merupakan tool dalam menganalisis kehandalan (reliability) dan penyebab kegagalan untuk mencapai persyaratan kehandalan dan keamanan produk dengan memberikan informasi dasar mengenai prediksi kehandalan, desain produk, dan desain proses. Selanjutnya dengan menggunakan RPN (Risk Priority Number) untuk mengetahui peringkat dari proses kegagalan yang akan mendapatkan perhatian lebih untuk dilakukan pemeliharaan, menurut Aradea (2010) risk priority number (RPN) adalah produk dari numerical severity, kejadian dan deteksi peringkat yang ditetapkan untuk setiap risiko. Risiko tertinggi yang mewakili RPN terbesar. Dengan menerapkan FMEA dan RPN ini perusahaan akan mengetahui sebab akibat dari tidak efektifnya mesin dan mengetahui tingkat kegagalan yang sangat berpengaruh terhadap proses produksi. 10

Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengukuran efektivitas mesin kukus pada CV. Mufin menggunakan metode OEE dengan bantuan availability rate, performance rate, quality rate, dan mengetahui sebab akibat dari tidak efektifnya mesin dalam melakukan proses produksi menggunakan metode FMEA dengan bantuan nilai RPN, maka dalam hal ini penulis mengambil judul Pengukuran dan Peningkatan Efektivitas Mesin Kukus Menggunakan Metode OEE (Overall Equipment Effectiveness) dan FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dengan Perhitungan RPN (Risk Priority Number) Pada CV. Mufin 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perhitungan availability rate, performance rate, dan quality rate mesin kukus CV. Mufin. 2. Bagaimana penerapan overall equipment effectiveness untuk mengefektivitaskan mesin kukus CV. Mufin. 3. Bagaimana penerapan failure mode effect analysis dengan risk priority number untuk mengetahui kerusakan mesin yang memiliki risiko sangat tinggi dan memberikan perbaikan terhadap kerusakan tersebut. 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan informasi yang berhubungan dengan rumusan masalah di atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perhitungan availability rate, performance rate, dan quality rate mesin kukus CV. Mufin. 2. Untuk memberikan penerapan overall equipment effectiveness untuk mengefektivitaskan mesin kukus CV. Mufin. 3. Untuk memberikan penerapan failure mode effect analysis dengan risk priority number untuk mengetahui kerusakan mesin yang memiliki risiko sangat tinggi dan memberikan perbaikan terhadap kerusakan tersebut. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini, maka diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak, baik dalam kegunaan pengembangan ilmu maupun dalam kegunaan operasional. 1.4.1 Kegunaan Pengembangan Ilmu 1. Bagi penulis Penelitian ini berguna sebagai media untuk mengaplikasikan atau mempraktikkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan, kemudian selain itu menambah pengetahuan dan wawasan yang luas bagi penulis, mengenai efektivitas mesin kukus menggunakan metode OEE (Overall Equipment Effectiveness) dan mengenai sebab akibat mesin kukus 12

menggunakan metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dengan bantuan perhitungan nilai RPN (Risk Priority Number). 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, baik mahasiswa maupun pihak-pihak lainnya, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan yang berguna untuk menambah pengetahuan dan menjadi dasar penelitian selanjutnya mengenai efektivitas mesin kukus menggunakan metode OEE (Overall Equipment Effectiveness) dan mengenai sebab akibat mesin kukus menggunakan metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dengan bantuan perhitungan nilai RPN (Risk Priority Number). 1.4.2 Kegunaan Operasional Sebagai bahan masukan bagi CV. Mufin lalu memberikan gambaran mengenai efektivitas mesin kukus menggunakan metode OEE (Overall Equipment Effectiveness) dan mengenai sebab akibat mesin kukus menggunakan metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dengan bantuan perhitungan nilai RPN (Risk Priority Number). 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Perusahaan yang diteliti adalah CV. Mufin Jalan Rancabolang P. 85, Margacinta Bandung Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 15 September 2014. 13