CENGAfis PERIDEKATAN MODEL FONGSl PRODUKSl GOBB DOUGLAS Studi Kasus Di Wilayah Kerja PG "Tersana Bara'i PTP XIV Cirebon MUHAMMAD SULTON MAWARDI JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANlAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 1986
RINGKASAN HUHAMFIAD SULTON MAWARDI. Pendugaan Efisiensi Produksi Usahatani TRIS I Dengan Pendekatan Model Fungsi Produksi Cobb Douglas. Studi Kasus Di Wilayah Kerja PG "Tersana Baru" PTP XIV Cirebon (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI dan ABAS TJAKRAWIRALAKSANA). Program intensifikasi tebu rakyat yang telah dise- lenggarakan selama 11 tahun ini keragaan produktivitasnya dari tehun ke tahun cenderung menurun. Kenyataan menge- nai masalah ini diduga disebabkan oleh cara-cara produksi TRI yang dilakukan oleh petani kurang efisien. Usaha bu- di daya tebu yang menghendaki syarat pengelolaan secara teliti dan ilmiah dengan tingkat pengetahuan dan ketrampilan tinggi sulit diharapkan dapat dipenuhi oleh kebanyakan petani TRI yang rata-rata kemampuannya dalam ha1 itu terbatas, karena sebagian besar petani TRI bukanlah petani yang terbiasa dengan tanaman tebu. Oleh karena itu perlu diidentifikasi kausalitas di balik rendahnya produktivitas TRI tersebut. Sebagai alat analisis, teori Ekonomi Produksi dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban permasalahan di atas. Hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat konsep-konsep efisiensi serta kriteria-kriteria pengukurannya yang dapat menerangkan keragaan suatu proses produksi.
Atas dasar pertimbangan teknis dan konseptual, model pendekatan yang digunakan untuk menganalisis keragaan produksi gula usahatani TRIS I adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Peubah-peubah yang diduga berpengaruh terhadap pro- duksi gula usahatani TRIS I addlah lahan (X1), pupuk (X2), bibit (X ), tenaga kerja (X4), pestisida (X ), saat te- 3 5 bang (X6) dan peubah dummy pengalaman ketua kelompok tani TRIS I (D=l, berpengalaman, D=O, tidak berpengalaman). Dari hasil analisis data diketahui bahwa model pendu- ga fungsi produksi yang menyertakan semua peubah penjelas di atas bukan merupakan model penduga yang layak. Hasil demikian dikarenakan di dalam model terdapat masalah keko- linearan ganda sempurna antara peubah lahan dengan peubah pupuk akibat penggunaan pupuk yang didasarkan pada sistem paket. Sebagai konsekuensinya peubah pup& dikeluarkan dari model, sehingga persamaan model penduga fungsi pro- duksi gula usahatani TRIS I yang didapatkan adalah: y = - 1.6089 + 0.2911 x1 + 0.2935 x3 + 0-3668 x4 + (y = In Y, r;i = In $1 U j i F terhadap model tersebut memberikan hasil nyata pada selang kepercayaan 100 %. Sedangkan uji t terhadap masing-masing parameter peubah penjelas, berturut-turut
memberikan hasil yang nyata pada selang kepercayaan 90 %, 92 %, 99 %, 100 %, 82 % dan 98 %. Berdasarkan analisis uji skala usaha, proses produksi usahatani TRIS I berada pada kondisi skala usaha yang menaik sehingga secara teknis proses produksi ini berlang- sung pada taraf yang tidak efisien. Pada kondisi ini ra- ta-rata penggunaan faktor produksi adalah 13.677 hektar lahan, 428 549 stek bibit, 6 109.42 XI(P tenaga kerja, dan 27.93 kilogram bahan aktif pestisida, serta rata-rata te- bu ditebang pada umur 14.09 bulan. Nilai rasio NPM/BKM untuk masing-masing jumlah penggunaan faktor produksi ter- sebut adalah sebesar 1.94, 2.04, 2.41 dan 32.52. Ini ber- arti secara ekonomis proses produksi usahatani TRIS I juga berlangsung pada kondisi yang tidak efisien. Produksi gula rata-rata per hektar yang dihasilkan dengan alokasi pemakaian faktor produksi seperti di atas adalah 57.41 kuintal. Dengan dasar bagi hasil rata-rata sebesar 61.86 % untuk petani (rendemen 7.51 %) dan biaya produksi per hektar yang ditanggung petani Rp 1 658 838, maka pendapatan yang diterima oleh petani TRIS I adalah Rp 207 895 (termasuk uang tetes dan top stek). Tetapi ji- ka biaya oportunitas penggunaan lahan diperhitungkan, pen- dapatan bersih yang diterima petani TRIS I adalah sebesar Rp - 157 967 (rugi).
Berhubung usahatani TRIS I hanyalah merupakan sub sistem dari sistem TRI secara keseluruhan, keragaan produksinya yang tidak efisien tersebut bukanlah merupakan masalah yang berdiri sendiri yang terbebas dari sub sis- tem lainnya. Selain pengaruh faktor-faktor teknis, ter- jadinya masalah yang bersangkutan merupakan akibat dari serangkaian permasalahan yang terdapat pada sub sistemsub sistem lainnya yang lebih bersifat non teknis kultur budi daya tebu.