VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL"

Transkripsi

1 VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara usaha tani padi metode SRI dan usaha tani padi konvensional dilihat dari sisi penerimaan. Penerimaan yang diperoleh petani merupakan nilai dari total produksi usaha tani yang dikelolanya. Hasil penjualan gabah yang merupakan output dalam usaha tani merupakan pendapatan kotor sebelum dkurangi dengan biaya-biaya yang digunakan dalam usaha tani. Tabel 16. Penerimaan Petani Padi Metode SRI dan Petani Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Kebon Pedes, Kab. Sukabumi Jenis Usaha tani Satuan Produktivitas (Kg/Ha) Harga (Rp/satuan) Nilai (Rp) SRI Kg 5.894, Konvensional Kg 4.402, Sumber : Data primer (diolah) Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan total usaha tani padi sawah dengan menggunakan metode SRI lebih besar dari rata-rata penerimaan total usaha tani padi konvensional. Rata-rata penerimaan total usaha tani padi SRI adalah Rp ,- dengan hasil produksi (GKP/Ha) 5.894,07 kg, sedangkan rata-rata penerimaan total usaha tani padi konvensional adalah Rp ,- dengan hasil produksi (GKP/Ha) sebesar 4.402,17 kg. Jika dilihat dari hasil produksi GKP per hektar ternyata padi sawah dengan menggunakan metode SRI lebih besar jika dibandingkan dengan padi konvensional, dan rata-rata penerimaan total petani sawah metode SRI lebih besar 60

2 dari petani konvensional. Besarnya rata-rata penerimaan total yang diperoleh petani padi dikarenakan harga jual GKP padi SRI per kilogram lebih tinggi dari harga jual GKP padi konvensional per kilogramnya, yaitu Rp 2.800/Kg sedangkan harga GKP untuk padi konvensional adalah Rp 2.500/Kg 7.2 Analisis Perbandingan Biaya Usaha tani Tabel 17. Biaya Usaha tani Padi Metode SRI dan Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Sukabumi 2011 (Hektar) No 1. Biaya Tunai Pengeluaran Biaya Variabel Padi Metode SRI Padi Konvensional Biaya (Rp) % Biaya (Rp) % Benih , ,63 Pupuk , ,62 Mol/Pestisida , ,57 Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) , ,16 Sub Total , ,98 2. Biaya Hitung Tenaga Kerja Dalam Keluarga , ,02 Sub Total , ,02 Biaya Total , ,00 Sumber :Data Primer (Diolah) Berdasarkan Tabel di atas, dapat ketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan petani padi sawah dengan metode SRI mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp 61

3 per hektar. Biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari total penggunaan biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa biaya tunai proporsinya lebih besar dari biaya yang diperhitungkan dalam struktur biaya total, karena biaya ini merupakan modal operasional yang harus dimiliki oleh petani untuk menjalankan aktifitas usaha taninya. Apabila dilihat dari perbandingan penggunaan biaya tunainya antara petani pemilik dan petani penggarap maka diketahui ternyata biaya tunai yang dikeluarkan pada petani penggarap lebih besar dari petani pemilik. Biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani padi sawah dengan menggunakan metode SRI sebesar Rp per hektar atau sekitar % dari total biaya yang dikeluarkan dalam satu musim tanam, sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp per hektar atau 0,02 % dari total biaya yang digunakan dalam satu musim tanam usaha tani. Berdasarkan data yang diperoleh, besarnya penggunaan biaya oleh petani dalam usaha tani padi SRI ini sebagian besar dialokasikan untuk membayar upah tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dalam usaha tani padi metode SRI sebagian besar menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK) yaitu sebesar Rp per hektar dari total kebutuhan usaha tani, sedangkan pengeluaran untuk pengadaan pupuk (kompos) adalah sebesar Rp per hektar. Jumlah biaya untuk penggunaan tenaga kerja yang lebih besar pada budidaya padi metode SRI disebabkan oleh proses budidayanya yang membutuhkan tahapan cukup banyak jika dibandingkan dengan tahapan budidaya pada pertanian padi konvensional. 62

4 Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah TKLK, yaitu sebesar Rp per hektar. Artinya, kegiatan dalam usaha tani tidak dapat dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga sehingga kekurangan tenaga kerja dicukupi dengan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Dari segi kesempatan kerja, budidaya padi sawah dengan menggunakan metode SRI memberikan kesempatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi sawah yang menggunakan metode konvensional, namun disisi lain, biaya tunai yang akan dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja akan semakin tinggi. Dengan demikian, petani seharusnya memperhatikan kebutuhan tenaga kerja yang benar-benar diperlukan untuk menggarap sawahnya, sehingga pemborosan biaya yang disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja yang berlebihan dapat diminimalisir. Berdasarkan tabel di atas, dapat dikaji bahwa alokasi pembagian biaya pada padi konvensional pun sama dengan padi metode SRI, yakni pada penggunaan biaya tenaga kerja dan pupuk. Bagian biaya total yang digunakan untuk biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) adalah sebesar Rp per hektar atau 23,16 %, untuk pengadaan pupuk alokasi biaya yang dikeluarkan adalah sebesar 67,62 % atau Rp per hektar. Biaya total yang dikeluarkan petani padi sawah dengan menggunakan SRI lebih besar dibandingkan dengan petani padi sawah yang menggunakan metode konvensional. 63

5 7.3 Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Suatu usaha tani dikatakan menguntungkan apabila selisih antara penerimaan dengan pengeluarannya itu bernilai positif. Pendapatan usaha tani tersebut dianalisis dengan menggunakan konsep pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan petani terhadap komponen biaya-biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam proses usaha taninya. Sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari penerimaan petani yang dikurangi dengan seluruh biaya (biaya total) yang telah dikeluarkan dalam proses usaha taninya, termasuk biaya yang diperhitungkan, sehingga hasil akhir dari pendapatan atas biaya total akan lebih rendah dari pendapatan tunai. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, dapat dikaji bahwa penjualan gabah hasil panen padi metode SRI menghasilkan nilai total produksi rata-rata sebesar Rp ,-. Hasil penjualan dari padi konvensional rata-rata sebesar Rp ,-. Perbedaan jumlah penerimaan pada kedua usaha tani tersebut disebabkan perbedaan tingkat harga jual hasil panen yang cukup besar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari harga jual tersebut mengakibatkan penerimaan untuk padi sawah dengan menggunakan SRI lebih besar jika dibandingkan dengan penerimaan padi konvensional. Jika dilihat dari sisi biaya, usaha tani padi sawah dengan metode SRI memiliki biaya yang lebih besar dibandingkan dengan padi konvensional, terutama pada komponen biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan pengadaan pupuk. Pada Tabel di atas diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai padi metode SRI nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya 64

6 tunai padi konvensional. Petani padi sawah metode SRI memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp ,- per hektar, pendapatan atas biaya tunai padi konvensional diketahui bahwa nilainya sebesar Rp ,- per hektar. Hal tersebut terjadi karena rata-rata penerimaan tunai petani padi SRI lebih besar dari petani padi konvensional, sehingga diketahui bahwa selisih antara padi dengan metode SRI dengan petani padi konvensional rata-rata sebesar Rp ,- per hektar dan ternyata nilainya lebih menguntungkan bagi petani padi sawah metode SRI jika dibandingkan dengan petani konvensional. Efisiensi usaha tani aktual diperlihatkan oleh nilai R/C ratio atas biaya tunai. Tabel 20 menjelaskan bahwa nilai R/C ratio atas penggunaan biaya usaha tani padi SRI lebih besar dari R/C ratio usaha tani padi sawah Konvensional yaitu sebesar Rp 1,48 Hal ini menjelaskan bahwa petani padi SRI memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,48 dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan, sementara petani padi konvensional hanya menerima keuntungan sebesar Rp 1,27 dari setiap satuan inputnya. Jika menggunakan biaya total usaha tani, petani padi metode SRI memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,45 sedangkan petani padi konvensional memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,25 dari setiap satu rupiah yang digunakan dalam proses usaha tani. Meskipun demikian, jika dilihat dari R/C ratio biaya tunai kedua sistem usaha tani tersebut masih tergolong menguntungkan secara ekonomi karena nilai R/C ratio masing-masing usaha tani tersebut bernilai positif (R/C > 1). 65

7 Tabel 18. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Metode SRI dan Usaha tani Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Kebon Pedes Januari April 2011 (Rp/Ha) No Uraian Padi SRI (Rp) 1 Pendapatan usaha tani % Padi Konvensional (Rp) % 2 Biaya usaha tani : 3 4 Tot.Biaya tunai , Tot.Biaya diperhitungkan , ,02 Total Biaya , ,00 Pendapatan atas B.Tunai Pendapatan atas B.Total 5 R/C Ratio B.Tunai ,48 1,27 6 R/C Ratio B.Total Sumber :Data Primer (Diolah) 1,45 1, Perhitungan Estimasi Nilai Ekonomi Air Air merupakan input produksi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Untuk tanaman padi sendiri membutuhkan air yang cukup banyak dalam proses pertumbuhannya. Lahan pertanian di desa Jambenenggang pada umumnya merupakan sawah tadah hujan, yang berarti bahwa petani hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawahnya. Namun di beberapa tempat, ada beberapa petani yang menggunakan air sungai yang dibendung untuk mengairi lahan pertaniannya. Ketersediaan sumberdaya air yang semakin terbatas, mengharuskan petani untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada agar lahan pertanian tetap mendapat air. Efisensi air dalam pertanian merupakan penggunaan sumber daya air 66

8 seminimum mungkin sebagai faktor input produksi, namun tidak mempengaruhi output yang dihasilkan. Air baku ini merupakan air yang berasal dari air tanah termasuk mata air yang telah diambil dari sumbernya dan telah siap untuk dimanfaatkan. Harga air baku merupakan nilai rupiah dari biaya eksploitasi atau investasi untuk mendapatkan air baku tersebut. Harga Air Baku (HAB) adalah harga rata-rata air tanah per satuan volume di suatu daerah yang besarnya sama dengan nilai investasi untuk mendapatkan air tanah tersebut dibagi dengan volume produksinya. Sukanto R. (1989), Harga air baku adalah sejumlah biaya dan upaya yang dikeluarkan sekarang untuk mendapatkan atau mengeluarkan air tanah sampai ke permukaan tanah yang meliputi biaya konstruksi, biaya tetap biaya operasional selama umur ekonomis. Abidin Z (2008). Untuk melihat tingkat efisiensi air secara ekonomi, dapat diketahui dengan menggunakan nilai ekonomi dari air tersebut. Nilai ekonomi air dapat dibandingkan antara air yang digunakan padi sawah SRI dengan air yang digunakan padi konvensional. Nilai ekonomi air dapat dihitung dengan beberapa pendekatan teori ekonomi. Salah satu teori ekonomi yang dapat digunakan yaitu pendekatan teori ekonomi produksi, yaitu dengan menghitung nilai produk marginal dari setiap tambahan input yang diberikan yang berpengaruh terhadap output yang dihasilkan., atau Berdasarkan dari data ini diperoleh nilai X yang merupakan nilai selisih input produksi yaitu 4000 m 3 dengan asumsi luas lahan yang sama namun 67

9 metode pertanian yang berbeda. Dari sisi produksi, dapat diketahui bahwa ratarata produksi padi sawah dengan menggunakan metode SRI lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produksi GKP padi konvensional. Produksi ratarata GKP yang dihasilkan padi SRI sebesar y 5.897,07 Kg, sedangkan rata-rata produksi GKP padi konvensional sebesar 4.402,17 Kg. dari hasil perhitungan diperoleh Y yang merupakan selisih output produksi SRI dengan konvensional dengan asumsi luas lahan sama. Dari hasil perhitungan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai MP sebesar 0,372 yang merupakan nilai marginal dari air sebagai input produksi. Untuk menghitung nilai ekonomi air dapat diasumsikan dengan biaya marginal yang dihitung. Biaya marginal adalah perkalian antara nilai P (Y) yang merupakan harga dari GKP yang dihasilkan dengan nilai marginal (MP) dari air tersebut. Dari hasil perhitungan yang diperoleh dapat diketahui bahwa biaya marginal sebesar Rp 1.041,6. Nilai ini dapat diasumsikan sebagai nilai ekonomi air per m 3 yang dialirkan oleh petani ke sawah mereka, baik petani padi SRI maupun petani padi konvensional. Berdasarkan data yang sudah dihitung dapat dikaji bahwa ternyata air memiliki nilai yang cukup besar, khususnya buat pertanian. Keberadaan air sangat dibutuhkan untuk berproduksi sehingga nilai ekonomi air diharapkan dapat menjadi tolak ukur untuk tetap menjaga ketersediaan sumberdaya air. 68

10 Tabel 19. Tabel Nilai Ekonomi dari Penggunaan Air Padi Sawah desa Jambenenggang Kabupaten Sukabumi Uraian SRI Konvensional Δ Jumlah 1. Produksi (Kg) 5.894, ,17 ΔY 1.491,90 2. Penggunaan air (m 3 ) 7.500, ,00 ΔX 4.000,00 3. Rasio: ΔY ΔX 0,37 4. Nilai Ekonomi air : P (Y) ,60 Selain dengan menggunakan pendekatan ekonomi produksi, nilai ekonomi air dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan investasi proyek pompanisasi yang ditulis oleh Mia Mardiyatuljanah. Tabel 20. Komponen Biaya Investasi Pompanisasi, Tahun 2008 No. Uraian Jumlah (Rp) Persentase (%) 1. Pekerjaan persiapan ,20 2. Pekerjaan Elektrikal dan Mekanikal ,00 3. Pengadaan pipa ,40 4. Pemasangan pipa ,00 5. Pekerjaan rumah panel ,30 6. Pekerjaan Rumah Pompa ,20 7. Pengadaan dan Pemasangan Mesin Generator ,50 8. Pekerjaan Pembuatan Bak Penampung ,40 Biaya Total ,00 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang,

11 Biaya Operasi dan Pemeliharaan Biaya operasi terdiri dari pembayaran listrik, pelumas dan upah operator. Biaya listrik, pelumas dan upah operator per tahun berturut-turut adalah Rp ,00, Rp ,00, Rp ,00. Total biaya operasi adalah Rp ,00 (Tabel Lampiran 5). Sedangkan biaya Pemeliharaan merupakan biaya rutin yang besarnya Rp /tahun. Tabel 21. Biaya Pemeliharaan No Uraian Jumlah (Rp) 1. Biaya Listrik Biaya Pelumas Upah Operator Biaya Pemeliharaan Biaya Total Sumber : Data (diolah) Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai investasi suatu proyek pompanisasi diasumsikan sama dengan nilai Rp ,- dan untuk mengestimasi nilai ekonomi air, nilai investasi dan biaya operasional akan dikonversi menjadi nilai invesatasi dan biaya operasional setiap tahunnya, sehingga di peroleh bahwa nilai investasi serta biaya operasional dan pemeliharaan sebesar Rp ,- per tahun. Berdasarkan nilai invesatsi proyek setiap tahunnnya dapat diestimasi nilai ekonomi air yang menggunakan rumus dibawah ini : ( Biaya Investasi pembuatan sumur + (BiayaTetap+Biaya Operasional)) Volume Air yang dihasilkan 70

12 ( Rp ,- + (Rp ,- + Rp )) m 3 = Rp ,26 per m 3 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diestimasi bahwa nilai ekonomi air untuk setiap penggunaan air rata-rata petani sebesar Rp ,26 per m 3. Dari hasil di atas, dapat dsimpulkan bahwa air yang selama ini dipandang tidak bernilai sama sekali ternyata memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi terutama bagi sektor pertanian yang merupakan salah satu input produksi yang sangat penting. Penggunaan sistem padi SRI yang menghemat air pada tabel di atas menunjukan bahwa padi SRI mampu menghemat nilai ekonomi air yang cukup tinggi dan dapat menguntungkan secara ekonomi. 7.5 Hasil Uji Statistik Metode SRI dengan Konvensional Model fungsi produksi yang digunakan dalam menduga usaha tani padi adalah model fungsi Cobb Douglas. Uji t digunakan untuk melihat apakah variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel tak bebas. Variabel bebas dalam usaha tani padi metode SRI adalah, pupuk (X1), benih (X2), air (X3), TKDK (X4). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha tani padi SRI diduga dengan menggunakan model fungsi Cobb Douglas. Hasil regresi yang didapatkan : ln Y = ln X ln X ln X ln X 4 Hasil model regresi untuk usaha tani metode SRI diketahui bahwa nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 5 %, sehingga berdasarkan uji-f dapat diambil kesimpulan bahwa tolak H0 artinya pupuk, benih, air dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Berdasarkan 71

13 analisis regresi diperoleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 0,819 Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 81,9 % pupuk, benih, air dan tenaga kerja dapat menjelaskan variasi produksi padi. Variabel Koefiisen Regresi Standard Error Nilai t hitung Peluang VIF Konstanta 1,0437 0,8761 1,19 0,252 Pupuk 0, , ,50 0,015** 1,895 Benih -0,2786 0,2148-1,30 0,021*** 1,605 Air 0,7754 0,2212 3,50 0,003** 4,513 Tenaga Kerja 0,0413 0,3867 0,11 0,916 2,794 Kofisien determinasi R-Sq = 81,9% R-Sq(adj) = 77,0% * α = 0,01 ** α = 0,05 *** α = 0,1 Berdasarkan hasil pendugaan model diperoleh nilai VIF untuk masingmasing memiliki nilai < 10, sehingga variabel yang digunakan dalam model tidak ada masalah multikolinearitas. Dalam model fungsi produksi Cobb Douglas nilai koefisien regresi merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut, sedangkan penjumlahan dari nilai-nilai elastisitas dapat digunakan untuk menduga keadaan skala usaha. Elastisitas sebesar 1,713 menunjukan produksi padi belum optimal sehingga keuntungan maksimal akan didapat jika elastisitas produksi padi berada diantara nol sampai satu yaitu di daerah yang rasional. Hal ini seharusnya dilakukan agar petani mendapatkan keuntungan yang optimal. Variabel-variabel 72

14 yang diduga mempengaruhi produksi usaha tani dengan penerapan SRI adalah sebagai berikut: A.Pupuk Kandang Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa pupuk memiliki hubungan yang positif terhadap produksi padi karena semakin banyak pupuk yang digunakan maka produksi semakin tinggi. Dalam penelitian ini terlihat pupuk secara statistik memiliki hubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi usaha tani padi, dalam taraf α sama dengan 20 % dengan nilai-p sebesar 0,015. Pupuk memiliki nilai elastisitas 0,135 yang berarti setiap kenaikan 1 % pupuk kandang, maka akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,135 %. B. Benih Dari hasil perhitungan hasil output minitab dapat diketahui bahwa benih mempunyai hubungan negatif terhadap produksi padi karena pada dasarnya pada sistem usaha tani SRI menggunakan bibit yang lebih sedikit dibandingkan konvensional. Dilihat dari nilai statistik dari benih, nilai-p lebih kecil pada taraf α 10 %. Hal ini menunujukan bahwa benih berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Benih memiliki nilai elastisitas sebesar -0,2786 yang berarti setiap kenaikan 1% benih menurunkan produksi sebesar 0,2786 %, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan benih melebihi dari anjuran. C.Air Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui bahwa air memiliki hubungan positif dengan produksi. Nilai koefisien air adalah 0,7754 ini menunjukan bahwa setiap kenaikan 1 % air akan meningkat produksi sebesar dengan asumsi ceteris paribus. Dilihat dari nilai-p nya menunjukan bahwa air berpengaruh 73

15 nyata terhadap produksi, karena P dari air memiliki nilai lebih kecil dari taraf α 5 %. D.Tenaga Kerja Pada umunya tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh positif terhadap produksi padi. Jika semakin banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan dilihat dari kualitas tenaga kerja maka produksi padi akan meningkat. Dalam penelitian ini tenaga kerja memiliki hubungan positif dan namun tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi. TKDK memiliki nilai elastisitas sebesar 0,0413, yang berarti setiap kenaikan TKDK 1%, maka akan meningkatkan produksi sebasar 0, 0413 %. Nilai P dari tenaga kerja menunjukan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Usaha tani padi metode konvensional dipengaruhi oleh Pupuk anorganik (X1), Benih (X2), air (X3), tenaga kerja (X4). Model fungsi produksi Cobb Douglas yang didapatkan untuk usaha tani padi penerapan konvensional adalah sebagai berikut : ln Y = ln X ln X 2 0,112 ln X 3 + 0,362 lnx 4 Hasil uji-f menunjukan bahwa nilai p-value < p-alpha, sehingga dapat diambil kesimpulan tolak H0 artinya,pupuk, benih, air dan tenaga kerja secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Berdasarkan analisis regresi diperoleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 0,458. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 45,8 % pupuk, benih, air dan tenaga kerja dapat menjelaskan variasi produksi padi. 74

16 Variabel Koefiisen Regresi Standard Error Nilai t hitung Peluang VIF Konstanta 3,498 1,430 2,45 0,027 Pupuk 0,5902 0,3115 1,89 0,078*** 1,8 Benih -0,1710 0,3202-0,53 0,0601** 1,6 Air -0,1122 0,3543-0, *** 4,0 Tenaga Kerja 0,6316 0,5171 1,22 0,241 3,8 Koefisien determinasi R-Sq = 77,2% R-Sq(adj) = 45,8% * α = 0,01 ** α = 0,05 *** α = 0,1 Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi produksi usaha tani padi dengan penerapan konvensional adalah sebagai berikut: A.Pupuk Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa pupuk memiliki hubungan yang positif terhadap produksi padi karena semakin banyak pupuk yang digunakan maka produksi semakin tinggi. Dalam penelitian ini terlihat dari regresi pupuk memiliki hubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi usaha tani padi, dalam taraf α 10 % dengan nilai-p sebesar 0,078. Pupuk memiliki nilai elastisitas 0,5902 yang berarti setiap kenaikan 1% pupuk, maka akan meningkatkan produksi sebesar 0,5902 % B.Benih 75

17 Berdasarkan hasil perhitungan hasil output minitab dapat diketahui bahwa benih mempunyai hubungan negatif terhadap produksi padi konvensional, hal ini dilihat dari nilai elastisitas dari benih yaitu -0,1710. Dilihat dari nilai statistik dari benih, nilai-p lebih kecil dibandinkan dengan taraf α 10 %. Hal ini menunujukan. bahwa penambahan benih, tidak akan meningkatkan produksi tetapi malah sebaliknya akan menurunkan produksi. c. Air Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui bahwa air memiliki hubungan negatif dengan produksi.. dilihat dari nilai P nya menunjukan bahwa air berpengaruh nyata terhadap produksi, karena nilai-p dari air memiliki nilai lebih kecil dari taraf α 5 %. Nilai koefisien dari air -0,1122 artinya setiap kenaikan air 1 % akan menurunkan produksi sebesar 0,1122 %. Pada kondisi ini terjadi kelebihan penggunaan air, dimana penambahan air bukan meningkatkan produksi tetapi sebaliknya akan menurunkan produksi. e.tenaga Kerja Tenaga kerja dalam keluarga berpengaruh positif terhadap produksi padi. Jika semakin banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan dilihat dari kualitas tenaga kerja maka produksi padi akan meningkat. Dalam penelitian ini tenaga kerja memiliki hubungan positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. TKDK memiliki nilai koefesien sebesar 0,6316, yang berarti setiap kenaikan TKDK 1 %, maka akan meningkatkan produksi sebasar 0,6316 %. Nilai-P dari tenaga kerja menunjukan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. 76

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Petani Pendapatan yang diterima seorang petani dalam satu musim/satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang petani yang mengusahakan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menggali fakta- fakta di lapangan kemudian dianalisis dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak Karakteristik sosial ekonomi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi September Tahun 2014 ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Oleh : Siska Alfiati Dosen PNSD dpk STIPER Sriwigama Palembang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan dan Kegunaan

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang analisis pendapatan usahatani padi, peneliti mengambil beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian, dengan mengkaji dan melihat alat analisis yang digunakan

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar Ubi jalar telah banyak diteliti dari berbagai bidang disiplin ilmu, akan tetapi penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani belum pernah dilakukan.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Desy Issana Sari 1, Yudi Ferrianta 2, dan Rifiana 2 1 Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil-hasil penelitian beserta pembahasan yang meliputi pandangan petani terhadap program pemupukan berimbang dan tingkat penerapan teknologi pemupukan berimbang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI PADI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH Ronnie S. Natawidjaja, Haris F. Harahap, dan Henri W. Perkasa Center for Agrifood Policy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH (Kasus Desa Tegal Panjang, Cariu, Bogor) Supena Friyatno dan Sumaryantoo Abstrak Tulisan ini mencoba melihat alokasi masukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier 7.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis. Dalam pembahasannyan

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci