SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

PENGARUH PENERAPAN SISTEM JUST IN TIME TERHADAP BIAYA OVERHEAD PABRIK STUDI KASUS PADA PT XYZ

MANAJEMEN PERSEDIAAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

Akuntansi Biaya. Just In Time and Backflushing. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

SISTEM JUST IN TIME ( JIT ) PENTING BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI Oleh : Putu Sulastri

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

Akuntansi Biaya. Just in Time. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

Just in time dalam Manajemen Logistik

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

Prepared by Yuli Kurniawati

BAB II LANDASAN TEORI

JUST-IN-TIME ( JIT )

BAB III LANDASAN TEORI

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut)

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

Ratih Wulandari, ST., MT

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA CV. X

GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang secara kontinue diperoleh, diubah dan kemudian dijual kembali. Ada beberapa

PENERAPAN METODE JUST IN TIME DALAM PENGADAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA DRESS COLLECTION. Adri Maldini Fakultas Ekonomi Akuntansi

BAB XII JUST IN TIME

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

PENGARUH PENERAPAN FILOSOFI JUST IN TIME (JIT) PADA ORGANISASI YANG MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK

Bentuk Kuesioner Analisa SWOT

PENERAPAN METODE JUST IN TIME UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PERSEDIAN BAHAN BAKU. Christyandhika Putra

BAB 2 LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Just-In-Time and Backflushing. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) Gambar 11.1 Proses Transformasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang barang milik

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

BAB III LANDASAN TEORI

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

Operasional. Disampaikan Oleh : Kristian Suhartadi WN, SE., MM

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak terjadi perubahan yang cukup drastis pada lingkungan

PROSES PERUBAHAN DAN PENGOPERASIAN TQM

BAB V PENUTUP. penelitian seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat ditarik

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA. Just In-Time dan Backflushing. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan disegala bidang usaha menghadapi berbagai

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI MANAJEMEN. Buku : Akuntansi Manajerial Garrison/Noreen. Dosen : 1. BUDI S. PURNOMO, SE., MM,.MSi. 2. POPPY SUSIANI H, SE, SE.

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Just-in-Time Production Systems (JITPS) in Developing. Countries: The Nigerian Experience

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian terbesar dalam penggunaan modal perusahaan serta pengaruhnya terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TOC dan Just In Time (JIT)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengendalian persediaan. Render dan Heizer (2001:314) merencanakan untuk persediaan bahan baku pada perusa haan.

Transkripsi:

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM

PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lainlain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.

4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus (Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi. 5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection) Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi Zero Defect dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.

6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People) Dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.

7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies) Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan dan formulasi model peramalannya.

Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek, melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi

KRITIK TERHADAP JIT Sulit perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk. Dalam industri sulit sekali tidak memiliki persediaan, khususnya yang bahan bakunya impor. Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya memproduksi satu macam komoditi dengan teknologi khusus. Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.

KRITIK TERHADAP JIT Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi komoditi terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang sudah ahli sehingga tidak perlu mendidik dan melatih; teknologi dan metode kerja tidak begitu mudah diganti. Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah. Mereka bekerja bukan ingin merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi mereka pada umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.

MANFAAT JIT Waktu set-up gudang dapat dikurangi. Aliran barang dari gudang ke produksi meningkat. Beberapa pekerja akan fokus pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat. Arus barang dari gudang ke rak ditingkatkan. Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja dalam situasi di mana mereka dibutuhkan bila ada kekurangan pekerja dan permintaan yang tinggi untuk produk tertentu. Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten. Hal ini dapat menghemat uang perusahaan dengan tidak harus membayar pekerja untuk pekerjaan yang tidak selesai.

Adanya peningkatan hubungan dengan suplier. Perputaran Persediaan. Filosofi persediaan diputar pada merancang sistem persediaan yang sempurna memadukan dasar-dasar meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan.

PERSYARATAN PERSYARATAN JUST IN TIME ( JIT ) 1. Organisasi Pabrik: Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi. 2. Pelatihan/Tim/keterampilan: JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari system tradisional dan bagaimana cara kerja JIT yaitu:

Membentuk Aliran/Penyederhanaan: Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal. Kanbal Pull System: Kanbal merupakan system manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan. -Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya. -Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan. -Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya. -Meratakan beban produksi. -Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

PERBANDINGAN SISTEM JUST IN TIME DENGAN SISTEM TRADISIONAL 1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan : Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitasaktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian. System dorongan adalah system penentuan aktivitasaktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.

PERBANDINGAN SISTEM JUST IN TIME DENGAN SISTEM TRADISIONAL 2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.

3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah. 4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.

5. Struktur seluler dibanding struktur departemen Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesinmesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf U sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.

6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi System JIT yang menggunakan system tarikan waktu bebas harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.

7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masingmasing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur selulernya. 8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.

9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah. 10.TQC dibanding AQL TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.aql (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

KESIMPULAN Just In Time merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan baku, WIP, dan produk jadi. Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly line yang menerima jadwal produksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima pesanan produksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang tepat dengan spesifiksai yang tepat pula.

SOAL 1. Jelaskan apa saja yang menjadi prinsip dasar Just In Time 2. Ternyata ada kritik terhadap Just In Time, jelaskan apa saja yang menjadi kritik terhadap Just In Time 3. Apa manfaat Just In Time bagi perusahaan 4. Bagaimana perbandingan just in time dengan sistem tradisional?