BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

Nama Hasan Datau Nim Pembimbing 1 Dra. Hj. Nikmah Musa, M.Si Pembimbing II Wawan Pembengo, SP,M.Si Prodi S1 Agroteknologi Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PELAKSANAAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

STAF LAB. ILMU TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA...

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

yang dapat ditangkap lebih tinggi karena selain bidang tangkapan lebih besar, jumlah cahaya yang direfleksikan juga sedikit. Peningkatan luas daun

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Transkripsi:

14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam lampiran 3a menunjukan bahwa perlakuan varietas berbeda nyata pada seluruh pengamatan tinggi tanaman yakni dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 MST sedangkan perlakuan naungan dan interaksi tidak berbeda nyata pada pengamatan tinggi tanaman cabe. Hal ini terjadi karena perlakuan varietas lebih responsip terhadap parameter tinggi tanaman pada daerah lokasi penelitian, seperti yang dijelaskan oleh Darliah dkk. (2001) dalam Triadi (2011). Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan. Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Cabe 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 MST Berdasarkan Perlakuan Naungan dan Varietas Tinggi Tanaman (Cm) Perlakuan 1MST 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST Naungan: N0 (Tanpa Naungan) 7.75tn 9.71tn 12.44tn 16.89tn 23.19tn 31.64tn 41.92tn N1 (Naungan Paranet) 8.57 10.91 13.64 18.66 25.08 34.41 45.18 N2 (Naungan Daun Kelapa) 8.79 11.21 14.58 20.13 27.98 39.15 46.44 Varietas: V1 ( Varietas Malita FM) 7.07 a 8.65 a 11.06 a 15.34 a 21. 27 a 30.15 a 40.26 a V2 ( Varietas Lado F1) 9.67 b 12.56b 16.05 b 21.78 b 29. 57 b 39.98 b 48.77 b BNT 5% 0.75 1.20 1.39 3.17 5.02 7.23 8.25 Berdasarka hasil uji BNT 5% menunjukan perlakuan varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman umur 1 MST sampai dengan 7 MST, ada peningkatan tinggi tanaman yang di perlihatkan oleh masing-masing varietas. Varietas V2 lebih cepat pertumbuhan tinggi tanaman di bandingkan dengan V1 yakni pada umur 1MST tinggi tanaman V2 mencapai (9.67 cm) sedangkan untuk V1 tinggi tanaman baru mencapai (7.07 cm), pada umur 2MST tinggi tanaman V2 sudah

15 mencapai (12.56 cm) untuk tanaman V1 baru mencapai (8.65 cm) masih lebih rendah dari tinggi tanaman V2 umur 1MST, namun walaupun demikian tanaman varietas V1 tetap menunjukan pertumbuhan yang terus meningkat sampai pada umur 7MST yakni (40.26 cm) begitu juga dengan tanaman varietas V2 yang sangat cepat pertumbuhan tinggi tanaman yakni sampai pada 7MST (48.77 cm). Hal ini terjadi disebabkan oleh kondisi lingkungan di setiap daerah, sehingga varietas V2 lebih cepat pertumbuhan tinggi tanaman di banding dengan varietas V1 karena sesuai dengan deskripsi tanaman varietas V2 yakni Lado F1 cocok di tanam di segala musim di berbagai ketinggian. Bahkan,Varietas ini masih tumbuh baik di daerah pesisir/berpasir yang panas. Selanjutnya (Darliah dkk, 2001 dalam Triadi, 2011) menjelaskan bahwa pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan. Perlakuan pada naungan walaupun tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman tetapi tetap memperlihatkan peningkatan pada tinggi tanaman. Perlakuan naungan daun kelapa (N2) merupakan perlakuan yang terbaik dari umur 1 MST sampai dengan 7 MST yakni, (8.79 cm), (11.21 cm), (14.58 cm), (20.13 cm), (27.98 cm), (39.15 cm), dan (46.44 cm). Sedangkan untuk perlakuan naungan paranet (N1) memperlihatkan hasil cukup baik dari pengamatan tinggi tanaman yang hanya berbeda selisis sedikit dari perlakuan (N2). Nilai tertinggi pada pengamatan tinggi tanaman yang dicapai pengamatan (N1) yakni, 45.18 cm, sedangkan yang terendah diperoleh perlakuan tanpa naungan (N0). Hal ini di duga karena perlakuan naungan daun kelapa intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut, seperti pada penjelasan menurut Hale dan Orchut (1987) dalam Hidayat (2012) menjelaskan bahwa pada kebanyakan tanaman, kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman naungan ialah tergantung kepada kemampuannya dalam melanjutkan fotosintesis dalam kondisi defisit cahaya. Selanjutnya menurut (Hale dan Oreutt, 1970 dalam Khoiri 2007) menjelaskan bahwa Tanaman cabe yang dinaungi memiliki rata rata peningkatan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman cabe yang

16 tidak dinaungi. Adaptasi tanaman terhadap naungan akan mempengaruhi morfologi, anatomi, dan fisiologi tanaman, diantaranya dapat melalui peningkatan luas daun dan tinggi tanaman sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit, dan mengurangi cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. 4.2 Umur Berbunga Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada pengamatan umur berbunga, sedangkan pelakuan naungan dan interaksi tidak berbeda nyata hal ini terjadi karena perlakuan varietas sangat jelas memperlihatkan respon terhadap umur berbunga sedangkan untuk naungan belum menunjukan respon pada vase umur berbunga. Tabel 2. Rata-rata Umur Berbunga Berdasarkan Perlakuan Naungan dan Varietas Perlakuan Umur Berbunga (hari) Naungan : N0 (Tanpa Naungan) 58.80tn N1 (Naungan Paranet) 57.33 N2 (Naungan Daun Kelapa) 59.20 Varietas : V1 (Varietas Malita FM) 64.31 b V2 (Varietas Lado F1) 52.58 a BNT 5% 1.36 Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat rataan umur berbunga untuk perlakuan naungan tidak berbedanyata di setiap perlakuan, namun walaupun demikian rataan umur berbunga pada naungan menunjukan hasil lebih baik di bandingkan varietas Malita FM, sedangkan perlakuan variets Lado F1 memiliki umur berbubga lebih cepat dibandingkan dengan seluruh perlakuan yakni 52.58 hari. Hal ini di sebabkan oleh karena varietas Lado F1 pertumbuhannya memang lebih cepat di bandingkan dengan varietas malita FM seperti yang dijelaskan oleh Mario, dkk (2007) yang disajikan pada deskripsi varietas Malita FM memang

17 lebih lambat umur berbunga yakni ± 3 bulan sesudah semai / 2 bulan setelah tanam. 4.3 Bobot Buah Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada pengamatan bobot buah, sedangkan pelakuan naungan dan interaksi tidak berbeda nyata terhadap bobot buah, hal ini disebabkan oleh perlakuan naungan yang belum responsif terhadap bobot buah sehingga bobot buah yang di hasilkan disetiap perlakuan naungan tidak nyata. Tabel 3. Rata-rata Bobot Buah Berdasarkan Perlakuan Naungan dan Varietas Pertanaman Perlakuan Bobot Buah (gr) Naungan : N0 (Tanpa Naungan) 21.64tn N1 (Naungan Paranet) 26.5 N2 (Naungan Daun Kelapa) 21.7 Varietas : V1 (Varietas Malita FM) 19.89a V2 (Varietas Lado F1) 26.67b BNT 5% 1.36 Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat dilihat rataan bobot buah untuk perlakuan naungan walaupun tidak berbeda nyata tetapi tetap memperlihatkan hasil bobot buah yang maksimal yakni pada perlakuan naungan paranet yakni 26,5gr, dan untuk naungan daun kelapa hampir sama pengaruhnya yakni untuk naungan daun kelapa yakni 21,7 gr untuk tanpa naungan yakni 21,64 gr sedangkan perlakuan variets Lado F1 memiliki bobot buah yang lebih berat dibandingkan cabe Malita FM yakni 26,67 gr dan merupakan nilai tertinggi di antara semua perlakuan pada parameter bobot buah, hal ini di sebabkan oleh karena naungan parameter lebih teratur lubang cahaya yang dihasilkan sehingga

18 cahaya yang diterima tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut dan memberikan hasil yang lebih baik diantara perlakuan naungan, kaitannya dengan bobot buah varietas Lado F1 memang dari segi ukuran buah lebih besar dibandingkan dengan Malita FM seperti yang di jelaskan oleh Mario, dkk 2007 ukuran buah yang dihasilkan varietas Malita FM yakni 4.5 cm diameter 1 cm, sedangkan untuk varietas Lado F1 18,9 cm diameter 0,9 cm. 4.4 Jumlah Buah Berdasarkan analisis sidik ragam pada lampiran 5 menunjukan bahwa perlakuan varietas, naungan dan interaksi berbeda nyata pada pengamatan parameter jumlah buah hal ini disebabkan oleh karena masing-masing perlakuan dari rataan perlakuan saling memberikan respon terhadap jumlah buah. Tabel 4. Rata-rata Jumlah Buah Berdasarkan Perlakuan Naungan dan Varietas (pertanaman) Varietas Naungan Rataan BNT 5% Malita FM Lado F1 Tanpa Naungan 23.53 10.53 17.03 a Naungan Paranet 28.93 10.60 19.77 b 1.96 Naungan Daun Kelapa 26.27 8.47 17.37 ab Rataan 26.24 b 9.63 a 1.6 Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat dilihat untuk perlakuan naungan adanya interaksi terbaik pada perlakuan naungan dan varietas Malita FM sehingga menghasilkan jumlah buah 28.93, sedangkan nilai terendah di peroleh pada perlakuan varietas Lado F1 dengan perlakuan naungan daun kelapa yakni 8.47 buah. Untuk perlakuan kontrol atau tanpa naungan hasilnya lebih baik dibandingkan dengan perlakuan naungan daun kelapa pada varietas Lado F1 yakni 23.53 buah, dilihat dari jumlah rataan varietas Malita FM lebih baik dari pada varietas Lado F1 dan untuk naungan perlakuan naungan paranet merupakan perlakuan yang sangat baik. Hal ini disebabkan oleh karena jumlah buah varietas

19 Malita FM lebih banyak dibandingkan dengan varietas Lado F1 dan di kombinasikan dengan naungan paranet yang sesuai dengan kebutuhan cahaya dan efisiensi tanaman terhadap cahaya. Seperti yang di jelaskan oleh Soepandie et al, 2006 dalam Hidayat 2012 intensitas cahaya rendah menyebabkan kerapatan trikoma berkurang. Kondisi ini sangat menguntungkan tanaman karena jumlah cahaya yang akan direfleksikan oleh adanya trikoma akan menjadi sedikit. Dengan demikian, semakin sedikit jumlah trikoma akan semakin baik bagi tanaman karena akan semakin efisien dalam menangkap cahaya. Data ini menunjukkan bahwa pengurangan trikoma merupakan salah satu mekanisme yang dibentuks tanaman untuk mengefisienkan penangkapan cahaya. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa meningkatnya intensitas kehijauan merupakan mekanisme yang dibangun tanaman agar dapat menangkap dan menggunakan cahaya secara efisien.yang diperlukan tanaman sehingga terjadi interaksi antara kedua perlakuan yang menghasilkan perlakuan naungan paranet yang responsif terhadap varietas Malita FM, 4.5 Hasil Perpetak(gr) Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan varietas dan naungan berpengaruh nyata pada pengamatan produksi perpetak. Hal ini disebabkan oleh karena pada fase produksi perlakuan naungan akan lebih jelas terlihat karena pada fase ini dapat diketahui seberapa maksimal perlakuan naungan yang diberikan terhadap tanaman cabe dan penyesuaian tanaman terhadap naungan yang diberikan sejak awal pertumbuhan yakni proses fotosintesis dan efisiensi cahaya yang di terima tanaman akan menghasilkan produksi yang baik, seperti yang di jelaskan oleh Hale dan Orchut 1987 dalam Hidayat 2012 defisit cahaya pada tanaman cabai yang tergolong tanaman perlu cahaya berakibat fatal yaitu terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi kepada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat sehingga secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas yang rendah di bawah naungan. Pada kebanyakan tanaman, kemampuan tanaman dalam mengatasi

20 cekaman naungan ialah tergantung kepada kemampuannya dalam melanjutkan fotosintesis dalam kondisi defisit cahaya. Tabel 5. Rataan Produksi Perpetak Berdasarkan Perlakuan Naungan dan Varietas Perlakuan Hasil Perpetak (gr) Naungan : N0 (Tanpa Naungan) 108.17a N1 (Naungan Paranet) 132.5 b N2 (Naungan Daun Kelapa) 108.5 ab BNT 5% 15.8 Varietas : V1 (Varietas Malita FM) 99.44a V2 (Varietas Lado F1) 133.33b BNT 5% 12.9 Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat dilihat perlakuan pada varietas Lado F1 merupakan varietas yang menghasilkan nilai tertinggi pada produksi perpetak yakni 133.33 gr sedangkan hasil produksi perpetak varietas Malita FM lebih rendah yakni 99.44 gr, untuk perlakuan naungan nilai tertinggi di peroleh perlakuan naungan menggunakan paranet yakni 132.5 gr dan yang terendah adalah perlakuan tanpa naungan 108.5 gr tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan naungan daun kelapa yakni 108.17. Hal ini disebabkan karena naungan menggunakan paranet lubang-lubang yang dihasilkan beraturan sehingga cahaya yang masuk teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman dan untuk naungan daun kelapa cahaya yang masuk tidak beraturan sehingga efisiensi penangkapan cahaya oleh tanaman tidak maksimal. Menurut (Salisbury dan Rose, 1991 dalam Khoiri 2007). Tumbuhan pada naungan akan meningkatkan laju fotosintesis diantaranya dengan memperbanyak jumlah kloroplas (Lambers, 1998 dalam Khoiri, 2007). Dari data panjang dan berat kering antara akar dan tajuk, perlakuan naungan memiliki nilai rata rata panjang dan berat kering lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, naungan menyebabkan titik kompensasi cahaya sangat rendah dan

21 menyebabkan pertumbuhannya sangat lambat, penjelasan pada penelitian sebelumnya menurut Mawardi dan Sudaryono (2008), bahwa berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasannya tanaman cabai yang ditumbuhkan dibawah naungan tertutup akan diperoleh anasir iklim mikro (intensitas radiasi matahari, albedo, suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara, kecepatan angin) lebih baik dari pada tanaman cabai yang tumbuh tanpa naungan. Faktor penting lainnya dalam meningkatkan produksi tanaman cabai yakni varietas sesuai dengan lingkungan yang cocok dan paling ekonomis karena pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif, selanjutnya Mawardi dan Sudaryono (2008), menjeslaskan bahwa pemberian naungan terhadap tanaman cabai memberikan hasil yakni 14,5 kg/m 2.