BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

dokumen-dokumen yang mirip
5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

5. ANALISIS HASIL DAN INTERPRETASI DATA

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

Tabel 4.1 Tabel Integratif Gambaran Umum Partisipan

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 4 HASIL DAN INTERPRETASI

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

4. HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. 4. A. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4. A.1. Gambaran jenis kelamin subjek penelitian

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN. Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian. Identitas Subjek Frekuensi Presentase.

4. HASIL DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

BAB 3 PERMASALAHAN, HIPOTESIS, DAN VARIABEL

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. item pernyataan pada adversity quotient dan 25 item pernyataan pada kinerja

BAB 4 ANALISA HASIL. Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase.

BAB IV ANALISIS DATA. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase. Laki-Laki % Perempuan % Total %

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

4. HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing dan siswa kelas XI di SMA

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan

Bab III Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 Analisis Hasil

4. HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Betti Astriani, F.PSI UI, 2008

Organisasi di PT. Telkom Indonesia Witel Solo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

5. HASIL PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adversity Quotient dan Problem Focused Coping berdasarkan jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berjumlah 60 orang, untuk karyawan divisi keuangan berjumlah 20 orang dan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan software program SPSS (Statistical

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab1.


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subyek dalam penelitian ada 347 orang siswa kelas XI yang terdiri dari

4. A ALISIS HASIL PE ELITIA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil olah data yang sudah di analisis

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan 11 karyawan perempuan. Masa kerja karyawan adalah minimal 6 bulan Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISA HASIL Gambaran Umum Responden Penelitian. Deskripsi data responden berdasarkan usia akan dijeleskan pada tabel dibawah ini:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan penelitian

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Data Sebaran Responden

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai penyebab stres

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang hasil pengambilan data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN. profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Data Sampel Penelitian. 1. Teknik Komputer Jaringan siswa. 2. Multimedia siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

4. HASIL DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

44 BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari pengolahan data secara statistik dengan menggunakan program SPSS for Windows 13.0. Dalam bagian ini, selain hasil utama, peneliti juga memaparkan mengenai gambaran umum partisipan dan hasil tambahan yang dapat diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. 5.1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada sejumlah karyawan pada PT. X. Gambaran umum responden penelitian ini berguna untuk memberikan informasi mengenai keragaman responden penelitian dimana nantinya data ini dapat digunakan untuk membuat analisis tambahan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat diskusi. Gambaran responden penelitian ini diperoleh dari data kontrol yang ada dalam alat ukur. Adapun data kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, divisi, dan lama bekerja. Pada penelitian ini, peneliti menyiapkan 130 kuesioner untuk disebarkan kepada karyawan yang bekerja di PT. X. Dari keseluruhan 130 kuesioner yang disiapkan, kuesioner yang kembali kepada peneliti berjumlah 118 kuesioner dan terdapat 11 kuesioner yang tidak terpakai dalam penelitian ini. Kuesioner-kuesioner tersebut tidak terpakai karena ketidaklengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian, serta karena pengisian yang tidak lengkap dalam kuesioner ini. Pada akhirnya, peneliti menggunakan 107 kuesioner yang memiliki kelengkapan data dan layak untuk digunakan sebagai data penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi terhadap data kontrol, diperoleh gambaran umum responden sebagai berikut : 5.1.1 Usia Pengelompokan usia partisipan penelitian didasarkan pada tahap perkembangan karir menurut Hall (dalam Papalia, Olds & Feldman 2007) yang terdiri dari 5 tahap. Tahap pertama mencakup usia 20-25 tahun atau disebut sebagai

45 tahap eksplorasi; tahap kedua, usia 26-35 tahun merupakan tahap pemantapan (establishment); tahap ketiga, usia 36-50 tahun merupakan tahap pertengahan karier (mid-career); keempat, usia 51-60 tahun merupakan tahap akhir atau late career; tahap terakhir mencakup usia 60-70 tahun yang merupakan tahap penurunan (decline). Tabel 5.1. Tabel Data Partisipan Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase (%) 20-25 th 1 9 % 26-35 th 30 28 % 36-50 th 70 65,4 % 51-60 th 6 5,6 % TOTAL 107 100 % Dari tabel 5.1. di atas, dapat dilihat bahwa jumlah terbesar partisipan dalam penelitian ini adalah partisipan yang masuk ke dalam tahap pertengahan karier atau mid-career, yaitu berkisar antara usia 36 hingga 50 tahun dengan presentase sebanyak 65,4 % dari keseluruhan presentase partisipan dan jumlah terbesar berikutnya adalah usia 26-35 tahun dengan presentase sebanyak 28 %. Hal ini menunjukkan, target partisipan dalam penelitian ini, yaitu usia 20 sampai dengan 60 tahun cukup tercapai. 5.1.2 Jenis Kelamin Jenis kelamin partisipan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu lakilaki dan perempuan. Data mengenai jenis kelamin partisipan dalam penelitian ini dapat dilihat selengkapnya pada tabel 5.3. berikut ini: Tabel 5.2. Tabel Data Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 58 54,2 % Perempuan 49 45,8 % TOTAL 107 100 % Dari tabel 5.2 diatas dapat terlihat bahwa dari 107 responden penelitian, sebanyak 58 orang (54,2%) berjenis kelamin laki-laki dan 49 orang (45,8%) berjenis kelamin perempuan.

46 5.1.3 Tingkat Pendidikan Terakhir Tabel 5.3. Tabel Data Partisipan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Terakhir SMA 18 16,8 % Diploma (D3) 20 18,7 % Sarjana (S1) 62 57,9 % Pascasarjana (S2) 7 6,5 % TOTAL 107 100 % Pada tabel 5.3. di atas, dapat dilihat bahwa tingkatan pendidikan yang paling banyak dimiliki oleh partisipan adalah S1 sebanyak 62 orang (57,9%), kemudian diploma (D3) sebanyak 20 orang (18,7%), SMU sebanyak 18 orang (16,8%) dan pascasarjana (S2) sebanyak 7 orang (6,5%). Tingkat pendidikan yang digunakan dalam penelitian berdasarkan jenjang pendidikan formal di Indonesia, sebab menurut Holt (dalam Wijaya, 2007) menyatakan bahwa pendidikan formal memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantangan yang dihadapi para pendiri usaha baru dan masalah-masalah yang harus diatasi agar berhasil. 5.1.4 Lama Masa Kerja Lama bekerja dalam penelitian ini dibagi ke dalam 3 tahap berdasarkan pengelompokkan oleh Morrow dan McElroy (dalam Seniati, 2002), yaitu: tahap pemantapan (establish stage) untuk lama bekerja kurang dari 2 tahun, tahap lanjutan (advancement stage) untuk lama bekerja 2-10 tahun, dan tahap pemeliharaan (maintenance stage) untuk lama bekerja lebih dari 10 tahun. kan masa bekerja partisipan penelitian ini mencakup mulai dari 1,8 tahun sampai dengan 31 tahun. Berikut ini adalah tabel yang dapat memperjelas persebaran partisipan berdasarkan lama bekerja di PT. X. Tabel 5.4. Tabel Data Partisipan Berdasarkan Lama Masa Kerja Lama Masa Kerja Frekuensi Persentase (%) 1 2 tahun 2 1,9 % 2 10 tahun 32 29,9 % > 10 tahun 73 68,2 % TOTAL 107 100 %

47 Dari tabel 5.4. di atas, dapat dilihat bahwa lebih dari setengah partisipan penelitian yaitu sebanyak 73 orang atau sebesar (68,2%) berada pada tahap pemeliharaan (maintenance stage), yaitu dengan lama bekerja lebih dari 10 tahun dalam PT. X. sehingga target partisipan berupa karyawan dengan masa kerja lebih dari 1 tahun tercapai. 5.2 Gambaran Umum Tingkat Adversity Quotient pada Karyawan Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan norma teoritis untuk mengetahui gambaran umum dari kedua variabel. Norma teoritis adalah membandingkan skor rata-rata subjek dengan skor alat ukur, yaitu dengan rentang skor 1-5. Agar lebih jelas, berikut pembagian kelompok subjek berdasarkan skor alat ukur: 5.5. Gambaran Rentang Nilai Skor Rata-Rata Subjek Range Skor Rata-Rata Subjek 1.00 2.33 2.34 3.66 3.67 5.00 Gambaran Subjek Subjek yang memiliki karakteristik variabel rendah Subjek yang memiliki karakteristik variabel sedang Subjek yang memiliki karakteristik variabel tinggi Penelitian ini menggunakan alat ukur adversity quotient yang memiliki 28 item dengan format respon berupa skala Likert dengan 5 pilihan jawaban, sehingga nilai masing-masing subjek adalah indeks yang berkisar antara 1 5. Skor rata-rata subjek diperoleh dengan cara membagi jumlah respon subjek pada tiap item dengan jumlah item. Dari hasil perhitungan deskriptif, diperoleh data mean nilai adversity quotient responden yaitu sebesar 3,51. Dalam menggolongkan nilai Adversity Quotient, dapat dilakukan dengan melihat norma yang diperoleh dari skor alat ukur yang telah ditetapkan sebelumnya di atas. Dengan demikian dapat dibuat norma untuk Adversity Quotient, yaitu subjek yang memiliki Adversity Quotient rendah adalah subjek yang memiliki rentang skor rata-rata antara 1.00-2.33, subjek yang memiliki Adversity Quotient yang tinggi adalah subjek yang memiliki rentang skor rata-rata antara 3.67-5.00, dan subjek yang memiliki rentang skor Adversity Quotient rata-rata (sedang) antara 2.34 3.66. Untuk lebih jelasnya, norma yang akan digunakan untuk Adversity Quotient dapat dilihat pada tabel 5.6. pada halaman berikutnya.

48 Tabel 5.6. Pengkategorian Skor AQ Range Skor Rata- Rata Subjek 1.00 2.33 2.34 3.66 3.67 5.00 Gambaran Subjek Subjek yang memiliki Adversity Quotient rendah Subjek yang memiliki Adversity Quotient sedang Subjek yang memiliki Adversity Quotient tinggi Berdasarkan norma tersebut diperoleh gambaran Adversity Quotient subjek dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 5.7. Gambaran Adversity Quotient Responden AQ Frekuensi Presentase 31 51 25 29 % 47,7 % 23,3 % Dari tabel 5.7. diatas dapat terlihat bahwa terdapat 51 responden yang tergolong memiliki tingkat adversity quotient yang sedang, kemudian 31 responden yang tergolong memiliki adversity quotient yang tinggi, dan 25 responden yang tergolong memiliki adversity quotient yang rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini sebagian besar karyawan menunjukkan adversity quotient yang sedang. 5.3 Gambaran Umum Intensi Berwirausaha pada Karyawan Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan norma teoritis untuk mengetahui gambaran umum dari kedua variabel. Norma teoritis adalah membandingkan skor rata-rata subjek dengan skor alat ukur, yaitu dengan rentang skor 1-6. Agar lebih jelas, berikut pembagian kelompok subjek berdasarkan skor alat ukur: 5.8. Gambaran Rentang Nilai Skor Rata-Rata Subjek Range Skor Rata-Rata Gambaran Subjek Subjek 1.00 2.66 Subjek yang memiliki karakteristik variabel rendah 2.67 4.33 Subjek yang memiliki karakteristik variabel sedang 4.34 6.00 Subjek yang memiliki karakteristik variabel tinggi

49 Penelitian ini menggunakan alat ukur Intensi Berwirausaha yang memiliki 36 item dengan format respon berupa skala Likert dengan 6 pilihan jawaban, sehingga masing-masing nilai responden adalah indeks yang berkisar antara 1-6. Indeks ini merupakan hasil penjumlahan respon responden pada tiap item yang kemudian dibagi oleh jumlah item pada alat ukur intensi berwirausaha (36). Semakin tinggi skor maka semakin tinggi intensi seseorang untuk berwirausaha (intensi tinggi). Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan, nilai mean intensi berwirausaha responden adalah sebesar 4,10. Dalam menggolongkan nilai intensi berwirausaha, dapat dilakukan dengan melihat norma yang diperoleh dari skor alat ukur yang telah ditetapkan sebelumnya di atas. Dengan demikian dapat dibuat norma untuk intensi berwirausaha, yaitu subjek yang memiliki intensi berwirausaha rendah adalah subjek yang memiliki rentang skor rata-rata antara 1.00-2.66, subjek yang memiliki intensi berwirausaha yang sedang adalah subjek yang memiliki rentang skor rata-rata antara 2.67 4.33, dan subjek yang memiliki rentang skor intensi berwirausaha tinggi antara 4.34 6.00. Untuk lebih jelasnya, berikut norma yang akan digunakan untuk intensi berwirausaha : Tabel 5.9. Pengkategorian Skor Intensi Berwirausaha Range Skor Rata- Rata Subjek 1.00 2.66 2.67 4.33 4.34 6.00 Gambaran Subjek Subjek yang memiliki intensi berwirausaha rendah Subjek yang memiliki intensi berwirausaha sedang Subjek yang memiliki intensi berwirausaha tinggi Berdasarkan norma tersebut diperoleh gambaran intensi berwirausaha subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.15 sebagai berikut: Tabel 5.10. Gambaran Intensi Berwirausaha responden Intensi Berwirausaha Frekuensi Persentase (%) 55 33 19 51,4 % 30,8 % 17,8 % TOTAL 107 100 % Dari tabel 5.10 diatas dapat terlihat bahwa terdapat 55 responden yang tergolong memiliki intensi berwirausaha yang tinggi, 33 responden yang tergolong memiliki

50 intensi berwirausaha yang sedang, serta 19 responden tergolong memiliki intensi berwirausaha yang rendah. Dengan semikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden penelitian, dalam hal ini karyawan, memiliki intensi berwirausaha yang tinggi. 5.4 Hasil Utama Penelitian 5.4.1 Hubungan antara Adversity Quotient dan Intensi Berwirausaha Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode multiple correlation antara variabel adversity quotient dan intensi berwirausaha, didapatkan hasil yaitu besar hubungan antara Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha (R) adalah 0.462 dan besar signifikansi hubungan kedua variabel tersebut adalah 0.000. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha pada level signifikansi 0.05. Adversity Quotient, dalam hal ini diartikan sebagai respon seseorang dalam menghadapi kesulitan. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat respon seseorang menghadapi kesulitan (AQ tinggi) maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha individu tersebut, dan begitu juga sebaliknya. Kemudian peneliti juga memperoleh hasil perhitungan bahwa besar R2 adalah 0.213. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hubungan antara Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha, Adversity Quotient berasosiasi sebesar 21.3% terhadap variasi intensi berwirausaha, sedangkan sisanya dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti tingkat pendidikan, usia, lama kerja dan lain-lain. 5.5 Hasil Analisis Tambahan 5.5.1 Hubungan antara Dimensi-Dimensi Adversity Quotient dan Intensi Berwirausaha pada Karyawan Lebih lanjut, dari perhitungan dengan menggunakan metode multiple correlation dapat pula diketahui bagaimana hubungan antara dimensi-dimensi dari Adversity Quotient dengan intensi berwirausaha, sekaligus secara bersama-sama dengan melakukan kontrol terhadap eror yang mungkin terjadi.

51 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat empat dimensi Adversity Quotient (AQ) yaitu dimensi kontrol (C), kepemilikan (O), jangkauan (R), dan ketahanan (E). Berikut ini adalah hasil perhitungan yang diperoleh: Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Korelasi antara Dimensi Adversity Quotient dengan Intensi Berwirausaha pada karyawan Keterangan R Sig 0,216 0,119 0,066 0,013 Dimensi Kontrol (C) dengan Intensi Berwirausaha Dimensi Kepemilikan (O) dengan Intensi Berwirausaha Dimensi Jangkauan (R) dengan Intensi Berwirausaha Dimensi Ketahanan (E) dengan Intensi Berwirausaha *signifikan pada los 0,05 0,028* 0,231 0,509 0,898 Dari tabel 5.11. diatas dapat terlihat bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara Adversity Quotient dengan dimensi kontrol (C) pada level 0.05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika indeks nilai intensi berwirausaha yang diperoleh responden meningkat, maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam mempengaruhi atau mengontrol situasi sulit yang dihadapinya, dan begitu juga sebaliknya. Namun di sisi lain, dimensi kepemilikan (O), jangkauan (R) dan ketahanan (E) tidak berasosiasi dengan intensi berwirausaha, karena memiliki nilai signifikansi di atas 0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa intensi berwirausaha hanya berhubungan dengan dimensi kontrol (C). 5.5.2 Gambaran Adversity Quotient Ditinjau dari Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Lama Bekerja. Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi dapat diperoleh gambaran Adversity Quotient yang dimiliki oleh responden penelitian. Ditinjau dari usia responden, dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang memiliki Adversity Quotient (AQ) rendah dan tinggi adalah responden yang berusia 36-50 tahun. Dari 107 responden, terdapat sebanyak 21 responden dengan AQ rendah yang berusia 36-50 tahun dan sebanyak 19 orang responden dengan AQ tinggi yang berusia 36-50 tahun. Sejalan dengan hal tersebut, responden yang memiliki AQ sedang umumnya terdapat pada responden yang berusia 36-50 tahun dan juga 26-35 tahun, yaitu sebanyak 30 dan 17 responden untuk masing-masing kelompok usia.

52 Untuk keterangan lebih lengkapnya mengenai gambaran Adversity Quotient (AQ) ditinjau dari usia, dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut: Tabel 5.12. Gambaran Adversity Quotient Ditinjau dari Usia Adversity Quotient Usia Frekuensi Presentase < 25 th 0 0 % 26-35 th 3 2,8 % 36-50 th 21 19,6 % > 51 th 1 0,93 % < 25 th 1 0,93 % 26-35 th 17 15,8 % 36-50 th 30 28 % > 51 th 3 2,8 % < 25 th 0 0 % 26-35 th 10 9,3 % 36-50 th 19 17,7 % > 51 th 2 1,86 % Tabel 5.13. Gambaran Adversity Quotient Ditinjau dari Jenis Kelamin Adversity Quotient Jenis Kelamin Frekuensi Presentase Laki-laki 14 13 % Perempuan 11 10,2 % Laki-laki 27 25,9 % Perempuan 24 22,4 % Laki-laki 17 15,8 % Perempuan 14 13 % Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat responden laki-laki yang memiliki AQ tinggi sebanyak 17 responden dan responden perempuan yang memiliki AQ tinggi sebanyak 14 responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sebagian besar memiliki AQ yang tinggi adalah responden laki-laki. Sebaliknya, dapat terlihat bahwa terdapat responden laki-laki yang memiliki AQ rendah sebanyak 14 responden dan responden perempuan dengan AQ rendah sebanyak 11 responden sehingga dalam hal ini sebagian besar responden yang memiliki AQ rendah adalah laki-laki. Responden yang memiliki AQ sedang juga sebagian besar adalah responden laki-laki dengan frekuensi 27 orang, sedangkan 24 orang lainnya adalah responden perempuan

53 Tabel 5.14. Gambaran Adversity Quotient Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Adversity Quotient Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase SMA 6 5,6 % Diploma (D3) 1 0,93 % Sarjana (S1) 17 15,8 % Pascasarjana (S2) 0 0 % SMA 7 6,6 % Diploma (D3) 16 14,9 % Sarjana (S1) 25 23,3 % Pascasarjana (S2) 3 2,8 % SMA 5 4,6 % Diploma (D3) 3 2,8 % Sarjana (S1) 20 18,6 % Pascasarjana (S2) 4 3,73 % Di samping itu, dalam penelitian ini juga terlihat bahwa sebagian besar responden dengan AQ tinggi memiliki latar belakang pendidikan S1 (18,6%). Kemudian pada tingkat AQ yang sedang sebagian besar juga didominasi oleh responden yang memiliki latar belakang pendidikan S1 (23,3%) dan D3 (14,9%), hal yang sama juga terjadi pada tingkat AQ yang rendah (15,8%). Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah responden yang paling banyak berasal dari tingkat pendidikan S1, sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil. Tabel 5.15. Gambaran Adversity Quotient Ditinjau dari Lama Bekerja Adversity Quotient Lama Bekerja Frekuensi Presentase < 2 tahun 0 0 % 2 10 tahun 3 2,8 % > 10 tahun 22 20,5 % < 2 tahun 2 1,86 % 2 10 tahun 18 16,8 % > 10 tahun 31 28,9 % < 2 tahun 0 0 % 2 10 tahun 11 10,2 % > 10 tahun 20 18,6 % Selanjutnya, penelitian ini juga melihat gambaran Adversity Quotient ditinjau dari lama masa bekerja yang dimiliki oleh responden. Sebanyak 22 responden yang telah bekerja selama >10 tahun dan 3 orang responden yang telah bekerja selama 2-10 tahun termasuk ke dalam golongan Adversity Quotient rendah.

54 Pada golongan Adversity Quotient sedang, terdapat 31 responden yang telah bekerja selama >10 tahun, 18 orang responden yang bekerja selama 2-10 tahun dan 2 orang responden yang bekerja selama < 2 tahun. kan pada golongan Adversity Quotient tinggi terdiri dari 20 responden yang telah bekerja selama >10 tahun, dan 11 orang responden yang bekerja selama 2-10 tahun. Dari hasil tersebut terlihat bahwa responden yang memiliki lama masa kerja selama >10 tahun mendominasi golongan Adversity Quotient tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah responden yang paling banyak memiliki masa kerja lebih dari (>)10 tahun, sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil. 5.5.3 Gambaran Intensi Berwirausaha Ditinjau dari Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Lama Bekerja. Tabel 5.16. Gambaran Intensi Berwirausaha Ditinjau dari Usia Intensi Berwirausaha Usia Frekuensi Presentase < 25 th 1 0,93 % 26-35 th 1 0,93 % 36-50 th 16 14,9 % > 51 th 1 0,93 % < 25 th 0 0 % 26-35 th 11 10,2 % 36-50 th 20 18,6 % > 51 th 2 1,86 % < 25 th 0 0 % 26-35 th 18 16,8 % 36-50 th 34 31,7 % > 51 th 3 2,8 % Dari tabel 5.16 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang memiliki intensi berwirausaha rendah adalah responden dengan rentang usia 36-50 tahun yakni sebanyak 16 orang. Lebih lanjut, dari tabel di atas juga terlihat bahwa sebanyak mayoritas responden yang memiliki intensi berwirausaha sedang adalah responden dari kelompok usia 36-50 tahun yakni sebanyak 20 orang dan 11 responden dari kelompok usia 26-35 tahun.

55 Di dalam tabel 5.16 juga menunjukkan persebaran kelompok usia responden pada golongan intensi berwirausaha tinggi, sebanyak 34 responden dari kelompok usia 36-50 tahun, 18 responden dari kelompok usia 26-35 tahun, dan 3 orang responden dari kelompok usia 51-60 tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa intensi berwirausaha rendah, sedang dan tinggi didominasi oleh responden dengan kelompok usia 36-50 tahun. Tabel 5.17. Gambaran Intensi Berwirausaha Ditinjau dari Jenis Kelamin Intensi Berwirausaha Jenis Kelamin Frekuensi Presentase Laki-laki 10 9,34 % Perempuan 9 8,41 % Laki-laki 16 14,9 % Perempuan 17 15, 8 % Laki-laki 32 29,9 % Perempuan 23 21,4 % Dari tabel 5.17 diatas dapat diketahui bahwa terdapat responden laki-laki yang memiliki intensi berwirausaha tinggi sebanyak 32 responden dan responden perempuan yang memiliki intensi berwirausaha tinggi sebanyak 23 responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sebagian besar memiliki intensi berwirausaha yang tinggi adalah responden laki-laki. Sebaliknya, dapat terlihat bahwa terdapat responden laki-laki yang memiliki intensi berwirausaha rendah sebanyak 10 responden dan responden perempuan dengan intensi berwirausaha rendah sebanyak 9 responden sehingga dalam hal ini sebagian besar responden yang memiliki intensi berwirausaha rendah adalah lakilaki. Responden yang memiliki intensi berwirausaha sedang sebagian besar adalah responden laki-laki dengan frekuensi 16 orang, sedangkan 17 orang lainnya adalah responden perempuan.

56 Tabel 5.18. Intensi Berwirausaha Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Intensi Berwirausaha Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase SMA 3 2,8 % Diploma (D3) 5 4,67 % Sarjana (S1) 11 10,2 % Pascasarjana (S2) 0 0 % SMA 5 4,67 % Diploma (D3) 4 3,73 % Sarjana (S1) 21 19,6 % Pascasarjana (S2) 3 2,8 % SMA 10 9,34 % Diploma (D3) 11 10,2 % Sarjana (S1) 30 28 % Pascasarjana (S2) 4 3,73 % Ditinjau dari tingkat pendidikan, dalam penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar responden dengan intensi berwirausaha tinggi memiliki latar belakang pendidikan S1, yaitu sebanyak 30 orang (28%), kemudian 11 orang (10,2%) memiliki latar belakang diploma D3, 10 orang (9,34%) memiliki latar belakang SMA, dan 4 orang (3,73%) dari latar belakang S2. Kemudian pada tingkat intensi berwirausaha yang sedang sebagian besar juga didominasi oleh 21 orang responden yang memiliki latar belakang pendidikan S1 (19,6%), diikuti oleh 5 orang responden (4,67%) latar belakang SMU, 4 orang (3,73%) memiliki latar belakang D3, dan 3 orang (2,8%) dengan latar belakang S2. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat intensi berwirausaha yang rendah. Sebagian besar responden yaitu 11 orang berasal dari latar belakang pendidikan S1 (10,2%), kemudian D3 5 orang (4,67%) dan 3 orang (2,8%) dengan latar belakang pendidikan SMA. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah responden yang paling banyak berasal dari tingkat pendidikan S1, sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil.

57 Tabel 5.19. Gambaran Intensi Berwirausaha Ditinjau dari Lama Bekerja Intensi Berwirausaha Lama Bekerja Frekuensi Presentase < 2 tahun 1 0,93 % 2 10 tahun 2 1,86 % > 10 tahun 16 14,9 % < 2 tahun 1 0,93 % 2 10 tahun 9 8,41 % > 10 tahun 23 21,4 % < 2 tahun 0 0 % 2 10 tahun 21 19,6 % > 10 tahun 34 31,7 % Selanjutnya, penelitian ini juga melihat gambaran intensi berwirausaha ditinjau dari lama masa bekerja yang dimiliki oleh responden. Sebanyak 16 responden (14,9%) yang telah bekerja selama >10 tahun, 2 orang responden (1,86%) yang bekerja selama 2-10 tahun, dan 1 orang responden (0,93%) yang bekerja selama < 2 tahun termasuk ke dalam golongan intensi berwirausaha rendah. Pada golongan intensi berwirausaha sedang, terdapat 23 responden (21,4%) yang telah bekerja selama >10 tahun, 9 orang responden (8,41%) yang bekerja selama 2-10 tahun dan 1 orang responden (0,93%) yang bekerja selama <2 tahun. kan pada golongan intensi berwirausaha tinggi terdiri dari 34 responden (31,7%) yang telah bekerja selama >10 tahun, dan 21 orang responden (19,6%) yang bekerja selama 2-10 tahun. Dari hasil tersebut terlihat bahwa responden yang memiliki lama masa kerja selama >10 tahun mendominasi golongan intensi berwirausaha tinggi, sedang, dan rendah. Hal tersebut sejalan dengan Nurlita (2004) yang menyatakan bahwa semakin lama masa kerja karyawan, maka dasar keilmuan dan wawasan yang diperoleh akan semakin banyak. Dengan bekerja terlebih dahulu, orang dapat memahami dunia usaha sesungguhnya dengan mendapat pengalaman mencari peluang, visi dan wawasan bisnis yang dapat dijadikan langkah dan modal awal sebagai pengusaha nantinya (Astamoen,2005).