BAB 7 FLEXIBLE BUDGET (ANGGARAN LUWES)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 Anggaran (Master Budget)

ANGGARAN FLEKSIBEL DAN HUBUNGAN STANDAR PENYELESAIAN

Biaya statis disiapkan hanya untuk satu level tipe aktivitas

BAB 8 Konsep Biaya Standar dan Analisa Variance

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

2. PENYUSUNAN FIXED BUDGET DAN FLEXIBLE BUDGET 2.1 PENYUSUNAN FIXED BUDGET

3. Menggunakan Konsep Penganggaran Fleksibel Dalam Evaluasi Kinerja

BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH)

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

CONTOH KASUS ANGGARAN PENJUALAN SAMPAI DENGAN ANGGARAN LABA RUGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai.

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 10 Full Costing Dan Direct Costing

BAB II BAHAN RUJUKAN

Tarif Biaya Overhead dan Analisis Variansi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap

COST ACCOUNTING. FACTORY OVERHEAD : Planned, Actual, and Applied. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas. Program Studi Akuntansi

ACTIVITY BASED COSTING

Biaya Overhead Pabrik

Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II LANDASAN TEORI

Biaya Overhead Pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

SISTEM HARGA POKOK STANDAR

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANGGARAN FLEKSIBEL, VARIANS OVERHEAD PABRIK VARIABEL DAN ANALISIS TARIF BOP TETAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata

Analisa Perilaku Biaya

Standar Costing PENDAHULUAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN

PENGUKURAN KINERJA OPERASIONAL : ANALISIS MENDALA TENTANG PRODUKTIVITAS DAN PENJUALAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

PERTEMUAN KE-7 BIAYA STANDAR : SUATU ALAT PENGENDALIAN MANAJERIAL

Akuntansi Biaya. Factory Overhead: Planned, Actual and Applied. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

BIAYA OVERHEAD PABRIK TARIP TUNGGAL

AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PERUSAHAAN ROTI UD. SHANIA BAKERY

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

FACTORY OVERHEAD COST (BIAYA OVERHEAD PABRIK)

Modul ke: Job Order Costing. Konsep Job Order Costing. Fakultas FEB. Minanari, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

ANALISIS PENYIMPANGAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT KONTROL EFISIENSI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TAPIOKA RJB LAMPUNG TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

KONSEP DASAR DAN PERILAKU BIAYA

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya.

BAB 6 ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 9 PENETAPAN HARGA

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIGA SELISIH PADA PABRIK KACANG SANGRAI JAYA RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Biaya Pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

HARGA POKOK TAKSIRAN

BAB 13 BIAYA OVERHEAD PABRIK: Departementalisasi

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

PERTEMUAN KE-4 ANGGARAN BERDASARKAN FUNGSI DAN AKTIFITAS STANDAR UNIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Klasifikasi Biaya

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KALKULASI BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba.

Sistem Biaya Standar dan Analisa Varian Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza

BAB II BAHAN RUJUKAN

Istilah lain BOP : 1. Beban pabrik 2. Overhead produksi 3. Biaya produksi tidak langsung 4. Beban produksi 5. Biaya manufaktur tidak langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. DANAPERSADARAYA MOTOR INDUSTRY

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 19 PERHITUNGAN BIAYA STANDAR: MEMASUKKAN STANDAR DALAM CATATAN AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-6 BIAYA STANDAR : SUATU ALAT PENGENDALIAN MANAJERIAL

Transkripsi:

116 BAB 7 FLEXIBLE BUDGET (ANGGARAN LUWES) A. Anggaran Fleksibel (Flexible budget) Anggaran statis adalah suatu anggaran yang dibuat berdasarkan output produksi yang tetap, Jika output dari masa ke masa relatif konstan, tidak berubah-ubah besarnya, maka anggaran yang statis akan cocok sekali untuk dipakai. Namun apabila suatu perusahaan mempunyai output yang berubah-ubah dari masa ke masa, maka haruslah dibuat anggaran yang fleksibel (flexible budget). Anggaran fleksibel adalah anggaran yang jumlah rupiahnya untuk suatu masa didasarkan atas tingkat aktivitas produksi.dengan demikian angggaran luwes adalah anggaran yang dibuat sedemikian rupa,sehingga mudah disesuaikan dengan tingkat produksi atau tingkat kapasitas yang berbeda-beda B. Bentuk-bentuk anggaran Fleksibel (i). Bentuk Formula Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah rupiah pada anggaran fleksibel untuk setiap tingkat aktivitas produksi adalah: Y = a + bx, dimana Y = Anggaran fleksibel a = Biaya tetap b = Biaya variabel per-unit x = kuantitas Contoh : Relevan range : 10.000-15.000 Jenis Biaya Biaya tetap/tahun Biaya Variabel/unit Depresiasi aktiva tetap Rp 6.000.000 Rp 0 Pembangkit Listrik Rp 0 Rp 200 Bahan Tak Rp 1.400.000 Rp 40 Pemeliharan Rp 1.000.000 Rp 60 Biaya lain-lain Rp 200.000 Rp 80 Jumlah Rp 8.600.000 Rp 380 Formula Anggaran Fleksibel: Y = a + bx = Rp 8.600.000 + 380 (x) (ii). Bentuk Tabel Seringkali perusahaan menyusun tabel yang bisa dipakai untuk menghitung biaya-biaya sejumlah tingkat produksi yang sudah direncanakan Contoh : PT Indo Global Mandiri akan memproduksi 1.000 unit setiap bulan Berdasarkan perkiraan manajemen biaya overhead untuk memproduksi 1.000 unit adalah :

117 C. Alokasi Biaya Overhead keproduk. (1) Biaya biaya overhead pabrik dialokasikan keproduk untuk (i) mengeliminasi masalah yang disebabkan oleh keterlambatan dalam mendapatkan biaya aktual (ii) membuat proses alokasi biaya overhead lebih efektif (iii) mengalokasikan sejumlah biaya overhead yang seragam kebarang atau jasaberdasarkan jasa produksi yang berhubungan serta (iv) memungkinkan manajer untuk lebih waspada pada produk individual profitabilitas lini produk juga profitabilitas dalam menjalankan bisnis dengan pelanggan atau penjual tertentu. (2) FOH yang kurang dibebankan (underapplied) berarti FOH yang dibebankan ke persedian WIP lebih kecil dari FOH aktual sedangkan FOH yang lebih dibebankan (overapplied) berarti FOH yang dibebankan ke persedian WIP lebih besar dari FOH aktual yang terjadi disebabkan: (i) Perbedaan antara FOH aktual dan anggaran FOH atau perbedaan antara aktivitas aktual dan anggaran FOH yang dijadikan dasar perhitungan FOH yang telah ditetapkan (ii) Penutupan akhir priode dimana untuk; (a) HPP jika total FOH kurang akan mengakbatkan HPP ketinggian atau bila FOH lebih dibebankan akan mengakibatkan HPP kerendahan. (b) Persedian WIP,Barang jadi dan HPP sesuai proforsi saldo) baik untuk FOH yang ketinggian atau kerendahan dibebankan. (3) Ukuran kapasitas mempengaruhi penetapan tarif FOH yang telah ditetapkan karena penggunaan dari : (a) kapasitas yang diperkirakan untuk tahun yang akan datang akan menghasilakan penetapan tarif FOH kemungkinan akan mendekati tarif aktualm FOH. ( b ) Kapasitas praktis (kapasitas yang memungkinkan untuk gangguan operasi normal ) menghasilkan tarif FOH yang ditentukan lebih rendah dari FOH aktual ( c ) kapasitas normal (kapasitas yang merefleksikan rata2 jangka panjang ) dapat menghasilkan tarif FOH yang lebih tinggi atau lebih rendah dari tarif FOH aktual tergantung pada lamanya penggunaan kapasitas. (4) Ikhtisar a) Bila FOH aktual > FOH yang diekspektasikan = FOH kurang dibebankan b) Bila FOH aktual < FOH yang diekspektasikan = FOH lebih dibebankan c) Pemakain aktual > Pemakain diekspektasikan = FOH lebih dibebankan d) Pemakain aktual < Pemakain diekspektasikan = FOH kurang dibebankan

118

119 D. TABEL RELEVAN BERBAGAI TINGKAT PRODUKSI (RELEVANT RANGE TABLE) Dengan kapsitas terpasang pabrik yang telah ada terutama yang masih diatas permintaaan (demand) s eringkali perusahaan memproyeksikan tingkat produksi sesuai dengan perkembangan permintaan pasar dalam bentuk tabel yang bisa dipakai untuk menghitung biaya-biaya sejumlah tingkat produksi yang sudah direncanakan. ILUSTRASI-1 Biaya overhead pabrik yang berikut ini didasarkan atas perkiraan manajemen, semua biaya dan pengeluaran dihitung berpedoman tingkat produksi kapasitas terpasang sebesar 1.000 unit. Berdasarkan pengalaman Pabrik lain mesin yang sama dapat berproduksi pada tingkat 20% diatas kapasitas terpasang. Adapun taksiran biaya overhead pada 1000 unit produksi (kapasitas terpasang ). Rencana produksi januari: 800 unit. Februari 1000 unit Dan bulan Maret 1.200 unit Biaya overhead untuk memproduksi 1.000 unit Komponen Jumlah Bahan tidak (variabel) Rp 4.000.000 Tenaga kerja tidak (variabel) Rp 5.000.000 Peralatan dan Perlengkapan (variabel) Rp 2.000.000 Reparasi (variabel) Rp 3.000.000 Energi ( Gas,fuel,listrik) Rp 1.500.000 tetap) Rp 4.500.000 Inspeksi (tetap ) Rp 4.000.000 Depresiasi (tetap) Rp 3.500.000 Sewa Alat Berat (tetap) Rp 1.500.000 Jumlah Overhead Rp 16.500.000 Biaya Overhead Per-unit (Rp 16.500.000:1000) Rp 16.500 Pemecahan biaya overhead Dalam komponen variabel dan komponen tetap Komponen Biaya variabel per Unit Biaya tetap Bahan Tidak Langsung (Rp 4000.000:1000) Rp 4.000 - Tenaga Kerja tdk (Rp 5.000.000:1000) Rp 5.000 Peralatan dan Perlengkapan (Rp 2.000.000 :1.000) Rp 2.000 Reparasi (Rp 3.000.000 :1000) Rp 3.000 Energi (Gas, fuel, listrik) = (Rp 4.500.000 - Rp 1.500.000); 1.000 Rp 3.000 Rp 1.500.000 Inspeksi Rp 4.000.000 :1.000 unit Rp 4.000.000 Depresiasi Rp 3.500.000 : 1.000 unit Rp 3.500.000 Sewa Alat Berat Rp 1.500.000 : 1.000 unit Rp 1.500.000 RP 17.000 Rp10.500.000

120 Tabel Biaya yang relavan Untuk berbagai tingkat produksi Komponen Biaya Unit 800 Unit 1.000-Unit 1.200-Unit RP 000 RP 000 RP 000 RP 000 I.VARIABEL Bahan tidak Rp 4.000 Rp 3.200 Rp 4.000 Rp 4.800 Tenaga kerja tidak Rp 5.000 Rp 4.000 Rp 5.000 Rp 6.000 Peralatan dan Rp 2.000 Rp 1.600 Rp 2.000 Rp 2.400 Perlengkapan Reparas Rp 3.000 Rp 2.400 Rp 3.000 Rp 3.600 Energi (Gas, fuel, listrik) Rp 3.000 Rp 2.400 Rp 3.000 Rp 3.600 Sub Total Rp 17.000 Rp13.600 Rp 17.000 Rp 20.400 II.BIAYATETAP Energi (Gas, fuel, listrik) Rp 1.500 Rp 1.500 Rp 1.500 Inspeksi Rp 4.000 Rp 4.000 Rp 4.000 Depresiasi Rp 3.500 Rp 3.500 Rp 3.500 Sewa Alat Berat Rp 1.500 Rp 1.500 Rp 1.500 Sub- otal Rp 10.500 Rp 10.500 Rp 10.500 TOTAL Rp 24.100 Rp 27.500 Rp 30.900 Per-Unit Variabel Rp 17.000 Rp 17.000 Rp 17.000 Tetap Rp 13.125 Rp 10.500 Rp 8.750 Jumlah Rp 30.125 Rp 27.500 Rp 25.750 E. TINGKAT KAPASITAS Anggaran Fleksibel bisa dibuat berdasarkan salah-satu dari sejumlah tingkat produksi atau volume produksi. Ada empat macam dasar pengukuran tingkat kapasitas produksi yang lazim. (1) Kapasitas Teoretis atau Kapasitas yang Ideal. Yakni kemampuan berproduksi maksimum yang bisa dicapai oleh sesuatu bagian atau pabrik dalam kondisi yang sempurna. (2) Kapasitas Praktis atau Kapasitas yang Realistis Yakni kemampuan teoretis dikurangi hambatan-hambatan yang bisa terjadi, seperti kerusakan mesin yang bisa diperkirakan,adannya permogokan, dan penanggulangan atau keterlambatan. (3) Kapasitatas Normal atau Kapasitas Jangka-Panjang Yakni pemanfaatan mesin dan tenaga kerja pada tingkat rata-rata yang konstan selama jangka waktu yang panjang, sehingga cukup untuk dapat menetralisasi gejolak naik-turunnya produksi. (4) Kapasitas Nyata yang Diperkirakan atau Kapasitas Jangka-Panjang Yakni kemampuan aktual yang bisa diharapkan untuk masa operasi yang akan datang. Pihak manajemen harus memutuskan, yang manakah dari keempat dasar di atas yang akan memberikan proyeksi terbaik terhadap produksi perusahaan di masa depan.

121 F. ANGGARAN FLEKSIBEL UNTUK BAGIAN PRODUKSI Perhitungan anggaran untuk bagian produksi tergantung dari Biaya Variabel per Unit x Kuantitas, ; besarnya jumlah rupiah di dalam anggaran itu akan berubah-ubah secara, tergantung dari tingkat volume produksi. ILUSTRASI-2 Untuk menyusun anggaran Fleksibel tentang biaya overhead variabel di bagian pengepakan perusahaan, kita asumsikan bahwa: (1) wilayah ya ng relevan adalah antara 400, 500 dan 600 jam tenaga kerja ; (2) untuk penetapan biaya produk digunakan biaya standar, yang didasarkan atas rencana produksi sebanyak 500 jam kerja setiap bulan; dan (3) biaya overhead variabel per unit adalah sebagai berikut : Bagian pengepakan Tarif per jam Tenaga Kerja Langsung * Biaya Overhead Variabel Bahan tak Rp 1.500 Tenaga kerja tak 5.500 Perlengkapan 3.500 Resparasi 1.750 Gas,penerangan dan energi 2.000 Rp 14.250 Bagian Pengepakan Anggaran Fleksibel per bulan Komponen Tarif Standar 1.000 jam 400 jam 500 jam 600 jam (Rp 000) (Rp 000) (Rp 000) (Rp 000) FOH VARIABEL Bahan tidak Rp 1.500 Rp 600 Rp 750 Rp 900 Tenaga kerja tidak Rp 5.500 Rp 2.200 Rp 2.750 Rp 3.300 Peralatan dan Perlengkapan Rp 3.500 Rp 1.400 Rp 1.750 Rp 2.100 Reparasi Rp 1.750 Rp 700 Rp 875 Rp 1.050 Energi (Gas,fuel, listrik ) Rp 2.000 Rp 800 Rp 1.000 Rp 1.200 Sub Total Rp 14.250 Rp 5.700 Rp 7.125 Rp 8.550 */ Berdasarkan Rencana Produksi dengan 500 jam tenaga kerja perbulan G. PENILAIAN KINERJA Kinerja yang dicapai oleh Bagian Pengepakan itu dapat dinilai, dengan cara membandingkan antara dua anggaran fleksibel antara standar jam kerja, dan yang jumah jam kerja sebenarnya secara bersama-sama.-

122 penyimpangannya (selisih antara biaya sebenarnya dengan biaya yang dianggarkan) kemudian dihitung untuk keperluan laporan kinerja. ILUSTRASI-3 Diumpamakan pada Bagian Pengepakan terdapat informasi tambahan dalam bulan Januari, 2014 sebagai berikut: Jam kerja yang dianggarkan, 500 Untuk produksi yang telah dicapai Jam kerja yang terpakai, 525 Biaya Sebenarnya Yang terjadi Bahan tak Rp. 875.000 Tenaga kerja tak 2.500.000 Peralatan /Peelengkapan 1.625.000 Reparasi 1.125.000 Gas, penerangan, dan energi 750.000 Jumlah Rp 6.875.000 Maka dapat disusun Perbandingan dua anggaran dan realisasi biaya Overhead variabel secara fleksibel sebagai berikut : Bagian pengepakan Laporan anggaran dan Realisasi Januari, 2014 Anggaran Biaya Aktual Anggaran sesuai aktual Biaya Overhead (Fakta) jam sesuai Standar 525 jam Variabel kerja 500 jam kerja Kerja Bahan tidak Rp. 875.000 Rp 750.000. Rp 787.500 Tenaga kerja tidak Rp 2.500.000 Rp 2.750.000 Rp 2.887.500 Peralatan dan Perlengkapan Rp 1.625.000 Rp 1.750.000 Rp 1.837.500 Reparasi Rp 1.125.000 Rp 875.000 Rp 918.750 Energi (Gas, fuel, listrik) Rp 750.000 Rp 1.000.000 Rp 1.050.000 Sub Total Rp 6.875.000 Rp 7.125.000 Rp 7.481.250 Keterangan : RUMUS (Jam Kerja lgs aktual) X (tarif aktual per-jam) (500 standar Jam kerja Lgs) X (Tarif standar Per-jam) (525 aktual Jam Kerja Lgs) X (Tarif Standar Perjam )

123 H. JENIS-JENIS PENYIMPANGAN -penyimpangan terdiri dari: 1. Pengeluaran (spending variance) Pengeluaran adalah selisih antara biaya yang sesungguhnya dengan anggaran berdasarkan jam kerja yang aktual 2. efisiensi (efficiency variance).. efisiensi adalah perbedaan antara anggaran yang sesuai jam kerja yang aktual, dengan anggaran yang memakai jam kerja yang standar. ILUSTRASI : 4 pengeluaran dan penyimpangan efisiensi pada Bagian Pengepakan tersebut di atas dapat diperagakan sebagai berikut: ANALISA PENYIMPANGAN PENGELUARAN (SPENDING VARIANCE) Biaya Overhead Variabel Biaya Aktual jam kerja lgs Anggaran sesuai Jam aktual 525 jam kerja Pengeluaran Bahan tidak Rp 875.000 Rp 787.500 (Rp 87.500) = R Tenaga kerja tidak Rp 2.500.000 Rp 2.887.500 Rp 387.500 = L Peralatan dan Perlengkapan Rp 1.625.000 Rp 1.837.500 Rp 212.500 = L Reparasi Rp 1.125.000 Rp 918.750 (Rp 206.250) = R Energi (Gas, fuel, listrik) Rp 750.000 Rp 1.050.000 Rp 300.000 = L Sub Total Rp 6.875.000 Rp 7.481.250 Rp 606.250 = L Jika biaya aktual atau biaya yang sesungguhnya itu lebih kecil daripada anggaran dengan dasar jam kerja aktual, maka penyimpangan itu menguntungkan. Jika biaya aktual lebih besar daripada anggaran dengan jam kerja aktual, maka penyimpangannya tersebut merugikan. Ikhtisar: (1) JIKA BIAYA AKTUAL < ANGGARAN JAM KERJA AKTUAL = LABA (2) JIKA BIAYA AKTUAL > ANGGARAN JAM KERJA AKTUAL = RUGI

124 ILUSTRASI :5 ANALISA PENYIMPANGAN EFISIENSI (EFICIENCY VARIANCE) Anggaran Anggaran sesuai aktual sesuai Standar Biaya Overhead 525 jam 500 jam Variabel kerja Kerja EFISIENSI Bahan tidak Rp 787.500 Rp 750.000. (37.500) = R Tenaga kerja tidak Rp 2.887.500 Rp 2.750.000 (137.500) = R Peralatan dan Perlengkapan Rp 1.837.500 Rp 1.750.000 (87.500) = R Reparasi Rp 918.750 Rp 875.000 (43.750) = R Energi (Gas, fuel, listrik) Rp 1.050.000 Rp 1.000.000 (50.000) = R Sub Total Rp 7.481.250 Rp 7.125.000 (356.250) = R Jika anggaran dengan jam aktual terbukti lebih kecil daripada anggaran dengan jam standar adalah penyimpangan yang menguntungkan; jika anggaran dengan jam aktual lebih besar daripada anggaran dengan jam standar, maka penyimpangannya merugikan. Ikhtisar : (1) JIKA ANGGARAN JAM AKTUAL < ANGGARAN DENGAN JAM STANDAR = LABA (2) JIKA ANGGARAN JAM AKTUAL > ANGGARAN DENGAN JAM STANDAR = RUGI I. TOTAL PENYIMPANGAN Total (Total variance) adalah selisih antara biaya aktual dengan anggaran atas dasar jam standar. Jika dikehendaki penyimpangan yang menguntungkan, maka biaya aktual lebih kecil dari anggarannya. ILUSTRASI-6 TOTAL PENYMPANGAN(TOTAL VARIANCE) Biaya Overhead Variabel Biaya Aktual jam kerja lgs Anggaran sesuai Standar 500 jam Kerja Total Bahan tidak Rp 875.000 Rp 750.000 Rp 125.000 = R Tenaga kerja tidak Rp 2.500.000 Rp 2.750.000 Rp 250.000 = L Peralatan dan Perlengkapan Rp 1.625.000 Rp 1.750.000 Rp 125.000 = L Reparasi Rp 1.125.000 Rp 875.000 Rp 250.000 = R Energi (Gas, fuel, listrik) Rp 750.000 Rp 1.000.000 Rp 250.000 = L Sub Total Rp 6.875.000 Rp 7.125.000 Rp 250.000 = L

125 Besarnya total penyimpangan bisa juga dihitung dengan menggabungkan penyimpangan pengeluaran (spending variance) dengan penyimpangan efisiensi (efficiency variance), sebagaimana disajikan dibawah ini: ILUUSTRASI-7 TOTAL PENYMPANGAN(TOTAL VARIANCE) (JUMLAH TOTAL PENYIMPANGAN ) Biaya Overhead Variabel Pengeluaran (Spending Variance) Efisiensi Total Bahan tidak (Rp 87.500) = R (37.500) = R Rp 125.000 = R Tenaga kerja tidak Rp 387.500 = L (137.500) = R Rp 250.000 = L Peralatan dan Perlengkapan Rp 212.500 = L (87.500) = R Rp 125.000 = L Reparasi (Rp 206.250) = R (43.750) = R Rp 250.000 = R Energi (Gas, fuel, listrik) Rp 300.000 = L (50.000) = R Rp 250.000 = L Sub Total Rp 606.250 = L (356.250) = R Rp 250.000 = L J. ANGGARAN FLEKSIBEL BAGIAN PEMASARAN Anggaran Fleksibel Bagian Pemasaran biasanya didasarkan atas jangkauan jumlah yang relavan, dari jumlah penjualan bersih. ILUSTRASI -8 Bagian Pemasaran Anggaran Fleksibel Perbulan Biaya Tarif % Penjualan Bersih Rp 5 milyar Rp 7,5 Milyar Rp.10 Milyar I.Biaya Variabel Gaji Tenaga Penjual 5 Rp 250 juta Rp 375 juta Rp 500 juta Biaya Tarif % Penjualan Bersih Promosi 1,5 Rp 75 juta Rp 112,5 juta Rp 150 juta Biaya Penjualan 1,0 Rp 50 juta Rp 75 juta Rp 100 juta II.Biaya Tetap Depresiasi Rp 12,5 juta Rp 12,5juta Rp 12,5juta Jumlah Biaya Perbln Rp 387,5 juta Rp 575 juta Rp 762,5 juta % dari Penjualan 7,75 % 7,67 % 7,63 %

126 LATIHAN MANDIRI 1. Teori 1. Anggaran merupakan rencana tertulis tentang aktivitas yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi selama periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan uang...= B/S 2. Anggaran Luwes/Flexible Budget angaran yang disusun jumlah rupiahnya untuk suatu masa didasarkan produksi yang tetap untuk satu tingkat kegiatan... = B/S 3. Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah rupiah pada Anggaran Luwes untuk setiap tingkat aktivitas produksi adalah dimana Y = Anggaran fleksibel a = Biaya tetap b = Biaya variabel per-unit x = kuantitas 4. PT X melaporkan FOH tetap Rp 100 juta/tahun dan FOH variable perunit Rp 250.000 maka formula anggaran luwes PT X adalah : Y = Rp. 100.000.000 + Rp 250.000 (X)... = B/S 5. Dalam mengukur overstated dan understated pembebanan maka : a. Bila FOH aktual > FOH yang diekspektasikan = FOH b. Bila FOH aktual < FOH yang diekspektasikan = FOH c. Pemakain aktual > Pemakain diekspektasikan = FOH d. Pemakain aktual < Pemakain diekspektasikan = FOH 6. Anggaran merupakan rencana tertulis tentang aktivitas yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi selama periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan uang... B/S. 7. Anggaran Luwes/Flexible Budget angaran yang disusun jumlah rupiahnya untuk suatu masa didasarkan produksi yang tetap untuk satu tingkat kegiatan... B/S. 8. PT X melaporkan FOH tetap Rp 100 juta/tahun dan FOH variable perunit Rp 250.000 maka formula anggaran luwes PT X adalah: Y = Rp.100.000.000 + Rp 250.000 (X)... B/S. 9. Biaya standar yaitu biaya yang seharusnya dan yang ditetapkan secara ilmiah (scientificallyn predetermined costs).... B/S. 10. Material Price Variance sering disebut juga spending variance adalah Selisih antara harga yang sesungguhnya dengan harga standar dikalikan kuantitas sesungguhnya (Actual Quantity)...B/S. 11. efesiensi bahan disebut juga penyimpangan kuantitas bahan Yang sesungguhnya dengan kuantitas standar... B/S. dikalikan standar harga