BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

Keragaman dan kekerabatan genetik pada ikan patin

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tropis dan diketahui memiliki level

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

TINJAUAN PUSTAKA. berikut: Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak. keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman andaliman adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio:

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

BAB I PENDAHULUAN. Udang merupakan komoditas unggul Indonesia. Udang windu (Penaeus

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

KERAGAMAN Musa acuminata Colla LIAR DENGAN PENDEKATAN MORFOLOGI DAN MOLEKULER

Bandung, Juni Fegaira Almas Saniy

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari tepi laut hingga dataran tinggi. Familia Pandanaceae terdiri dari

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. runcing mendukung burung ini untuk terbang lebih cepat. Burung walet sarang

BAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman,

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 10. Hasil ekstraksi DNA daun

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1950), klasifikasi tanaman aren sebagai berikut ini:

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna dkk. (2005) mengemukakan taksonomi ayam kampung adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI DAN OPTIMALISASI PROGRAM PCR DALAM DETERMINASI KELAMIN IKAN BARBIR EMAS Puntius conchonius SECARA MOLEKULAR RADI IHLAS ALBANI

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gurame merupakan ikan air tawar yang berada di perairan Indonesia dan

IMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

STRUKTUR GENETIK POPULASI

BAB I PENDAHULUAN. Mangga merupakan salah satu buah tropis unggulan. Luas panen dan

Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanana Air Tawar Jl. Raya Sukamandi No. 2, Subang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai gizi yang baik bagi

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Andaliman termasuk tanaman perdu. Hsuang Keng (1978 dalam Wijaya, Zanthoxylum; spesies: Zanthoxylum acanthopodium DC.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari hasil ekspornya ke beberapa negara-negara Uni Eropa, Jepang, Thailand, dan negara-negara lainnya. Melimpahnya hasil perikanan ini dapat dimanfaatkan pula dalam rangka pemenuhan gizi bagi masyarakat Indonesia sendiri dengan mengkonsumsi hasil perikanannya atau dapat dijadikan berbagai produk diversifikasi pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan-ikan air tawar memiliki nilai gizi serta nilai ekonomis yang tinggi, selain karena rasanya banyak disukai oleh penduduk Indonesia dan juga penduduk di negara-negara lain sehingga banyak dilakukan kegiatan ekspor untuk memenuhi permintaan pasarnya. Ikan air tawar memiliki nilai gizi yang tinggi seperti halnya ikan laut, mudah dalam pemeliharaannya dan harganya relatif murah, selain itu permintaannya yang tinggi di pasar domestik maupun pasar internasional, menyebabkan keberlanjutan usaha budidayanya dapat berlangsung dalam jangka panjang. Salah satu komoditi perikanan darat yang memiliki nilai gizi yang tinggi serta nilai ekonomis yang tinggi pula adalah ikan patin. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya permintaan akan kebutuhan pemenuhan ikan ini ke sejumlah negara. Sebenarnya ada 13 jenis ikan patin, namun yang berhasil dibudidayakan di Indonesia pada saat ini diantaranya adalah patin siam ( Pangasius hypophthalmus) dan patin jambal (Pangasius djambal Bleeker). Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, rasa dagingnya yang lezat dan gurih mengakibatkan harga jualnya tinggi (Susanto dan Amri 2005). Negara Amerika Serikat menempatkan ikan catfish ini sebagai pilihan bagi mereka yang menginginkan hidup sehat (Hernowo 2005). Selain sebagai ikan konsumsi, beberapa jenis patin pun dapat dijadikan sebagai ikan hias, diantaranya yang banyak dikenal di Indonesia adalah patin Genghis Khan (Pangasius sanitwongsei) 1

2 dan Mekong Giant Catfish (Pangasionodon gigas) yang keduanya dapat diperoleh dari beberapa importir yang mendatangkan langsung ikan-ikan tersebut dari negeri asalnya. Seiring berkembangnya teknologi, rekayasa terhadap berbagai kegiatan perikanan banyak dilakukan, diantaranya adalah rekayasa hibridisasi yang merupakan salah satu rekayasa dalam proses persilangan dengan kesamaan famili, genus, maupun spesies. Hibridisasi terhadap ikan patin pun telah dilakukan dengan mengawinsilangkan antara ikan patin jambal dan patin siam sehingga menghasilkan spesies baru yaitu patin pasupati (Pangasius sp.). Hingga kini, bibit untuk indukan patin pasupati ini bisa diproduksi di Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBAT) Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Munculnya patin pasupati adalah jawaban atas ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kuota ekspor patin berdaging putih. Hasil persilangan ini mampu mengeliminasi sifat patin jambal yang dagingnya berwarna merah (Khairuman dan Amri 2013). Tingginya kegiatan persilangan patin dengan jenis yang sama banyak terjadi pada kegiatan unit pembenihan rakyat sehingga menyebabkan sifat genetik yang diturunkan dari indukan pendahulunya mengalami degradasi. Hal ini banyak menimbulkan gen yang bersifat homozigot resesif muncul lebih banyak, sehingga sifat dominannya mulai berkurang. Gen yang bersifat homozigot resesif tidak akan terekspresi fenotipnya, sedangkan gen yang bersifat dominan akan terekspresi fenotipnya, sehingga variasi gen yang terekspresi ini disebut sebagai polimorfisme. Polimorfisme didefinisikan sebagai adanya individu-individu dengan sifat genetik yang berlainan tetapi hidup secara bersamaan dalam populasi, dimana frekuensi masing-masing selalu tetap dan tidak berubah oleh karena adanya mutasi genetik (Nursida 2011). Penentuan tingkat polimorfisme dapat diketahui dengan beberapa metode PCR, salah satu diantaranya adalah RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), penggunaan metode ini memerlukan primer RAPD sebagai titik awal untuk mengamplifikasi fragmen DNA polimorfik secara acak. PCR memanfaatkan enzim DNA polimerase yang secara alami berperan dalam penggandaan DNA pada proses replikasi (Liu and Cordes 2004).

3 Namun demikian, primer RAPD hanya dapat menyalin fragmen pendek DNA, karena ukuran sekuen primer tersebut hanya berkisar 10 20 basa nukleotida (Liu et al. 1998a). Polimorfisme erat kaitannya dengan kegiatan hibridisasi yang dilakukan dalam kegiatan akuakultur, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat adanya polimorfisme pada ikan, dalam hal ini pada ikan patin, baik patin konsumsi maupun patin hias dengan menggunakan metode RAPD-PCR untuk mengetahui keragaman genetik yang dihasilkan sebagai akibat dari kegiatan hibridisasi dan perbedaan lokasi pemeliharaan ikan-ikan tersebut. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka identifikasi masalah yang dirumuskan yaitu seberapa banyaknya variasi genetik yang dapat dihasilkan dari penggunaan metode PCR dengan beberapa jenis primer RAPD untuk melihat tingkat polimorfisme dari ikan patin, baik patin konsumsi maupun patin hias dari beberapa jenis spesies yang berbeda serta hubungan kekerabatan diantara jenis-jenis ikan patin tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman genetik yang ditimbulkan dari beberapa spesies ikan patin konsumsi dan patin hias dan memperoleh pohon filogeni yang menggambarkan tingkat kekerabatan antar spesies ikan patin tersebut. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembudidaya dan peneliti ikan patin sehingga dapat diketahuinya variasi genetik yang memiliki korelasi dengan potensi sifat unggul ikan tersebut dalam upaya mencegah kemungkinan terjadinya penurunan kualitas genetik. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sifat-sifat genetik pada ikan patin dari beberapa spesies dalam perlindungan terhadap pelestarian plasma nutfah biota akuatik.

4 1.5 Kerangka Pemikiran Budidaya ikan patin konsumsi (patin jambal, patin siam, dan patin pasupati) dewasa ini berkembang pesat di Indonesia dikarenakan sifat pertumbuhannya yang cepat. Manajemen genetika induk patin perlu dilakukan dengan program seleksi untuk memperoleh induk unggul. Penerapan program ini juga menguntungkan dilakukan dalam program budidaya patin hias diantaranya patin Genghis Khan (Pangasius sanitwongsei) dan Mekong Giant Catfish (Pangasionodon gigas) yang saat ini sudah masuk dalam jalur perdagangan internasional. Aplikasi program hibridisasi telah diterapkan pada persilangan patin siam betina dan patin jambal jantan yang menghasilkan patin pasupati (Pangasius sp.). Patin pasupati merupakan jenis ikan patin baru dan asli dari Indonesia (Khairuman dan Amri 2013). Patin pasupati merupakan patin hibrid yang memiliki beberapa keunggulan dari segi warna daging, kecepatan pertumbuhan, produksi telur, dan bobot badan yang lebih unggul yang merupakan gabungan dari kedua spesies indukannya. Namun persilangan antar spesies yang banyak dilakukan ini menimbulkan kerugian diantaranya adalah hilangnya sifat dominan dan superior pada ikan hasil hibridisasi. Hilangnya sifat dominan pada gen ikan hibrid ini menyebabkan epistasis alel dominan sehingga yang muncul adalah alel resesif. Deteksi alel-alel dominan yang terekspresi dapat dilakukan dengan analisis tingkat polimorfisme (keragaman genetik). Keanekaragaman genetika diakibatkan adanya perubahan nukleotida penyusun DNA. Perubahan ini terjadi karena adanya mutasi, rekombinasi, atau migrasi gen dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempengaruhi fenotipe suatu organisme (Suryanto 2003). Beberapa teknik yang biasanya digunakan untuk melihat keanekaragaman hayati pada tingkat molekuler DNA yang didasarkan pada polimorfisme gen secara langsung diantaranya adalah Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD), Restricted Fragment Length Polymorphism (RFLP), Degradative Gradien Gel Electrophoresis (DGGE), analisis sekuen, dan Macro-restricted Fragment Length Polymorphism (MFLP) (Suryanto 2003).

5 Metode RAPD adalah salah satu metode yang berdasarkan pada teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). RAPD merupakan salah satu teknik yang paling luas dipergunakan karena kesederhanaannya. Primer yang digunakan adalah primer oligonukleotida dimana urutan basanya dibuat secara random (acak) (Layla 2001). Kemampuan teknik RAPD untuk mengungkapkan variasi intraspesifik dapat digunakan dalam skrining untuk perkawinan sedarah dalam spesies hewan komersial untuk mencegah peningkatan frekuensi alel resesif yang merugikan dalam populasi (Bardakci 2001). Penggunaan metode RAPD membutuhkan beberapa primer yang komplementer dengan urutan DNA ikan uji yang akan diamplifikasi. Khusus untuk ikan patin, primer yang digunakan mengacu pada penelitian Champasri et.al. (2010) dan Muharam (2012), terutama primer OPA dari Operon Technology. Pita-pita polimorfisme yang akan dihasilkan pada lokus-lokus yang berbeda tersebut menunjukkan adanya keragaman genetik yang bervariasi pula, ini berarti sifat genetik yang akan timbul atau diturunkan juga akan berbeda-beda. Informasi polimorfisme ini dapat menjadi acuan para pelaku budidaya untuk menghasilkan keturunan ikan patin yang unggul dan tetap dapat mempertahankan tingkat keragaman genetiknya sehingga kualitas keturunannya terjaga untuk generasi selanjutnya. Informasi ini bermanfaat bagi pembenih dan pembudidaya patin, jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk keperluan rekayasa genetik dengan tujuan untuk menciptakan spesies ikan patin dengan sifat-sifat genetik yang baru. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas dapat diuraikan bahwa ikan patin konsumsi yang sering mengalami perkawinan antar spesies memiliki tingkat polimorfisme yang lebih rendah daripada ikan patin hias. 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang dirumuskan yaitu tingkat polimorfisme yang tinggi diperoleh pada patin hias, dibandingkan dengan patin konsumsi menggunakan beberapa primer RAPD yang berbeda. Hubungan kekerabatan patin yang memiliki polimorfisme tinggi lebih jauh dibandingkan patin yang memiliki polimorfisme rendah.