I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KESENJANGAN TABUNGAN DAN INVESTASI DOMESTIK DI KAWASAN ASEAN 5+3 OLEH ASTARY PRADIPTA HADIPUTRI H

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. waktu belakangan ini memicu tingginya integrasi ekonomi pada negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis tersebut menjadi salah satu hal yang sangat menarik mengingat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

V. PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN MAKROEKONOMI INDONESIA. Asia Tenggara, yang pemicunya adalah krisis ekonomi di Thailand.

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

1. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia terhadap

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara tersebut. Pembangunan secara umum difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkaitan erat dengan peningkatan pendapatan nasional baik secara keseluruhan maupun per kapita sehingga masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, serta adanya ketimpangan distribusi pendapatan diharapkan dapat terpecahkan melalui trickle down effect (Todaro dan Smith, 2006). Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang mutlak dilakukan oleh pemerintahan suatu negara agar dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka pembangunan ekonomi dilakukan oleh semua negara, termasuk negara yang tergabung dalam Association of South East Asian Nation (ASEAN). Pada negara-negara ASEAN yang umumnya terdiri dari negara-negara berkembang (developing country) termasuk di dalamnya mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, membutuhkan dana yang cukup besar. Akan tetapi pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara berkembang terhambat oleh keterbatasan modal. Keterbatasan modal tersebut disebabkan oleh adanya kesenjangan tabungan dan investasi (savinginvestment gap) dan kesenjangan ekspor dan impor (export-import gap). Cara untuk memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan oleh suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhannya dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pembiayaan dari dalam negeri salah satunya adalah melalui tabungan dalam negeri, sedangkan apabila tabungan dalam negeri atau pendapatan nasional tidak mencukupi maka dapat memperoleh tambahan dari luar negeri berupa pinjaman luar negeri maupun foreign direct investment.

2 Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi memiliki dampak yang dirasakan oleh beberapa negara di kawasan Asia antara lain nilai tukar yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, dan menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Asia, akan tetapi krisis yang berawal dari jatuhnya nilai tukar Baht di Thailand ini tidak meluas ke bagian dunia yang lain. Setelah krisis di akhir tahun 1990-an tersebut, ASEAN meningkatkan hubungan ekonomi eksternal dengan beberapa negara Asia Timur, seperti China, Jepang dan Korea Selatan dan kemudian kerjasama ini dinamakan ASEAN+3. Kerjasama ASEAN+3 mampu membentuk pasar yang lebih besar dibandingkan ASEAN, sehingga menunjukkan perubahan ekonomi ke arah yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil. Pada tahun 2005 juga terjadi guncangan akibat melonjaknya harga minyak dunia dan disusul pada pertengahan 2007 krisis perumahan (subprime mortage) yang melanda Amerika Serikat dengan cepat berubah menjadi krisis keuangan global yang meluas ke hampir seluruh belahan dunia dan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian di negara ASEAN 5+3. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN 5+3 pasca krisis seperti pada Gambar 1 berikut ini : Pertumbuhan Ekonomi (%) 15 10 5 0 5 10 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 Tahun Indonesia Malaysia Filipina Thailand Singapura Korea Selatan China Jepang Sumber: World Development Indicator, 2011 (diolah) Gambar 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Negara ASEAN 5+3 Tahun 1995-2010 (Persen)

3 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat pada seluruh negara ASEAN 5+3 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi pasca terjadi krisis yaitu pada tahun 1997, tahun 2005 maupun pada tahun 2008. Ketiga krisis yang terjadi ini telah memberikan dampak kerusakan yang besar bagi negara-negara Asia, salah satunya adalah kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Kondisi pergerakan kesenjangan tabungan dan investasi domestik dapat dilihat pada Gambar 2. 35 nvestasi P) Kesenjangan Tabungan dan I Domestik (persen GD 30 25 20 15 10 5 0-5 -10 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Korea Selatan Jepang China -15 Sumber: Asian Development Bank, 2011 (Diolah) Gambar 2. Perkembangan Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Kawasan Negara ASEAN 5+3 Tahun 1996-2010 (Persen GDP) Dari Gambar 2 dapat diamati bahwa pergerakan kesenjangan tabungan dan investasi domestik di kawasan ASEAN 5+3 cenderung bernilai positif dan berfluktuasi. Kesenjangan positif dialami oleh negara ASEAN 5+3, kecuali negara Filipina. Hal tersebut menandakan bahwa terdapat tingkat tabungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pembentukan modal di masing-masing negara, kecuali Filipina. Ini juga berarti bahwa selama periode tersebut, terdapat potensi investasi yang belum termanfaatkan di negara ASEAN 5+3. Sedangkan fluktuasi yang terjadi merupakan akibat dari adanya krisis ekonomi, dimana kesenjangan menurun secara tajam ketika terjadi krisis ekonomi yaitu pada tahun 1997, tahun 2005 dan tahun 2008. Akan tetapi satu tahun pasca krisis tersebut terjadi peningkatan kesenjangan dalam jumlah yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun 1998, tahun 2006, dan tahun 2009.

4 Pengalaman ini membuat negara-negara Asia terutama ASEAN mulai mempertimbangkan ide penguatan integrasi moneter demi mencapai stabilitas keuangan regional. Peningkatan integrasi moneter antar negara di kawasan Asia menjadi penting dengan harapan dapat mengurangi dampak negatif dan menanggulangi krisis serupa di kemudian hari. 1.2 Perumusan Masalah Salah satu masalah dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah keterbatasan modal dalam negeri. Hal ini tercermin pada angka kesenjangan tabungan investasi Saving-Investment Gap (S-I gap) dan Foreign Exchange Gap (forex gap). Saving - Investment gap menggambarkan kesenjangan antara tabungan dalam negeri dengan dana investasi yang dibutuhkan, sedangkan Foreign Exchange Gap menggambarkan kesenjangan antara kebutuhan devisa untuk membiayai impor barang atau jasa dengan penerimaan devisa hasil ekspor barang atau jasa. Oleh karena itu negara-negara berkembang membutuhkan pinjaman luar negeri untuk menutup kekurangan kebutuhan pembiayaan investasi dan untuk membiayai defisit transaksi berjalan (current account) neraca pembayaran dalam rangka pembiayaan transaksi internasional sehingga posisi cadangan devisa tidak terganggu (Sanuri, 2005). Akan tetapi sebenarnya tantangan mendasar yang dihadapi oleh perekonomian negara ASEAN 5+3 dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan adalah pemenuhan kebutuhan investasi yang makin meningkat baik dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Oleh karena itu diperlukan upaya khusus guna meningkatkan tabungan domestik (Gross Domestic Saving), baik yang berasal dari tabungan pemerintah maupun tabungan masyarakat. Perkembangan tabungan domestik di negara ASEAN 5+3 pada tahun 1996-2010 dapat dilihat pada Gambar 3.

5 60 Tabungan Domestik (persen GDP) 50 40 30 20 10 0 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Korea Selatan Jepang China Sumber: Asian Development Bank, 2011 (Diolah) Gambar 3. Perkembangan Tabungan Domestik di Kawasan Negara ASEAN 5+3 Tahun 1996-2010 (Persen GDP) Berdasarkan Gambar 3 dapat diamati bahwa terdapat jumlah tabungan domestik yang cukup tinggi di masing-masing negara ASEAN 5+3. Oleh karena itu timbulah kesenjangan tabungan dan domestik yang positif di negara ASEAN 5+3, kecuali negara Filipina. Fakta ini menunjukkan bahwa peningkatan investasi sesungguhnya sangat memungkinkan terutama mengingat potensi tabungan domestik yang masih berada di atas tingkat investasi domestik. Selain itu, fakta ini juga memberikan arti bahwa persoalan investasi di negara ASEAN 5+3 sesungguhnya bukan terletak pada faktor kurangnya pembiayaan, tetapi lebih kepada iklim investasi yang kurang mendukung pengembangan usaha. Kondisi yang paling menonjol adalah belum terciptanya keadaan yang mendorong masyarakat untuk melakukan penanaman modal. Rendahnya investasi pemerintah juga merupakan suatu masalah yang dialami negara di kawasan ASEAN 5+3, hal tersebut menyebbakan lambatnya perkembangan infrastruktur yang seharusnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan. Perkembangan investasi domestik di negara ASEAN 5+3 pada tahun 1996-2010 dapat diketahui pada Gambar 4.

6 Sumber: Asian Development Bank, 2011 (Diolah) Gambar 4. Perkembangan Investasi Domestik di Kawasan Negara ASEAN 5+3 Tahun 1996-2010 (Persen GDP) Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4, kondisi yang umum terjadi di kawasan ASEAN 5+3 adalah oversaving dan underinvestment. Terjadinya kondisi oversaving merupakan dampak dari tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara ASEAN 5+3 lainnya yang mencapai angka diatas 4 persen. Oversaving seperti yang terlihat pada Gambar 1.3 menandakan bahwa tingkat tabungan domestik yang cukup tinggi di negara-negara ASEAN 5+3, yang terbentuk dari tingginya pendapatan per kapita sehingga memicu peningkatan tabungan masyarakat. Akan tetapi dana surplus kesenjangan tabungan dan investasi domestik ini tidak pula berdampak baik bagi peningkatan investasi domestik. Justru hal ini berdampak pada rendahnya tingkat investasi domestik seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 1.4. Kondisi underinvestment yang terjadi di Indonesia dan negara ASEAN 5+3 lainnya disebabkan oleh minimnya dana investasi pemerintah maupun invetasi asing yang lebih banyak bermain di investasi portofolio dibandingkan investasi riil. Di negara Indonesia pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2011 yang hanya mampu tumbuh 6,5 persen dipandang belum maksimal lantaran minimnya investasi pemerintah Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pemerintah menurunkan alokasi anggaran untuk kegiatan investasi sebesar 47,2 persen yaitu dari Rp3,5 triliun pada APBN Perubahan 2010 menjadi Rp1,9 triliun dalam RAPBN 2011. Hal yang serupa juga terjadi pada investasi asing. Selama ini banyak dana asing

7 yang masuk ke Indonesia hanya berupa investasi portofolio yang berupa sertifikat Bank Indonesia (SBI), saham, ataupun Surat Utang Negara (SUN) dengan berharap return (imbalan) yang besar. Ironisnya, setelah mengambil keuntungan, aliran modal itu bisa keluar dengan cepat dan tidak masuk ke investasi langsung asing (foreign direct investment). Hal inilah yang sering mengganggu stabilitas ekonomi dalam negeri dan juga menyebabkan timbulnya kondisi underinvestment di Indonesia. Kondisi serupa juga banyak terjadi di negara ASEAN 5+3 lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa dibutuhkan peningkatan investasi terutama untuk menggerakan sektor riil dalam rangka pengembangan investasi di Indonesia dan negara-negara ASEAN 5+3 lainnya. Adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan alokasi dan kapasitas investasi pemerintah dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur, dan berbagai kebijakan pemerintah lainnya seperti penyertaan modal berupa investasi pada sektor dan perusahaan yang strategis yang dapat memberikan nilai tambah yang optimal guna meningkatkan perekonomian negara, menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh negara-negara ASEAN 5+3. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kondisi dan pergerakan kesenjangan tabungan dan investasi domestik serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan antara tabungan dan investasi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN 5+3 dalam rangka pembentukan integrasi ekonomi yang berkesinambungan dalam rangka mencapai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mengacu pada kesejahteraan masyarakat ASEAN 5+3. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik di kawasan negara ASEAN 5+3. 2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan antara tabungan dan investasi domestik di kawasan negara ASEAN 5+3. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan hasil pemaparan rumusan penelitian di atas, dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini antara lain :

8 1. Menganalisis kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik di kawasan ASEAN 5+3. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan antara tabungan dan investasi domestik di kawasan negara ASEAN 5+3. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik serta faktor-faktor yang memengaruhinya di kawasan negara ASEAN 5+3. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihakpihak berwenang sebagai referensi untuk harmonisasi dan koordinasi kebijakan dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta menyeimbangkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pembacanya dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Bagi penulis sendiri, penelitian ini merupakan wadah pembelajaran untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.