V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Stasioneritas Data Pengujian kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root yang terkandung diantara variabel, sehingga hubungan diantara variabel menjadi valid. Pengujian panel unit root yang digunakan penelitian ini didasarkan pada beberapa statistik uji untuk tingkat level dan first differencing. Hasil pengujian panel unit root secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1, sementara rangkumannya disajikan pada Tabel 3. Seperti dapat dilihat pada Tabel 3, pengujian panel unit root dilakukan pada variabel foreign direct investment (FDI), consumer price index (CPI), populasi total (TP), pertumbuhan GDP Riil (GROWTH), dan dummy krisis ekonomi (DKRISIS). Untuk masing-masing variabel dinyatakan dalam persentase kecuali untuk variabel TP dinyatakan dalam logaritma natural dari nilai riilnya. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan plotting data untuk melihat metode pengujian, apakah panel unit root akan digunakan untuk data dengan intersep tanpa tren (kode 2) atau dengan intersep dan tren (kode 3). Berdasarkan plotting data tersebut, untuk data level diketahui, kecuali untuk variabel total populasi dan dummy krisis ekonomi yang menggunakan metode intersep tanpa tren, seluruhnya stasioner menggunakan metode dengan intersep dan tren serta metode dengan intersep tanpa tren. Berdasarkan berbagai statistik uji yang digunakan, data level telah menunjukkan tidak adanya common unit root dan individual unit root, karena seluruh variabel telah signifikan pada tingkat kesalahan 5 persen dan juga pada tingkat kesalahan 10 persen. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada data level, seluruh variabel sudah tidak mengandung unit root lagi. Untuk uji stasioneritas data pada masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 3:

2 51 Tabel 3. Hasil Pengujian Stasioneritas Data Variabel Diff 1) Metode 2) p-value Statistic Uji 3) Fisher LLC Breitung IPS ADF- PP- Fisher SIGAP FDI CPI TP GROWTH DKRISIS Sumber: Hasil Pengolahan dengan EVIEWS 6.0 Keterangan : 1) Differencing : 0 = data level 2) Metode : 1 = tanpa intersep dan tanpa tren 2 = dengan intersep dan tanpa tren 3 = dengan intersep dan dengan tren 3) Statistik Uji : L L C = Levin, Lin & Chu t* Breitung = Breitung t-stat I P S = Im, Pesaran and Shin W-stat ADF-Fisher = ADF-Fisher Chi-square PP-Fisher = PP Fisher Chi-square 5.2 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3 yang menggunakan analisis data panel, dapat dilakukan melalui tiga pendekatan model estimasi yaitu Pooled Least Square, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. Estimasi model regresi data panel faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3 dengan metode Pooled Least Square Model yang menghasilkan model estimasi dengan nilai R- Squared sebesar Dengan melihat nilai Prob(F-Statistic) sebesar

3 52 yang lebih kecil dibandingkan taraf nyata α sebesar 5 persen, hal ini berarti Pooled Least Square Model menyatakan bahwa secara keseluruhan minimal ada satu variabel diantara FDI, CPI, populasi total, pertumbuhan ekonomi, dan krisis ekonomi yang secara signifikan memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Kemudian estimasi model regresi data panel faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3 dengan metode Fixed Effect Model yang menghasilkan model estimasi dengan R- Squared Secara umum Pooled Least Square Model dan Fixed Effect Model tidak memberikan perbedaan hasil yang signifikan. Namun, Chow Test tetap harus dilakukan untuk memilih pendekatan terbaik antara Pooled Least Square Model dan Fixed Effect Model. Hasil Chow Test dengan nilai prob sebesar jika dibandingkan dengan taraf nyata α sebesar 5 persen menyatakan bahwa Fixed Effcet Model lebih baik daripada Pooled Least Square Model dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Langkah berikutnya, estimasi model regresi data panel faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3 dengan metode Random Effect Model yang menghasilkan model estimasi dengan R-Squared Selanjutnya, meskipun Random Effect Model juga tidak memberikan perbedaan hasil yang signifikan dengan Fixed Effect Model tetapi Hausman Test tetap harus dilakukan untuk memilih pendekatan terbaik antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Hasil Hausman Test dengan nilai prob sebesar jika dibandingkan dengan taraf nyata α sebesar 5 persen menyatakan bahwa Fixed Effect Model lebih baik daripada Random Effect Model dengan tingkat kepercayaan 95 persen. 5.3 Tahapan Evaluasi Model Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Ekonometrik Berdasarkan Chow Test dan Hausman Test, tahapan pemilihan pendekatan model terbaik menghasilkan bahwa Fixed Effect Model merupakan pendekatan analisis regresi linier berganda data panel yang terbaik. Namun, pengujian asumsi klasik harus dilakukan terhadap model estimasi data panel Fixed Effect Model

4 53 agar dapat menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE. Pengujian tersebut meliputi uji normalitas, uji multikorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilakukan dengan Jarque Bera Test yang terdapat dalam Eviews 6.0. Hasil perhitungan dengan menggunakan EViews 6.0 menghasilkan nilai probabilitas Jarque Bera sebesar Hal tersebut menandakan bahwa nilai probabilitas Jarque Bera lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata α sebesar 0,05 dimana jika nilai probabilitas Jarque Bera lebih besar menandakan H 0 tidak ditolak dan residual berdistribusi normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria normalitas telah terpenuhi oleh model estimasi regresi linier berganda Uji Multikolinearitas Multikolinearitas menandakan terdapat hubungan linier antar variabel independennya. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai perhitungan koefisien korelasi antar variabel independennya. Apabila nilai koefisien korelasinya lebih rendah dari 0.80 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. Multikolinearitas ditandai dengan nilai R-squared yang tinggi tetapi sedikit rasio yang signifikan serta korelasi berpasangan yang tinggi antara variabel-variabel independennya. Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi dengan menggunakan EViews 6.0 menghasilkan nilai koefisien korelasi yang kurang dari Dengan melihat bahwa tidak ada nilai koefisien korelasinya yang lebih tinggi dari 0.80 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas sehingga kriteria bebas multikolinearitas terpenuhi dalam model estimasi ini Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan GLS Weights Crosssection weight. Dengan melihat bahwa, nilai Sum squared resid Weighted Statistic sebesar yang lebih kecil dibandingkan nilai Sum squared resid

5 54 Unweighted Statistic sebesar , maka dapat disimpulkan bahwa model estimasi mengandung masalah heteroskedastisitas dimana varians tiap unsur error tidak konstan. Heteroskedastisitas dapat menyebabkan estimator tidak lagi BLUE karena tidak lagi mempunyai varians yang minimum, perhitungan standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena estimasi regresi yang dihasilkan tidak efisien serta uji hipotesis yang didasarkan pada uji F-Statistic dan t-statistic tidak dapat dipercaya. Jika model mengalami masalah heteroskedastisitas, dengan menggunakan metode GLS Weights Cross-section weights masalah sudah teratasi dan model estimasi dapat dikatakan telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Hasil estimasi menunjukkan dengan metode GLS Weights Cross-section weights menghasilkan nilai Sum squared resid Weighted Statistic sebesar dan nilai Sum squared resid Unweighted Statistic sebesar Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Dengan mengetahui bahwa jumlah cross section sebesar 8, jumlah time series sebesar 15, jumlah observasi sebesar 120, jumlah variabel independen sebesar 5, dan α sebesar 5 persen maka diperoleh nilai Durbin-Watson Tabel dengan D L sebesar dan D U sebesar Dengan mengetahui Durbin-Watson stat sebesar berada dalam selang 0 < d < D L yaitu daerah autokorelasi positif, yang dalam uji autokorelasi menandakan Tolak H 0 sehingga dapat dinyatakan terdapat autokorelasi dalam estimasi persamaan analisis regresi linier berganda. Maka dapat disimpulkan bahwa kriteria bebas autokorelasi tidak terpenuhi dalam GLS Weights Cross-section weights karena terdapat hubungan antara residual atau observasi dengan residual observasi lainnya. Metode GLS Weights Cross-section SUR dapat digunakan untuk mengatasi masalah autokorelasi sehingga masalah autokorelasi dapat diabaikan. Oleh karena itu, model estimasi regresi linier berganda data panel ini terbebas dari masalah autokorelasi. Hasil estimasi dengan metode GLS Weights Cross-section SUR menunjukkan Durbin-Watson stat sebesar

6 Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Statistik Setelah melakukan tahapan pengujian asumsi klasik maka dapat ditentukan bahwa model estimasi analisis data panel yang terbaik adalah Fixed Effect Model dengan GLS Weights Cross-section SUR. Nilai R-squared sebesar menandakan variabel FDI, CPI, total populasi, pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi mampu menjelaskan keragaman dalam kesenjangan tabungan dan investasi domestik sebesar persen dan sisanya sebesar persen keragaman dalam kesenjangan tabungan dan investasi domestik dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil estimasi model kesenjangan dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Hasil Estimasi Model Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Variabel Koefisien Standar Error t-statistic Prob C FDI CPI LOG(TP) GROWTH DKRISIS R-squared Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Sum squared resid Durbin-Watson stat Sumber: Hasil Pengolahan dengan EVIEWS 6.0 Dengan melihat nilai Prob(F-Statistic) sebesar yang lebih kecil jika dibandingkan dengan taraf nyata α sebesar 5 persen, hal ini menyatakan bahwa secara keseluruhan minimal ada satu variabel diantara FDI, CPI, total populasi, pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi yang secara signifikan memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3 dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

7 56 Kemudian, secara parsial dengan melihat nilai Prob(t-Statistic) dari masing-masing variabel yang lebih kecil dari taraf nyata α sebesar 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa FDI, CPI, total populasi, pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Serta dengan melihat koefisien dari masing-masing variabel dapat diketahui bahwa FDI, CPI, dan total populasi yang memiliki koefisien bertanda positif menandakan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh positif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi memiliki koefisien bertanda negatif sehingga kedua variabel tersebut memiliki pengaruh negatif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik ASEAN Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Ekonomi Pengaruh FDI terhadap Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel FDI sebesar Hal ini menandakan bahwa Foreign Direct Investment berpengaruh positif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Peningkatan persentase FDI Inflow terhadap GDP sebesar satu persen, akan meningkatkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik sebesar 0.23 persen dengan asumsi cateris paribus. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di ASEAN (Plumer dan Cheong, 2008) yang menyatakan dampak negatif dari FDI Inflow ke negara ASEAN 5+3 pasca krisis 1998 disebabkan oleh faktor kondisi sosial politik dan ekonomi di negara tujuan FDI, seperti tingkat pendapatan perkapita, sumber daya manusia, tingkat keterbukaan dalam suatu perekonomian dan pengembangan pasar modal lokal. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan dalam (Todaro dan Smith, 2006) dimana terdapat argumen yang menyatakan bahwa FDI akan memperlebar kesenjangan tabungan dan investasi dikarenakan pengaruh negatif dari FDI akan menurunkan tingkat tabungan maupun investasi domestik di negara tuan rumah sehubungan dengan akan terciptanya aneka bentuk persaingan tidak sehat yang

8 57 bersumber dari perjanjian produksi ekslusif. Sehingga tidak terlaksananya reinvestasi atas keuntungan yang mereka dapatkan dalam perekonomian tuan rumah. Dampak lainnya adalah terpicunya tingkat konsumsi domestik yang akan menurunkan minat masyarakat untuk menabung maupun investasi. Selain itu, efek positif dari FDI pada kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara tuan rumah mungkin tidak hanya tergantung pada kondisi lokal dan kebijakan tetapi juga pada sektor di mana FDI terjadi. Pada tahun 1990-an terjadi pergeseran dalam industri di mana perusahaan asing aktif dibandingkan dengan periode pasca perang, yang sebelumnya melibatkan eksploitasi minyak dan sumber daya alam, menuju manufaktur, jasa, dan teknologi tinggi. Pemerintah mulai mengurangi pembatasan pada FDI dan semakin menawarkan insentif dalam upaya untuk menarik investasi. Kenaikan jumlah FDI Inflow saat ini memiliki karakteristik yang berbeda karena lebih dari 50% dari investasi baru di sektor jasa. Ditemukan fakta bahwa FDI mengalir ke sektor-sektor ekonomi yang berbeda (yaitu primer, manufaktur, dan jasa) mengerahkan efek yang berbeda pada kesenjangan.arus masuk FDI ke sektor primer cenderung memiliki efek positif pada kesenjangan, sedangkan arus masuk FDI di sektor manufaktur berdampak negatif. Akan tetapi, investasi asing di sektor jasa adalah memiliki dua kemungkinan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua bentuk investasi asing tampaknya bermanfaat bagi perekonomian tuan rumah. Kondisi yang umum terjadi di negara ASEAN 5+3 adalah adanya penanaman modal asing yang hanya berupa investasi portofolio dengan berharap return (imbalan) yang besar. Ironisnya setelah mengambil keuntungan, aliran modal itu bisa keluar dengan cepat dan tidak masuk ke investasi langsung asing. Sehingga kondisi yang terjadi adalah dengan adanya FDI Inflow akan memperlebar kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Serta fakta yang membuktikan bahwa pengaruh FDI Inflow lebih besar terhadap tabungan domestik dibandingkan terhadap investasi domestik, hal ini dapat terlihat dari negara yang memiliki FDI Inflow terbesar di kawasan ASEAN 5+3 yaitu Singapura dan China, juga memiliki jumlah tabungan domestik terbesar di kawasan ASEAN 5+3. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan jumlah investasi domestik tertinggi yang ditempati oleh negara China dan Korea Selatan. Oleh

9 58 karena pengaruh FDI Inflow yang lebih besar terhadap tabungan domestik menyebabkan lahirnya pengaruh positif terhadap kesenjangan dari peningkatan FDI Inflow. Hal ini disebabkan oleh kebijakan masing-masing negara yang berbeda dalam pemanfaatan FDI Inflow. Kesejajaran dan orientasi ke luar dari masing-masing negara ASEAN 5+3 baik melalui kebijakan perdagangan maupun kebijakan investasi akan meringankan dampak negatif dari FDI Inflow pasca terjadinya krisis Asia tahun 1998, serta akan mengembalikan keunggulan kompetitif masing-masing negara ASEAN 5+3 yang pada akhirnya diharapkan akan merubah pengaruh FDI Inflow. Oleh karena itu negara ASEAN 5+3 harus secara berkala meningkatkan kestabilan dan keamanan melalui harmonisasi kebijakan, birokrasi dan biaya transaksi agar FDI dapat berkembang dan berdampak positif. a. Pengaruh FDI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5 Hasil analisis regresi yang menunjukkan bahwa FDI Inflow berpengaruh pada peningkatan kesenjangan dapat terlihat pada negara Singapura. Dimana Singapura memiliki tingkat FDI Inflow tertinggi di negara ASEAN dan berdampak pada kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara Singapura yang memiliki kesenjangan surplus tertinggi dengan rata-rata persen dari GDP. Hal serupa juga terjadi di negara ASEAN 5 lainnya. Ketika FDI inflow meningkat, otomatis terdapat kelebihan dana cadangan dalam negeri yang kurang termanfaatkan dengan optimal. Struktur FDI di negara ASEAN 5 yang umumnya merupakan negara berkembang seperti negara Indonesia, Thailand dan Filipina lebih diutamakan untuk meningkatkan kapasitas produksinya. b. Pengaruh FDI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5+3 Dampak yang nyata terhadap pengaruh FDI Inflow juga terlihat pada negara China, Korea Selatan dan Jepang. Terutama Jepang yang memiliki ratarata FDI Inflow terendah selama tahun yang hanya sebesar 0.16 persen berdampak pada rendahnya tingkat kesenjangan surplus yang rata-rata berkisar 1,2persen. Akan tetapi struktur FDI di negara ASEAN +3 yang merupakan negara

10 59 maju lebih diutamakan untuk melakukan kegiatan penjualan dan peningkatan ekspor Pengaruh CPI terhadap Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel CPI sebesar Hal ini menandakan bahwa CPI berpengaruh positif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Peningkatan persentase CPI sebesar satu persen, akan meningkatkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik sebesar 0.08 persen dengan asumsi cateris paribus. Hasil ini sesuai dengan yang terjadi di Indonesia (Purba, 2008) dan Namibia (Shiimi dan Kadhikwa, 1999). Karena tingkat inflasi merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Inflasi sangat memengaruhi tabungan dan investasi. Inflasi juga menghambat arus masuk modal asing ke negara itu. Jika nilai uang turun jauh, bahkan dapat mengusir modal asing yang diinvestasikan di negara tersebut, sehingga tingginya tingkat inflasi suatu negara berdampak pada rendahnya tingkat investasi domestik yang pada akhirnya akan memperlebar kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif bergantung pada parah atau tidaknya inflasi tersebut. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan mengajak orang untuk menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

11 60 a. Pengaruh CPI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5 Kondisi di negara ASEAN 5 yang umumnya terdiri dari negara berkembang cenderung memiliki tingkat inflasi yang tinggi. Dimana inflasi ratarata tertinggi dialami oleh negara Indonesia yaitu sebesar 12,18 persen. Kondisi ini sesuai dengan analisis regresi yang menyatakan bahwa kenaikan inflasi berpengaruh pada peningkatan kesenjangan karena pemerintah akan secara otomatis mengurangi investasi domestiknya karena khawatir inflasi yang menurunkan akumulasi modal akan berdampak negatif terhadap kesenjangan. Inflasi yang tinggi juga dialami oleh negara berkembang di ASEAN 5 lainnya seperti Filipina sebesar 5,64 persen dan Thailand 3,17 persen. Sedangkan untuk Malaysia dan Singapura yang tergolong negara maju memiliki tingkat inflasi yang rendah yaitu masing-masing 2,52 persen dan 1,39 persen. b. Pengaruh CPI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5+3 Berbeda halnya dengan negara berkembang, pada negara China, Jepang dan Korea Selatan yang tergolong negara maju memiliki tingkat inflasi yang rendah. Hal ini sesuai dengan analisis regresi dimana nilai rata-rata kesenjangan surplus untuk negara Jepang, China, dan Korea Selatan lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN 5 lainnya, kecuali Filipina yang mengalami kesenjangan negatif. Akan tetapi nilai inflasi yang terlalu rendah dapat menyebabkan jatuhnya harga dan kontraksi ekonomi, seperti yang terjadi di negara Jepang yang memiliki rata-rata deflasi sebesar 0.08 persen Pengaruh Total Populasi terhadap Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel total populasi sebesar Hal ini menandakan bahwa total populasi berpengaruh positif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Peningkatan jumlah total populasi sebesar satu persen, akan meningkatkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik sebesar persen dengan asumsi cateris paribus.

12 61 Hasil ini sesuai dengan yang terjadi di Asia (Donghyun dan Kwanho, 2009) serta Model Pertumbuhan Solow dimana total populasi dianggap sangat berpengaruh terhadap tingkat tabungan suatu negara (Todaro dan Smith, 2006). Dengan adanya total populasi menandakan adanya modal manusia yang baik dalam membangun pertumbuhan suatu negara dan memacu pertumbuhan ekonomi. Tingginya tingkat tabungan domestik apabila tidak diimbangi dengan pertumbuhan investasi domestik maka akan memicu kesenjangan tabungan dan investasi domestik yang lebih besar. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya populasi yang berkualitas mampu memacu tingkat tabungan dan investasi domestik secara bersamaan sehingga kesenjangan tabungan dan investasi domestik dapat diminimalisasi. Pengaruh positif atau negatif dari total populasi bergantung pada kemampuan sistem perekonomian negara tersebut dalam menyerap dan memanfaatkan pertambahan total populasi tersebut secara produktif. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal, tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi. Hal yang diutamakan dalam pertumbuhan total populasi adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di suatu negara. Tanpa adanya SDM yang berkualitas maka kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik tetap berada pada nilai yang tinggi dan pencapaian pembangunan serta kesejahteraan masyarakat tidak dapat tercipta. a. Pengaruh Total Populasi terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5 Negara di kawasan ASEAN 5 umumnya memiliki total populasi yang beragam. Hal tersebut terlihat dari negara Indonesia yang menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN 5 hingga mencapai 202 juta jiwa dan Singapura yang memiliki jumlah penduduk terendah di ASEAN 5 hanya dengan 3.6 juta jiwa. Kondisi yang terjadi di negara ASEAN 5 yang umumnya negara berkembang, walaupun memiliki total populasi yang tinggi tabungan domestiknya tidak terlalu besar. Hal tersebut dikarenakan rendahnya kualitas SDM yang dihasilkan, yang tercermin melalui nilai IPM untuk negara Indonesia, Thailand

13 62 dan Filipina yang lebih rendah dibandingkan negara maju di kawasan ASEAN 5 lainnya yaitu Malaysia dan Singapura. b. Pengaruh Total Populasi terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5+3 Kondisi total populasi di negara Korea Selatan, Jepang dan China umumnya juga beragam serupa dengan negara ASEAN 5. Hal ini terlihat dari negara China yang memiliki jumlah penduduk mencapai 1.2 milyar jiwa. Akan tetapi total populasi yang tinggi ini juga sejalan dengan pertumbuhan tabungan domestik di negara China yang mencapai 45 persen dari GDP. Sehingga peningkatan total populasi yang terjadi di kawasan ASEAN 5+3 yang merupakan negara maju berdampak pada peningkatan tabungan domestik negara tersebut, hal ini diutamakan karena kualitas SDM yang baik dan perkembangan kemajuan teknologi yang pesat di negara maju. Hasil ini sesuai dengan analisis regresi yang menyatakan bahwa peningkatan total populasi akan meningkatkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel pertumbuhan ekonomi sebesar Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Peningkatan persentase pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen, akan menurunkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik sebesar 0.31 persen dengan asumsi cateris paribus. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di Indonesia (Purba, 2008) dan Namibia (Shiimi dan Kadhikwa, 1999) serta teori Harrod-Domar yang menyatakan bahwa tingkat investasi domestik atau pembentukan modal akan ditentukan secara langsung oleh pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modalnya sehingga akan mampu meningkatkan investasi domestik yang saat ini kurang baik. Memicu peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu faktor penting dalam mengurangi kesenjangan surplus yang dialami

14 63 negara ASEAN 5+3. Karena dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang baik maka akan memperkecil kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Pertumbuhan ekonomi berdampak baik pada kondisi kesenjangan tabungan dan investasi di suatu negara. Karena diharapkan dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang baik di negara ASEAN 5+3, maka kesenjangan surplus yang terjadi di negara ASEAN 5+3 dapat berkurang. Sehingga peran pemerintahan suatu negara dalam memacu pertumbuhan ekonomi negaranya menjadi faktor yang dominan untuk dilaksanakan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi dapat dipicu melalui kenaikan penawaran tenaga kerja, kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia, serta kenaikan produktivitas masukan yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan dan skala produksi. Adanya pertumbuhan ekonomi dapat memberikan kekuatan bagi suatu negara dalam rangka menjalankan kegiatan ekonomi yang ditunjang tabungan dan investasi domestik dalam rangka pencapaian kesejahteraan masyarakat. a. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5 Kondisi pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN 5 cenderung fluktuatif dan bergantung pada perekonomian dunia karena ASEAN 5 umumnya merupakan negara dengan perekonomian terbuka kecil (small open economy). Fluktuasi dalam pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada fluktuasi kesenjangan tabungan dan investasi domestik. Hal ini sesuai dengan analisis regresi dimana saat pertumbuhan ekonomi meningkat, negara ASEAN 5 cenderung lebih meningkatkan investasi domestik mereka sehingga menurunkan kesenjangan. Oleh karena itu, meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu pemicu negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand untuk lebih meningkatkan investasi domestiknya, hal serupa juga dilakukan oleh negara maju di wilayah ASEAN 5 seperti Malaysia dan Singapura.

15 64 b. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kesenjangan Negara ASEAN5+3 Kondisi berbeda terjadi di negara ASEAN 5+3 dimana negara China memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 9,9persen. Sedangkan Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi terendah yang hanya sebesar 0.8 persen. Pertumbuhan China ini berpengaruh pada tingginya nilai tabungan domestik dan investasi domestik mereka hingga mencapai 45 persen dan 40 persen dari GDP. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berangsur-angsur menurunkan kesenjangan surplus dari tahun ke tahun. Kondisi di Jepang dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah merupakan dampak dari deflasi yang terjadi di negara tersebut. Sehingga nilai tabungan dan investasi domestik di Jepang hanya berkisar 25 persen dan 24 persen dari GDP. Rendahnya FDI Inflow di Jepang juga berdampak pada investasi domestik yang sangat bergantung pada tabungan domestik Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel krisis ekonomi sebesar Hal ini menandakan bahwa krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di Asia (Jesus, Kristine, dan Joseph, 2005). Adanya krisis ekonomi berdampak pada melemahnya tabungan domestik suatu negara yang merupakan salah satu sumber pembentukan modal. Sehingga berdampak pada nilai kesenjangan tabungan dan investasi domestik yang berkurang bahkan hingga mencapai angka defisit saat periode krisis ekonomi. Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi di negara ASEAN 5+3 dimana terjadi kesenjangan positif tabungan dan investasi domestik pasca krisis yang menandakan bahwa tingkat tabungan domestik lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat investasi domestik. Dimana kondisi kesenjangan surplus ini terjadi akibat

16 65 melemahnya investasi pasca krisis ekonomi tahun 1998 dengan tingkat tabungan yang tetap tinggi. Kondisi dimana krisis ekonomi berdampak pada pengurangan kesenjangan tabungan dan investasi domestik memiliki pengaruh yang berbeda dengan variabel pertumbuhan ekonomi. Karena meskipun krisis ekonomi mampu mengurangi kesenjangan tabungan dan investasi domestik, namun hal ini berpengaruh negatif bagi suatu negara. Karena krisis ekonomi akan memicu pengurangan tabungan domestik dalam skala yang besar serta penurunan terhadap investasi domestik yang sangat besar hingga mencapai kondisi defisit dimana pemerintah harus melakukan pinjaman luar negeri untuk menutupi defisit kesenjangan tersebut. Sehingga suatu negara akan bergantung pada pinjaman luar negeri untuk membiayai investasi domestiknya. Karena hal itu, pada saat ini negara di kawasan ASEAN 5+3 menggunakan tabungan domestik sebagai dana cadangan guna menanggulangi terjadi krisis serupa seperti tahun Sehingga mereka memutuskan untuk mempertahankan tingkat tabungan dan berdampak pada terciptanya kesenjangan surplus. 5.4 Implikasi Kebijakan Sesuai dengan pembahasan dari hasil penelitian, maka implikasi kebijakan yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki kesenjangan tabungan dan investasi domestik di negara ASEAN 5+3 antara lain: 1. Pemerintahan di negara ASEAN 5+3 harus secara berkala meningkatkan kestabilan dan keamanan melalui harmonisasi kebijakan, birokrasi dan biaya transaksi agar FDI Inflow dapat berkembang dengan baik. 2. Dalam kerangka penciptaan stabilitas makro ekonomi untuk menciptakan fundamental yang kuat bagi perekonomian, maka stabilitas harga merupakan sasaran akhir yang harus menjadi target kebijakan moneter pemerintah di negara ASEAN 5+3. Oleh karena itu, peletakan landasan kebijakan yang diarahkan untuk tercapainya target inflasi harus diupayakan dengan langkah yang tepat.

17 66 3. Peran pemerintah negara ASEAN 5+3 dalam rangka pengembangan kualitas SDM melalui kebijakan pemberian fasilitas pendidikan dan kesehatan yang merata serta penciptaan lapangan pekerjaan merupakan hal yang mutlak dilaksanakan oleh masing-masing pemerintah. 4. Peran pemerintah dalam pembuatan kebijakan demi tercapainya pengembangan kemajuan teknologi melaui transfer technology dan management skill antara negara pemberi FDI dengan negara penerima FDI menjadi suatu hal utama dalam meningkatkan kemajuan teknologi serta peningkatan kualitas SDM yang sangat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan ekonomi. 5. Kebijakan pemerintah di negara ASEAN 5+3 untuk meningkatkan alokasi dan kapasitas investasi domestik dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur, dan berbagai kebijakan pemerintah lainnya seperti penyertaan modal berupa investasi pada sektor dan perusahaan yang strategis yang dapat memberikan nilai tambah yang optimal guna meningkatkan perekonomian negara ASEAN 5+3.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Stasioneritas Data Panel Pengujian kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tahap Evaluasi Model 5.1.1. Tahap Evaluasi Pemilihan Model Estimasi model, untuk mengetahui pengaruh belanja pemerintah daerah per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari 54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random 67 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Estimasi Model Data Panel Estimasi model yang digunakan adalah regresi data panel yang dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. LAMPIRAN Lampiran 1. Evaluasi Model Evaluasi Model Keterangan 1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga. 2)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas. 81 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Penelitian ini menggunakan analisis model GLS (General Least Square). Metode GLS sudah memperhitungkan heteroskedastisitas pada variabel independen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data yang berupa laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2010 mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Panel Guna menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah diutarakan dalam Bab 1, dalam bab ini akan dilakukan analisa data melalui tahap-tahap yang telah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS ) III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross section atau panel data. Tahun pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. tumbuh dan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan

BAB IV PEMBAHASAN. tumbuh dan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Perkembangan Variabel Penelitian 1. Perkembangan Variabel PDB Produk domestik bruto atau PDB merupakan alat ukur untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 66 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Penelitian Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan diketahui bahwa reksa dana saham yang aktif dari periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Kestasioneran data merupakan hal yang sangat penting dalam analisis data time series. Hal ini karena penggunaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%. A. Uji Kualitas Data 1. Uji Heteroskedastisitas BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidakstabilan varians dari residual

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Penghitungan kesenjangan pendapatan regional antar kabupaten/kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data panel, yaitu model data yang menggabungkan data time series dengan crosssection.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data panel, yaitu model data yang menggabungkan data time series dengan crosssection. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan model data panel, yaitu model data yang menggabungkan data time series dengan crosssection.

Lebih terperinci

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB Sementara itu, Kabupaten Supiori dan Kabupaten Teluk Wondama tercatat sebagai daerah dengan rata-rata angka kesempatan kerja terendah selama periode 2008-2010. Kabupaten Supiori hanya memiliki rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan industri asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010-2013.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis pengaruh PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut : 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan earning pershare (EPS) terhadap return

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Pembahasan mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah ditinjau dari beberapa hal. Pertama, proporsi belanja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami 44 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Menurut Laporan Perekonomian Indonesia dari Bank Indonesia (2003-2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kelayakan Data 4.1.1 Uji Stasioner Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series stasioner (tidak ada akar akar unit) atau tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: 1. Mengetahui besarnya pengaruh tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia Dilihat dari segi kepemilikannya, Bank di Indonesia dibedakan menjadi enam kategori bank, diantaranya adalah Bank

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka, Suku Bunga Deposito dan Inflasi 4.1.1 Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka Pada periode pengamatan, yaitu Januari 2004

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel Hasil Common Effect Method: Panel Least Squares Date: 12/06/11 Time: 18:16 C 12.40080 1.872750 6.621707 0.0000 LOG(PDRB) 0.145885 0.114857 1.270151

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini, sampel yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dari tahun 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 )

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 ) 97 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL 5.1. Hasil Estimasi Model Persentase Penduduk Miskin Absolut (P 0 ) Head count index (P 0 ) merupakan jumlah persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah ekonomi terbuka atau ekonomi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah ekonomi terbuka atau ekonomi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah ekonomi terbuka atau ekonomi internasional yang meliputi lima negara yang tergabung dalam Association

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi di 5 pulau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh dari perubahan nilai tukar terhadap net income dan return saham perusahaan manufaktur. Variabel nilai tukar yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD Cross-section F Pemilihan model estimasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 80 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Sampel Data Penelitian ini menggunakan data panel seimbang dengan jumlah sampel perusahaan sebanyak 60 perusahaan yang secara konsisren terhadap di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder kuantitatif terdiri dari data time series dan cross section

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar Bab 4 akan memaparkan proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data. Data akan diolah dalam bentuk persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS

BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS 59 BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS 5.1 DETERMINAN TINGKAT TABUNGAN ASEAN 5+3 (1991-2007) Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, metode yang digunakan adalah regresi data panel. Pengujian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah 44 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah Kesenjangan ekonomi antar wilayah dapat ditentukan menggunakan indeks Williamson yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kedalam Jakarta Islamic Index pada tahun 2015. Jakarta Islamic Index melakukan penyaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan spesifikasi model Langkah ini meliputi: a. Penentuan variabel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan selama periode tahun 2003-2010 dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh Belanja Pemerintah di Bidang Kesehatan, Belanja Pemerintah di Bidang Pendidikan, Indeks Pemberdayaan Gender, dan Infrastruktur Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KESENJANGAN TABUNGAN DAN INVESTASI DOMESTIK DI KAWASAN ASEAN 5+3 OLEH ASTARY PRADIPTA HADIPUTRI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KESENJANGAN TABUNGAN DAN INVESTASI DOMESTIK DI KAWASAN ASEAN 5+3 OLEH ASTARY PRADIPTA HADIPUTRI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KESENJANGAN TABUNGAN DAN INVESTASI DOMESTIK DI KAWASAN ASEAN 5+3 OLEH ASTARY PRADIPTA HADIPUTRI H14080057 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran umum dari variabel penelitian yang digunakan Analisis diskriptif bersifat pemaparan dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelian ini adalah data sekunder yang merupakan panel data dengan periode waktu 9 tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Data

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan-perusahaan lembaga pembiayaan yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis dan Hasil Regresi Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabelnya dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif.

BAB III METODE PENELITIAN. Variabelnya dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Variabelnya dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif. Data penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain, Populasi dan Sampel Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dan menyoroti pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi 63 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi dan pengangguran. Alat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA Mita Pangestika 1 *Jurusan Statistika FIMIPA Universitas Islam Indonesia *mitapanges@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Subyek penelitian Penelitian ini tentang pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN JURNAL PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2016 JURNAL PUBLIKASI Oleh : Nama : Indri Larasati No. Mahasiswa : 14313258 Jurusan : Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Banten. Pemilihan lokasi di Kabupaten/Kota disebabkan karena berdasarkan hasil evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang dilakukan dalam penilitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. 2. Variable Penelitian a. Variabel X (variabel Independent/bebas)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, kurtosis. dan skewness (kemencengan distribusi). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Menurut Ghozali (2011: 19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan 49 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat pengangguran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif 50 A. Statistik Deskriptif BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean,dan

Lebih terperinci

6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AGLOMERASI INDUSTRI MANUFAKTUR

6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AGLOMERASI INDUSTRI MANUFAKTUR 6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AGLOMERASI INDUSTRI MANUFAKTUR Kesenjangan ekonomi dan konsentrasi industri manufaktur adalah dua hal yang tidak selalu sejalan. Hasil analisis seskriptif sebelumnya menunjukkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca Dalam penelitian ini berusaha untuk menganalisis 6 buah model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian terhadap fakta yang tertulis. Dokumen atau arsip data yang diteliti berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang BAB III METODOLOGI 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang bersumber dari BPS adalah

Lebih terperinci