BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan atas hasil penelitian. 5.1 Gambaran Umum Responden dan Data Penelitian 5.1.1 Tingkat pengembalian kuesioner Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat fungsional auditor (PFA) pada Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Bali. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Pebruari 2015 sampai dengan Maret 2015. Pengiriman kuesioner diantar langsung kepada responden dengan waktu pengisian kuesioner adalah 21 hari kerja. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Keterangan Jumlah Prosentase Kuesioner yang disebar 70 100% Kuesioner yang tidak kembali 7 10% Kuesioner yang digunakan (Respon Rate) 63 90% Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 70 kuesioner yang disebar, terhimpun pengembaliannya sebanyak 63 kuesioner. Kuesioner yang terhimpun kembali secara keseluruhan dapat digunakan karena data yang disampaikan oleh responden lengkap. 47
48 5.1.2 Profil responden Profil dari 63 responden dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2 Profil Responden Data Jumlah Prosentase Jenis Kelamin Laki-Laki 37 58,73% Perempuan 26 41,27% Jumlah 63 100,00% Pendidikan Terakhir S3 0 0,00% S2 3 4,76% S1 37 58,73 D3 23 36,51% Jumlah 63 100,00% Register Akuntan Ada 16 25,40% Tidak Ada 47 74,60% Jumlah 63 100,00% Jabatan Auditor Madya 9 14,29% Auditor Muda 17 26,98% Auditor Pertama 8 12,70% Auditor Penyelia 14 22,22% Auditor Pelaksana Lanjutan 8 12,70% Auditor Pelaksana 7 11,11% Jumlah 63 100,00% Sumber : data diolah, 2015 Berdasarkan profil responden, sampel penelitian ini dipertimbangkan cukup representatif karena anggota sampel memiliki karakteristik demografi beragam, baik dari gender, tingkat pendidikan, register akuntan, dan jabatan.
49 5.1.3 Deskripsi variabel penelitian Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan informasi tentang karakteristik variabel penelitian, antara lain nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata dan standar deviasi. Ringkasan hasil tabel statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Data Uji Tekanan anggaran waktu Locus of control internal Locus of control eksternal Komitmen profesional Perilaku penurunan kualitas audit Valid N (listwise) Sumber : Lampiran 3 N Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi 63 7 28 12,84 6,292 63 11 40 33,27 6,884 63 63 63 63 9 24 10 37 90 37 17,57 74,11 19,79 7,951 16,639 7,931 Berdasarkan data pada Tabel 5.3 maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Perilaku penurunan kualitas audit memiliki nilai terendah 10, nilai tertingginya 37, nilai rata-rata (mean) 19,79 dan standar deviasinya 7,931. Nilai rata-rata sebesar 19,79 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke nilai terendah yang artinya responden cenderung tidak pernah melakukan perilaku penurunan kualitas audit dalam pelaksanaan program audit. 2) Nilai terendah variabel tekanan anggaran waktu adalah 7, nilai tertingginya 28, nilai rata-ratanya adalah 12,84 dan standar deviasinya 6,292. Nilai ratarata sebesar 12,84 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden
50 cenderung mengarah ke nilai terendah yang artinya responden cenderung pernah merasakan tekanan anggaran waktu dalam pelaksanaan program audit. 3) Nilai tertinggi locus of control internal adalah 40, nilai terendahnya 11, nilai rata-ratanya adalah 33,27 dan standar deviasinya 6,884. Nilai rata-rata sebesar 33,27 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke nilai tertinggi yang artinya responden cenderung memiliki locus of control internal yang tinggi. Nilai tertinggi locus of control eksternal adalah 37, nilai terendahnya 9, nilai rata-ratanya adalah 17,57 dan standar deviasinya 7,951. Nilai rata-rata sebesar 17,57 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke nilai terendah yang artinya responden cenderung memiliki locus of control eksternal yang rendah. 4) Nilai terendah komitmen profesional adalah 24, nilai tertingginya 90, nilai rata-ratanya adalah 74,11 dan standar deviasinya 16,639. Nilai rata-rata sebesar 74,11 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke nilai tertinggi yang artinya responden cenderung memiliki komitmen profesional yang tinggi. 5.2 Uji Instrumen Penelitian 5.2.1 Uji validitas Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Validitas kuesioner diuji dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut sehingga diperoleh nilai
51 Pearson Correlation. Kuesioner dianggap valid jika koefisien korelasi antar skor adalah positif dan bernilai > 0,3. Hasil uji validitas disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas No Variabel Pearson Keterangan Correlations 1. Tekanan anggaran waktu (X1) 0,900-0,932 valid 2. Locus of control internal (X2) 0,825 0,925 valid 3. Locus of control eksternal (X3) 0,885 0,948 valid 4. Komitmen profesional (X4) 0,795-0,919 valid 5. Perilaku penurunan kualitas audit (Y) 0,835 0,900 valid Sumber : Lampiran 4 5.2.2 Uji reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan nilai Cronbach s Alpha untuk mengukur derajat kehandalan masing-masing variabel. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach s Alpha > 0.7 (Nunnally dalam Ghozali, 2013:48). Hasil uji reliabilitas disajikan pada Tabel 5.5 berikut: Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas No Variabel Cronbach s Alpha Keterangan 1. Tekanan anggaran waktu 0,962 Reliabel 2. Locus of control internal 0,963 Reliabel 3. Locus of control eksternal 0,972 Reliabel 4. Komitmen profesional 0,985 Reliabel 5. Perilaku penurunan kualitas audit 0,962 Reliabel Sumber : Lampiran 5
52 5.3 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan analisis regresi. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Analisis regresi menggunakan regresi linear berganda. 5.3.1 Pengujian asumsi klasik Model persamaan regresi sebelum dianalisis dengan teknik regresi harus dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Model persamaan regresi yang baik adalah tidak terdapat masalah data yang distribusinya tidak normal, masalah multikolinearitas dan masalah heteroskedastisitas. Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian supaya hasilnya BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. 1) Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi nilai residual terdistribusi dengan normal. Model regresi yang baik memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Data terdistribusi normal jika residualnya lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 5.6.
53 Persamaan Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov- Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Y=α+β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4 +ε 1,025 0,244 Sumber : Lampiran 6 Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) pada model persamaan regresi mempunyai nilai lebih besar dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi telah memenuhi asumsi normalitas data. 2) Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013:105). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas terjadi jika nilai Tolerance 0,10 atau nilai VIF 10. Hasil uji multikolinearitas ditunjukkan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Tekanan anggaran waktu 0,461 2,169 Locus of control internal 0,787 1,271 Locus of control eksternal 0,562 1,780 Komitmen profesional 0,648 1,543 Sumber : Lampiran 7 Tabel 5.7 menunjukkan seluruh variabel memiliki nilai Tolerance yang lebih besar dari 0,10 atau nilai VIF yang kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model uji terbebas dari permasalahan multikolinearitas.
54 3) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013:139). Model regresi yang baik adalah jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan model regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas adalah uji Glejser. Hasil uji heteroskedastisitas disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel t Sig Tekanan anggaran waktu (X 1 ) 0,852 0,398 Locus of control internal (X 2 ) -0,536 0,594 Locus of control eksternal (X 3 ) 0,972 0,335 Komitmen profesional (X 4 ) 0,199 0,843 Sumber : Lampiran 8 Tabel 5.8 menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang berpengaruh signifikan pada variabel terikatnya yaitu Absolut Residual (Absres). Ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi t hitung yang kesemuanya lebih besar dari alpha (α = 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan gejala heteroskedastisitas. 5.3.2 Analisis regresi Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear berganda disajikan pada Tabel 5.9 di bawah ini.
55 Tabel 5.9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Unstandardized Coefficients B Std. Error Standardized Coefficients Beta t Sig. (Constant) 25,566 4,819 5,305 0,000 X 1 0,470 0,103 0,373 4,583 0,000 X 2-0,312 0,072-0,271-4,356 0,000 X 3 0,336 0,073 0,337 4,579 0,000 X 4 F Sig. F R Square Adjusted R Square Sumber: Lampiran 9-0,099 67,499 0,000 0,823 0,811 0,033-0,207-3,023 0,004 Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Adjusted R square sebesar 0,811 yang berarti 81,10 persen variabel terikat perilaku penurunan kualitas audit dapat dijelaskan oleh variabel bebas tekanan anggaran waktu, locus of control, dan komitmen profesional, sedangkan sisanya 18,90 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan. Uji F menghasilkan nilai F hitung sebesar 67,499 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan α = 0,05 (α = 5 persen), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tekanan anggaran waktu, locus of control dan komitmen profesional berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit. Dengan demikian, model penelitian yang digunakan layak dan pembuktian hipotesis dapat dilanjutkan. Uji statistik t pada model regresi menunjukkan pengaruh secara parsial variabel tekanan anggaran waktu, locus of control dan komitmen profesional pada
56 perilaku penurunan kualitas audit, sehingga dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y = 25,566+0,470X 1-0,312X 2 +0,336X 3-0,099X 4 + ε... (2) 5.4 Pengujian Hipotesis Hasil regresi linear berganda pada Tabel 5.9 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Hasil koefisien menunjukkan nilai tekanan anggaran waktu (X 1 ) memiliki nilai positif 0,470, nilai uji t hitung sebesar 4,583 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti tekanan anggaran waktu berpengaruh positif dan signifikan pada perilaku penurunan kualitas audit. Sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini yang menyatakan tekanan anggaran waktu berpengaruh positif pada perilaku penurunan kualitas audit dapat diterima. 2) Hasil koefisien menunjukkan nilai locus of control internal (X 2 ) memiliki nilai negatif 0,312, nilai uji t hitung sebesar -4,356 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti locus of control internal berpengaruh negatif dan signifikan pada perilaku penurunan kualitas audit. Sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan locus of control internal berpengaruh negatif pada perilaku penurunan kualitas audit dapat diterima. 3) Hasil koefisien menunjukkan nilai locus of control eksternal (X 3 ) memiliki nilai positif 0,336, nilai uji t hitung sebesar 4,579 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang
57 ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti locus of control eksternal berpengaruh positif dan signifikan pada perilaku penurunan kualitas audit. Sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang menyatakan locus of control eksternal berpengaruh positif pada perilaku penurunan kualitas audit dapat diterima. 4) Hasil koefisien menunjukkan nilai komitmen profesional (X 4 ) memiliki nilai negatif 0,099, nilai uji t hitung sebesar -3,023 dan tingkat signifikansinya adalah 0,004. Tingkat signifikansinya lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan (α=0,05), hal ini berarti komitmen profesional berpengaruh negatif dan signifikan pada perilaku penurunan kualitas audit. Sehingga hipotesis keempat dalam penelitian ini yang menyatakan komitmen profesional berpengaruh negatif pada perilaku penurunan kualitas audit dapat diterima. 5.5 Pembahasan 5.5.1 Pengaruh tekanan anggaran waktu pada perilaku penurunan kualitas audit Variabel tekanan anggaran waktu berpengaruh positif pada perilaku penurunan kualitas audit. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan maka akan cenderung meningkatkan perilaku penurunan kualitas audit. Salah satu alasan yang sering dikemukakan untuk kinerja yang buruk adalah karena adanya tekanan waktu (Ikhsan dan Ishak, 2005:220). Anggaran waktu yang tidak memadai akan dapat membuat auditor merasa
58 tertekan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga auditor cenderung bertindak disfungsional. Hasil penelitian ini memberi dukungan empiris terhadap teori atribusi. Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Suartana, 2010:181). Tekanan anggaran waktu merupakan faktor eksternal, sehingga dapat disimpulkan penyebab perilaku auditor karena kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri auditor berupa tekanan anggaran waktu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kelley dan Seiler (1982) menemukan tekanan anggaran waktu yang terlalu ketat dapat menyebabkan perilaku audit disfungsional, Cook dan Kelley (1988) menemukan cara yang ditempuh auditor dalam mengatasi tekanan anggaran waktu cenderung dengan melakukan perilaku audit disfungsional, Willet dan Page (1996) menemukan 60% responden mengatakan tekanan anggaran waktu merupakan alasan utama melakukan irreguler audit, Otley dan Pierce (1996a) menemukan tekanan anggaran waktu berhubungan linier dengan perilaku audit disfungsional, Otley dan Pierce (1996b) menemukan tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap perilaku audit disfungsional, Coram, et al (2003) menemukan alasan utama melakukan tindakan penurunan kualitas audit adalah karena terdapat tekanan anggaran waktu, McNamara dan Liyanarachchi (2008) menemukan tekanan anggaran waktu berhubungan linear dengan perilaku audit disfungsional, Simanjuntak (2008) menemukan hubungan positif antara tekanan anggaran waktu dengan penurunan kualitas audit, Silaban (2009) menemukan hubungan positif
59 antara tekanan anggaran waktu yang dirasakan dengan perilaku audit disfungsional, dan Hastuti (2013) menemukan tekanan anggaran waktu berhubungan positif dengan perilaku penurunan kualitas audit. 5.5.2 Pengaruh locus of control internal pada perilaku penurunan kualitas audit Variabel locus of control internal berpengaruh negatif pada perilaku penurunan kualitas audit. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi locus of control internal auditor, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor tersebut melakukan perilaku penurunan kualitas audit. Daft (2011:300) menyatakan individu dengan locus of control internal menempatkan tanggung jawab utama di tangannya sendiri, tindakannya sendiri sangat mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya. Auditor dengan locus of control internal merasa apa yang terjadi pada kehidupan mereka karena usaha mereka sendiri, sehingga auditor akan bekerja lebih baik karena auditor tidak hanya bertanggung jawab pada diri mereka sendiri, tetapi juga pada instansi mereka bekerja dan para pengguna hasil audit. Hasil penelitian ini memberi dukungan empiris terhadap teori atribusi. Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Suartana, 2010:181). Locus of control internal merupakan karakteristik individual auditor, sehingga dapat disimpulkan penyebab perilaku auditor karena kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wijayanti (2009) yang menyatakan auditor dengan locus of control internal memiliki toleransi yang
60 rendah terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit dan Hastuti (2013) yang menemukan locus of control internal berpengaruh negatif pada perilaku penurunan kualitas audit. 5.5.3 Pengaruh locus of control eksternal pada perilaku penurunan kualitas audit Variabel locus of control eksternal berpengaruh positif pada perilaku penurunan kualitas audit. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi locus of control eksternal auditor, maka akan semakin besar kemungkinan auditor tersebut melakukan perilaku penurunan kualitas audit. Daft (2011:300) menyatakan individu dengan locus of control eksternal menempatkan tanggung jawab utama pada kekuatan luar, kejadian pada hidup mereka karena adanya kesempatan, keberuntungan, orang lain dan suatu peristiwa. Hasil penelitian ini memberi dukungan empiris terhadap teori atribusi. Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Suartana, 2010:181). Locus of control eksternal menempatkan tanggung jawab atau kejadian pada hidupnya pada kekuatan luar. Sehingga dapat disimpulkan penyebab perilaku auditor karena auditor lebih meyakini kekuatan di luar dirinya yang memegang kendali atas kinerjanya. Mereka merasa bahwa kekuatan-kekuatan eksternal seperti keberuntungan atau kesulitan tugas mengontrol hasil mereka (Luthans, 2006:210). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Donnelly, et al (2003) yang menemukan auditor dengan locus of control eksternal lebih menerima perilaku audit disfungsional dibandingkan auditor yang memiliki locus of
61 control internal, Gustati (2012) menemukan locus of control eksternal berpengaruh positif pada penerimaan perilaku disfungsional audit, Paino,.et.al.(2014) menyatakan secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa auditor yang lebih menerima perilaku disfungsional adalah yang cenderung memiliki locus of control eksternal dan Dewi (2015) auditor dengan locus of control eksternal cenderung lebih memberi toleransi pada perilaku disfungsional dalam audit. 5.5.4 Pengaruh komitmen profesional pada perilaku penurunan kualitas audit Variabel komitmen profesional berpengaruh negatif pada perilaku penurunan kualitas audit. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi komitmen profesional auditor, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor tersebut melakukan perilaku penurunan kualitas audit. Lubis (2010:55) menyatakan komitmen profesional afektif terjadi apabila pegawai ingin menjadi bagian dari organisasi karena ikatan emosional terhadap organisasi, komitmen profesional kontinu terjadi apabila pegawai bertahan pada suatu organisasi karena pegawai tersebut membutuhkan organisasi tersebut, dan komitmen profesional normatif terjadi apabila pegawai menjadi bagian dari organisasi karena merupakan suatu kewajiban. Sehingga demikian, auditor yang memiliki komitmen profesional yang kuat akan berusaha menghindari tindakan disfungsional yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun organisasi tempatnya bekerja. Auditor dengan komitmen profesional yang kuat akan memiliki motivasi yang kuat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku.
62 Auditor yang memiliki komitmen terhadap profesinya lebih responsif terhadap nilai-nilai profesinya. Hasil penelitian ini memberi dukungan empiris terhadap teori atribusi. Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Suartana, 2010:181). Komitmen profesional merupakan karakteristik individual auditor, sehingga dapat disimpulkan penyebab perilaku auditor karena kekuatan internal, yaitu faktorfaktor yang ada dalam diri auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Herrbach (2001) yang menyatakan unsur-unsur kontrak psikologis berkaitan dengan aspek profesional, sehingga auditor cenderung menghindari perilaku penurunan kualitas audit, Lord dan DeZoort (2001) yang menyatakan auditor dengan komitmen profesional rendah cenderung sign-off akun yang diragukan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan auditor dengan komitmen profesional kuat, dan Hastuti (2013) yang menyatakan komitmen profesional afektif, kontinu dan normatif berpengaruh negatif pada perilaku penurunan kualitas audit.