VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

dokumen-dokumen yang mirip
VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

BAB IV METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

IV METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran.

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

IV METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Novi Anggraeni 1) Dedi Darusman 2) Dedi Sufyadi 3)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. merupakan studi kasus yang dilaksanakan di peternakan sapi potong PT. Andini

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA TANAMAN PADI SAWAH. (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

VII ANALISIS PENDAPATAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah

IV. METODE PENELITIAN

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

II. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian merupakan cara peneliti yang digunakan dalam mendapatkan data untuk

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus Vulgaris, Scard) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. By :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP

TINJAUAN PUSTAKA. dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

Kata Kunci : Usahatani Padi Sawah, Produktivitas, Optimalisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi sama antara petani pemilik penggarap dan petani pemilik. Faktor-faktor yang diduga untuk menentukan model ini adalah luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ), pupuk KCl (X 5 ), pestisida padat (X 6 ), pestisida cair (X 7 ) dan tenaga kerja (X 8 ). Semua faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi padi baik untuk petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Sebuah model fungsi produksi disusun dalam penelitian ini untuk menduga hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produksi yang dihasilkan. Model fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan hasil olahan dengan menggunakan paket program Minitab14.0 for Window maka model fungsi produksi padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap dapat dituliskan sebagai berikut: Ln Y = 6,57 + 0,597 ln X 1 0,088 ln X 2 + 0,102 ln X 3 + 0,00477 ln X 4 0,00028 ln X 5 + 0,00307 ln X 6 + 0,00281 ln X 7 + 0,387 ln X 8 (6.1) Berdasarkan hasil pendugaan model Cobb-Douglas untuk petani pemilik penggarap diperoleh koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 87,5 persen, sedangkan koefisien determinasi terkoreksi (R 2 adjusted) sebesar 82,7 persen (Tabel 13). 62

Nilai R 2 adjusted tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel dependent (X) seperti luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk Kcl, pestisida padat, pestisida cair dan tenaga kerja dalam menjelaskan keragaman dari variabel independent (Y) sebesar 82,7 persen. Sedangkan 17,3 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh iklim dan cuaca, serta intensitas serangan hama dan penyakit. Berdasarkan uji T (Tabel 13) terlihat bahwa variabel luas lahan (X 1 ) berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen dan variabel tenaga kerja (X 8 ) berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan variabel benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ), pupuk KCl (X 5 ), pestisida padat (X 6 ) dan pestisida cair (X 7 ) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95% yang berarti bahwa variabel tersebut sangat kecil pengaruhnya terhadap naik turunnya produksi padi. Tabel 13. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani Padi yang Diusahakan Petani Pemilik Penggarap di Desa Pasir Gaok Tahun 2009 Penduga Koefisien Simpangan T- Peluang VIF Regresi Baku hitung Konstanta 6,5750 0,6904 9,52 0,000 Luas lahan (ln X 1 ) 0,5969 0,1280 4,66 0,000* 2,7 Benih (ln X 2 ) -0,0882 0,1388-0,64 0,532 4,1 Urea (ln X 3 ) 0,1025 0,1199 0,85 0,402 2,3 SP-36 (ln X 4 ) 0,004774 0,007338 0,65 0,522 1,4 KCl (ln X 5 ) -0,000280 0,005772-0,05 0,962 1,5 Pestisida padat (ln X 6 ) 0,003070 0,006237 0,49 0,628 1,2 Pestisida cair (ln X 7 ) 0,002811 0,005612 0,50 0,622 1,3 Tenaga kerja (ln X 8 ) 0,3866 0,1665 2,32 0,030** 5,1 R 2 87,5 % R 2 -adjusted 82,7 % Sumber: Data primer diolah (2010) Keterangan: * Nyata pada tingkat kepercayaan 99% **Nyata pada tingkat kepercayaan 95% 63

Model fungsi produksi padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap dapat dituliskan sebagai berikut: Ln Y = 4,10 + 0,041 ln X 1 + 0,0702 ln X 2 0,0085 ln X 3 + 0,060 ln X 4 0,00547 ln X 5 + 0,00343 ln X 6 + 0,0139 ln X 7 + 0,776 ln X 8 (6.2) Berdasarkan hasil pendugaan model Cobb-Douglas untuk petani pemilik penggarap diperoleh koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 92,3 persen, sedangkan koefisien determinasi terkoreksi (R 2 adjusted) sebesar 89,3 persen (Tabel 14). Nilai R 2 adjusted tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel dependent (X) seperti luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pestisida padat, pestisida cair dan tenaga kerja dalam menjelaskan keragaman dari variabel independent (Y) sebesar 89,3 persen. Sedangkan 10,7 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh iklim dan cuaca, serta intensitas serangan hama dan penyakit. Berdasarkan uji T (Tabel 14) terlihat bahwa variabel pupuk KCl (X 5 ) berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen, variabel pestisida cair (X 7 ) berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen dan variabel tenaga kerja (X 8 ) berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ) dan pestisida padat (X 6 ) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80% yang berarti bahwa variabel tersebut sangat kecil pengaruhnya terhadap naik turunnya produksi padi. 64

Tabel 14. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani Padi yang Diusahakan Petani Penggarap di Desa Pasir Gaok Tahun 2009 Penduga Koefisien Simpangan T- Peluang VIF Regresi Baku hitung Konstanta 4,1018 0,8422 4,87 0,000 Luas lahan (ln X 1 ) 0,0407 0,1599 0,25 0,801 8,4 Benih (ln X 2 ) 0,07020 0,08571 0,82 0,422 3,0 Urea (ln X 3 ) -0,00851 0,04854-0,18 0,863 1,7 SP-36 (ln X 4 ) 0,0600 0,1082 0,55 0,585 3,2 KCl (ln X 5 ) -0,005469 0,003899-1,40 0,175*** 1,4 Pestisida padat (ln X 6 ) 0,003435 0,004333 0,79 0,437 1,3 Pestisida cair (ln X 7 ) 0,013880 0,005730 2,42 0,025** 1,5 Tenaga kerja (ln X 8 ) 0,7755 0,1602 4,84 0,000* 8,0 R 2 92,3 % R 2 -adjusted 89,3 % Sumber: Data primer diolah (2010) Keterangan: * Nyata pada tingkat kepercayaan 99% ** Nyata pada tingkat kepercayaan 95% ***Nyata pada tingkat kepercayaan 80% Hubungan antara status petani mempengaruhi efisiensi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Faktor-faktor yang diduga untuk menentukan model ini adalah luas lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk urea (X 3 ), pupuk SP-36 (X 4 ), pupuk KCl (X 5 ), pestisida padat (X 6 ), pestisida cair (X 7 ), tenaga kerja (X 8 ) dan status petani (D). Model ini didapat dengan menggabungkan data dari penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Model fungsi produksi untuk membandingkan efisiensi faktor produksi antara petani pemilik penggarap dengan petani penggarap di Desa Pasir Gaok dapat dituliskan sebagai berikut: Ln Y = 6,33 + 0,501 ln X 1-0,0063 ln X 2 + 0,0197 ln X 3 + 0,00439 ln X 4-0,00134 ln X 5 + 0,00272 ln X 6 + 0,00321 ln X 7 + 0,427 ln X 8 + 0,0487 D..... (6.3) 65

Tabel 15. Hasil Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas yang Membandingkan Efisiensi Faktor Produksi antara petani pemilik penggarap dengan Petani Penggarap di Desa Pasir Gaok Penduga Koefisien Regresi Simpangan Baku T- hitung Peluang VIF Konstanta 6,3344 0,4418 14,34 0,000 Luas lahan (ln X 1 ) 0,50072 0,08732 5,73 0,000* 3,5 Benih (ln X 2 ) -0,00630 0,07099-0,09 0,930 2,8 Urea (ln X 3 ) 0,01966 0,04654 0,42 0,674 1,4 SP-36 (ln X 4 ) 0,004386 0,005734 0,77 0,448 1,3 KCl (ln X 5 ) -0,001339 0,003347-0,40 0,691 1,3 Pestisida padat (ln X 6 ) 0,002720 0,003599 0,76 0,453 1,1 Pestisida cair (ln X 7 ) 0,003210 0,003576 0,90 0,374 1,1 Tenaga kerja (ln X 8 ) 0,4263 0,1061 4,02 0,000* 5,3 Dummy (D) 0,04872 0,7483 0,65 0,518 1,2 R 2 88,1 % R 2 -adjusted 86,0 % Sumber: Data primer diolah (2010) Keterangan: * Nyata pada tingkat kepercayaan 99% Berdasarkan uji T (Tabel 15) terlihat bahwa hanya variabel luas lahan (X 1 ) dan variabel tenaga kerja (X 8 ) yang berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel lainnya termasuk variabel dummy (D) untuk status petani tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen. Disimpulkan bahwa efisiensi faktor produksi antara petani pemilik penggarap dengan petani penggarap tidak berbeda secara signifikan. Hal ini diduga disebabkan oleh perilaku kedua golangan petani di Desa Pasir Gaok sebagai pengambil keputusan dalam aktivitas usahataninya tidak jauh berbeda. Sehingga status petani tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). 66

6.2 Uji Kriteria Ekonometrika 1. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas untuk memastikan tidak adanya hubungan linear antara variabel bebas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai dari Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai ini lebih dari 10 berarti pada model terdapat multikolinearitas. Nilai VIF yang didapat dari Tabel 17 untuk analisis faktorfaktor produksi padi petani pemilik penggarap berkisar antara 1,2 sampai 5,1 yang berarti bahwa pendugaan model yang diperoleh tidak menunjukkan multikolinearitas. Pada Tabel 18 untuk analisis faktor-faktor produksi padi petani penggarap berkisar antara 1,3 sampai 8,4 yang berarti bahwa pendugaan model yang diperoleh tidak menunjukkan multikolinearitas. Pendugaan model fungsi produksi pada analisis faktor-faktor produksi padi untuk mengetahui pengaruh status kepemilikan lahan tidak menunjukkan multikolinearitas karena nilai VIP yang berkisar antara 1,1 sampai 5,3. 2. Uji Normalitas Uji normalitas untuk model fungsi produksi pada petani pemilik penggarap berdasarkan grafik residual plots for SRES1 pada Lampiran 3 terdapat informasi mengenai rata-rata, standar deviasi dan jumlah pengamatan dengan nilai masingmasing -1,65793 x 10-15, 0,2602 dan 30. Hasil statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) adalah 0.128 dengan p-value melebihi 15 persen. Terlihat bahwa nilai KShitung lebih kecil dari KS-tabel (0,224) dan tolak H 0 jika nilai KS lebih besar dari KS 1-α. Kesimpulan hasil uji kenormalan residual adalah residual modal Cobb- Douglas yang dibuat telah mengikuti distribusi normal. 67

Uji normalitas untuk model fungsi produksi pada petani penggarap berdasarkan grafik residual plots for SRES1 pada Lampiran 4 terdapat informasi mengenai rata-rata, standar deviasi dan jumlah pengamatan dengan nilai masingmasing -3,84877 x 10-16, 0,1736 dan 30. Hasil statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) adalah 0.102 dengan p-value melebihi 15 persen. Terlihat bahwa nilai KShitung lebih kecil dari KS-tabel (0,224) dan tolak H 0 jika nilai KS lebih besar dari KS 1-α. Kesimpulan hasil uji kenormalan residual adalah residual modal Cobb- Douglas yang dibuat telah mengikuti distribusi normal. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas untuk memastikan varian tiap unsur gangguan adalah konstan, tidak tergantung pada nilai yang dipilih dalam varian yang menjelaskan. Pendeteksian dapat dilakukan dengan metode grafik, yaitu melihat penyebaran nilai residual yang tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi homoskedastisitas dapat dipenuhi. Gambar pada Lampiran 3, 4 dan 5 memperlihatkan bahwa plot antara residual dengan fitted value menunjukkan tidak adanya pola yang sistematis. Dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam persamaan regresi yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pengamatan pada peubah respon mengandung informasi yang sama penting. Konsekuensinya, semua pengamatan di dalam metode kuadrat terkecil mendapatkan bobot yang sama besar. 6.3 Analisis Elastisitas Produksi dan Skala Usaha 6.3.1 Analisis Elastisitas Produksi Besaran koefisien regresi pada petani pemilik penggarap (Tabel 13) dan petani penggarap (Tabel 14) dalam model fungsi Cobb-Douglas merupakan 68

elastisitas produksi dari variabel-variabel tersebut. Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi padi di Desa Pasir Gaok adalah sebagai berikut: Luas Lahan (X 1 ) Luas lahan pada petani pemilik penggarap mempunyai nilai elastisitas produksi paling besar dibandingkan variabel-variabel lainnya yaitu sebesar 0,5969 dan berpengaruh positif terhadap produksi padi artinya jika terjadi penambahan luas lahan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,5969 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan lahan berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi luas lahan pada petani pemilik penggarap berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sehingga penambahan luas lahan sebesar satu persen mengakibatkan perubahan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Sedangkan faktor produksi lahan pada petani penggarap mempunyai nilai elastisitas sebesar 0,0407 dan berpengaruh positif terhadap produksi padi artinya jika terjadi penambahan luas lahan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,0407 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan lahan berada pada daerah rasional. Namun berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi luas lahan pada petani penggarap tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen. Hal ini disebabkan lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi dan keterbatasan persediaan 69

modal petani penggarap. Sehingga penambahan luas lahan sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap produksi padi. Benih (X 2 ) Faktor produksi benih pada petani pemilik penggarap mempunyai elastisitas produksi sebesar -0,0882, artinya jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi benih sebesar satu persen akan menurunkan produksi padi sebesar 0,0882 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien regresi produksi -0,0882 ini menunjukkan elatisitas (Ep < 0), terlihat bahwa penggunaan urea pada daerah irrasional (daerah III). Hal ini diduga disebabkan penggunaan benih oleh petani pemilik penggarap sebanyak 117,96 kg/ha jauh melebihi jumlah yang dianjurkan oleh PPL sebanyak 35-40 kg/ha. Sedangkan pada petani penggarap, nilai elastisitas untuk benih sebesar 0,07020, yang artinya setiap penambahan benih sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,07020 (ceteris paribus). Elastisitas faktor produksi benih yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi benih pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap tidak berpengaruh nyata terhadap produksi, sehingga penambahan benih sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hal ini diduga disebabkan karena petani pemilik penggarap maupun petani penggarap umumnya tidak melakukan seleksi terlebih dahulu terhadap benih yang akan digunakan, sehingga banyak benih yang tidak tumbuh dengan sempurna. 70

Pupuk Urea (X 3 ) Nilai elastisitas pupuk urea untuk petani pemilik penggarap sebesar 0,1025, yang artinya setiap penambahan penggunaan pupuk urea sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,1025 (ceteris paribus). Elastisitas faktor produksi pupuk urea yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional. Sedangkan pada petani penggarap, nilai elastisitas untuk pupuk urea sebesar -0,00851, yang artinya setiap penambahan penggunaan pupuk urea sebesar satu persen akan menurunkan produsi padi sebesar 0,00851 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas faktor produksi pupk urea yang bertanda negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah irrasional. Berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi benih pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Hal ini diduga karena rata-rata pemakaian pupuk urea oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap di daerah penelitian masing-masing sebesar 432,61 kg/ha dan 321,08 kg/ha melebihi dosis urea yang dianjurkan yaitu 200-250 kg/ha. Pemakaian pupuk urea yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen), mudah rebah, menurunkan kualitas bulir, dan respon terhadap serangan hama/penyakit. Pupuk SP-36 (X 4 ) Berdasarkan hasil regresi pada petani pemilik penggarap diperoleh nilai elastisitas produksi pupuk SP-36 sebesar 0,004774 dan penggunaan pupuk SP-36 berpengaruh positif terhadap produksi padi. Sehingga setiap penambahan pupuk SP-36 sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,004774 71

persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Namun berdasarkan uji T, pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini diduga karena rata-rata pemakaian pupuk SP-36 oleh petani pemilik penggarap di daerah penelitian sebesar 165,04 kg/ha melebihi dosis SP-36 yang dianjurkan yaitu 95-150 kg/ha. Sedangkan Pupuk SP-36 mempunyai elastisitas produksi sebesar 0,0600, artinya jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi benih sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,0600 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang bertanda positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji T diketahui bahwa faktor produksi benih tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen, sehingga penambahan pupuk SP-36 sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Pupuk KCl (X 5 ) Hasil regresi petani pemilik penggarap menunjukkan bahwa nilai elastisitas produksi untuk pupuk KCl adalah sebesar -0,000280. Berdasarkan uji T pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Sedangkan Berdasarkan hasil regresi pada petani penggarap diperoleh nilai elastisitas produksi pupuk KCl sebesar -0,005469. Namun berdasarkan uji T, pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 80 persen. Nilai elastisitas produksi pada petani pemilik dan petani penggarap yang bertanda negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk KCl berada pada daerah 72

irrasional yang artinya setiap penambahan pupuk KCl sebesar satu persen maka produksi padi akan mengalami penurunan sebesar 0,000280 persen untuk petani pemilik penggarap dan 0,005469 persen untuk petani penggarap dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hal ini diduga disebabkan oleh tanah di daerah penelitian yang sudah banyak mengandung unsur kalium sehingga penambahan pemakaian pupuk KCl menyebabkan penurunan produksi padi. Pestisida Padat (X 6 ) Faktor produksi pestisida padat pada petani pemilik penggarap berpengaruh positif terhadap produksi yang dihasilkan dengan nilai elastisitas sebesar 0,003070 yang artinya setiap penambahan pestisida padat sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,003070 persen (ceteris paribus). Sedangkan hasil regresi pada petani penggarap menunjukkan bahwa nilai elastisitas produksi untuk pestisida padat adalah sebesar 0,003435, artinya setiap penambahan pestisida padat sebesar satu persen maka produksi padi akan mengalami kenaikkan sebesar 0,003435 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat berada pada daerah rasional. Berdasarkan uji T, faktor produksi pestisida padat pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Hal ini diduga karena pestisida padat yang digunakan petani tidak mengikuti dosis anjuran sehingga tidak bekerja efektif membasmi hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi di daerah penelitian. Hal ini menyebabkan penggunaan pestisida padat tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). 73

Pestisida Cair (X 7 ) Penggunaan pestisida cair oleh petani pemilik penggarap berada pada daerah rasional pada fungsi produksi karena bertanda positif dengan nilai elastisitas sebesar 0,002811, artinya setiap penambahan pestisida cair sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,002811 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Faktor produksi pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan penggunaan pestisida cair berada pada daerah rasional pada fungsi produksi karena bertanda positif dengan nilai elastisitas sebesar 0,013880, artinya setiap penambahan penggunaan pestisida cair sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,013880 persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Faktor produksi pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen, sehingga penambahan pestisida cair sebesar satu persen akan mengakibatkan perubahan terhadap produksi padi. Perbedaan hasil uji T pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap, diduga disebabkan oleh pemakaian pupuk urea oleh petani pemilik penggarap yang sangat berlebihan. Hal ini mengakibatkan hama yang menyerang padi yang ditanam oleh petani pemilik penggarap semakin banyak sehingga pengaruh pestisida cair terhadap produksi tidak bisa dijelaskan secara nyata. Tenaga Kerja (X 8 ) Tenaga kerja pada petani pemilik penggarap dan petani penggarap merupakan faktor produksi yang berada pada daerah rasional pada fungsi produksi dan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen untuk petani pemilik penggarap dan 99 persen untuk petani penggarap, sehingga 74

penambahan tenaga kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan perubahan terhadap produksi padi. Besar nilai elastisitas yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang digunakan oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap masingmasing sebesar 0,3866 dan 0,7755 yang artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,3866 persen untuk petani pemilik penggarap dan 0,7755 untuk petani penggarap dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). 6.3.2 Analisis Skala Usaha Nilai koefisien regresi pada model fungsi Cobb-Douglas selain menunjukkan elastisitas dari masing-masing variabel yang bersangkutan, penjumlahan dari nilai koefisien regresi tersebut merupakan pendugaan terhadap keadaan skala usaha proses produksi yang berlangsung. Penjumlahan nilai elastisitas dari faktor-faktor produksi dalam model fungsi produksi pada petani pemilik penggarap adalah sebesar 1,01. Jumlah elastisitas produksi yang lebih dari satu tersebut menunjukkan bahwa usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap berada pada kondisi increasing return to scale yaitu terdapat pada daerah irrasional (daerah I). Daerah ini menyebabkan petani pemilik penggarap masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan. Namun hal tersebut sulit untuk dilakukan karena petani seringkali memiliki keterbatasan dalam modal. Sedangkan penjumlahan nilai elastisitas dari faktor-faktor produksi dalam model fungsi produksi pada petani penggarap adalah sebesar 0,95. Jumlah elastisitas produksi yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa usahatani 75

padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap berada pada skala yang menurun (decreasing return to scale) yaitu terdapat pada daerah rasional (daerah II). Dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proposional oleh tambahan output yang diperoleh. 6.4 Analisis Efisiensi Ekonomi Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok dapat dilihat dari hasil perbandingan Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Proses produksi dikatakan efisien apabila dalam proses produksi tersebut perbandingan NPM dan BKM sama dengan satu untuk masing-masing faktor produksi yang digunakan. Rasio NPM dan BKM yang sama dengan satu juga dapat dikatakan bahwa penggunaan faktor produksi berada pada kondisi optimal. Apabila nilai NPM lebih besar dari BKM, maka penggunaan faktor produksi belum efisien sehingga faktor produksi perlu ditambah, sebaliknya apabila nilai NPM lebih kecil dari BKM, maka penggunaan faktor produksi perlu dikurangi. Nilai NPM merupakan hasil perkalian antara Produk Marjinal (PM) dengan Harga output (Py). Sedangkan nilai BKM merupakan harga beli dari masing-masing faktor produksi. 6.4.1 Petani Pemilik Penggarap Tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap dapat dilihat dari nilai rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) seperti pada (Tabel 16), dengan rata-rata produksi padi (Y) sebesar 1.327,17 kg dan harga jual padi (Py) pada tingkat petani sebesar Rp 2.000,00 per 76

kg. Rasio NPM dengan BKM pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani pemilik penggarap tahun 2009 disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Rasio NPM dengan BKM dan Kombinasi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi yang Optimal Pada Usahatani Padi di Desa Pasir Gaok Per Luasan Lahan yang diusahakan Petani Pemilik Penggarap Tahun 2009 Ratarata Koefisien NPM BKM NPM/ Rasio Faktor Kondisi Produksi Optimal Input BKM Luas Lahan 0,23 0,5969 6.888.589,33 1.895.000 3,64 0,84 Benih 23-0,0882-10.178,82 5.816,67-1,75-23,00 Pupuk urea 78,33 0,1025 3.473,38 1.913,33 1,82 142,20 Pupuk SP-36 32,5 0,004774 389,90 2444 0,16 5,18 Pupuk KCl 11,5-0,00028-64,63 2.593,75-0,02-11,50 Pestisida Padat 1,44 0,00307 5658,91 13175 0,43 0,62 Pestisida Cair 263,33 0,002811 28,33 121,39 0,23 61,47 Tenaga Kerja 35,81 0,3866 28.655,90 20.000 1,43 51,31 Sumber: Data primer diolah (2010) Analisis rasio di atas menggambarkan bahwa penggunaan faktor produksi petani pemilik penggarap di Desa Pasir Gaok belum efisien secara ekonomis. Kesimpulan ini diambil karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Rasio antara NPM dan BKM untuk faktor produksi benih dan pupuk KCl bernilai negatif yang disebabkan oleh nilai elastisitas (koefisien regresi) faktor produksi yang negatif. Hal ini mengakibatkan tingkat penggunaan faktor produksi pada level efisiensi tidak dapat diramalkan secara tepat, sebab secara teori apabila nilai NPM negatif, maka NPMX i tidak sama dengan PX i sehingga syarat keharusan untuk mencapai level efisiensi dalam penggunaan faktor produksi tidak terpenuhi. Maka untuk sementara waktu diasumsikan bahwa penggunaan benih dan pupuk KCl sudah mencapai optimal pada pemakaian aktual petani pemilik penggarap yaitu masing-masing sebesar 23 kg benih dan 11,5 kg pupuk KCl. Bila 77

dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk KCl pada kondisi optimal tersebut masih jauh di bawah jumlah yang direkomendasikan yaitu sebesar 100 kg/ha, jadi untuk luasan lahan 0,84 hektar diperlukan pupuk KCl sebanyak 84 kg. Berdasarkan Tabel 16, faktor produksi lahan, pupuk urea dan tenaga kerja menghasilkan nilai rasio NPM dan BKM lebih besar dari satu. Sedangkan rasio NPM dan BKM untuk faktor produksi pupuk SP-36, Pestisida padat dan Pestisida cair lebih kecil dari satu. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi luas lahan sebesar 0,84. Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 0,23 hektar menjadi 0,84 untuk mencapai level efisien. Nilai kombinasi optimal penggunaan pupuk urea sebesar 142,20 kg. Hal ini berarti penggunaan pupuk urea harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 78,33 kg menjadi 142,20 kg untuk mencapai level efisien. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk urea pada kondisi optimal ini jumlahnya masih kurang dari yang direkomendasikan. Penggunaan luasan satu hektar, direkomendasikan menggunakan pupuk urea sebesar 250 kg/ha. Jadi, jumlah pupuk urea yang diperlukan untuk luasan lahan 0,84 hektar adalah 210 kg. Faktor produksi pupuk SP-36, memiliki nilai kombinasi optimal sebesar 5,18 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 32,5 kg menjadi 5,18 kg. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk SP-36 pada kondisi optimal ini jauh lebih kecil dari yang direkomendasikan. Pada 78

penggunaan luasan lahan satu hektar direkomendasikan untuk menggunakan pupuk SP-36 sebesar 150 kg, jadi untuk luasan lahan 0,84 hektar jumlah pupuk SP-36 yang seharusnya digunakan adalah sebesar 126 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi Pestisida padat sebesar 0,62 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 1,44 kg menjadi 0,62 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi Pestisida cair sebesar 61,47 ml. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Pestisida cair harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 263,33 ml menjadi 61,47 ml. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 51,31 HOK. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 35,81 HOK menjadi 51,31 HOK untuk mencapai level efisien. Keterbatasan modal yang dimiliki petani dan upah tenaga kerja yang relatif tinggi menyebabkan petani sulit untuk menambah penggunaan tenaga kerja pada tingkat yang optimal. 6.4.2 Petani Penggarap Tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap dapat dilihat dari nilai rasio NPM dengan BKM seperti pada Tabel 17, dengan rata-rata produksi padi (Y) sebesar 1.881,67 kg dan harga jual padi (Py) pada tingkat petani sebesar Rp 2.000,00 per kg. Rasio NPM dengan BKM pada usahatani padi di Desa Pasir Gaok yang diusahakan oleh petani penggarap tahun 2009 disajikan pada Tabel 17. Analisis rasio pada Tabel 17 menggambarkan bahwa penggunaan faktor produksi petani penggarap di Desa Pasi Gaok belum efisien secara ekonomis. 79

Kesimpulan ini diambil karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Rasio antara NPM dan BKM untuk faktor produksi pupuk urea dan pupuk Kcl bernilai negatif yang disebabkan oleh nilai elastisitas (koefisien regresi) faktor produksi yang negatif. Hal ini mengakibatkan tingkat penggunaan faktor produksi pada level efisiensi tidak dapat diramalkan secara tepat, sebab secara teori apabila nilai NPM negatif, maka NPMX i tidak sama dengan PX i sehingga syarat keharusan untuk mencapai level efisiensi dalam penggunaan faktor produksi tidak terpenuhi. Diasumsikan bahwa penggunaan pupuk urea dan pupuk KCl sudah mencapai optimal pada pemakaian aktual petani pemilik penggarap yaitu masingmasing sebesar 93,87 kg pupuk urea dan 19,73 kg pupuk KCl. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk urea dan pupuk KCl pada kondisi optimal tersebut masih jauh di atas jumlah yang direkomendasikan yaitu untuk pupuk urea sebesar 250 kg/ha dan untuk pupuk KCl sebesar 100 kg/ha, jadi untuk luasan lahan 0,08 hektar diperlukan pupuk urea dan pupuk KCl masing-masing sebanyak 20 kg dan 8 kg. Faktor produksi benih, pupuk SP-36, pestisida cair dan tenaga kerja menghasilkan nilai rasio NPM dan BKM lebih besar dari satu. Sedangkan rasio NPM dan BKM untuk faktor produksi lahan dan pestisida padat lebih kecil dari satu. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi luas lahan sebesar 0,08. Hal ini berarti bahwa penggunaan lahan harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 0,34 hektar menjadi 0,08 hektar untuk mencapai level efisien. 80

Tabel 17. Rasio NPM dengan BKM dan Kombinasi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi yang Optimal Pada Usahatani Padi di Desa Pasir Gaok Per Luasan Lahan yang diusahakan Petani Penggarap Tahun 2009 Ratarata Koefisien NPM BKM Faktor Rasio Kondisi Produksi NPM/BKM Optimal Input Luas Lahan 0,34 0,0407 450493,94 1895000 0,24 0,08 Benih 25,47 0,0702 10372,46 5666,67 1,83 46,62 Pupuk Urea 93,87-0,00851-341,17 1894,48-0,18-93,87 Pupuk SP-36 41,9 0,06 5389,03 2403,57 2,24 93,94 Pupuk KCl 19,73-0,005469-1043,17 2500-0,42-19,73 Pestisida Padat 1,16 0,003435 11144,03 12184,21 0,91 1,06 Pestisida Cair 243,33 0,01388 214,67 173,96 1,23 300,27 Tenaga Kerja 51,06 0,7755 57157,66 20000 2,86 145,92 Sumber: Data primer diolah (2010) Faktor produksi pupuk SP-36, memiliki nilai kombinasi optimal sebesar 93,94 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk SP-36 harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya sebesar 41,9 kg menjadi 93,94 kg. Bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan, penggunaan faktor produksi pupuk SP-36 pada kondisi optimal ini jauh lebih besar dari yang direkomendasikan. Pada penggunaan luasan lahan satu hektar direkomendasikan untuk menggunakan pupuk SP-36 sebesar 150 kg, jadi untuk luasan lahan 0,08 hektar jumlah pupuk SP-36 yang seharusnya digunakan adalah 12 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi pestisida padat sebesar 1,06 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat harus dikurangi dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 1,16 kg menjadi 1,06 kg. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi pestisida cair sebesar 300,27 ml. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida cair harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 243,33 ml menjadi 81

300,27 ml. Nilai kombinasi optimal dari penggunaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 145,92 HOK. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja harus ditambah dari rata-rata penggunaan aktualnya yaitu sebesar 51,06 HOK menjadi 145,92 HOK. Keterbatasan modal yang dimiliki petani penggarap dan upah tenaga kerja yang relatif tinggi menyebabkan petani sulit untuk menambah penggunaan tenaga kerja pada tingkat yang optimal. 82