IV. METODE PENELITIAN. merupakan studi kasus yang dilaksanakan di peternakan sapi potong PT. Andini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODE PENELITIAN. merupakan studi kasus yang dilaksanakan di peternakan sapi potong PT. Andini"

Transkripsi

1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini mencoba mengkaji mengenai keadaan umum suatu usaha penggemukan sapi potong, tingkat keuntungan dan efisiensi produksinya, serta upaya keberlanjutan usaha penggemukan sapi potong tersebut. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di peternakan sapi potong PT. Andini Persada Sejahtera. Peternakan ini terletak di Desa Cikalong, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. Andini Persada Sejahtera merupakan salah satu peternakan sapi potong dengan skala usaha cukup besar dan terletak dekat daerah konsumen (daerah perkotaan seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Bekasi, Tangerang, Depok) sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan daging sapi di daerah tersebut, disamping itu perusahaan ini juga telah memiliki manajemen usaha yang cukup baik. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih delapan bulan pada bulan Juli Februari Kurun waktu penelitian tersebut mencakup pencarian dan pengumpulan data, pengolahan, penulisan hasil laporan, sampai penyajian hasil secara keseluruhan Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak peternakan yang ditunjuk dengan bantuan instrumen kuesioner (daftar pertanyaan) serta pengamatan langsung pada peternakan sapi potong PT. Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung. Data sekunder bersumber dari peternakan itu sendiri, Direktorat Jenderal Peternakan (Ditjennak) Kementrian Pertanian, Dinas

2 Peternakan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik, jurnal-jurnal dan makalah yang diakses melalui internet, buku-buku, penelitian terdahulu, serta literatur lain yang terkait Penentuan Jumlah Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ternak sapi potong yang dimiliki PT. Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung. Sampel yang digunakan sebanyak 446 ekor sapi yang berada dalam masa pemeliharaan yang sama untuk melihat efisiensi produksi dari usaha penggemukan sapi potong. Sedangkan untuk menganalisis pendapatan usaha menggunakan data populasi. Proporsi penentuan jumlah sampel tersebut dilakukan dengan metode stratified sampling. Juanda (2009) menyatakan dalam stratified sampling (penarikan contoh berlapis), subsample (unit contoh) dipilih secara acak dari masing-masing strata. Keseluruhan contoh acak sederhana dari masing-masing strata yang terbentuk ini menyusun contoh acak berlapis (stratified samples). Teknik penarikan contoh berlapis ini akan mengurangi ragam dari nilai dugaan sehingga akan menghasilkan nilai dugaan yang memiliki ketepatan relatif tinggi, sehingga suatu contoh acak berlapis berukuran tertentu lebih efisien daripada contoh acak sederhana dengan ukuran yang sama. Strata dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan bobot badan dari masing-masing tipe sex sapi saat awal penggemukan, kemudian subsample diambil secara acak dari masing-masing klasifikasi yang ada. Jumlah sampel yang diambil sebagai berikut :

3 Tabel 5. Jumlah Sampel Sapi Potong yang Digunakan Selama Satu Periode Pemeliharaan Tipe sex sapi Bulls Steers Heifers Σ Populasi Jumlah Sampel Proporsi Sampel (per Bobot Badan) (100% : 3) x 703 = 234,33333 ~ 235 (100% : 3) x 224 = 74, ~ 75 (100% : 3) x 407 = 135,66667 ~ kg kg kg kg kg kg >300 kg Sumber : PT Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung, diolah (2010) 4.4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan selama kurun waktu tiga setengah bulan, yaitu pada pertengahan bulan Agustus sampai November Lokasi pengumpulan data yaitu pada peternakan sapi potong PT. Andini Persada Sejahtera, Cikalong Bandung. Pengumpulan data melibatkan pihak yang berwenang atau pihak yang ditunjuk atau pihak yang diperkirakan tahu mengenai informasi penting yang terkait dengan penelitian. Harapannya melalui pihak-pihak tersebut dapat digali informasi yang lebih banyak dan mendalam mengenai hal yang berkaitan dengan penelitian ini Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data-data tersebut kemudian disajikan baik dalam bentuk tabulasi maupun dalam penjabaran terurai. Selanjutnya dilakukan analisis data yang ditujukan agar data dan informasi yang telah dikumpulkan dapat lebih berarti serta dapat memberikan informasi.

4 Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui penggunaan faktorfaktor produksi (sapi bakalan, pakan konsentrat, dan pakan hijauan) yang berpengaruh terhadap hasil produksi (sapi potong), menghitung efisiensi produksi dan pendapatan usaha peternakan. Data faktor-faktor produksi yang diperoleh diolah menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan analisis regresi linear. Analisis ini digunakan untuk mengukur pengaruh berbagai variabel penduga atau variabel bebas terhadap hasil produksi. Analisis data kualitatif yang diuraikan secara deskriptif digunakan untuk menjabarkan tentang usaha peternakan serta kegiatan yang berkaitan dengan produksi. Analisis keberlanjutan usaha juga dijelaskan secara deskriptif. Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan software komputer program Microsoft Excel 2007, Minitab 14, dan Eviews Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Fungsi yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi peternakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan, Y, dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan, X. Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian kaidahkaidah pada regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Secara matematis, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan dalam persamaan berikut (Soekartawi, 1990).

5 Y = a = a π ( ) Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka : Y = f (X 1, X 2,, X i,, X n ) ( ) Dimana : Y X = variabel yang dijelaskan = variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga u = kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural; e = 2,718 Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan ( ), maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Persamaan ( ) dapat dituliskan kembali dalam bentuk sebagai berikut. Y = f (X 1, X 2, X 3 ) dan Y = a ( ) Logaritma dari persamaan diatas, adalah : ln Y = ln a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + b 3 ln X 3 + u Dengan demikian persamaan di atas dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan fungsi Cobb- Douglas, yaitu (Soekartawi, 1990) : 1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

6 2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Artinya, jika dalam suatu pengamatan diperlukan lebih dari satu model (model yang digunakan adalah Cobb-Douglas), maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut. 3. Tiap variabel X adalah perfect competition. 4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan, u. Pertimbangan pemilihan fungsi Cobb-Douglas sebagai fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karena : 1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, misalnya fungsi kuadratik. Fungsi Cobb-Douglas juga dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear. 2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. 3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale. Jadi seperti pada persamaan ( ), besaran b adalah elastisitas dan jumlah elastisitas adalah ukuran returns to scale. Akan tetapi fungsi Cobb-Douglas ini juga memiliki kelemahan (limitasi). Soekartawi (1990) menyatakan kelemahan dari fungsi Cobb-Douglas umumnya terletak pada permasalahan pendugaan yang melibatkan kaidah metode kuadrat terkecil, misalnya kesalahan pengukuran variabel, multikolinearitas, dan sebagainya. Secara garis besar, permasalahan yang umum dijumpai (kelemahan) dalam fungsi Cobb-Douglas adalah :

7 1. Spesifikasi variabel yang keliru. Hal ini akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi yang keliru juga sekaligus mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel independen (bebas) yang dipakai. 2. Kesalahan pengukuran variabel. Kesalahan ini terletak pada validitas data, apakah data yang dipakai sudah benar atau sebaliknya, terlalu ekstrim ke atas atau ke bawah. Kesalahan pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3. Bias terhadap variabel manajemen. Dalam praktek, faktor manajemen merupakan faktor yang juga penting untuk meningkatkan produksi. Tetapi variabel ini kadang sulit diukur dan dipakai sebagai variabel independen dalam pendugaan fungsi Cobb-Douglas karena variabel ini erat hubungannya dengan penggunaan variabel independen yang lain. Misalnya dalam bidang pertanian, manajemen dalam menggunakan pupuk, bibit, alokasi pengeluaran uang untuk kegiatan berproduksi yang lain dan alokasi penggunaan tanah, akan mendorong besaran efisiensi teknik dari fungsi produksi ke arah atas. Variabel manajemen erat hubungannya dengan proses pengambilan keputusan dalam pengalokasian variabel input, maka menghilangkan variabel ini dalam fungsi pendugaan akan menghasilkan hasil dugaan yang bias. 4. Multikolinearitas, dalam praktek masalah kolinearitas ini sulit dihindarkan walaupun pada umumnya telah diusahakan agar besaran korelasi antara variabel independen tidak terlalu tinggi, misalnya dengan memperbaiki spesifikasi dari variabel yang dipakai.

8 5. Data, data yang dipakai merupakan limitasi yang tidak kalah penting dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas. Misalnya : - Bila data cross-section yang dipakai maka data harus mempunyai cukup variasi. - Pengukuran atau definisi dari data yang dipakai sulit dilakukan (dalam hal tertentu). Misalnya data tentang upah tenaga kerja, apakah upah riil atau upah yang diluangkan (opportunity cost). - Data tidak boleh ada yang bernilai nol atau negatif karena logaritma dari bilangan tersebut adalah tak terhingga. Dalam praktek kenyataan seperti itu sulit dihindarkan, karenanya diperlukan cara untuk memperbaiki pendugaan seperti : a. Besaran dari variabel yang bernilai nol atau negatif diubah nilainya menjadi variabel dummy, misalnya pengamatan yang bernilai nol atau negatif diberi penimbang nol 0, dan pengamatan lain diberi penimbang satu 1. b. Menambahkan sesuatu bilangan yang sama untuk setiap nilai X, sehingga dengan demikian pengamatan yang bernilai nol atau negatif tidak akan menjadi nol atau negatif lagi. c. Mengganti pengamatan yang bernilai nol tersebut dengan bilangan yang kecil sekali. 6. Asumsi, asumsi yang perlu diikuti dalam menggunakan fungsi Cobb- Douglas tidak selalu mudah berlaku begitu saja. Misalnya :

9 - Asumsi bahwa teknologi dianggap netral, yang artinya intercept boleh berbeda, tetapi slope garis penduga Cobb-Douglas dianggap sama. Padahal, belum tentu teknologi di daerah penelitian adalah sama. - Sampel dianggap price takers, padahal untuk sampel petani yang subsisten mungkin tidak selalu demikian. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi peternakan adalah sapi bakalan, pakan konsentrat, dan pakan hijauan. Melalui fungsi produksi Cobb-Douglas keterkaitan antar peubah-peubah tersebut secara matematis dapat dirumuskan oleh persamaan berikut : Y = Model persamaan diatas kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan linear menjadi persamaan sebagai berikut : ln Y = ln b 0 + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + b 3 ln X 3 + u ln e Keterangan : Y X 1 X 2 X 3 b 0 = hasil produksi sapi potong (kg/ekor) = sapi bakalan (kg/ekor) = pakan konsentrat (kg/ekor/periode) = pakan hijauan (kg/ekor/periode) = konstanta b i = koefisien regresi dari faktor produksi X i ; (i = 1, 2, 3) e = logaritma natural; e = 2,718 u = kesalahan (disturbance term) Analisis data yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS), metode ini digunakan untuk menguji nilai t-hitung,

10 F-hitung, dan R 2. Metode OLS memiliki beberapa sifat : (1) penaksir OLS tidak bias, (2) penaksir OLS mempunyai varians yang minimum, (3) konsisten; yaitu dengan meningkatnya ukuran sampel secara tidak terbatas, penaksir mengarah ke nilai populasi yang sebenarnya, (4) dari sifat nomor 1 dan 2, OLS merupakan penaksir tidak bias dengan varians yang minimum sehingga OLS efisien, dan (5) Linear. Selanjutnya, terdapat kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi model ekonometrika tersebut, yaitu : 1) kriteria ekonomi, 2) kriteria statistik, dan 3) kriteria ekonometrika. Kriteria ekonomi menyangkut tanda dan besaran parameter variabel-variabel independen dalam model, tanda dan besaran tersebut harus sesuai dengan hipotesis, kecuali pada kondisi-kondisi tertentu yang dapat dijelaskan. Kesesuaian model dengan kriteria statistik dilihat dari hasil uji simultan (F-hitung) model yang digunakan, uji parsial (t-hitung) masing-masing parameter dugaan, dan nilai koefisien determinasi (R 2 ). Kriteria terakhir, yaitu ekonometrika digunakan untuk melihat pelanggaran asumsi yang terjadi. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh peubah-peubah dalam persamaan akan mempengaruhi produksi pada perusahaan, maka akan dilakukan uji statistik. Pengujiannya dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Pengujian parameter secara individu (uji parsial) 2. Pengujian parameter secara keseluruhan (uji simultan) Uji Parsial (Uji-t) Pengujian parameter secara individu atau parsial menggunakan Uji-t dimaksudkan untuk menguji secara terpisah dari setiap variabel bebas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebasnya.

11 Hipotesis yang digunakan : H 0 : b 1 = 0 atau variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y) H 1 : b 1 0 atau variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y) Uji statistik yang digunakan : t hit = t tabel = t α/2 (n-k) Dimana : b i Se(b i ) n k = kofisien regresi suatu variabel bebas = standar kesalahan = jumlah pengamatan (sampel) = jumlah koefisien regresi dugaan termasuk intersep Kaidah pengujian : Jika t hit < t tabel maka terima H 0, artinya variabel (X 1, X 2, X 3 ) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y) pada taraf nyata α. Jika t hit > t tabel maka tolak H 0, artinya variabel (X 1, X 2, X 3 ) berpengaruh nyata terhadap (Y) pada taraf nyata α. Uji-t juga dapat dilakukan dengan cara melihat output perhitungan komputer dengan melihat p-value pada masing-masing variabel bebas. Berdasarkan nilai p-value diketahui sampai berapa persen variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebasnya. Apabila p-value pada masing-masing variabel bebas lebih kecil dari α maka disimpulkan bahwa variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y).

12 Uji Simultan (Uji-F) Pengujian parameter secara keseluruhan atau simultan menggunakan uji-f dimaksudkan untuk menguji apakah seluruh variabel bebas yang ada dalam model dapat berpengaruh nyata terhadap hasil produksi apabila digunakan secara bersama-sama. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara F- hitung dengan F-tabel. Hipotesis yang digunakan : H 0 : b 1 = b 2 = b 3 =... = b k = 0 atau variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (Y) H 1 : minimal ada satu k dimana b k 0 atau variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (Y) Uji statistik yang digunakan : F hit = F tabel = F α (k-1, n-k) Dimana : JKR JKG n k = jumlah kuadrat regresi = jumlah kuadrat galat = jumlah pengamatan (sampel) = jumlah koefisien regresi dugaan termasuk intersep

13 Kaidah pengujian : Jika F hit < F tabel maka terima H0, artinya variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y) Jika F hit > F tabel maka tolak H0, artinya variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y) Untuk output perhitungan komputer, maka dapat dilihat p-value dari statistik F. Apabila p-value lebih kecil dari α maka berarti secara bersama-sama variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya (Y) Koefisien Determinasi Suatu angka yang mengukur keragaman pada variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variasi pada model regresi disebut koefisien determinasi (R 2 ). Untuk menguji kesesuaian model yang ada, maka perlu dihitung besarnya nilai R 2. Perhitungan R 2 digunakan untuk mengukur kemampuan dari peubah penjelas untuk menerangkan keragaman atau variasi dari peubah endogen pada masing-masing persamaan. Nilai R 2 berkisar antara 0 < R 2 < 1. Jika R 2 semakin tinggi (mendekati satu), maka semakin baik model karena menunjukkan semakin besar keragaman dari peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas. Adapun koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : R 2 = R 2 =

14 R 2 -adjusted dalam regresi berganda adalah nilai R 2 yang telah disesuaikan terhadap banyaknya variabel bebas dan banyaknya observasi. Koefisien determinasi yang disesuaikan dirumuskan sebagai berikut : R 2 -adjusted = 1 - Dimana : R 2 -adjusted R 2 n k = koefisien determinasi yang disesuaikan = koefisien determinasi = jumlah observasi = jumlah variabel bebas Metode Uji Ekonometrik Untuk memenuhi asumsi dalam analisis regresi agar hasil analisis tidak bias atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimate), maka dilakukan juga uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas Uji Normalitas Salah satu pengujian yang dilakukan dalam persamaan regresi untuk menguji apakah nilai-nilai dari Y berdistribusi normal pada tiap nilai dari X adalah uji normalitas. Model regresi dengan persamaan Y i = f(x 1i, X 2i,..., X ki ) + ε i memiliki asumsi bahwa nilai ε ij yang dihasilkan berdistribusi normal. Untuk keperluan tersebut maka perlu dilakukan uji normalitas terhadap nilai ε ij yang dihasilkan oleh suatu model. Uji normalitas yang banyak digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas distribusi teoritik dari jenis distribusi probabilitas yang diasumsikan terhadap distribusi empirik. Selisih maksimum keduanya kemudian disebut

15 dengan Dmax. Nilai Dmax lalu dibandingkan dengan nilai kritis Kolmogorov- Smirnov untuk menentukan keputusan apakah satu set data mengikuti distribusi yang diasumsikan atau tidak (Nawari, 2010). Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan uji Jarque-Bera (JB). Uji JB mengukur perbedaan antara Skewness (kemenjuluran) dan Kurtosis (keruncingan) data dari sebaran normal, serta memasukkan ukuran keragaman. Hipotesis yang digunakan : H 0 : Error term menyebar normal H 1 : Error term tidak menyebar normal Uji Statistik yang digunakan : JB = Dimana : S K k N = Kemenjuluran = Keruncingan = Banyaknya koefisien penduga = Banyaknya data pengamatan Kaidah pengujian : Jika JB > χ 2 2 maka tolak H0 2 JB < χ 2 maka terima H0 Jika dilakukan perhitungan dengan komputer maka dapat dilihat nilai probabilitas pada output perhitungannya. Apabila nilai probabilitasnya lebih kecil dari α maka artinya tolak H 0. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih besar dari α maka artinya terima H 0.

16 Uji Multikolinearitas Istilah multikolinearitas didefinisikan sebagai hubungan secara linier diantara beberapa atau semua peubah penjelas dalam model regresi. Secara matematis dinyatakan sebagai : γ 1 X 1i + γ 2 X 2i γ k X ki = 0; γ 1, γ 2,..., γ k = konstanta yang tidak semuanya bernilai nol untuk i = 1, 2,..., k. Adanya multikolinearitas menyebabkan peubah penjelas X tidak memberikan informasi yang baru bagi peubah respon Y. Selain itu, adanya multikolinearitas menyebabkan koefisien regresi tidak dapat ditentukan secara unik atau tunggal. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi, diantaranya : 1. Koefisien korelasi antar peubah penjelas X i Cara paling mudah dan sederhana untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat koefisien antara dua peubah penjelas. Adanya kolinearitas seringkali ditunjukkan jika nilai R cukup besar (terletak pada selang -1 R -0,5 atau 0,5 R 1). 2. VIF (Variance Inflation Factor) VIF didefinisikan sebagai : VIFi = dimana R 2 i merupakan koefisien determinasi berganda dari peubah penjelas Xi dengan seluruh peubah penjelas lainnya. Jika nilai VIFi > 10 maka diindikasikan bahwa telah terjadi multikolinearitas (Darmanto, 2010) Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (ε t ) sama atau homogen. Dengan pengertian lain, Var(ε i ) = E(ε 2 i ) = σ 2 untuk tiap

17 pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi. Asumsi ini disebut homoskedastisitas (homoscedasticity). Jika ragam sisaan tidak sama atau Var(ε i ) = E(ε 2 i ) = σ 2 i untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas (heteroscedasticity). Masalah heteroskedastisitas sering terjadi dalam data cross section. Meskipun demikian masalah ini dapat juga terjadi dalam data time series (Juanda, 2009). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji White Heteroscedasticity Test, sebagai berikut : Hipotesis yang digunakan : H 0 : tidak ada heteroskedastisitas H 1 : ada heteroskedastisitas Uji Statistik yang digunakan : ω = 2 Dimana : ω e = Nilai statistik white = galat Kaidah pengujian : Jika ω > χ 2 α(k) maka tolak H0 Jika ω < χ 2 α(k) maka terima H Analisis Efisiensi Produksi Efisiensi produksi pada suatu usaha dapat dilihat melalui efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Melalui tingkat efisiensi teknis dapat diketahui apakah produksi berjalan pada tingkat efisien dimana apabila produksi berjalan secara

18 efisien maka usaha dapat mencapai produksi yang optimum. Efisiensi teknis dan ekonomis secara bersama-sama dapat menunjukkan kombinasi faktor produksi yang menunjukkan tingkat produksi optimum dan menghasilkan keuntungan maksimum dari suatu usaha Efisiensi Teknis Efisiensi teknis adalah besaran yang menunjukkan tingkat produksi sebenarnya, apakah produksi berada dalam skala optimum atau tidak. Efisiensi teknis dari setiap faktor produksi dapat diketahui dari nilai elastisitas produksinya. Elastisitas produksi dari model regresi digunakan untuk mengukur tingkat kepekaan atau untuk mengetahui persentase perubahan Y (peningkatan atau penurunan) apabila terjadi persentase perubahan X. Secara matematis dituliskan sebagai berikut : E Pi = = x = Kaidah pencapaian kondisi efisiensi teknis berdasarkan nilai elastisitas produksi (E P ) adalah sebagai berikut : E Pi > 1 belum tercapai efisiensi teknis 0 < E Pi < 1 tercapai efisiensi teknis E Pi < 0 tidak tercapai efisiensi teknis Soekartawi (1990) menyatakan nilai elastisitas dari seluruh faktor-faktor produksi atau elastisitas produksi total (Σ E Pi ) menunjukkan returns to scale atau skala usaha peternakan, apakah kegiatan usaha peternakan yang diteliti mengikuti kaidah increasing, constant, atau decreasing returns to scale. Kriteria dari kaidahkaidah tersebut adalah sebagai berikut :

19 E P < 1 artinya proporsi penambahan faktor produksi melebihi/lebih besar dari proporsi penambahan produksi itu sendiri. Kondisi demikian menunjukkan decreasing return to scale. E P = 1 artinya penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. Kondisi demikian menunjukkan constant return to scale. E P > 1 artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Kondisi demikian menunjukkan increasing return to scale Efisiensi Ekonomis Efisiensi ekonomis adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum. Keuntungan maksimum dapat diketahui apabila turunan pertama dari keuntungannya sama dengan nol. Efisiensi ekonomi tercapai pada saat nilai produk marjinal (NPM) sama dengan biaya korbanan marjinal (BKM). π = P Y. Y - P X. X = 0 ; kondisi saat π maks P Y - P X = 0 P Y = P X P Y.PM = P X NPM = BKM Untuk efisiensi dari penggunaan tiap-tiap faktor produksi, kondisi tersebut tercapai dengan syarat sebagai berikut :

20 = =. = = 1 Apabila kondisi tersebut dipenuhi, artinya faktor produksi X yang digunakan telah mencapai tingkat efisien. Namun dalam kenyataannya kondisi seperti ini sulit dicapai. Jika > 1 artinya penggunaan faktor produksi X belum efisien sehingga diperlukan penambahan faktor produksi X agar tercapai kondisi efisiennya. Jika < 1 artinya penggunaan faktor produksi X telah melampaui tingkat efisien sehingga diperlukan pengurangan faktor produksi X agar tercapai kondisi efisiennya Analisis Pendapatan dan Rasio Penerimaan Biaya (R/C ratio) Pendapatan usaha peternakan merupakan total penerimaan yang diperoleh peternakan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan peternakan untuk melakukan proses produksi. Total penerimaan usaha peternakan disini berasal dari hasil produksi yaitu penjualan sapi potong yang telah digemukkan. Total biaya meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama masa produksi berlangsung. Tingkat pendapatan usaha peternakan dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut : π = TR TC TR = Σ (Y i x P Yi ) TC = TFC + TVC

21 Dimana : π TR TC Y i P Yi i TFC = pendapatan = total penerimaan (total revenue) = total biaya (total cost) = jumlah output yang dijual = harga output yang dijual = jenis output yang dijual = total biaya tetap (total fixed cost) TVC = total biaya variabel (total variable cost) Kaidah pengujian : Jika TR > TC TR = TC TR < TC maka usaha mendapat keuntungan maka usaha dalam kondisi impas (tidak untung dan tidak rugi) maka usaha mengalami kerugian Analisis pendapatan usaha peternakan biasanya disertai dengan pengukuran efisiensi dari input-outputnya. Efisiensi suatu usaha peternakan terhadap setiap penggunaan satu unit input digambarkan oleh rasio penerimaan dan biaya. Rasio penerimaan dan biaya atau R/C ratio ini merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima usaha peternakan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Secara matematis hal itu dapat dituliskan sebagai berikut : R/C ratio = Suatu usaha peternakan dikatakan menguntungkan jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Semakin besar R/C ratio maka semakin besar pula

22 keuntungan yang diperoleh peternak (Soekartawi, 1991). Kriteria yang digunakan adalah : Jika R/C > 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan usahanya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Maka dapat dikatakan usaha peternakan tersebut menguntungkan untuk dijalankan. Jika R/C = 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan usahanya hanya memberikan penerimaan yang sama dengan biaya yang dikeluarkannya. Maka dapat dikatakan usaha peternakan berada pada titik impas dimana kondisinya tidak untung tetapi juga tidak rugi. Jika R/C < 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak untuk kegiatan usahanya, menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan tersebut tidak menguntungkan untuk dijalankan Analisis Keberlanjutan Usaha Setiap pengusaha, disamping mendapatkan keuntungan pasti mengharapkan agar usahanya dapat terus berjalan. Untuk itu diperlukan berbagai upaya agar pengusaha tersebut dapat mempertahankan keberlanjutan usahanya di masa yang akan datang. Analisis keberlanjutan usaha dalam penelitian ini meliputi ketersediaan sumberdaya bahan baku kedepannya. Bahan baku tersebut merupakan faktor produksi yang dapat menunjang usaha agar dapat terus berjalan, yaitu penyediaan sapi bakalan dan pakan.

23 Selain ketersediaan bahan baku, akan dibahas juga mengenai penanganan limbah peternakan. Lokasi peternakan memang cukup jauh dari pemukiman penduduk, namun seiring berjalannya waktu kepadatan penduduk dalam suatu wilayah pasti bertambah. Terlebih jika di wilayah tersebut tanahnya subur dan memiliki aksesibilitas yang baik. Pembahasan mengenai pengelolaan limbah yang akan dilakukan peternakan kedepannya dimaksudkan agar tidak mengganggu masyarakat dan tercipta lingkungan yang harmonis antara peternakan dan pemukiman sekitar demi keberlanjutan usaha peternakan. Analisis mengenai keberlanjutan usaha ini akan dijelaskan secara deskriptif Batasan Istilah 1. Ternak yang dipelihara merupakan sapi potong bakalan yang diimpor dari Australia untuk kemudian digemukkan sampai batas waktu tertentu hingga dihasilkan bobot badan yang lebih besar. 2. Fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara faktor-faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output). 3. Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya output (berupa sapi potong), yaitu : sapi bakalan, pakan konsentrat, pakan hijauan, tenaga kerja, dan kandang. Namun dalam penelitian ini faktor-faktor produksi yang digunakan adalah sapi bakalan, pakan konsentrat, dan pakan hijauan. 4. Sapi bakalan merupakan sapi potong hidup dengan bobot berkisar antara kilogram dari bangsa sapi impor dengan tipe sex bull, steer, heifer yang dipelihara dan diberi pakan tertentu hingga mencapai bobot ideal siap jual.

24 Sapi bakalan dihitung berdasarkan bobot badan awal sapi potong yang tertimbang saat awal masa pemeliharaan. 5. Bull adalah sapi jantan dewasa yang tidak dikastrasi (dikebiri) yang sudah dapat digunakan untuk perkawinan (pejantan). 6. Steer adalah sapi jantan yang dikastrasi sebelum mencapai dewasa kelamin. 7. Heifer adalah sapi dara atau sapi betina yang dikastrasi dan belum pernah melahirkan. 8. Sapi potong merupakan sapi potong hidup yang telah mencapai bobot ideal siap jual yaitu minimal berbobot 360 kilogram. Sapi potong disini dihitung berdasarkan bobot badan akhir sapi yang tertimbang saat akhir masa pemeliharaan. 9. Pakan konsentrat adalah pakan campuran dari beberapa bahan yang berasal dari limbah atau hasil ikutan pertanian yang biasa digunakan sebagai pakan ternak, yang diolah/dibuat sendiri oleh pihak peternakan dengan nama konsentrat APS. Pakan konsentrat disini adalah jumlah konsentrat APS yang diberikan kepada ternak selama periode pemeliharaan. 10. Pakan hijauan adalah pakan berupa hijauan baik hijauan segar maupun kering. Pakan hijauan disini adalah jumlah pakan hijauan berupa rumput gajah, tebon jagung, dan jerami yang telah difermentasi, yang diberikan kepada ternak selama periode pemeliharaan. 11. Lama pemeliharaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk memelihara sapi potong mulai dari awal sapi bakalan didatangkan sampai sapi potong tersebut siap dijual. Satu periode pemeliharaan pada perusahaan berkisar ± 3 bulan atau selama hari.

25 12. Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. 13. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang besarnya tidak dipengaruhi jumlah output yang diproduksi. 14. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang besarnya dipengaruhi jumlah output yang diproduksi. 15. Penyusutan adalah penurunan nilai dari faktor-faktor produksi (seperti bangunan, mesin, atau peralatan) akibat penggunaannya dalam suatu proses produksi (karena pertambahan umur pemakaian). Perhitungan ini dilakukan pada faktor-faktor produksi tetap pada suatu usaha. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dasar pemikirannya adalah bahwa benda yang digunakan dalam suatu usahatani menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Rumus penyusutan dengan metode garis lurus adalah sebagai berikut : Penyusutan = 16. Rasio penerimaan dan biaya (R/C ratio) menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Melalui R/C ratio dapat diketahui tingkat keuntungan suatu usahaternak. Nilai R/C ratio yang baik adalah yang lebih besar dari satu, semakin besar R/C ratio maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. 17. Efisiensi adalah suatu kondisi dimana seluruh faktor produksi yang digunakan telah mencapai kondisi efisien teknis dan efisien ekonomis.

26 18. Efisiensi teknis adalah suatu kondisi dimana nilai elastisitas produksi dari variabel input yang digunakan dalam model serta nilai keseluruhannya berada antara nol dan satu (0 < E P < 1). 19. Efisiensi ekonomis adalah suatu kondisi optimum yang tercapai apabila nilai NPM = BKM dari variabel input yang digunakan dalam model. 20. Nilai Produk Marjinal (NPM) adalah turunan pertama dari persamaan fungsi produksi dikali dengan harga produksi. NPM =. P Y 21. Biaya Korbanan Marjinal (BKM) adalah rata-rata harga satuan faktor-faktor produksi (P X ) yang berlaku di daerah penelitian. 22. Keberlanjutan usaha adalah upaya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan produksi.

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi kasus penelitian ini dilakukan pada perusahaan perikanan usaha pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel 43 III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Hal ini karena objek penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang mempunyai jumlah peternak sapi IB dan non IB di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2000-2011. Data sekunder tersebut bersumber dari Lampung dalam Angka (BPS), Badan Penanaman Modal Daerah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. industri penghasil bahan baku sektor pertambangan yang terdaftar di

BAB 3 METODA PENELITIAN. industri penghasil bahan baku sektor pertambangan yang terdaftar di BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Peneliti memperoleh data penelitian ini yang terdapat pada sumber data historis berupa laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit dengan benar serta

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan 66 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder dalam runtun waktu (time Series) yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2000-2013 yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Konsentrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pasar Bunga Rawabelong, Jakarta Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Holtikultura

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan pendekatan umum untuk membangun topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode penelitian merupakan sistem atas peraturan-peraturan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series, yang merupakan data bulanan dari tahun 005 sampai 008, terdiri dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dan yang menjadi objek penelitian adalah pengusaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan. Pemilihan dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci