BAB I PENDAHULUAN. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Prov. Papua, Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lakin Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Prov. Papua, Tahun

BAB I PENDAHALUAN. Lakip Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Prov. Papua, Tahun

TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN

Jayapura, 30 Desember 2015 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR

Jayapura, 30 Desember 2015 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Jayapura, Januari Kepala Dinas, Ir. Semuel Siriwa, M.Si NIP

Jayapura, 31 Desember 2014 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA (LKJ)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

SAMBUTAN GUBERNUR PAPUA PADA FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA TANGGAL, 7 MARET 2016

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2014

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

SOSIALISASI PROGRAM/KEGIATAN BIDANG PRODUKSI TANAMAN PANGAN TA. 2016

KATA PENGANTAR. Kami menyambut baik era pembangunan Indonesia Timur yang di mulai dari Tanah Papua. Sekian dan terima kasih Jayapura, Januari 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya Lokal Menuju Masyarakat Papua Sejahtera

Bidang Tanaman Pangan

Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan.

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun Visi : " Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani "

RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2015

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selatan mempunyai tugas melaksanakan Urusan Pemerintahan Daerah dibidang

Realisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009~2014 (REVISI)

DINAS PERTANIAN, TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA. Halaman 358

PENDAHULUAN Latar Belakang

Katalog BPS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

A. CABAI BESAR C. BAWANG MERAH

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

Visi Terwujudnya Pertanian Makna yang Visi berwawasan : Agribisnis dan Agroindustri

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

A. PRODUKSI PADI PALAWIJA 2015 (ASEM 2015)

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II RENCANA STRATEJIK

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

PENGANTAR. Surabaya, Desember 2015 Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur

Kata Pengantar. Padang, September 2016 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat

REVITALISASI PERTANIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

A. Realisasi Keuangan

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

2. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. dari satu tahap ke tahap berikutnya. Agar pembangunan dapat terlaksana dengan

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LkjIP) DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAGETAN 2015

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PEMERINTAH KABUPATEN

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indikator Kinerja Utama (IKU)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

II. PENGUKURAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Sektor ini tidak saja sebagai peneydia pangan, tetapi juga sumber penghidupan bagi sebahagian besar penduduk Indonesia. Pertanian juga merupakan sumber pendapatan ekspor (deisa) negara serta pendorong dan penarik bagi tumbuhnya sektor-sektor ekonomi lainnya. Pembangunan pertanian yang dikelaola dengan baik dan bijak akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan sekaligus pemerataan ekonomi secara berkelanjutan, mengatasi kemiskinan dan penagngguran yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tataran makro, kinerja pembangunan pertanian selama beberapa tahun terakhir di nilai baik. Pada periode 3 (tiga) tahun terakhir sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang signifikan. Selama periode 2013-2015 rata-rata pertumbuhan PDRB tanaman pangan mencapai 9,56 persen dan hortikultura 6,84 persen. Sementara perkembangan PDRB sector pertanian (pertanian dalam arti luas) selama tahun 2013-2015 mencapai 11,61 persen Peran strategis sektor pertanian (termasuk tanaman pangan, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan) lainnya adalah dalam penyerapan tenaga kerja, penyediaan sumber bahan pangan dan pendapatan, juga dalam upaya konserasi dan pelestarian lingkungan. Sektor pertanian (termasuk tanaman pangan, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan) masih menjadi andalan angkatan kerja di Papua. Kineja di sektor pertanian yang cukup baik, ternyata kurang sebanding dengan tingkat kesejahteraan petani yang identik dengan kemiskinan. Hasil Susenas tahun 2012, menunjukan sebahagian besar rumah tangga miskin adalah rumah tangga pertanian. Sementara jika di amati dari Nilai Tukar Petani (NTP), bahwa petani yang mengusahakan komoditas hortikultura jauh memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik jika di bandingkan dengan petani yang mengusahakan komoditas pangan. Nilai NTP hortikultura pada tahun 2015 telah berada di atas 100 sementara petani pangan hanya 86 88. Upaya meningkatkan pembangunan di sektor pertanian menghadapi tantangan antara lain: (1) Lahan pertanian yang luasnya relatif stagnan sementara jumlah penduduk semakin meningkat, (2) Kurangnya ketersediaan infrastruktur pertanian, (3) LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 1

Keterbatasan penggunaan teknologi dalam mengelola pertanian yang mengakibatkan produktiitas sektor pertanian yang relatif rendah dan kurang bersaing di pasar, (4) Akses terhadap sumber modal cukup rendah, (5) Mata rantai tataniaga pertanian yang panjang sehingga petani tidak menikmati harga yang lebih baik, (6) Fluktuasi harga pada produk-produk pertanian yang sering terjadi dan tidak menguntungkan petani. Dalam rangka menjawab tantangan pembangunan pertanian di Proinsi Papua, arah kebijakan pembangunan sektor pertanian adalah mewujudkan pembangunan pertanian di Papua yang mandiri sebagaimana isi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua yaitu Terwujudnya Pertanian Mandiri Berbasis Sumberdaya Lokal Menuju Masyarakat Papua Sejahtera dimana untuk dapat mendorong mengoptimalkan potensi sumberdaya lokal yang ada dengan kekuatan yang dimiliki masing-masing daerah. Sejalan dengan itu, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura memprioritaskan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura untuk meningkatkan pencapaian swasembada pangan di Proinsi Papua. Sampai saat ini sebahagian besar kebutuhan pangan penduduk Papua harus didatangkan dari luar Papua kecuali jagung dan ubijalar yang telah swasembada. Misalnya, kurang lebih 50 persen kebutuhan beras dan kurang dari 25 persen kebutuhan kedelai harus didatangkan dari luar Papua. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 2

B. Dasar Hukum Beberapa sumber hukum yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Proinsi Papua Tahun 2014, adalah: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1956 Tentang Otonomi Pembentukan Daerah Otonom Proinsi Irian Barat; 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Proinsi Papua; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ; 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 ; 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Kewenangan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Proinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 3

C. Gambaran Pelayanan Dalam mengukur gambaran pelayanan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura dapat di dekati dengan beberapa indikator makro pembangunan tanaman pangan dan hortikultura, yaitu: 1. Pencapaian PDRB dan NTP Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hotikultura Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka satu tahun. Unit- unit produksi tersebut di kelompokan dalam 17 (tujuh belas) lapangan usaha. Perkembangan PDRB sektor pertanian di Proinsi Papua selama 3 (tiga)tahun terakhir menunjukan pertumbuah yang positif, yaitu rata-rata tumbuh 11,61 persen. Perkembangan PDRB sektor pertanian di Proinsi Papua selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan PDRB Sektor Pertanian (Harga Berlaku) di Proinsi Papua selama Tahun 2013-2015. No. Sub Sektor Produk Domestk Regional Bruto (Rp.juta) Rata-rata Pertumbuhan 2013 2014 2015 1. Tanaman Pangan 3.694.573 3.967.238 4.432.672 9,56 2. Hortikultura 1.281.075 1.332.890 1.461.070 6,84 3. Perkebunan 1.189.744 1.369.091 1.500.005 12,32 4. Peternakan 1.098.111 1.191.697 1.388.200 12,51 5. Jasa pertanian 122.735 126.784 135.445 5,07 6. Kehutanan 2.049.547 2.360.545 2.770.737 16,28 7. Perikanan 6.159.587 7.036.968 8.661.829 18,67 Jumlah 15.593.371 17.385.212 20.349.957 11,61 Sementara kontribusi sub sektor tanaman pangan dan hortikultura pada PDRB Proinsi Papua tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 1. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 4

KONTRIBUSI PDRB TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA 3.87% 9.50% 86.62% Gambar 1. Kontribusi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura pada PDRB Proinsi Papua, Tahun 2015 Nilai tukar petani (NTP) didefinisikan sebagai perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (lt) dengan indeks harga yang dibayar petani (lb). Arti angka NTP sebagai berikut: NTP > 100, berarti petani mengalami surplus NTP = 100, berarti petani mengalami impas NTP < 100, berrati petani pengalami defisit NTP digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani/daya beli petani dan tingkat daya saing produk pertania/ kemampuan tukar produk pertanian dengan produk lain, Perkembangan NTP tanaman pangan dan hortikultura di Proinsi Papua selama tahun 2014-2015 dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 5

102 100 98 96 94 92 90 88 86 84 82 80 Perkembangan NTP Pangan, Tahun 2014-2015 Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Augs Sept Okt Nop Des NTP 2014 99.07 99.03 98.83 93.42 93.26 92.88 92.8 92.16 91.71 91.26 90.12 88.67 NTP 2015 88.19 88.35 86.51 87.84 87.84 87.32 87.3 87.26 86.99 87.77 87.56 86.65 Gambar 2. Perkembangan NTP Tanaman Pangan di Proinsi Papua, Tahun 2014-2015 103 102 101 100 99 98 97 96 95 94 93 Perkembangan NTP Hortikultura, Tahun 2014-2015 Jan Peb Mar April Mei Juni Juli Augs Sept Okt Nop Dese NTP 2014 99.07 99.03 98.83 96.66 100.53 99.42 100.21 99.08 99.15 100.81 101.2 100.58 NTP 2015 102.22 101.45 101.76 101.67 100.93 101.45 101.02 100.49 100.83 101.33 101.77 101.48 Gambar 3. Perkembangan NTP Hortikultura di Proinsi Papua, Tahun 2014-2015 Berdasarkan perkembangan NTP tanaman pangan dan hortikultura pada gambar 2 dan 3, dapat disimpulkan bahwa: Petani yang mengusahakan produk hortikultura memiliki tingkat kesejahteraan/daya beli yang lebih baik dari petani yang mengusahakan produk tanaman pangan Petani yang mengusahakan produk hortikultura mengalami surplus pemdapatan (memiliki tabungan) sementara petani yang mengusahakan produk tanaman pangan cenderung defisit. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 6

NTP hortikultura pada tahun 2015 jauh lebih baik dari NTP tahun 2014 (pertumbuhan positif) sementara tanaman pangan mengalami pertumbuhan negatif. 2. Pencapaian Produksi Tanaman Pangan dan Indeks Swasembada Pengukuran pencapaian produksi tanaman pangan, tahun 2015 didasarkan pada Sementara (ASEM) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Proinsi Papua. Angka Sementara Produksi Tanaman Pangan, Proinsi Papua, Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2. No. Tabel 2. Angka Sementara (ASEM) Produksi Tanaman Pangan dan Swasembada Indeks Pangan di Proinsi Papua, Tahun 2015 Angka Produksi Sementara, Tahun 2015 Komoditas Panen (Ha) Produktiitas (kw/ha) Produksi (ton GKG) Indeks Swasembada (%) 1. Padi 41.334 43,95 181.682 52,43 a. Padi sawah 38.957 44,55 173.550 - b. Padi ladang 2.377 34,21 8.132-2. Jagung 2.495 24,29 6.060 215,24 3. Kedelai 2.673 12,75 3.408 16,85 4. Kacang tanah 2.007 10,99 2.206 15,36 5. Kacang hijau 359 10,81 388 18,05 6. Ubikayu 3.487 121,40 42.091 63,87 7. Ubijalar 33.282 123,77 411.945 121,96 Berdasarkan Tabel 8, dapat dijelaskan bahwa kebutuhan pangan penduduk Papua, rata-rata didatangkan dari luar Papua kecauali ubijalar dan jagung. Atau dengan kata lain, bahwa Proinsi Papua telah swasembada ubijalar dan swasembada terbatas jagung (khusus untuk jagung belum dimasukan perhitungan kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak dan makanan). Sementara perkembangan produksi tanaman pangan di Proinsi Papua, Tahun 2014-2015 mengalami penurunan pada beberapa komoditas yaitu padi, jagung, kedelai dan ubjalar. Kondisi ini terjadi karena: 1. Penurunan luas panen dan produksi padi sawah pada tahun 2015 disebabkan: a. Elnino/musim kering yang berkepanjangan terutama di Kab. Merauke. Kondisi ini menyebabkan puso yang luasnya mencapai 6.461 ha exialen 28.783 ton GKG. b. Bantuan pemerintah pada tahun 2015 seluas 23.625 ha (GP PTT 5.000 ha. Rehabilitasi jaringan irigasi tertier (RJIT) 6.650 ha, Optimalisasi LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 7

lahan 9.860 ha dan perluasan sawah 2.115 ha) belum terpanen seratus persen pada tahun 2015. 2. Penurunan luas panen dan produksi kedelai pada tahun 2015 disebabkan oleh: a. Beberapa persoalan kedelai yang belum tertangani secara baik sampai saat ini, diantaranya mutu kedelai petani yang tidak sesuai kebutuhan pabrik/usaha tahu tempe, adanya kebiasaan petani yang yang cenderung mempermainkan kualitas produk kedelai yang dihasilkan (kedelai tercampur dengan tanah/pasir/kerikil), dan penanganan pasca panen kedelai yang belum maksimal (terkendala kurang tersedianya alat pasca panen kedelai). Kondisi ini menyebabkan produksi kedelai lokal kurang diminati pabrik tahu tempe yang akhirnya bermuara pada pasar kedelai lokal yang terbatas dengan harga yang kurang menguntungkan petani. b. Bantuan pemerintah pada tahun 2015 seluas 2.700 ha (GPTT kedelai 2.000 ha dan pengembangan kedelai dari APBD Proinsi Papua 700 ha) yang belum terpanen seratus persen pada tahun 2015, diantaranya di Kab. Merauke, Jayapura, Nabire. c. Elnino/musim kering yang berkepanjangan terutama di Kab. Merauke. 3. Penurunan produksi jagung pada tahun 2015 disebabkan: a. Tidak adanya bantuan pemerintah sebagai bagian dari insentif untuk petani. b. Pasar dan harga jagung yang kurang menguntungkan petani, terutama jagung pipilan. 4. Penurunan produksi ubijalar disebabkan: a. Tidak adanya bantuan pemerintah sebagai bagian dari insentif untuk petani. b. Penurunan kualitas lahan ubijalar sebagai akibat dari pola usahatani ubijalar di Pegunungan Tengah yang alami (belum ada sentuhan teknologi terutama dari aspek perbaikan kualitas lahan) dan kebijakan daerah yang melarang penggunaan pupuk buatan (baik organik maupun non organik). Sementara dilain sisi kebijakan penggunaan pupuk organik buatan belum merupakan solusi. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 8

c. Penurunan luas areal ubijalar sebagai akibat dari lahan berkualitas semakin berkurang dani aspek kepemilikan lahan secara adat yang membatasi penggunaan lahan antar petani/suku. Saat ini petani ubijalar cenderung memanfaatkan lahan pada tingkat kemiringannya mencapai lebih dari 60 persen dan merupakan lahan-lahan marginal. d. Perpindahan penduduk dari kawasan sentra ubijalar di Pegunungan Tengah ke kota diantaranya Jayapura, Keerom, Sentani, Mimika, Wamena dll yang menyebabkan petani ubijalar semakin berkurang. Perpindahan penduduk/petani ini karena adanya insentif dikota jauh lebih menarik dari mengusahakan ubijalar. Ini sebagai akibat dari ketimpangan pembanguan antar wilayah serta antar kota dan desa Perkembangan produksi tanaman pangan di Proinsi Papua, Tahun 2014-2015 dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5. 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Perkembangan Produksi Padi, Ubikayu dan Ubijalar, 2014-2015 Padi Ubikayu Ubijalar 2014 185,780 33,220 498,545 2015 181,682 42,091 411,945 Gambar 4. Perkembangan Produksi Padi, Ubikayu dan Ubijalar di Proinsi Papua, Tahun 2014-2015 LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 9

8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Perkembangan Produksi Jagung, Kedelai, Kc. Tanah dan Kc. Hijau, Tahun 2014-2015 Jagung Kedelai Kc.tanah Kc.hijau 2014 6948 3821 2043 499 2015 6060 3408 2206 388 Gambar 5. Perkembangan Produksi Jagung, Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau di Proinsi Papua, Tahun 2014-2015 LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 10

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA A. Rencana Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua, Tahun 2014-2018 1. VISI Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua VISI Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Proinsi Papua tahun 2014-2018 yaitu, Terwujudnya Pertanian Mandiri Berbasis Sumber Daya Lokal Menuju Masyarakat Papua Yang Sejahtera. Adapun Visi tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : Terwujudnya; memberikan makna bahwa dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung dan secara nyata; Pertanian Mandiri; memberikan penjelasan bahwa dapat mendorong dan memfasilitasi penyediaan pangan masyarakat yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal. Berbasis Sumberdaya Lokal; memberikan makna bahwa dalam mengembangkan sistem produksi pangan di Papua dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya lokal dalam mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan masing-masing daerah untuk mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh. Masyarakat Papua Yang Sejahtera; memberikan makna bahwa sumberdaya lokal yang dimiliki dan dikuasai masyarakat Papua begitu besar dan beragam, dapat difasilitasi sebagai andalan untuk pemenuhan pangan dan pendapatan keluarga, dengan memberikan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Papua. 2. MISI Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua Untuk mewujudkan Visi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua di atas terdapat beberapa MISI yang harus dilaksanakan semua jajaran di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua diantaranya adalah : a. Meningkatkan prasarana dan sarana tanaman pangan dan hortikultura. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 11

b. Meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura berbasis sumberdaya lokal dan berwawasan lingkungan dan berkelaanjutan. c. Meningkatkan nilai tambah dan pasar produk tanaman pangan dan hortikultura. d. Meningkatkan peran sert stoke holder dan masyarakat dalam pembangunan tanaman pangan dan hortikultura. 3. Tujuan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dalam upaya terwujudnya ketahanan pangan yang mandiri dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pertanian di Papua dengan mengoptimalkan potensi sumber daya lokal yang dikuasai secara mandiri dan berwawasan lingkungan, maka tujuan yang ingin dicapai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua dilakukan dengan cara : a. Meningkatkan ketersediaan pangan untuk mengurangi ketergantungan pangan dari luar Papua. b. Meningkatkan daya serap pasar domestik dan regional produk tanaman pangan dan hortikultura c. Meningkatkan pendapatan petani. 4. Sasaran Strategis Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Berdasarkan Visi dan Misi dan Tujuan yang ingin dicapai pada 5 (lima) tahun yang akan datang, maka sasaran strategis yang ingin dicapai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua, adalah: a. Meningkatkan pencapaian swasembada pangan, yaitu: 1) Indeks swasembada padi 60 persen 2) Indesks swasembada kedelai 30 persen b. Mempertahankan swasembada jagung dan ubijalar c. Mengembangkan kawasan sentra produksi hortikultura berskala agribisnis. 1) Pengembangan buah-buahan 2) Pengembangan sayuran 3) Komoditas hortikultura lainnya d. Mengembangkan agroindustri terpadu berbasis komoditas tanaman pangan dan hortikultura Papua. 1) Agorindustri padi LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 12

2) Agroindustri jagung 3) Agroindustri kedelai 4) Agroindustri ubijalar 5) Agroindustri buah merah 6) Agroindustri tanaman pangan dan hortikultura lainnya e. Mengembangkan tanaman pangan dan hortikultura spesifik Papua 1) Pengembangan sagu 2) Pengembangan keladi 3) Pengembangan matoa 4) Pengembangan buah merah f. Mengembangkan sistem perbenihan tanaman pangan dan hortikultura yang mandiri. g. Membangun kualitas sumberdaya aparatur dan petani 5. Strategi Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Pembangunan tanaman pangan dan hortikultura harus dipandang sebagai rangkaian berbagai kegiatan yang mengimplementasikan konsep agribisnis secara utuh dan terkait erat dengan pembangunan wilayah pedesaan dengan memanfaatkan sumberdaya dan budaya lokal. Untuk wewujudkan konsep dasar ini diperlukan pendekatan dan arah pembangunan dengan menempatkan subsektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembangunan pertanian, pembangunan wilayah (Propinsi dan Kabapaten/Kota) dan pembangunan nasional, dalam tiga hal sebagai berikut : a. Pengembangan produksi tanaman pangan dan hortikultura merupakan upaya keterpaduan dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis. Dengan demikian, pembangunan sub sistem produksi tanaman pangan dan hortikultura harus dilaksanakan secara terpadu dan sinergis dengan subsistem agribisnis lainnya. b. Pengembangan produksi tanaman pangan dan hortikultura harus dipandang bukan hanya sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas, tetapi terkait dengan pembangunan wilayah, khususnya wilayah pedesaan secara berkelanjutan, berkerakyatan serta terdesentralisasi yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pertanian di wilayah yang bersangkutan. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 13

c. Pembangunan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura harus dapat memperkuat posisi petani, pelaku agribisnis lainnya serta aparatur pertanian dengan memanfaatkan keunggulan agroekosistem masing-masing daerah kabupaten/kota. Sejalan dengan berbagai perkembangan keadaan lingkungan dan arah pembangunan pertanian di atas, maka pelaksanaan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di Proinsi Papua ke depan diharapkan mampu: a. Membangun integrasi tanam, petik olah dan jual komoditas tanaman pangan dan hortikultura. b. Meningkatkan produksi bahan pangan yang berdaya saing untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan di Papua, dalam rangka mencapai kemandirian dan ketahanan pangan daerah, serta memanfaatkan pasar bahan baku industri pengolahan dalam negeri dan peluang ekspor. c. Mengembangkan berbagai produk komoditi pangan untuk mendukung diersifikasi pangan, pengembangan pangan lokal dan membangun komoditas unggulan spesifik Papua. d. Mengembangkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha melalui pengembangan sistem dan usaha agrinsinis yang efisien, modern dan tangguh. e. Mendorong pembangunan ekonomi daerah dan nasional melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis pertanian, yang berperan sebagai penarik insdustri hulu dan pendorong industri hilir. Sejalan dengan itu, strategi pengembangan tanaman pangan dan hortikultura di Proinsi Papua adalah: a. Peningkatan Produktiitas Salah satu peluang besar untuk meningkatkan produksi pertanian di Papua adalah melalui peningkatan produktiitas. Hal ini dilihat dari tingkat produktiitas yang dicapai hingga saat ini masih jauh dari rata-rata nasional. Peningkatan produktiitas tingkat usahatani perlu didorong melalui peningkatan mutu intensifikasi dengan menerapkan rekayasa ekonomi, rekayasa sosial dan teknologi maju dan efisien dan spesifik lokasi. Langkahlangkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktiitas usahatani adalah penggunaan benih unggul dan bermutul, penyediaan sarana LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 14

produksi 6 tepat, perbaikan budidaya, pemupukan berimbang dan pupuk organik. b. Perluasan Areal Tanam dan Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) Proinsi Papua memiliki potensi lahan yang cukup luas untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura. Potensi tersebut hingga kini masih belum dimanfaatkan secara optimal. Perluasan areal tanam dan peningkatann indeks pertanaman (IP) dilakukan melalui : (1). Optimalisasi pemanfaatan lahan, (2). Rehabilitasi dan konserasi lahan, (3). Perluasan areal dan (4) Pengembangan Irigasi dan Sumber Air. c. Pengamanan Produksi Pengamanan peroduksi diarahkan untuk mengamankan dari gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan dampak bencana alam serta kehilangan hasil akibat penanganan panen dan pasca panen. Pengamanan produksi dari gangguan OPT dilakukan dengan : 1) Peningkatan pengamatan dan peramalan OPT 2) Menyiapkan sarana dan prasarana pengendalian OPT sedekat mungkin dengan daerah produksi 3) Segera melaksanakan pengendalian OPT yang timbul. Pengamanan Produksi dari dampak fenomena iklim dilakukan melalui : 1) Pembangunan dan perbaikan embung, cek dam, bak penyimpanan air, sumur dan saluran irigasi 2) Penerapan pola tanam yang tepat 3) Pemilihan komoditas dan atau arietas umur pendek dan toleran kekeringan d. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dengan kondisi aksesibilitas yang sangat terbatas maka pengolahan dan pemasaran hasil sangat perlu dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah dari produksi yang dihasilkan. Kegiatan off-farm, seperti pengolahan dasil dan pemasaran akan banyak memperoleh nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karenanya, pengolahan dan pemasaran hasil perlu dikembangkan dengan cara LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 15

menyebarluaskan penerapan teknologi dan alsin pengolahan, penyimpanan hasil serta penataan jaringan pemasaran. e. Integrasi Tanam, Petik, Olah dan Jual dalam Satu Wilayah Pengembangan Kondisi kekinian pengembangan tanaman pangan dan hortikultura yang masih berorientasi menghasilkan produk segar dan memenuhi kebutuhan konsumsi lokal perlu di arahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing melalui kegiatan yang terintegrasi antara tanam, petik, olah dan jual dalam satu wilayah pengembangan. Integrasi antara tanam, petik, olah dan jual merupakan arah kebijakan RPJMD Proinsi Papua, Tahun 2013-2018, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, menjaga stabilitas ekonomi, menciptakan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan melalui integrasi tanam, peti, olah jual serta pengwilayaan komoditas. f. Regulasi, Pelayanan dan Fasilitasi Untuk dapat berkembangnya agribisnis tanaman pangan dan hortikultura maka perlu didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Langkah yang diperlukan adalah melalui dukungan peraturan yang berpengaruh terhadap kegiatan usahatani, antara lain : peraturan dibidang penggunaan lahan, perbenihan, tertib/pola tanam di daerah, penggunaan air, alur teknologi, serta regulalsi pelayanan dan fasilitasi mengenai kelembagaan, harga pasar, subsidi, dan lain-lain. 6. Wilayah Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura RPJMD Proinsi Papua 2013-2918 mengamanatkan, wilayah pengembangan di Proinsi Papua di kelompokan berdasarkan wilayah adat, yaitu: a. Wilayah Pengembangan Mamta, yang meliputi Kota Jayapura, Kab. Jayapura, Kab. Keerom, Kab. Sarmi dan Kab. Mamberamo Raya. Tema pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di wilayah Mamta adalah Membangun Industri Hilir Berbasis Tanaman Pangan dan Hortikultura Papua. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 16

Komoditas unggulan di wilayah Mamta adalah padi, kedelai dan buahbuahan (durian dan matoa). b. Wilayah Pengembangan Saireri, yang meliputi Kab. Biak Numfor, Kab. Supiori, Kab. Kepulawan Yapen, Kab, Waropen Tema pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di wilayah Saireri adalah Membangun Agrowisata Berbasis Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Home Industri Pangan Lokal Papua Komoditas unggulan pada wilayah ini adalah jagung, keladi dan buahbuahan (durian, langsat) c. Wilayah Pengembangan Ha Anim, yang meliputi Kab. Merauke, Kab. Mappi. Kab. Boen Digul dan Kab. Asmat. Tema pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di wilayah Ha Anim adalah Memperkuat Wilayah Ha Anim Sebagai Lumbung Pangan Regional. Komoditas unggulan pada wilayah Ha Anim adalah padi, kedelai dan buahbuahan. d. Wilayah Pengembangan La Pago, yang meliputi Kab. Jayawijaya, Kab.Lanny Jaya, Kab. Tolikara, Kab. Yahukimo, Kab. Yalimo. Kab. Mamberamo Tengah, Kab. Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Pegunungan Bintang dan Kab. Nduga. Tema pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di wilayah La Pago adalah Membangun Kawasan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yang Terintegrasi dengan Home Industri. Komoditas unggulan pada wilayah ini adalah ubijalar, sayuran organik dan buah merah. e. Wilayah Pengembangan Mee Pago, yang meliputi Kab. Nabire, Kab. Dogiyai, Kab. Intan Jaya, Kab. Deiyai dan Kab. Mimika. Tema pembangunan tanaman pangan dan hortikultura wi wilayah Mee Pago adalah Membangun Wilayah Mee Pago Sebagai Lumbung Pangan di Utara Papua. Komoditas unggulan pada wilayah ini adalah padi, kedelai dan buah merah LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 17

7. Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura Pada dasarnya seluruh komoditas pangan (tanaman pangan dan hortikulutra) yang dibutuhkan, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk maupun untuk peningkaan pendapatan petani perlu ditingkatkan. Namun dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan sumberdaya pertanian yang ada, perkembangan ekonomi global maka komoditas-komoditas yang perlu mendapat prioritas dalam penanganannya selama tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut : a. Tanaman Pangan: Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubikayu dan Ubijalar. b. Buah-buahan: Jeruk, Mangga, Durian, Rambutan, Pisang, dan Nenas c. Sayuran: Cabe Merah, Bawang Merah, Bawang Putih Sayauran Dataran Tinggi (Kubis, Kentang, Wortel, Petsai Granat). d. Spesifik Papua: Keladi, Sagu, Matoa, Buah Merah dan Anggrek Papua. Memperhatikan potensi lahan, sumberdaya manusia adan agroekosistem, komoditas unggulan masing-masing kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 18

Tabel 3. Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura di Wilayah Pengembangan Mamta, Saireri dan Ha Anim No Kabupaten/ Kota Tanaman Pangan Buahbuahan Sayuran Spesifik Papua I Mamta 1. Kota Jayapura Padi Rambutan Cabe Merah Anggrek Jagung Mangga Sayuran lain Papua 2. Jayapura Padi Durian Cabe Buah Merah Kedelai Rambutan Sayuran lain Matoa 3. Keerom Padi Jeruk Bawang Merah Buah Merah Kedelai Salak Sayuran 4. Sarmi Padi Rambutan Cabe Merah - 5. Mamberamo Raya II. Saireri Kc. Tanah Jeruk Sayuran Padi Pisang Sayuran Sagu Ubijalar Jeruk 1. Biak Numfor Jagung Durian Cabe Merah Keladi Kc. Hijau Jeruk Sayuran Anggrek Papua 2. Supiori Ubijalar Durian Sayuran Keladi Ubikayu Rambutan 3. Kep. Yapen Kc. Tanah Durian Cabe Merah Matoa Ubikayu Jeruk Sayuran 4. Waropen Padi Jeruk Cabe Merah Sagu III. Ha Anim Kedelai Rambutan Sayuran 1. Merauke Padi Mangga Cabe Merah Sagu Kedelai Rambutan Bawang Merah 2. Mappi Padi Durian Sayuran Sagu Kc. Tanah Pisang 3. Boen Digul Ubikayu Durian Sayuran Kc. Tanah Jeruk 4. Asmat Ubikayu Pisang Sayuran Sagu Kc. Tanah Jeruk LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 19

Tabel 4. Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura di Wilayah Pengembangan La Pago dan Mee Pago No Kabupaten/ Tanaman Buahbuahan Sayuran Spesifik Papua Kota Pangan IV. La Pago 1. Jayawijaya Ubijalar Jeruk Padi Keprok Sayuran 2. Lanny Jaya Ubijalar Bawang Putih Buah Merah Buah Merah 3. Tolikara Ubijalar Nenas Sayuran Buah Merah 4. Yahukimo Ubijalar Pisang Sayuran Buah Merah 5. Yalimo Ubijalar Durian Sayuran Buah Merah Rambutan 6. Memberamo Tengah Ubijalar Sayuran Buah Merah 7. Puncak Jaya Ubijalar Jeruk Sayuran Buah Merah Kc. Tanah 8. Puncak Ubijalar Jeruk Sayuran Buah Merah 9. Peg. Bintang Ubijalar Sayuran Buah Merah Padi 10. Nduga Ubijalar Pisang Sayuran Buah Merah V. Mee Pago 11. Nabire Padi Jeruk Cabe Merah - Kedelai Durian Sayuran 12. Dogiyai Ubijalar Nenas Sayuran Buah Merah Kc. Tanah Markisa 13. Intan Jaya Ubijalar Nenas Sayuran Buah Merah Kc. Tanah Jeruk 14. Paniai Ubijalar Nenas Sayuran Buah Merah Kc. Tanah Markisa 15. Mimika Padi Pisang Cabe Merah Sagu Jagung Rambutan Sayuran 16. Deiyai Ubijalar Nenas Sayuran Buah Merah Kc. Tanah Markisa LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 20

8. Sasaran Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tahun 2014-2018 Meskipun umumnya mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, namun tingkat pencapaian produksi sebagian komoditas tanaman pangan dan hortikultura hingga saat ini menunjukkan masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk. Komoditas-komoditas yang masih mengalami kekurangan tersebut adalah beras, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, bawang putih, dan bawang merah. Atas kekurangan produksi pangan tersebut maka Proinsi Papua selalu mendatangkan bahan pangan dari daerah lain dalam jumlah yang cukup besar pada setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan bahan pangan Proinsi Papua masih cukup tinggi. Semakin tinggi tingkat ketergantungan pangan suatu daerah menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan daerah tersebut makin lemah. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan daerah maka tingkat ketergantungan bahan pangan dari daerah lain harus dapat dikurangi, bahkan meniadakan ketergantungan tersebut dan menjadi pemasok bahan pangan untuk daerah lain. Tabel 5. Kebutuhan Pangan di Proinsi Papua, Tahun 2014-2018 No. Komoditas TAHUN Pening 2014 2015 2016 2017 2018 katan (%/thn) 1. Padi (ton GKG) 356.515 374.949 394.342 414.736 436.184 5,17 Beras (ton) 231.504 243.474 256.066 269.309 283.236 5,17 2. Jagung (ton) 3.189 3.353 3.527 3.709 3.901 5,17 3. Kedelai (ton) 22.077 24.435 27.371 30.552 33.997 11,31 4. Kacang Tanah (ton) 13.483 14.923 16.716 18.659 20.762 11,31 5. Kacang Hijau (ton) 2.052 2.271 2.544 2.840 3.160 11,32 6. Ubi Kayu (ton) 66.710 68.818 71.112 73.454 75.642 3,19 7. Ubi Jalar (ton) 327.405 337.754 348.012 360.506 372.224 3,25 8. Sayuran (ton) 208.771 223.444 239.391 256.408 274.565 7,08 9. Buah-Buahan (ton) 86.478 92.554 99.160 106.209 113.730 7,08 Berdasarkan kebutuhan dan target pemenuhan kebutuhan pangan (Tabel 5), sasaran produksi tanaman pangan Proinsi Papua tahun 2014-2018 dapat dilihat pada Tabel 6. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 21

No. Tabel 6. Sasaran Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua, Tahun 2014-2018 TAHUN Pening Komoditas 2014 2015 2016 2017 2018 katan (%/thn) A. PRODUKSI (ton) 1. Padi 188.179 206.562 224.945 243.328 261.711 9,04 2. Jagung 7.386 7.755 8.143 8.550 8.977 5,00 3. Kedelai 5.728 6.846 7.964 9.082 10.200 17,29 4. Kacang Tanah 2.466 2.887 3.308 3.729 4.150 15,25 5. Kacang Hijau 830 978 1.126 1.274 1.422 15,89 6. Ubi Kayu 40.953 43.006 45.059 47.112 49.165 4,80 7. Ubi Jalar 425.797 447.087 469.441 492.913 517.559 5,00 8. Sayuran 79.364 86.979 94.594 102.209 109.824 8,89 9. Buah-Buahan 28.533 31.351 34.169 36.987 39.805 9,14 B. PRODUKTIVITAS (ku/ha) 1. Padi 42,02 42,74 43,48 44,24 45,00 1,73 2. Jagung 23,73 24,05 24,36 24,68 25,00 1,32 3. Kedelai 12,83 13,37 13,92 14,46 15,00 4,07 4. Kacang Tanah 10,79 11,10 11,40 11,70 12,00 2,75 5. Kacang Hijau 10,81 11,11 11,41 11,70 12,00 2,69 6. Ubi Kayu 122,98 123,28 123,58 123,87 124,17 0,24 7. Ubi Jalar 130,90 130,90 130,90 130,90 130,90 0,00 8. Sayuran 65,98 66,99 68,00 69,01 70,02 1,51 9. Buah-buahan (kg/pohon) 3,86 3,90 3,94 3,98 4,02 1,03 C. LUAS PANEN 1. Padi 44.788 48.326 51.730 55.004 58.152 7,19 2. Jagung 3.113 3.225 3.342 3.464 3.591 3,63 3. Kedelai 4.464 5.119 5.723 6.282 6.800 12,71 4. Kacang Tanah 2.285 2.601 2.902 3.187 3.458 12,17 5. Kacang Hijau 768 880 987 1.089 1.185 12,85 6. Ubi Kayu 3.269 3.366 3.463 3.559 3.655 2,88 7. Ubi Jalar 32.528 34.155 35.863 37.656 39.539 5,00 8. Sayuran 12.028 12.984 13.911 14.810 15.684 7,27 9. Buah-buahan 3.699 4.022 4.339 4.650 4.955 6,07 LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 22

B. Rencana Program/Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tahun 2015 1. Pengembangan Padi Upaya peningkatan produksi beras di dalam negeri makin dituntut untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan tingkat konsumsi yang masih tinggi. Namun tantangan peningkatan produksi di masa yang akan datang juga makin meningkat terkait dengan persaingan dalam pemanfaatan sumberdaya antara sektor pertanian dengan sektor lainnya. Komoditi beras menyangkut kepentingan masyarakat luas yang dalam usaha pemenuhan kebutuhan harus ditangani dengan sungguh-sungguh oleh pemerintah. Mengingat peran strategis beras dalam ketahanan pangan, pemerintah Proinsi Papua berupaya agar surplus beras dapat dicapai sebagai bentuk kontribusi daerah terhadap upaya pencapaian swasembada beras secara nasional. Peluang untuk mencapai target tersebut cukup besar dengan adanya modal berupa sumberdaya lahan yang cukup luas yang belum dimanfaatkan, teknologi yang tersedia, dan kondisi agroklimat yang sesuai untuk budidaya padi. Upaya untuk meningkatkan produksi padi di Papua salah satunya adalah dengan meningkatkan produktiitas padi. Peningkatan produktitas padi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah (1) penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT), (2) penggunaan benih unggul dan bermutu dan (3) pengendalian hama penyakit tanaman padi secara terpadu Disamping itu produksi padi dapat dilakukan dengan cara lain, diantaranya adalah (1) perluasan areal padi, (2) optimalisasi lahan dan (3) perbaikan saluran irigasi. Rencana kegiatan Pengembangan Padi, Tahun 2015 adalah: a) Perluasan sawah, 2.115 ha b) Optimalisasi lahan, 9.870 ha c) Rehabilitasi jaringan irigasi tertier, 6.650 ha d) GP PTT padi, 5.000 ha e) Pengadaan alsintan 250 unit LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 23

2. Pengembangan Kedelai Kedelai merupakan komoditas tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung secara nasional. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri tahu dan tempe. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri. Upaya untuk meningkatkan produksi kedelai di Propinsi Papua dapat dilakukan melalui peningaktan areal tanam dan juga harus dibarengi dengan peningkatan produktiitas. Perluasan areal tanam akan lebih besar kontribusinya terhadap peningkatan produksi kedelai, oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya diantaranya adalah: a) Perluasan arel tanam kedelai pada lahan sawah. b) Perluasan areal tanam kedelai pada lahan kering c) Perluasan areal tanam kedelai pada lahan pasang surut. Ditinjau dari segi lain, kesesuaian dan permasalahan biofisik lahan infrastruktur, dan sosial-budaya masyarakat maka lahan kering, terutama lahan kering masam, paling potensial untuk dikembangkan untuk usahatani kedelai. Meskipun demikian peluasan areal tanam kedelai pada sawah dan lahan pasang surut juga perlu mendapat prioritas. Perluasan areal tanam kedelai pada lahan kering masam tentu memerlukan dukungan inoasi teknologi yang perlu disiapkan. Peningkatan produktiitas tanaman kedelai dapat dilakukan melalui pola intensifikasi pertanian yakni dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini: a) Pengolahan lahan yang meliputi pengolahan tanah, ameliorasi, pemupukan, pengatusan dan pengairan yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan topografi setempat. b) Pengendalian organisme pengganggu tanaman (hama, penyakit dan gulma) secara terpadu. c) Pengelolaan pasca panen yang sangat menentukan mutu hasil. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 24

Rencana kegiatan Pengembangan Kedelai, Tahun 2015 adalah a) Perluasan areal kedelai, 20 ha b) Intensifikasi kedelai, 2.000 ha c) Pengembangan kedelai, 700 ha 3. Pengembangan Kawasan Hortikultura Berskala Agribisnis Permintaan komoditas hortikultura di Proinsi Papua terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan bertambahnya masyarakat kelas menengah yang hidup di perkotaan. Masyarakat kelas menengah memiliki preferensi tertentu terhadap komoditas hortikultura yang berkualitas dan mudah di dapat. Peningkatan produksi komoditas hortikultura dapat ditingkatkan melalui penumbuhan kawasan sentra, pemantapan kawasan sentra yang sudah ada dan peningkatan produktiitas. Penumbuhan dan pemantapan kawasan sentra dilakukan pada lokasi yang memiliki lahan yang memungkinkan 100 ha s/d 500 ha pada satu kawasan. Penumbuhan dan pemantapan kawasan sentra dilakukan dengan cara: a) Perluasan areal b) Optimalisasi lahan c) Rehabilitasi dan konserasi lahan Peningkatan produktiitas dilakukan dengan cara: a) Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) b) Penggunaan benih unggul dan bermutu c) Pengendalian OPT Rencana kegiatan Pengembangan Komoditas Hortikultura Berskala Agribisnis, Tahun 2015 adalah: a) Perluasan areal buah-buahan, 50 ha b) Perluasan areal sayuran, 40 ha c) Optimalisasi sayuran, 5 ha d) GAP buah-buahan, 265 ha e) GAP sayuran, 110 ha f) Pengembangan buah-buahan, 15 ha g) Pengembangan sayuran, 75 ha h) Pengendalian OPT hortikultura LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 25

4. Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Spesifik Papua Proinsi Papua memiliki keragaman tanaman pangan dan hortikultura yang tidak di temukan pada daerah lain di Indonesia. Tanaman pangan dan horitkultura spesifik Papua memiliki nilai ekonomi yang cukup baik sehingga perlu di kembangkan sebagai sumber pendapatan petani Papua. Komoditas tanaman pangan dan hortikultura spesifik Papua yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi adalah buah merah, matoa, sagu dan keladi dan anggreek Papua. Pengembangan komoditas tanaman pangan dan hortikultura spesifik Papua dilaksanakan dengan mengembangkan kawasan sentra baru dengan luasan 100 ha s/d 500 ha yang terintegrasi dengan industri hilir. Pengembangan kawasan sentra tanaman pangan dan hortikultura spesifik Papua dilakukan dengan perluasan areal serta optimalisasi/rehabilitasi dan konserasi lahan. Rencana kegiatan Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortitkultura Spesifik Papua, Tahun 2015 adalah: a) Pengembangan sagu, 5 ha b) Pengembangan Keladi, 60 ha c) Pengembangan matoa 40 ha d) Pengembangan buah merah 266 ha 5. Pengembagan Sistem Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Yang Mandiri Benih sangat penting dalam proses budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Oleh karena itu ketersediaan yang tepat jumlah, tepat kualitas, tepat waktu, tepat harga dan perlu dibangun dalam suatu sistem yang mandiri yang dikenal dengan sistem perbenihan. Sistem perbenihan tanaman pangan dan hortikultura di bangun dalam suatu kawasan yang terintegrasi mulai dari penyediaan benih sumber, perbanykan benih di tingkat penangkar sampai pada penyediaan benih di tingkat petani. Pengembangan perbenihan tanaman pangan dan hortikultura di bangun dalam suatu sistem perbenihan melalui kegiatan: a) Pengembangan Balai Pengawasan dan Sertfikasi Benih b) Pengembangan Balai Benih Induk Padi di Kurik Merauke c) Pengembangan Balai Benih Induk Palawija di Besum Jayapura d) Pengembangan Balai Benih Induk Hortikultura di Wirmaker Biak LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 26

e) Pengembangan Kebun Bibit Waena Jayapura f) Pengembangan pusat penangkaran benih Rencana kegiatan Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Tahun 2015 adalah: a) DAK Balai Pengawasan dan Sertfikasih Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura b) DAK Balai Benih Induk Palawija c) DAK Balai Benih Induk Padi d) DAK Balai Benih Induk Hortikultura e) DAK Kebun Bibit Hortikultura f) Pengembangan Balai Benih Induk Palawija g) Pengembangan Balai Benih Induk Padi h) Pengembangan Balai Benih Induk Hortikultura i) Pengembangan Kebun Bibit Waena j) Sertifikasi dan Pengawasan Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura k) Desa Mandiri Benih, 17 unit l) Penangkaran padi, 125 ha m) Penangkaran kedelai, 90 ha 6. Pengembangan Agroindustri Terpadu Tanaman Pangan dan Hortikultura Pengembangan agroindutri tanaman pangan dan hortikultura di Proinsi Papua menjadi salah satu katub pengaman peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Hal ini juga sejalan dengan RPJMD Proinsi Papua, Tahun 2013-2018 yang menitik beratkan kepada peningkatan nilai tambah produk lokal Papua melalui strategi tanam, petik, olah dan jual komoditas tanaman pangan dan hortikultura di Proinsi Papua. Produksi tanaman pangan dan hortikultura terus meningkat yang sukup signifikan, namun dari sisi tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani relatif stabel. Hal ini terjadi karena rata-rata komoditas tanaaman pangan dan hortikultura di jual dalam bentuk segar. Kondisi yang demikian ini perlu kondisi ini digeser dengan melaksanakan pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura sehingga memberikan dampak peningktan pendapatan petani dan dampak ekonomi lainnya, seperti penyerepan tenaga kerja, pajak dan lain-lain. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 27

Kegiatan pengembangan agroindustri tanaman pangan dan hortikultura, perlu juga diikuti dengan kegiatan pemasaran hasil. Apabila kedua kegiatan ini nisa dilaksanakan secara sinergis, akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan ekonomi. Kegiatan pengembangan agoindustri dan pemasaran hasil yang dapat memberikan dampak kepada peningkatan pendapatan petani dan ekonomi daerah, diantaranya: a) Penyediaan sarana dan prasarana pengolahan hasil komoditas tanaman pangan dan hortikultura b) Pelatihan teknologi pengolahan hasil komoditas tanaman pangan dan hortikultura. c) Pameran pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura d) Informasi pasar e) Peningkatan mutu produk pengolahan hasil komoditas tanaman pangan dan hortikultura Rencana kegiatan Pengembangan Agroindustri dan Pemasaran Komoditas Tanaman dan Hortikultura di Proinsi Papua, Tahun 2015 adalah: a) Fasilitasi kelembagaan pasar Tani, 1 unit b) Pameran produk tanaman pangan dan hortikultura c) Reitalisasi penggilingan padi, 10 unit d) Pengembangan agroindustri berbasis bahan local, 2 unit e) Pengembangan agroindustri tanaman pangan, 2 unit f) Pengembangan agroindustri hortikultura, 2 unit g) Pengolahan hasil buah merah, 8 unit h) Pengolahan hasil keladi, 1 unit i) Fasilitasi pemasaran sayuaran organic, 1 unit j) Temu usaha kedelai, 1 unit 7. Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Pengembangan sumberdaya manusia pertanian dilaksanakan dalam kerangka menyiapkan dan meningkatkan sumberdaya manusia pertanian yang mampu meningkatkan produtiitas tanaman pangan dan hortikultura. Pengembangan sumberdaya manusia dilaksanakan melalui cara: LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 28

a) Menyiapkan sumberdaya manusia melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian di Kampung Harapan Sentani. b) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan dan latihan yang dilaksanakan di Balai Pendidikan dan Latihan Pertanian di Sentani. Rencana kegiatan Pengembangan Sumberdaya Manusis Pertanian di Proinsi Papua, Tahun 2015 adalah: a. Peningkatan SDM Aparatur dan Non Aparatur b. Peningkatan Prasarana dan Sarana Diklat Pertanian c. Peningkatan SDM Aparatur dan Non Aparatur Sekolah Pertanian d. Peningkatan Prasarana dan Sarana Sekolah Pertanian LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 29

BAB III URUSAN DESENTRALISASI A. Realisasi Keuangan DPA SKPD Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua, Tahun 2015 Realisasi keuangan 9 (sembilan) program yang dikelola Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultrura Proinsi Papua dikategori baik dengan realisasi keuangan 92,97 persen. Realisasi keuangan 9 (sembilan) program dimaksud dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Realisasi Keuangan Pelaksanaan Belanja Langsung DPA SKPD Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua, Tahun 2015 NO PROGRAM Pagu Keuangan (Rp) Realisasi Keuangan (Rp) Realisasi Keuangan (%) 1. Pelayanan Administrasi 3.677.490.000 3.386.720.530 92,09 Perkantoran 2. Peningkatan Sarana dan 3.181.000.000 3.140.156.000 98,72 Prasarana Aparatur 3. Peningkatan Disiplin Aparatur 397.400.000 395.312.000 99,47 4. Peningkatan Kapasitas 517.750.000 509.750.000 98,45 Sumberdaya Aparatur 5. Peningkatan Pengembangan 269.116.000 266.150.500 98,90 Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 6. Peningkatan Ketahanan Pangan 35.040.387.000 31.546.712.290 90,03 (pertanian/perkebunan) 7. Perencanaan Pembangunan 2.637.100.000 2.515.315.355 95,38 8. Pengembangan Agribisnis 3.700.000.000 3.626.008.100 98,00 9. Peningkatan Sumberdaya 12.102.057.000 11.813.183.624 97,61 Pertanian Jumlah 61.522.300.000 57.199.318.399 92,97 B. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan 1. Progran Pelayanan Administrasi Perkantoran a. Kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat Kegiatan Pelayanan Adiministrasi Perkantoran membiayai: Honor panitia pengadaan dan penerimaan hasil pekerjaan DAK di UPTD BPSP, BPTPH, BBI Palawija, BBI Padi, BBI Hortikultura dan Kebun Bibit Hortikultura. Honor tenaga harian lepas, 68 orang LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 30

Penyediaan perangko dan pengiriman surat Realisasi fisik dan keuangan kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat adalah realisasi fisik 100 persen dan realisasi keuangan 90,51 persen b. Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air dan Listrik Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air dan Listrik membiayai: Pembayaran jasa telepon lingkup Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua dan UPTD. Pembayaran jasa listrik lingkup Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua dan UPTD. Pembayaran jasa t kabel dan langganan internet untuk website Dinas Tanaaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua. Pembuatan website Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua. Realisasi fisik dan keuangan kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air dan Listrik adalah realisasi fisik 100 persen dan realisasi keuangan 99,94 persen. c. Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor membiayai penyediaan alat tulis kantor lingkup Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Proinsi Papua dan UPTD. Realisasi fisik dan keuangan kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor adalah realisasi fisik 100 persen dan realisasi keuangan 98,43 persen. d. Kegiatan Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan Kegiatan Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan membiayai penyediaan meterai, dokumen spj serta fotocopy metari dinas dan nota-nota dinas. Realisasi fisik dan keuangan kegiatan Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan adalah realisasi fisik 100 persen dan dan realisasi keuangan 99,10 persen. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 31

e. Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Kegiatan Penyediaan Bahan Bacan dan Peraturan membiayai: Penyediaan surat kabah, majalah, buku, Pemasangan reklame (iklan) di media. Realisasi fisik dan keungan kegiatan Penyediaan Bahan dan Peraturan adalah realisasi fisik 100 persen dan realisasi keuangan 99,92 perseen. f. Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman membiayai Penyediaan makan dan minum rapat-rapat dinas Realisasi fisik dan keungan kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman adalah realisasi fisik 100 persen dan dan realisasi keuangan 99,35 persen. g. Kegiatan Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Negeri Kegiatan Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Negeri membiayai: Perjalanan dinas pejabat dalam rangka pembinaan, mone Perjalanan dinas luar daerah Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas. Realisasi fisik dan keuangan kegiatan Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasu ke Luar Negeri adalah realisasai fisik 100 persen dan realisasi keuangan 87,56 persen. 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur a. Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional membiayai: Pengadaan kendaraan roda dua 10 unit, Pengadaan kendaraan roda empat 5 unit dan Pengadaan kendaraan roda empat double cabin 1 unit. Realisasi fisik dan keunagan kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional adalah realisasi fisik 100 persen dan realisasi keuangan 98,41 persen. LPPD Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Pro. Papua, Tahun 2015. 32