MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT"

Transkripsi

1 MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil pendaftaran rumah tangga sensus pertanian 1993 tercatat rumah tangga yang terdiri atas 55,19% rumah tangga pertanian. Dari rumah tangga pertanian tersebut 95,71 % adalah rumah tangga PPL (Petani Pengguna Lahan). Kalau hasil sensus pertanian 1983 (ST 83) dibandingkan dengan hasil sensus pertanian 1993 (ST 93), dalam kurun waktu 10 tahun rumah tangga pertanian menurun sekitar 5,75%, tetapi rumah tangga PPL meningkat 21,68 % (BPS NTB, 1993). Dengan demikian rasio lahan dengan rumah tangga pertanian semakin kecil. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah rumah tangga PPL dalam kurun waktu 10 tahun, menyebabkan peningkatan jumlah rumah tangga pertanian yang menguasai lahan kurang dari 0,50 ha dari 44,59 % tahun 1983 menjadi 51,54 % tahun Informasi tersebut memberikan gambaran peningkatan beban sektor pertanian dalam perekonomian pedesaan di NTB. Kondisi tersebut mempengaruhi perubahan perilaku sosial ekonomi dan kualitas kehidupan para petani. Kecilnya rasio lahan dengan petani ditambah dengan peningkatan kuantitas dan kualitas kebutuhan petani secara sinergis memaksa petani mengubah strategi adaptasinya untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan keluarganya. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian provinsi NTB dalam sepuluh tahun terakhir disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB Provinsi NTB atas dasar harga konstan tahun (Rp x satu juta) Lapangan Usaha Pertanian (47,59) Pertanian pangan (31,03) Perkebunan (3,53) Peternakan (6,93) Kehutanan 9060 (0,95) Perikanan (5,14) (38,20) (26,05) (2,57) (5,02) (0,98) (3,58) (37,97) (26,02) (2,58) (4,82) (1,02) (3,53) (36,99) (25,25) (2,48) (4,72) (1,09) (3,44) (36,29) (24,39) (2,89) (4,51) (1,09) (3,41) (35,10) (23,28) (2,87) (4,39) (1,12) (3,44) (36,45) (24,11) (3,04) (4,59) (1,16) (3,55) (35,47) (23,18) (3,07) (4,33) (1,38) (3,51) (27,67) (17,57) (2,64) (3,55) (1,05) (2,86) (25,56) (16,17) (2,32) (3,36) (1,08) (2,63) Total PDRB Jml Jiwa Rata2 PDRB/kap 0,2275 0,7279 0,7583 0,8187 0,8458 0,9046 0,8586 0,8769 1,1502 1,2371 Sumber: BPS NTB, 92; 93; 94; 95; 96; 97; 98; 99; 00; 01; 02 Keterangan: Angka di dalam kurung dalam persen Satu Dasawarsa BPTP NTB 6

2 Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata PDRB per kapita provinsi NTB cenderung meningkat dalam kurun waktu sepuluh tahun yaitu dari Rp pada tahun 1992 menjadi Rp pada tahun Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di NTB cenderung menurun dalam kurun waktu sepuluh tahun yaitu dari 47,59 % pada tahun 1992 menjadi 25,56 % pada tahun 2001, sedangkan jumlah rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian berkisar 56,43 %. Ratio kontribusi sektor pertanian dengan proporsi jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengindikasikan bahwa produktivitas sektor pertanian relatif rendah dibandingkan dengan produktivitas sektor lain atau telah terjadi ketimpangan produktivitas antar sektor. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di NTB, lebih banyak bekerja di sektor pertanian. Kondisi seperti ini menambah kompleksitas permasalahan yang harus dipecahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat para petani. Dengan keterbatasan sumberdaya yang dikuasai oleh para petani, salah satu jalan untuk meningkatkan harkat dan martabat para petani adalah melalui upaya peningkatan kualitas sumberdaya petaninya sendiri. Dalam sektor pertanian kontribusi sub sektor pertanian pangan terhadap PDRB sektor pertanian relatif paling besar dibandingkan dengan kontribusi sub sektor yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari pola kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB provinsi NTB sangat ditentukan oleh pola sub sektor pertanian pangan (Gambar 1; 2) Nilai PDRB Tahun Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertanian Gambar 1. Distribusi PDRB sektor pertanian terhadap PDRB provinsi NTB. Satu Dasawarsa BPTP NTB 7

3 Nilai PDRB Tahun Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Pertanian Gambar 2. Distribusi PDRB sektor pertanian tanpa memperhitungkan sub sektor kehutanan dan perikanan terhadap PDRB provinsi NTB. Gambar 1 dan 2 menunjukkan kontribusi subsektor pertanian tanaman pangan cenderung menurun. Penurunan sangat tajam terjadi pada tahun Sedangkan kontribusi sub sektor perkebunan, peternakan terhadap PDRB sektor pertanian sejak tahun 1992 sampai dengan 2001 relatif stabil. Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber daya alam untuk pengembangan sub sektor perkebunan dan peternakan belum dimanfaatkan secara optimal tetapi sektor-sektor perekonomian lain di NTB telah mulai tumbuh. Kinerja usaha agribisnis di NTB Kinerja usaha agribisnis di NTB dapat dilihat dari produksi usaha agribisnis komoditas pertanian dalam kurun waktu 10 tahun, seperti terlihat pada Tabel 5, 6, 7 dan 8. Tabel 5. Produksi usaha agribisnis pertanian pangan (ton) di NTB tahun Komoditi Padi Jagung Ubi Kayu Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Sumber: BPS NTB, 92; 93; 94; 95; 96; 97; 98; 99; 00; 01; 02. Satu Dasawarsa BPTP NTB 8

4 Rata-rata Produksi (Ton) Tahun Padi Jagung Ubi Kayu Ketela Rambat Kacang Tanah Kacang Kedelai Gambar 3. Kurve produksi usaha agribisnis pertanian pangan di NTB tahun Tabel 5 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa kontribusi usaha agribisnis padi yang porsinya paling besar terhadap kontribusi PDRB pertanian pangan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagain besar rumah tangga pertanian NTB menggantungkan hidupnya pada subsektor pertanian pangan. Tabel 6. Produksi usaha agribisnis hortikultura (ton) di NTB tahun Komoditi Bw. Merah , ,25 Bw. Putih Kangkung Cabe Sumber: BPS NTB, 92; 93; 94; 95; 96; 97; 98; 99; 00; 01; 02. Tabel 6 dan Gambar 4 menunjukkan produksi usaha agribisnis hortikultura di NTB pada sepuluh tahun terakhir sangat fluktuatif. Pola produksi tersebut mungkin berhubungan dengan pola permintaan pasar baik pasar local maupun pasar regional atau nasional. Satu Dasawarsa BPTP NTB 9

5 Produksi Rata-rata (Ton) Tahun Bawang Merah Bawang Putih Kangkung Cabe Gambar 4. Kurve produksi usaha agribisnis hortikultura di NTB ( ). Fluktuasi produksi agribisnis hortikultura sangat tajam terjadi antara tahun Fenomena lapangan menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan produksi yang sangat tajam, setahun setelah suatu komoditi mendapatkan harga pasar yang layak dan kecenderungan produksi turun secara tajam setelah dua tahun suatu komoditi mendapatkan harga pasar yang layak. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kemampuan para pelaku agribisnis hortikultura di NTB relative lemah. Tabel 7. Produksi usaha agribisnis perkebunan (ton) di NTB tahun Komoditi Kelapa , , , , , , , , , ,92 Kopi 1.642, , , , , , , , , ,79 Cengkeh 325,36 357,84 366,22 377,90 371,50 379,38 379,63 380,05 380,44 147,20 Mete 957, , , , , , , , , ,48 Pinang 745,61 788,09 876, , , , , , , ,26 Asam 6.573, , , , , , , , , ,98 Kakao 15,37 82,00 90,75 170,62 227,07 387,32 526,53 577,80 770, ,08 Tembakau Rakyat 3.114, , , , , , , , , ,57 Tembakau Virginia 7.618, , , , , , , , , ,36 Jarak 903,48 801,08 769,50 929,23 929, , , , ,17 - Sumber: BPS NTB, 92; 93; 94; 95; 96; 97; 98; 99; 00; 01; 02. Satu Dasawarsa BPTP NTB 10

6 60.000, ,00 Produksi Rata-rata (ton) , , , ,00 0, Tahun Kelapa Kopi Cengkeh Mete Pinang Asam Kakao Tembakau Rakyat Tembakau Virginia Jarak Gambar 5. Kurve produksi usaha agribisnis perkebunan di NTB tahun Tabel 7 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa produksi usaha agribisnis perkebunan dominant adalah kelapa, mete, tembakau rakyat, tembakau virginia, kopi, dan asam. Peningkatan produksi komoditi kelapa, mete, tembakau rakyat, kopi dan asam relative stabil kecuali komoditi tembakau virginia. Produksi tembakau Virginia dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun meningkat lebih dari 300%. Walaupun berpluktuasi tetapi produksinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi terjadi setahun setelah harga tembakau yang menguntungkan. Tabel 8. Kinerja usaha agribisnis peternakan (ekor) di NTB tahun Komoditi Sapi Kerbau Kuda Kambing Sumber: BPS NTB, 92; 93; 94; 95; 96; 97; 98; 99; 00; 01; 02. Satu Dasawarsa BPTP NTB 11

7 Rata-rata Pemotongan (ekor) Tahun Sapi Kerbau Kuda Kambing Gambar 6. Kurve produksi usaha agribisnis peternakan tahun di NTB Tabel 8 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa jumlah ternak besar di NTB cenderung menurun dari tahun ke tahun. Penurunan jumlah ternak besar tersebut berhubungan sangat erat dengan penurunan motivasi petani memelihara ternak terutama sapi, masuknya mekanisasi pengolahan tanah dengan menggunakan traktor. Motif utama petani memelihara ternak saat ini adalah sebagai salah satu sumber pendapatan keluarga, bukan lagi sebagai sumber tenaga kerja. Penurunan jumlah ternak kerbau di pulau Lombok sangat berhubungan erat dengan pemanfaatan lahan pertanian yang semakin intensif, sehingga petani kesulitan mendapatkan area penggembalaan kerbau, disamping telah terjadi pergeseran cara pengolahan lahan dari system rancah ke pengolahan lahan menggunakan bajak yang ditarik sapi maupun dengan traktor. Disamping Pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap ternak kerbau dibandingkan dengan ternak sapi dan ternak lainnya. Potensi, tantangan dan peluang pengembangan sistem dan usaha agribisnis di NTB Hasil analisis jenis penggunaan lahan di NTB disajikan dalam Tabel 9. Satu Dasawarsa BPTP NTB 12

8 Tabel 9. Luas daratan provinsi NTB menurut jenis penggunaan tanah (Ha) tahun 2001 No Jenis Penggunaan Tanah Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Kota Bima Provinsi NTB I Lahan Kering , , , , , , ,30 1 Tegalan 24301, , , ,08 267, , ,90 2 Ladang - 40, , , , ,50 3 Kebun Campuran 23508, ,90 816, , , , ,14 4 Perkebunan 19352, , , , , , ,58 5 Hutan Lebat 49276, , , , , , ,87 6 Hutan Sejenis 2179, , , , , , ,27 7 Hutan Belukar 11636, , , , , , ,87 8 Semak 844, , , , , , ,85 9 Rumput 993, , , , , , ,38 10 Alang Alang 1114,48 197,00 448,00 660,20 213, , ,95 II Lahan Basah & Lainnya 53131, , , , , , ,80 1 Sawah 26006, , , , , , ,00 2 Kampung 4590, , , , , , ,84 3 Perikanan 381,50 368,20 798, , , , ,24 4 Danau 611,00-208,00 856,00-80, ,00 5 Rawa 12, ,00 6 Embung/Waduk 668, ,05 330, ,89 129,03 193, ,94 7 Lain-Lain 20861,56 566,00 454, ,94 381,00 680, ,73 Total , , , , , , ,10 Sumber: Sumber: BAPPEDA- NTB Tabel 9 menunjukan bahwa sebagian besar lahan provinsi NTB terdiri atas lahan kering yang meliputi tegalan, kebun campuran, semak, dan padang rumput. Dari jumlah potensi tersebut hanya lahan sawah yang telah dimanfaatkan secara optimal (Tabel 10). Hal tersebut dilihat dari surplus produksi beras di provinsi NTB setiap tahun. Tabel 10. Tingkat penggunaan lahan provinsi NTB ( ) No Jenis sumber daya Penggunaan untuk pertanian (ha) alam Sawah irigasi Total sawah Tegalan Tanah Perkebunan Tambak Lahan pasang surut Total tanah pertanian Tabel 10 menunjukkan bahwa lahan kering belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi lahan untuk pengembangan komoditi perkebunan baru dimanfaatkan sekitar 72,07 % ( ,86 ha), terutama potensi lahan perkebunan di pulau Sumbawa pemanfaatanya relative paling kecil. Satu Dasawarsa BPTP NTB 13

9 Tabel 11. Pemanfaatan potensi sumber daya perkebunan tahun 2001 No Potensi Lahan Perkebunan 1 Belum dimanfaatkan 2 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Kota Bima Provinsi NTB Luas (Ha) 40802, , , , , , ,86 Persen (%) 43,27 78,67 59,84 89,01 62,82 72,62 72,07 Sudah Dimanfaatkan 3 Total Luas (Ha) 53484, , , , , , ,14 Persen (%) 56,73 21,33 40,16 10,99 37,18 27,38 27,93 Luas (Ha) 94287, , , , , , ,00 Persen (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BAPPEDA- NTB 2003 Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa peluang pengembangan usaha agibisnis di provinsi adalah memanfaatkan potensi lahan kering dengan mengembangkan komoditi perkebunan dan peternakan dalam satu system industri cluster. Inovasi teknologi, kelembagaan dan kebijakan sebagai basis pengembangan agribisnis di NTB Inovasi teknologi, kelembagaan dan kebijakan sebagai basis pengembangan agribisnis di provinsi NTB disajikan dalam Gambar 7. Satu Dasawarsa BPTP NTB 14

10 LEMBAGA KEUANGAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT KELUARGA TANI, LB EKONOMI PETANI KELOMPOK TANI, PELAKU AGRIBISNIS NON PETANI LEMBAGA PEMBELAJARAN PETANI SWAKARSA PELAKU AGRIBISNIS HUMAN WARE LEMBAGA PENYULUHAN PERTANIAN KECAMATAN LEMBAGA AGRIBISNIS PENGATURAN PELAYANAN PERTANIAN MEDIA MASSA/ MEDIA INFORMASI LAIN TECHNO WARE PERGURUAN TINGGI LEMBAGA PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SWASTA BALAI PELATIHAN PERTANIAN DI DAERAH BALAI PENELITIAN PERTANIAN DI DAERAH (BPTP) INFO WARE PENGATURAN PELAYANAN SEKTOR LAIN PASAR Keterangan: = Infrastruktur pemberdayaan SDM Pertanian. = Infrastruktur teknologi dan komponen teknologi. Gambar 7. Inovasi kelembagaan basis pengembangan sistem Agribisnis Satu Dasawarsa BPTP NTB 15

11 Gambar 7 menunjukkan pengembangan agribisnis di provinsi NTB harus didukung oleh infrastruktur pemberdayaan SDM pertanian dan infrastruktur teknologi inovasi pertanian yang tangguh. Infrastruktur tersebut dibangun dengan mesinergiskan semua komponen baik komponen pengaturan, pelayanan, permodalan, pasar, lembaga penyuluhan, lembaga penelitian, pelaku agribisnis, dan lembaga swadaya masyarakat. Peran strategis BPTP dalam sistem agribisnis di NTB Usaha agribisnis merupakan suatu usaha di sektor pertanian yang meliputi usaha subsistem on farm, off farm hulu dan off farm hilir. Posisi petani dan BPTP dalam usaha agribisnis di provinsi NTB disajikan dalam Gambar 8. SUBSISTEM AGRIBISNIS HULU FUNGSI PENYULUHAN SUBSISTEM USAHATANI PELAKU AGRIBISNIS? SUBSISTEM PENGOLAHAN PETANI NON PETANI PRODUK YANG BERDAYA SAING SUBSISTEM PEMASARAN SUBSISTEM JASA FUNGSI PENELITIAN (BPTP) Gambar 8. Posisi BPTP dalam usaha dan sistem agribisnis berkerakyatan. Gambar 8 menunjukkan pelaku utama agribisnis berkerakyatan adalah para petani. Mereka ada yang bergerak dalam usaha agribisnis hulu seperti usaha penangkaran benih ; usaha agibisnis produksi komoditi primer; usaha agribisnis pengolahan hasil seperti penggilingan padi ; usaha agibisnis pemasaran produk-produk pertanian seperti pedagang pengumpul ; dan usaha agribisnis jasa seperti jasa transportasi pertanian. Dalam usaha dan Satu Dasawarsa BPTP NTB 16

12 sistem agribisnis berkerakyatan petani sebagai transformator input menjadi output yang berdaya saing. Proses transformasi input menjadi output yang berdaya saing seperti pada Gambar 9. FARMING SYSTEM ZONE / AGRO ECOSYSTEM ZONE PELAKU AGRIBISNIS ( PETANI ) FUNGSI PENYULUHAN KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI TRANSFORMASI TECHNO WARE INPUT FUNGSI PENELITIAN KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFO WARE HUMAN WARE ORGANO WARE PRODUK YANG BERDAYA SAING Gambar 9. Peran BPTP dalam proses transformasi input menjadi produk yang berdaya saing. Gambar 9 menunjukkan bahwa pada dasarnya para petani merupakan transformator semua input yang diperlukan dalam usaha agribisnis menjadi output agribisnis yang berdaya saing. Dalam proses transformasi tersebut petani memerlukan technoware, infoware, humanware, dan organoware. Para petani mengorganisasikan organoware yang dimiliki, infoware yang dikuasai dengan menggunakan kemampuan organoware yang memadai dan dikelola oleh humanware yang berkualitas maka input agribisnis akan dapat ditransformasikan menjadi output agribisnis yang berdaya saing. Proses transformasi input agribisnis menjadi output agribisnis, diawali dengan proses perencanaan yang menganalisis dan mensintesa organoware yang diperlukan dan infoware yang ada seperti informasi pasar. Hasil sintesis tersebut akan terwujud dalam bentuk alternatif-alternatif usaha agribisnis yang layak. Kalau pasar meminta produk-produk agribisnis dalam jumlah tertentu dan kurun waktu yang tertentu secara teratur, maka permintaan pasar tersebut akan sangat sulit sipenuhi oleh para petani (pelaku agribisnis) secara individual oleh petani kebanyakan di NTB. Karena rata-rata penguasaan lahan relatif sempit sekitar 0, 24 ha. Permintaan pasar tersebut akan dapat dipenuhi kalau ada Satu Dasawarsa BPTP NTB 17

13 kerjasama antar petani yang diwujudkan dalam bentuk kelembagaan tani (organisasi tani) yang tangguh. Dengan demikian kelembagaan tani yang tangguh sangat strategis dalam pengembangan usaha agribisnis berkerakyatan. Dalam usaha agribisnis berkerakyatan, proses perencanaan dan penetapan usaha agribisnis merupakan fase yang paling kritis. Perencanaan usaha agribisnis ditetapkan lebih banyak dengan pertimbangan pengalaman dan keberhasilan para petani lainnya. Produkproduk yang berhasil pada waktu tertentu, akan cenderung diikuti oleh petani-petani lain pada proses produksi periode berikutnya. Pasokan produk tersebut akan melampaui permintaan pasar sehingga harganya menurun drastis. NTP sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani, di NTB dari tahun terus meningkat sampai dengan tahun 1997 (BPS, 1999). Sejak tahun 1998 NTP NTB mulai menurun sampai di bawah 100 pada tahun Hal ini menunjukkan penurunan tingkat kesejahteraan petani di NTB dimulai sejak tahun Pada aras nasional peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dapat dilihat dari persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja pada berbagai sektor. BPS (2000a) menunjukkan bahwa 45,28 % bekerja di sektor pertanian; 12,96 % bekerja di sektor industri; 20,58 % bekerja di sektor perdagangan dan 10,53 % bekerja di sektor lain-lain. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sekitar 16,60 % dalam kurun waktu (Saragih, 2000). Dengan demikian fenomena-fenomena di Jawa Timur, Lampung dan NTB relatif konsisten dengan fenomena-fenomena tingkat Nasional. Uraian tersebut di atas memberikan gambaran bahwa perubahan-perubahan indikator sosialekonomi yang telah terjadi pada aras makro akan berdampak pada kualitas dinamika masyarakat tani di pedesaan. Karena secara umum desa-desa di dunia saat ini sudah relatif terbuka (Popkin, 1986). Satu Dasawarsa BPTP NTB 18

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani VISI KEMENTERIAN PERTANIAN 2015-2019 Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Mengukur KESEJAHTERAAN PETANI EKONOMI Pendapatan, NTP, NTUP NON EKONOMI Terhormat Diperhatikan Dilindungi dibutuhkan

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK Jurnal S. Pertanian 1 (3) : 213 222 (2017) PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 1 Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 Kementerian PPN/ Bappenas ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 47/07/52/Th.IX, 1 Juli 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 75/11/52/Th.IX, 2 November 2015 ANGKA TETAP TAHUN 2014 DAN ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013 DARI USAHA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I)

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I) SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I) Dr. Dewa K. S. Swastika Dr. Bambang Irawan Ir. Herman Supriadi, MS Dr. Edi Basuno Ir. Endang L. Hastuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini bertujuan bagi pemberdayaan petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka, selain itu pembangunan pertanian juga

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN DARI BOJONEGORO UNTUK INDONESIA OLEH : S U Y O T O BUPATI BOJONEGORO (JAWA TIMUR)

MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN DARI BOJONEGORO UNTUK INDONESIA OLEH : S U Y O T O BUPATI BOJONEGORO (JAWA TIMUR) MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN DARI BOJONEGORO UNTUK INDONESIA OLEH : S U Y O T O BUPATI BOJONEGORO (JAWA TIMUR) Disampaikan pada acara : Sidang Regional Dewan Ketahanan Pangan Wilayah Tengah Tahun 2016

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PERTANIAN.

PERTANIAN. PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah negara. Peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan makanan utama merupakan peran strategis terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menjadikan sektor pertanian sebagai basis perekonomiannya. Walaupun sumbangan sektor pertanian dalam sektor perekonomian diukur

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian Analisis Kebijakan 33 Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian Pendahuluan Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012 No. 23/04/35/Th.X, 2 April 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Maret 2012 Turun 0,79 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menopang kehidupan masyarakat Indonesia karena berperan dalam pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 97,22 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Februari 2013 sebesar 97,22

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 20/03/52/Th.VIII, 3 Maret 2014 ANGKA SEMENTARA TAHUN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A. PADI Angka tetap 2012 (ATAP 2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dipenuhi dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara bertahap sektor pertanian diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) Agus Sutikno, SP., M.Si. 1 dan Ahmad Rifai, SP., MP 2 (1) Pembantu Dekan IV Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci