RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009~2014 (REVISI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009~2014 (REVISI)"

Transkripsi

1 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009~2014 (REVISI) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan dan hortikultura memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan capital; penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi; penyerap tenaga kerja; sumber devisa negara; sumber pendapatan; serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan. Berbagai peran strategis pertanian dimaksud sejalan dengan tujuan pembangunan perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan kerja, serta memelihara keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, telah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional melalui pembangunan di sub sektor tanaman pangan dan hortikultura. Dengan potensi sumberdaya lahan yang mencapai hektar, Jawa Timur telah mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya serta memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produksi pangan nasional. Pada tahun 2008, Provinsi Jawa Timur mampu memberikan sumbangan bagi pemenuhan kebutuhan nasional seperti padi 17 persen, jagung 31 persen, kedelai 36 persen, kacang tanah 26 persen, kacang hijau 24 persen, ubi kayu 16 persen, buahbuahan 30 persen, dan sayuran 15 persen. Dihadapkan pada berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta persoalan mendasar sektor pertanian seperti meningkatnya jumlah penduduk, tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, makin terbatasnya sumberdaya lahan, air dan energi, perubahan iklim global, perkembangan dinamis sosial budaya masyarakat, kecilnya status dan luas kepemilikan lahan, masih terbatasnya kemampuan sistem perbenihan dan perbibitan nasional, terbatasnya akses petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, masih rawannya ketahanan pangan dan energi, masih rendahnya nilai tukar petani dan kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait, pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura ke depan menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara lain bagaimana memenuhi kebutuhan pangan serta keseimbangan gizi keluarga, memperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air serta perbenihan dan perbibitan, meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, membuka akses pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah bagi petani/peternak kecil, memperkokoh kelembagaan usaha ekonomi produktif di perdesaan, menciptakan sistem penyuluhan pertanian yang efektif, membudayakan penggunaan pupuk kimiawi dan organik secara berimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah, mengupayakan Tahun 2009~2014 (Revisi) 1

3 adaptasi terhadap perubahan iklim dan pelestarian lingkungan hidup, menciptakan kebijakan harga (pricing policies) yang proporsional untuk produk-produk pertanian khusus, mengupayakan pencapaian Millenium Development Goals (MDG s) yang mencakup angka kemiskinan, pengangguran, dan rawan pangan, memperkuat kemampuan untuk bersaing di pasar global serta mengatasi pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat krisis global, serta memperbaiki citra petani dan pertanian agar kembali diminati generasi penerus. Beberapa kondisi tersebut di atas menuntut pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Timur untuk semakin mengoptimalkan potensi melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha guna meningkatkan daya saing serta meningkatkan pendapatan petani. Untuk itu, perlu adanya strategi dan kebijakan sebagai kerangka pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Timur yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan, yaitu : perpihakan dan pemberdayaan masyarakat, pengembangan peran masyarakat dan pemantapan arah perubahan struktur sosial, ekonomi, budaya yang bersumber pada peran serta masyarakat lokal. Dengan adanya pergeseran peran pemerintah dari posisi sentral dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan ke peningkatan kemandirian daerah melalui pemberian kewenangan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maka disusunlah Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun 2009~2014 (Revisi). Tahun 2009~2014 (Revisi) 2

4 1.2. Tujuan Penyusunan Renstra Renstra Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur tahun 2009~2014 merupakan dokumen perencanaan yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur selama lima tahun kedepan, yaitu tahun 2009~2014. Penyusunan Renstra ini dimaksudkan sebagai arahan strategis pelaksanaan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Timur sesuai visi dan misi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Selanjutnya tujuan disusunnya Renstra Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun 2009~2014 adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pedoman dalam menentukan prioritas dan pengembangan sumberdaya untuk mengoptimalkan kinerja sesuai dengan tugas dan fungsi setiap unit kerja di lingkungan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2. Memudahkan monitoring dan evaluasi baik awal sampai akhir pelaksanaan program, untuk perbaikan pelaksanaan program pembangunan tanaman pangan dan hortikultura mendatang Ruang Lingkup Renstra Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun 2009~2014 secara keseluruhan memuat : 1) Gambaran Umum Pelayanan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2) Isu-isu Strategis berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi, 3) Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan, 4) Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif, serta 5) Indikator Kinerja Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD Provinsi Jawa Timur. Tahun 2009~2014 (Revisi) 3

5 II. GAMBARAN UMUM Gambaran umum kondisi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur yang secara rinci terurai melalui berbagai dukungan potensi maupun kinerja dari pelaksanaan program Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumberdaya Alam Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu dari tiga puluh tiga Provinsi di Indonesia yang terletak pada 7,12-8,48 LS dan ,4 BT, dengan batas-batas wilayah sebelah Utara Laut Jawa, sebelah Timur Selat Bali, Selatan Lautan Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Provinsi Jawa Timur seluas ,57 km² yang terdiri Jawa Timur daratan dan kepulauan Madura. Dengan dua buah sungai besar yang melintasi Jawa Timur, yaitu sungai Brantas (314 km) dan Bengawan Solo (540 km) serta 48 gunung menjadikan Jawa Timur sebagai wilayah strategis pengembangan agribisnis yang potensial. Luas lahan di Jawa Timur secara keseluruhan adalah ha dengan komposisi lahan sawah seluas ha, lahan bukan sawah seluas ha dan lahan bukan pertanian seluas ha secara terinci luas pemanfaatan lahan di Jawa Timur (Gambar 1.). Pemanfaatan lahan pertanian di Jawa Timur meliputi lahan sawah dan lahan kering, lahan sawah terdiri dari sawah irigasi teknis, sawah irigasi ½ teknis, sawah irigasi sederhana, sawah irigasi desa, sawah tadah hujan dan sawah lainnya (polder dan pasang surut). Pemanfaatan lahan sawah irigasi teknis seluas ha, irigasi ½ teknis seluas ha, irigasi sederhana seluas ha, irigasi desa seluas ha dan sawah tadah hujan seluas ha dan sawah lainnya seluas ha. (Gambar 2). Lahan beririgasi teknis sebagian besar terletak di wilayah utara sedangkan sawah tadah hujan yang mempunyai luasan dibawah irigasi teknis Penggunaan Lahan Sawah Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana Irigasi Desa Tadah Hujan Lainnya Total Sawah Gambar 2. Penggunaan Lahan Sawah di Jawa Timur Tahun 2008 (Sumber Dinas PertanianProv. Jatim, 2009) Luas (ha) Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah Lahan Bukan Pertanian T otal Wilayah Propinsi *) Gambar 1. Penggunaan Lahan di Jawa Timur Tahun 2008 (Sumber Dinas PertanianProv. Jatim, 2009) Tahun 2009~2014 (Revisi) 4

6 mayoritas berada di wilayah selatan. Jenis pemanfaatan lahan kering di Jawa Timur meliputi pekarangan, tegal ladang, hutan dan lainnya. Lahan kering berupa pekarangan dan tegal merupakan wilayah paling luas di Jawa Timur, yaitu seluas hektar. Pemanfaatan lahan kering di Jawa Timur sebagian besar merupakan tegal seluas ha atau 60 persen, dan perkebunan seluas ha atau 11,09 persen, seperti pada Gambar 3. Lahan pertanian yang dimiliki dan dikuasai petani di Jawa Timur berdasarkan hasil sensus pertanian tahun 2003 seluas hektar yang terdiri dari luas lahan yang dimiliki petani Ha (45,79 persen) dan yang dikuasai petani seluas Ha (54,21 persen). Jumlah Rumah Tangga petani gurem sebanyak KK dimana rata-rata pemilikan lahan tiap kepala keluarga hanya 0,36 hektar. Jumlah Rumah Tangga yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar sebanyak KK (72,98 persen), memiliki lahan 0,5 hektar sampai kurang dari 1 hektar sebanyak KK (19,05 persen), memiliki lahan 1 hektar sampai kurang dari 3 hektar sebanyak KK (7,21 persen) dan memiliki lahan diatas 3 hektar hanya mencapai KK atau 0,76 persen. Sempitnya pemilikan lahan petani sebagai lahan garapan milik petani menyebabkan rendahnya skala usaha petani sehingga mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan biaya produksi antara lain : penggunaan pupuk, alsintan, tenaga kerja pertanian dan lain sebagainya. Rendahnya keuntungan yang diterima petani dalam berusahatani menyebabkan terjadinya mutasi tenaga kerja pertanian ke sektor non pertanian seperti industri, perdagangan dan jasa di perkotaan bahkan keluar negeri. Disamping terjadi mutasi tenaga kerja, juga terjadi mutasi lahan pertanian, yaitu alih fungsi lahan pertanian ke industri, bangunan dan lainnya. Selama lima tahun terakhir (2004 s/d 2008) rerata per tahun alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian seluas 942 ha (33,7 persen), industri seluas 523,4 ha (18,7 persen), prasarana seluas 121,8 (4,4 persen), lahan kering seluas 172,2 ha (6,2 persen) perkebunan seluas 252,8 ha (9,0 persen), tambak seluas 618,6 ha (22,1 persen) dan pemanfaatan lain-lain seluas 167,2 ha (6,0 persen). Luas Prosentase No. Pemanfaatan Lhn Kering (ha) (%) 1 Tegal / Kebun ,44 2 Ladang ,65 3 Perkebunan ,09 4 Ditanami Phn ,40 5 T a m b a k ,43 6 Empang ,23 7 Padang Rumput ,23 8 Smntr tdk diusahakan ,66 9 Lainnya ,87 Jumlah ,00 Sumber : Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2008 Smntr tdk Lainnya diusahakan 14,87% 0,66% Padang Rumput Empang 0,23% 1,23% Tabel 1. Mutasi Lahan Sawah menjadi Non Sawah Propinsi Jawa Timur (Tahun ) Berubah Perubahan Sawah menjadi non sawah Rerata menjadi (ha) Bangunan 872, ,8 348, ,5 406,5 942,0 Industri 344,6 529,5 797,5 325,0 620,6 523,4 Prasarana 141,0 106,7 50,2 297,1 14,1 121,8 Lahan kering 190,0 382,9 148,0 122,0 18,0 172,2 Perkebunan 863,1 264,7 54,7 66,7 14,7 252,8 Tambak 1.720,1 75,0 100, ,2 0,5 618,6 Lain-lain 228,1 253,3 59,0 295,5-167,2 Tegal / Kebun 60,44% Perkebunan 11,09% Ditanami Phn 5,40% T a m b a k 2,43% Ladang 3,65% Gambar 3. Pemanfaatan Lahan Kering Jawa Timur, 2008 (Sumber Dinas PertanianProv. Jatim, 2009 Tahun 2009~2014 (Revisi) 5

7 Jumlah 4.359, , , , , ,0 Sumber : Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2008, (Tahun 2008 sebanyak 20 kabupaten, tahun 2007 sebanyak 18 kabupaten) Beralihnya fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang tidak diimbangi pembangunan irigasi akan mempengaruhi perkembangan areal pertanaman pertanian yang kemudian menjadi kendala bagi peningkatan ketahanan pangan di Jawa Timur. Luas lahan sawah irigasi teknis pada tahun 2008 mengalami mutasi menjadi non sawah seluas 66 ha, keadaan ini mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2005 yaitu sebesar ha. Pada lahan sawah irigasi ½ teknis perubahan menjadi non sawah seluas 28,96 ha yang menunjukkan penurunan dibandingkan tahun Sedangkan untuk lahan sawah irigasi sederhana selama tahun 2008 mengalami mutasi lahan seluas 37 ha, sawah tadah hujan seluas 739,9 ha. dan sawah irigasi sederhana mencapai 240 ha. Beberapa upaya pengendalian laju perubahan fungsi lahan persawahan menjadi non persawahan yaitu : a) penetapan tata ruang, sehingga pemanfaatan lahan untuk bangunan/perumahan dan industri diarahkan di daerah-daerah yang kurang subur dan pengairannya kurang baik, b) meningkatkan fungsi dan peran serta tanggung jawab kelompoktani HIPPA melalui penyuluhan, pelatihan serta pembinaan kelompok dalam pengelolaan usahataninya serta pengembangan TGA ditingkat usahatani, c) pengembangan dan optimalisasi pemanfaatan lahan tadah hujan dengan mengembangkan pompa air dan potensi air tanah dangkal yang ada disuatu daerah atau sumber air lainnya. Penggunaan lahan di Jawa Timur tidak mengalami banyak perubahan akan tetapi dengan meningkatnya jumlah penduduk akan mempengaruhi luas kepemilikan lahan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pergeseran penguasaan lahan pertanian dari petani kepada non petani. Nampaknya yang harus menjadi perhatian adalah semakin menyempitnya penguasaan lahan akan semakin sempit skala usaha tani dan akan semakin kecil hasil usaha yang diperolehnya Keragaaan Sumberdaya Manusia Pertanian Tantangan Jawa Timur untuk memantapkan sektor pertanian terkait dengan dinamika lingkungan strategi domestik yaitu reformasi pembangunan yang mengarah pada transparansi, demokratisasi, partisipasi, otonomi daerah dan good governance serta tantangan lingkungan internasional dalam berkompetisi di pasar bebas. Dengan tantangan yang sekaligus merupakan peluang bagi Jawa Timur dalam meningkatkan pembangunan pertanian maka Sumberdaya Manusia pertanian baik aparat maupun petani perlu ditingkatkan, tetapi jumlah aparat pertanian yang tersedia masih kurang memadai dan belum mencerminkan struktur piramida. Tabel 2. Jumlah Aparat Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur 2008 No Golongan Jumlah Persentase (Orang) (%) 1 Gol IV 78 6,45 2 Gol III ,29 3 Gol II ,87 4 Gol I 29 2,40 Jumlah ,00 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2008 Tahun 2009~2014 (Revisi) 6

8 Jumlah aparat Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur sebanyak orang yang terdiri dari golongan IV sebanyak 78 orang atau (6,45 persen), golongan III sebanyak 790 orang atau (65,29 persen), golongan II sebanyak 313 orang atau (25,87 persen), dan golongan I sebanyak 29 orang atau (2,40 persen). Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, meliputi lulusan Pasca Sarjana (S2) sebanyak 49 orang (4,05 persen), Sarjana (S1) 394 orang (32,56 persen), Sarjana Muda/Diploma III 14 orang (1,16 persen), Diploma I sebanyak 325 orang (26,86 persen), SLTA 345 orang (28,51 persen) SMTP 34 orang (2,81 persen) dan lulusan SD 49 orang (4,05 persen). Komposisi pegawai terdiri dari Pejabat Struktural 39 orang yang terdiri dari 1 orang Eselon II, Eselon III 12 orang, Eselon IV 26 orang sedangkan untuk jabatan Fungsional 736 orang terdiri dari Pengawas Benih Tanaman (PBT) 101 orang, Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) 609 orang, Penyuluh Pertanian 7 orang, Widyaiswara 8 orang, Perencana 2 orang, Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) 9 orang. Selain itu terdapat tenaga honorer sebanyak 32 orang. Kelompok tani sebagai subyek pembangunan pertanian terbentuk berdasarkan keakraban dan keserasian serta kebersamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Di Jawa Timur, jumlah kelompoktani seluruhnya sebanyak kelompok dan saat ini telah terbentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sejumlah Diharapkan ke depan, semua kelompok tani akan tergabung dalam Gapoktan Peran Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan dalam Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indikator utama untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Timur salah satunya adalah melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur pada tahun 2008 secara kumulatif mencapai 5,09 persen dan menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 6,11 persen. Di Sektor pertanian, tercatat pertumbuhan tahun 2008 sedikit melambat pada triwulan IV meskipun secara umum masih tergolong tinggi dibanding kinerja di triwulan-triwulan sebelumnya. Kinerja sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan angka pertumbuhan sebesar 2,70 persen pada tahun 2008 dan ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar 1,64 persen. Memperhatikan peran Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), PDRB Tahun 2008 mencapai Rp ,00 meningkat sebesar Rp ,00 dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp ,00 atau mengalami pertumbuhan sebesar 13,76 persen. Apabila PDRB Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan dibandingkan dengan PDRB ADHB Jawa Timur yang mencapai Rp ,00, maka konstribusi yang diberikan sebesar 8,76 persen (Tabel 3). Tahun 2009~2014 (Revisi) 7

9 Tabel 3. Angka PDRB Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kontribusi Bhn No. Tahun Bahan Makanan (x Rp. Juta) Pertanian (x Rp. Juta) Provinsi Jawa Timur (x Rp. Juta) Makanan thd Jatim (%) , , ,33 10, , , ,45 9, , , ,61 9, , , ,96 8, *) , , ,24 8,76 Pertumbuhan 5 Thn (%) 11,95 14,41 16,08 (3,55) Perkembangan (%) 13,76 14,77 15,72 (1,68) Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2009 Peningkatan PDRB pertanian Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) ini masih dipengaruhi oleh harga barang dan jasa, sehingga untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi diukur dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 yang benar-benar murni disebabkan kenaikan produksi seluruh sektor pendukung. Tabel 4. Angka PDRB Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kontribusi No. Tahun Bahan Makanan (x Rp. Juta) Pertanian (x Rp. Juta) Provinsi Jawa Timur (x Rp. Juta) Bhn Makanan thd Jatim (persen) , , ,17 10, , , ,79 9, , , ,68 9, , , ,92 8, *) , , ,10 8,76 Pertumbuhan 5 thn (%) 1,82 3,35 5,92-3,51 Perkembangan (%) 2,7 3,12 5,94-1,68 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2009 Pada Tabel 4. terlihat bahwa kontribusi tabama dalam angka PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2008 mencapai Rp ,- dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar Rp ,00, artinya telah terjadi peningkatan sebesar Rp ,- atau mengalami pertumbuhan ekonomi dari sub sektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 2,70 persen. Apabila dibandingkan dengan PDRB ADHK Jawa Timur yang tahun 2008 mencapai Rp ,00 maka kontribusi sub sektor Tanaman Bahan Makanan mencapai 8,76 persen Kesejahteraan Petani dan Penduduk Perdesaan Kinerja program pembangunan pertanian di Jawa Timur terlihat pada angka pertumbuhan ekonomi di pedesaan yang tercermin dalam kemampuan konsumsi masyarakat Jawa Timur disektor pertanian yang perubahan peningkatannya dikonfirmasi oleh indikator kesejahteraan petani berupa Nilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan pengukur kemampuan Tahun 2009~2014 (Revisi) 8

10 indeks Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur tukar dari produk pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian dalam kurun waktu tertentu (1 tahun). Variabel yang sering digunakan sebagai indikator kesejahteraan petani adalah indeks Nilai Tukar Petani (NTP), yakni indeks rasio harga yang diterima dengan harga yang dibayar oleh rumah tangga tani. Rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Januari-Desember 2008 mengalami kenaikan sebesar 0,91 persen, dari 113,12 pada 2007 menjadi 114,15. Kenaikan tersebut disebabkan kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (14,40 persen) lebih besar daripada kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (13,36 persen). Kenyataan ini menunjukkan, rata-rata kesejahteraan petani periode Januari-Desember 2008 secara umum lebih baik dibanding Selama 2008, NTP Jawa Timur umumnya lebih tinggi dibanding bulan yang sama pada 2007, kecuali bulan Maret dan Desember. Nilai Tukar Petani terendah terjadi pada Maret 2008, yakni sebesar 112,64. Sedangkan NTP tertinggi terjadi pada bulan September, yaitu 115,78. Jika dilihat dari besarnya perubahan, kenaikan NTP tertinggi terjadi pada Juli 2008, sebesar 1,26 persen, karena kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (3,08 persen) lebih besar dibanding kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (1,08 persen). Penurunan NTP tertinggi terjadi pada Maret 2008, sebesar 0,68 persen, karena kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (0,33 persen) lebih kecil dibanding kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (1,02 persen). Besaran NTP > 100, berarti petani mengalami surplus, dimana harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Sehingga pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya. Sedangkan apabila NTP = 100, berarti petani mengalami impas/break even dimana kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsinya sehingga tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan. Demikian pula apabila NTP < 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya dan tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahtaraan petani pada periode sebelumnya. Perkembangan NTP selama lima tahun terakhir adalah sebagaimana pada Gambar 4. Selain menunjukan bahwa semakin tinggi NTP berarti semakin tinggi pula daya beli petani di pedesaan, angka NTP juga menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibanding produk lain. Karenanya perlu dapat dilakukan upaya spesialisasi produk dan peningkatan kualitas produk pertanian. 120,00 115,00 110,00 105,00 100,00 95,00 90,00 NTP Jawa Timur NTP Jawa Timur 105,02 105,53 111,68 113,15 98,36 Gambar 4. Perkembangan NTP Jawa Timur, Tahun 2004 ~ Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2009~2014 (Revisi) 9

11 Selama 5 (lima) tahun terakhir, kinerja Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur melalui pelaksanaan program pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura tampak dari capaian luas panen, produktivitas dan produksi sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 5. Perkembangan Produktivitas Tanaman Pangan di Jawa Timur Tahun Komoditas Produktivitas (Ku/Ha) Pertumbuhan (persen) Padi 53,05 53,18 53,38 54,16 59,02 2,76 Jagung 36,21 36,47 36,49 36,86 40,88 3,17 Kedelai 12,92 13,12 12,99 12,63 12,79-0,24 Kc. Tanah 11,79 11,59 11,75 11,77 11,87 0,18 Kc. Hijau 10,77 10,82 11,08 11,18 11,46 1,57 Ubi Kayu 159,48 158,83 158,28 153,29 160,34 0,17 Ubi Jalar 110,66 108,83 108,94 107,20 99,31-2,63 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009 (ATAP BPS) Tabel 6. Perkembangan Produksi Tanaman Pangan di Jawa Timur Tahun Komoditas Produksi (Ton) Pertumbuhan (persen) Padi ,96 Jagung ,61 Kedelai ,71 Kc. Tanah ,03 Kc. Hijau ,66 Ubi Kayu ,70 Ubi Jalar ,53 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009 (ATAP BPS) Tabel 7. Perkembangan Produktivitas Hortikultura Utama di Jawa Timur Tahun Komoditas Produktivitas (Ku/Ha) Pertumbuhan (persen) Mangga 45,20 50,44 49,20 48,86 45,46 0,37 Jeruk Keprok 33,21 32,03 20,80 39,20 21,82 1,38 Pisang 16,75 14,25 16,35 16,81 17,30 1,38 Durian 78,05 92,42 76,47 94,71 85,28 3,76 Manggis 34,95 51,06 58,69 85,48 48,21 15,77 Apel 20,88 24,10 40,31 18,93 17,45 5,46 Cabe Merah 5,28 5,47 6,91 7,86 6,71 7,26 Bw. Merah 8,96 9,13 10,71 9,02 9,94 3,41 Kentang 14,50 13,17 14,01 13,33 13,81-1,01 Kubis 16,78 17,17 19,37 19,00 18,86 3,12 Tomat 14,05 12,78 11,45 24,99 12,96 12,67 Anggrek 1,19 2,60 2,16 3,00 3,00 35,11 Sd. Malam 1,70 7,56 5,89 11,00 9,00 97,80 Jahe 1,39 1,20 1,05 1,10 1,50 3,74 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009 (produktivitas : Buah-2an dlm Kg/pohon atau kg/rumpun, Sayuran dalam Ton/Ha, tan hias dlm tangkai/m2, tan. Obat dlm kg/m2) Tabel 8. Perkembangan Produksi Hortikultura Utama di Jawa Timur Tahun Komoditas Produksi (Ton) Pertumbuhan (persen) Mangga ,36 Jeruk Keprok ,75 Pisang ,70 Durian ,41 Manggis ,77 Apel ,44 Cabe ,72 Bw. merah ,87 Kentang ,30 Tahun 2009~2014 (Revisi) 10

12 Kubis ,20 Tomat ,43 Anggrek ,27 Sd. malam ,17 Jahe ,37 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009 Keterangan : Satuan produksi : Buah-2an dan sayuran dlm ton, Tan hias dlm tangkai, Tan. Obat dlm kg Tahun 2009~2014 (Revisi) 11

13 2.6. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur seusai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 91 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut : 1. Dinas Pertanian dipimpin oleh seorang kepala dinas, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. 2. Dinas Pertanian mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pertanian. 3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dinas Pertanian, menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian, b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pertanian, c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya, d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur. Selanjutnya, susunan organisasi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur terdiri atas : 1. Kepala Dinas 2. Sekretariat, membawahi: a. Sub Bagian Tata Usaha, b. Sub Bagian Penyusunan Program, c. Sub Bagian Keuangan. 3. Bidang Produksi Tanaman Pangan, membawahi : a. Seksi Padi b. Seksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, c. Seksi Serealia lainnya. 4. Bidang Produksi Hortikultura, membawahi : a. Seksi Buah-buahan, b. Seksi Sayuran, c. Seksi Tanaman Hias dan Biofarmaka. 5. Bidang Sarana Prasarana, membawahi : a. Seksi Sarana Produksi, b. Seksi Pendayagunaan Lahan dan Air, c. Seksi Pembiayaan dan Permodalan. 6. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil, membawahi a. Seksi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil, b. Seksi Pemasaran hasil, c. Seksi Pengembangan Usaha. 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas. 8. Kelompok Jabatan Fungsional. Tahun 2009~2014 (Revisi) 12

14 Unit Pelaksana Teknis (UPT) merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur yang melaksanakan tugas-tugas teknis opersional di lapangan. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 128 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur terdiri : 1. UPT Pengembangan Benih Padi 2. UPT Pengembangan Benih Palawija 3. UPT Pengembangan Benih Hortikultura 4. UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 5. UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura 6. UPT Pendidikan dan Pelatihan Pertanian, dan 7. UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Tahun 2009~2014 (Revisi) 13

15 III. ISU-ISU STRATEGIS Persoalan ketersediaan pangan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan dapat menyebabkan terganggunya ketahanan pangan, sehingga dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi maupun gejolak politik. Di satu sisi, kita mengetahui bahwa pertumbuhan penduduk cenderung mengikuti deret ukur, namun di sisi lain pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung. Hal ini berarti krisis pangan akan benar-benar terjadi manakala tidak ada upaya upaya yang serius untuk memperbaiki struktur produksi pangan. Kewaspadaan pangan merupakan upaya yang bersifat preventif dan kesinambungan, meliputi kegiatan yang mewaspadai timbulnya kerawanan pangan dan gizi, kelaparan, keamanan dan mutu pangan, serta merumuskan langkah langkah antisipasi dan penanggulangannya. Beberapa isu strategis yang mendesak untuk ditangani di Provinsi Jawa Timur adalah: 1. Tingkat kemiskinan di Jawa Timur Tahun 2008 sesuai RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 ~ 2014 masih cukup tinggi, yaitu sekitar 18,51 persen pada tahun 2008 (6,65 juta jiwa). Sekitar 65,26 persen dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar; 2. Rendahnya Kesejahteraan Petani dan Nelayan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) masih dibawah 100, terutama pada subsektor tanaman pangan pada 2008 mencapai 93,30 sedangkan untuk subsektor hortikultura mencapai 97,00; 3. Kelembagaan petani yang lemah, karena rendahnya kualitas sumber daya manusia petani, ditambah tidak ada atau tidak berfungsinya lembaga petani dan lembaga pendukung pertanian di pedesaan terutama lembaga penyuluhan yang kurang berfungsi sehingga menurunkan efektivitas pembinaan, penerapan teknologi dan efisiensi usaha, hal ini membuat posisi tawar petani menjadi semakin lemah; 4. Lemahnya akses petani terhadap permodalan, dan terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida, alsintan) pendukung pengembangan sistem agribisnis; 5. Upaya peningkatan produksi pangan di Jawa Timur masih rentan terhadap isu pemanasan global yang berdampak terjadinya fenomena iklim. Fenomena iklim sendiri disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang salah satunya dihasilkan dari aktivitas pertanian, sementara disisi lain ketersediaan pangan kita juga masih sangat dipengaruhi oleh dampak fenomena iklim seperti perubahan pola tanam, eksplosi hama dan penyakit tanaman; 6. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian serta terjadinya degradasi sumberdaya alam; 7. Petani umumnya menjual produknya dalam bentuk segar yang mudah rusak dan tidak dapat disimpan lama sehingga posisi tawar petani menjadi lemah terhadap pedagang/tengkulak yang dapat menentukan harga yang diterima petani karena belum Tahun 2009~2014 (Revisi) 14

16 adanya linkage antara sektor pertanian dan sektor industri sehingga nilai tambah bagi petani masih rendah; 8. Terjadinya fluktuasi harga produk pertanian yang dikarenakan ketersediaan bahan pangan tidak kontinyu sepanjang tahun serta lemahnya tata niaga produk pertanian dan panjangnya rantai distribusi produk pertanian yang menyebabkan pemasaran menjadi inefisien dan merugikan petani. Tahun 2009~2014 (Revisi) 15

17 IV. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA 4.1. Visi Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sesuai dengan perkembangan perekonomian serta tuntutan kebutuhan masyarakat, diperlukan manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani dalam memanfaatkan peluang, maka dirumuskan Visi: "Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah dan kesejahteraan petani 4.2. Misi Upaya untuk mewujudkan visi tersebut, perlu ditetapkan misi dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : (1) kinerja program sebelumnya; (2) potensi Jawa Timur seperti sumber daya alam, sumber daya manusia dan tersedianya teknologi produksi; serta (3) dukungan pemerintah. Misi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur adalah, sebagai berikut : 1) Mewujudkan sistem agribisnis tanaman pangan dan hortikultura yang berkelanjutan dan efisien serta berwawasan lingkungan; 2) Mewujudkan keseimbangan agroekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan; 3) Mewujudkan peningkatan produksi dan mutu produk tanaman pangan dan hortikultura sebagai bahan baku industri Tujuan 1. Mewujudkan sistem agribisnis tanaman pangan dan hortikultura unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal; 2. Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan; 3. Meningkatkan nilai tambah produk pertanian tanaman pangan dan hortikultura, pendapatan dan kesejahteraan petani Sasaran Memperhatikan potensi, peluang, prospek pengembangan dan teknologi yang tersedia serta besarnya permintaan masyarakat untuk memenuhi berbagai permintaan, maka sasaran strategis Pembangunan Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur sebagai berikut: 1) Peningkatan penerapan teknologi budidaya yang baik dan ramah lingkungan (aman bagi pekerja, aman terhadap lingkungan dan aman dikonsumsi). Tahun 2009~2014 (Revisi) 16

18 Tabel 9. Luas Areal Tanaman Pangan Dan Hortikultura yang Menerapkan Pengendalian Hama Terpadu, Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Good Agriculture Practices (hektar) Provinsi Jawa Timur Tahun Indikator Kinerja Luas areal tanaman pangan dan hortikultura yang menerapkan Pengendalian Hama Terpadu, Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Good Agriculture Practices 1. Pengendalian Hama Terpadu (ha) - Hortikultura Tanaman Pangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (ha) - Padi Jagung Kedelai Good Agriculture Practices (ha) - Buah-buahan 4,0 4,5 5,5 15,5 16,5 17,5 - Sayuran 0,1 0,1 0,2 0,8 0,8 0,8 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, ) Peningkatan luas panen (ha), produksi (ton), produktivitas (ku/ha) tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Timur Tabel 10. Sasaran Luas Panen Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur Tahun Komoditas Padi (ha) Jagung (ha) Kedelai (ha) Kacang Tanah (ha) Kacang Hijau (ha) Ubi Kayu (ha) Ubi Jalar (ha) Sayuran (ha) Buah-Buahan (pohon) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2009 Tabel 11. Sasaran Produktivitas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur Tahun Komoditas Padi (ku/ha) 63,69 63,73 64,47 65,22 66,02 66,84 Jagung (ku/ha) 44,44 46,66 49,28 50,31 52,88 54,51 Kedelai (ku/ha) 15,10 15,86 19,81 20,26 21,33 22,02 Kacang Tanah (ku/ha) 15,70 16,49 17,35 17,48 17,78 18,17 Kacang Hijau (ku/ha) 14,79 15,53 15,60 15,67 15,82 15,96 Ubi Kayu (ku/ha) 175,22 183,98 188,91 192,73 202,47 208,59 Ubi Jalar (ku/ha) 104,13 109,34 116,68 118,25 119,84 121,46 Sayuran (ku/ha) 105,00 112,42 117,04 121,85 126,86 132,08 Buah-Buahan (kg/pohon) 26,10 26,28 26,92 27,58 28,26 28,95 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2009 Tahun 2009~2014 (Revisi) 17

19 Tabel 12. Sasaran Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur Tahun Komoditas Padi (ton) Jagung (ton) Kedelai (ton) Kacang Tanah (ton) Kacang Hijau (ton) Ubi Kayu (ton) Ubi Jalar (ton) Sayuran (ton) Buah-Buahan (ton) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, ) Tersedianya benih tanaman pangan dan hortikultura yang bersertifikat dan memenuhi sesuai syarat 6 tepat (tepat jenis, jumlah, mutu, lokasi, waktu, harga). Tabel 13. Sasaran Jumlah benih Tanaman Pangan dan Hortikultura yang Bersertifikat Provinsi Jawa Timur Tahun Indikator Kinerja Jumlah produksi benih tanaman pangan dan hortikultura bersertifikat - Padi (ton) Jagung (ton) Kedelai (ton) Sayuran (kg) Buah-buahan (batang) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, ) Peningkatan kualitas produk tanaman pangan dan hortikultura yang berdaya saing tinggi untuk mencukupi pasar domestik dan ekspor sehingga meningkatkan pendapatan petani. Tabel 14. Sasaran Peningkatan jumlah produk hortikultura yang telah menerapkan GAP dan telah bersertifikat prima 3 Tahun Indikator Kinerja Jumlah produk hortikultura yang menerapkan GAP dan telah bersertifikat prima Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Analisis Strategi Strategi pembangunan daerah Provinsi Jawa Timur bertumpu pada pemberdayaan rakyat dan menempatkan strategi pro-poor sebagai prioritas utama untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat, seperti hak atas pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, pekerjaan, secara merata, berkualitas, dan berkeadilan. Revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan, serta usaha mikro dan kecil Tahun 2009~2014 (Revisi) 18

20 menjadi ujung tombak penting, karena sebagian besar penduduk Jawa Timur menggantungkan nafkah hidup mereka pada sektor tersebut. Pemerataan pendapatan, melalui revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan, pengembangan infrastruktur pedesaan, akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja, sehingga pada gilirannya dapat mengentas penduduk miskin. Dengan adanya pemerataan, maka akan tercipta landasan lebih luas bagi pertumbuhan, dan akan menjamin pertumbuhan berkelanjutan. Berdasarkan isu strategis saat ini serta hasil identifikasi potensi, peluang, maupun permasalahan bidang pertanian untuk lima tahun kedepan, maka dapat ditetapkan kebijakan dan strategi pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura melalui identifikasi dan analisis potensi, peluang, dan permasalahan sebagai berikut : a. Potensi dan Peluang Potensi utama Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur adalah keberadaan kelembagaannya berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur yang menyatakan : 1) Kedudukan, Dinas Pertanian dipimpin oleh seorang kepala dinas, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah; 2) Dinas Pertanian, mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pertanian; 3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pertanian, menyelenggarakan fungsi : a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian; b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di Bidang pertanian ; c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup Tugasnya ; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur. Selain Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008, didalam melaksanakan tugasnya, Dinas Pertanian juga diperkuat dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 128 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 91 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Kekuatan lainnya yang mendukung Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidang pertanian adalah : 1. Dukungan kebijakan dan regulasi bidang pertanian; 2. Dukungan sumber daya alam dan sumber daya manusia pertanian serta teknologi dibidang pertanian yang memadai; 3. Dukungan pendanaan terhadap pelaksanaan program; 4. Tersedianya Teknologi Informasi; Tahun 2009~2014 (Revisi) 19

21 5. Pencapaian pelaksanaan program sebelumnya seperti : a) kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur; b) kontribusi produksi tanaman pangan dan hortikultura terhadap nasional. Sejalan dengan potensi tersebut, Dinas Pertanian juga memiliki sejumlah peluang yang bila dimanfaatkan secara maksimal akan dapat mendukung kinerjanya. Potensi dan peluang yang dimiliki sesuai dengan peran dan fungsi adalah sebagai berikut: 1. Pasar Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura terbuka luas; 2. Adanya kerjasama dengan beberapa negara lain; 3. Adanya dukungan stake holder; 4. Peluang investasi dibidang agroindustri dan agribisnis cukup besar; 5. Tersedianya fasilitas permodalan dari Bank/Lembaga Keuangan non-bank; 6. Berkembangnya pola kemitraan dalam usaha agribisnis antara petani/kelompok tani dengan pengusaha/ produsen; 7. Terdapat kesenjangan antara produksi potensial dan aktual. b. Permasalahan dan Tantangan Selain memiliki potensi dan peluang, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur juga menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan. Sebagai pertimbangan penting dalam perumusan Renstra Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun , beberapa permasalahan yang merupakan kelemahan selama ini dan teridentifikasi untuk lima tahun kedepan sebagai berikut : 1. Lemahnya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta kecenderungan pola pikir parsial dalam pelaksanaan program; 2. Masih adanya kegiatan yang bersifat top down dan tidak konsistennya dalam implementasi kegiatan; 3. Kebijakan ekonomi makro yang kurang mendukung pembangunan pertanian; 4. Kurang kondusifnya iklim usaha menyebabkan investasi dibidang pertanian rendah; 5. Ketergantungan petani terhadap bantuan pemerintah; 6. Masih belum optimalnya pelayanan publik terhadap pelaku agribisnis; 7. Masih adanya permasalahan yang dihadapi petani karena keterbatasan diluar rentang kendali program; 8. Infra struktur dibidang pertanian masih terbatas; 9. Rendahnya daya saing produk-produk pertanian; 10. Tingkat kehilangan hasil (losses) yang masih cukup tinggi; 11. Masih adanya ketimpangan dalam ekspor-impor produk-produk pertanian dalam bentuk isu lingkungan, hambatan masuk/entry barier; 12. Meningkatnya impor komoditas pertanian dengan kualitas yang lebih baik dan harga relatif murah; 13. Rusaknya sumber daya alam dan lingkungan akibat eksploitasi yang berlebihan; Tahun 2009~2014 (Revisi) 20

22 14. Masih tingginya intensitas serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Anomali Iklim. Bertitik tolak pada hasil identifikasi dan analisis potensi, peluang, dan permasalahan lingkungan organisasi, maka ditetapkan 5 (lima) Strategi Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur sebagai berikut : 1. Mewujudkan keberadaan organisasi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur yang mantap didukung ketersediaan sumber daya pertanian dalam mengembangkan komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam melalui pengembangan sumber daya manusia dan teknologi dalam pengembangan komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 3. Pemberdayaan kelembagaan agribisnis secara optimal dengan didukung kebijakan pemerintah untuk mengembangkan komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 4. Optimalisasi pemanfaatan dan penyediaan sarana prasarana untuk pengembangan komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 5. Menumbuhkan agroindustri perdesaan yang berbasis sumberdaya lokal di sentra-sentra produksi sesuai permintaan pasar. Dari 5 (lima) strategi tersebut diatas, maka ditetapkan Strategi Utama Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur, yaitu : Pemberdayaan petani, mendorong peran pemangku kepentingan, mengoptimalkan sumberdaya pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani 4.6. Kebijakan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Pembangunan tanaman pangan dan hortikultura harus merupakan holistic policy, baik secara vertikal maupun horizontal. Untuk itu, dibutuhkan integrasi maupun sinkronisasi program, baik antar-tingkatan pemerintahan maupun koordinasi antar-lembaga/unit satuan kerja dan dunia usaha beserta organisasi profesi lainnya. Secara umum, Kebijakan Pembangunan Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur diarahkan untuk : 1. Optimalisasi sumberdaya alam yang berkelanjutan; 2. Peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas hasil; 3. Peningkatan pendapatan petani. Untuk mewujudkan arah kebijakan pembangunan tanaman pangan dan hortikultura ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengembangkan usaha pertanian melalui pendekatan pengembangan kawasan agribisnis berkelanjutan; 2. Meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil tanaman pangan dan hortikultura melalui penerapan teknologi, dan perluasan areal tanam, serta pengamanan produksi ; 3. Memperkuat kelembagaan pertanian untuk meningkatkan akses petani terhadap sarana produksi, sumber permodalan dan sumber teknologi. Tahun 2009~2014 (Revisi) 21

23 Arah kebijakan tersebut diimplementasikan kedalam Program Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura sebagai berikut : 1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/ Perkebunan); 3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan; 4. Pengembangan Agribisnis; 5. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan; 6. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan. Tahun 2009~2014 (Revisi) 22

24 V. PROGRAM, KEGIATAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan tanaman pangan dan hortikultura meliputi program peningkatan kesejahteraan petani, program peningkatan ketahanan pangan, program pengembangan agribisnis, dan program pengembangan kawasan agropolitan. 5.1 Program Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas dan daya saing masyarakat pertanian, terutama petani yang tidak dapat menjangkau akses terhadap sumber daya usaha pertanian. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara lain, pada: a. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis; b. Anti Poverty Program (APP) Bidang Pertanian Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Program ini bertujuan memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara lain, pada : a. Antisipasi bencana alam dan gangguan iklim terhadap produktivitas dan produksi tanaman pangan dan hortikultura; b. Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Petani; c. Pengembangan Jaringan Irigasi Usahatani, desa (JITUT, JIDES); d. Pengembangan Pupuk Organik; e. Pengembangan Usaha Pertanian; f. Identifikasi, Monitoring, dan penyebaran informasi program pertanian; g. Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; h. Pengelolaan data statistik tanaman pangan dan hortikultura; i. Pengembangan Teknologi Pertanian; j. Pengembangan Tanaman Pangan; k. Pendidikan Kemasyarakatan Produktif dalam rangkan Pengembangan Tanaman Pangan Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian dan perkebunan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian pangan nasional, serta peningkatkan ekspor non-migas. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara lain, pada : a. Pembinaan dan Pengembangan Hortikultura; Tahun 2009~2014 (Revisi) 23

25 b. Pengembangan Produksi benih hortikultura; c. Pengembangan Produksi benih padi; d. Pengembangan produksi benih palawija; e. Sertifikasi bibit unggul pertanian Program Pengembangan Agribisnis Program ini bertujuan memfasilitasi pengembangan usaha agrobisnis yang mencakup usaha di bidang pertanian hulu, on farm (budi daya), hilir (agroindustri), dan usaha jasa pendukungnya yang kuat dan terpadu. Agrobisinis lebih ditekankan pada kegiatan perdagangan, sedangkan agroindustri merupakan kegiatan pengolahan hasil pertanian. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara lain, pada: a. Pengembangan sistem agribisnis melalui Cooperatif Farming; b. Pengembangan kualitas dan mutu produk melalui Sistem Good Agricultural Practices (GAP); c. Peningkatan penanganan pasca-panen dan pengolahan hasil; d. Peningkatan Standar Mutu Produk; e. Peningkatan Pemasaran Produk-produk Komoditas; f. Pengembangan Kerjasama antar Daerah; g. Optimalisasi Unit Pelayanan Teknis Daerah; h. Pengembangan PUSPA Lebo-Sidoarjo; i. Pendidikan Kemasyarakatan Produktif dalam rangka Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura; j. Pendidikan Kemasyarakatan Produktif dalam rangka Penerapan GAP pada Hortikultura Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Program ini bertujuan memfasilitasi pengembangan dan pemantapan kawasan agropolitan berbasis komoditas unggulan lokal yang dikembangkan melalui mata rantai agrobisnis hulu, on farm (budi daya), hilir (agroindustri), dan usaha jasa pendukungnya yang kuat dan terpadu. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan untuk Fasilitasi pengembangan kawasan agropolitan melalui pemantapan kelembagaan, pusat konsultasi agribisnis dan koordinasi antar unsur/instansi terkait Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan/kualitas sumber daya manusia pertanian (aparatur, petani, peternak, petambak dan nelayan) melalui optimalisasi pendampingan bagi petani, peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara lain, pada Fasilitasi sarana prasarana penyuluhan. Tahun 2009~2014 (Revisi) 24

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR LAMPIRAN - 3

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun Visi : " Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani "

INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun Visi :  Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun 2015 Instansi : DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR Visi : " Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani " Misi : 1. Mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang selalu dikonsumsi sehingga semua orang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya itu. Kebutuhan akan pangan akan semakin meningkat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : "MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN" MISI 1 TUJUAN : MENINGKATKAN KUALITAS AGROEKOSISTEM : MENINGKATKAN

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 13 ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN 2.1. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Gambar 2.1. Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Dr. Ir. Wibowo Ekoputro, MMT Pembina Utama Madya NIP

Dr. Ir. Wibowo Ekoputro, MMT Pembina Utama Madya NIP KATA PENGANTAR Menjelang terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 yang akan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal berbasis produksi dengan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN POTENSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Lahan Pertanian (Sawah) Luas (km 2 ) Lahan Pertanian (Bukan Sawah) Luas (km 2 ) 1. Irigasi Teknis 15.250 1. Tegal / Kebun 30.735 2. Irigasi Setengah Teknis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN Lampiran 1. Matrik Rencana Strategis PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014-2019 VISI : Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian di era global ini masih memainkan peran penting. Sektor pertanian dianggap mampu menghadapi berbagai kondisi instabilitas ekonomi karena sejatinya manusia memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

Revitalisasi Pertanian

Revitalisasi Pertanian IX Revitalisasi Pertanian Revitalisasi pertanian dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja, terutama di pedesaan, dan mengentas masyarakat miskin, serta mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, telah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional melalui pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sub-sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB. IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB. IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB. IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Sebagai penjabaran Visi Pemerintah Kabupaten Lamandau yaitu Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Terlaksananya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN 94 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA JAWA TIMUR Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Lebih terperinci

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Pertanian Dalam Angka Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek ini telah tersusun sebagai

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur terletak di bagian Timur Pulau Jawa, dengan luas wilayah 47.154,70 kilometer persegi, dikelilingi oleh 2.916 km garis pantai. Batas wilayah di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Bupati Magetan nomor 14 tahun 2011 tentang Perubahan atas peraturan Bupati Magetan nomor 61 tahun 2008 tentang tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

RENCANA AKSI TAHUN 2017 SKPD. DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TARGET (TW) 2017 I II III IV TARGET

RENCANA AKSI TAHUN 2017 SKPD. DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TARGET (TW) 2017 I II III IV TARGET RENCANA AKSI TAHUN 2017 SKPD. DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR 20% 25% 25% 30% SASARAN STRATEGIS Peningkatan Produksi dan INDIKATOR KINERJA TARGET TARGET (TW) 2017 I II III IV Produktivitas

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2013-2018 DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017 Renstra Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar Tahun 2013-2018 1 KATA PENGANTAR Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

Bidang Tanaman Pangan

Bidang Tanaman Pangan Bidang Tanaman Pangan SASARAN Dinas Tan. Pangan, Horti. & Peternakan Kalimantan Tengah 1 Meningkatkan Jumlah Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; 2 Meningkatkan Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam proses Pembangunan Indonesia disadari oleh Pemerintah Era reformasi terlihat dari dicanangkannya Revitaslisasi Pertanian oleh Presiden

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

PERTANIAN.

PERTANIAN. PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian Analisis Kebijakan 33 Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian Pendahuluan Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci