BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi. Objek formal. Objek material.

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.3. objek formal. objek material. aspek sosial.

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB II METODE PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting bagi

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

HAKIKAT GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI : Re typed by Suwarno, S.Si SMA Negeri 2 Kotawarimgin Timur - 1 -

DOKUMEN KURIKULUM FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA H a l a m a n

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

KISI-KISI MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Standar Kompetensi Guru (SKG) a b C D E 1. PEDAGOGIK Menyelenggarakan

BUKU AJAR GEOGRAFI EKONOMI

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

بسم االله الرحمن الرحیم

Contoh Penelitian Geografi : -Judul Penelitian : b. Perumusan tujuan penelitian. c. Penyusunan hipotesa penelitian:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

STANDAR KOMPETENSI DANKOMPETENSI DASAR SERTA KISI-KISI SOAL OLIMPIADE GEOGRAFI 2011 UNTUK GURU/SEDERAJAT. Perkembangan Geografi

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL GURU MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN MATERI. Ruang lingkup pengetahuan geografi. Konsep esensial geografi dan contoh terapannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

LAMPIRAN 1 KI DAN KD GEOGRAFI KURIKULUM 2013

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

KONSEP GEOGRAFI DALAM IPS. Konsep Geografi adalah pola abstrak yang berkenaan dengan gejala-gejala kongkret tentang geografi.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

STANDAR KOMPETENSI GURU

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

PERNCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH ( Bangwil)

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai cakupan sangat luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam ruang, dengan pertanyaan-pertanyaan apa, kapan, di mana, mengapa, siapa dan bagaimana terjadinya aktivitas antara manusia dengan alam dan bagaimana aktivitas tersebut saling berhubungan (Bintarto, 1991). Dalam studi geografi tidak terlepas dari fenomena objek kajian geosfer (permukaan bumi) yang di dalamnya terdiri dari elemen-elemen lingkungan seperti biotic, abiotic, social, cultural, economic, political dan environmental elements yang terjadi di permukaan bumi. Hubungan timbal balik antara manusia dengan alam dalam objek kajian geografi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Bintarto (1991) menjelaskan bahwa objek material geografi adalah geosfer yang meliputi: litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, pedosfer dan antroposfer, sedangkan objek formal adalah cara memandang atau sudut pandang terhadap suatu gejala di muka bumi, baik yang sifatnya sosial maupun fisik, yaitu sudut pandang dari pendekatan organisasi keruangan atau spatial setting. Yunus (2010) mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) pendekatan dalam prespektif ilmu geografi untuk mengkaji fenomena permukaan bumi (geosfer) yaitu spatial approach (pendekatan keruangan), ecological approach (pendekatan ekologi), dan regional complex approach (pendekatan kompleks wilayah) yang menjadi jati diri keilmuan geografi dan sebagai ciri khas yang membedakan geografi dengan ilmu-ilmu lain. Selanjutnya menurut Goodall, 1987 (dalam Yunus, 2010) bahwa untuk memberi

2 kesan sebagai bentuk scientific dignity dalam bidang ilmu geografi apapun pendekatan baru yang diadopsi sebagai seorang geograf tetap berorientasi pada salah satu atau gabungan dari ketiga pendekatan utama geografi tersebut, sehingga fitrah geografi tidak hilang dan ini merupakan jati diri geografi. Evaluasi sumberdaya lahan merupakan bagian dari kajian geografi termasuk hubungan manusia dengan lingkungan yang menekankan pada pola-pola penggunaan lahan dan persebarannya. Ritohardoyo (2009) menjelaskan bahwa luasnya kajian geografi sehingga kajian tentang sumberdaya lahan menjadi kajian yang cukup kompleks. Penyajian data dan informasi tidak hanya terbatas pada inventarisasi dan pemetaan secara keruangan, akan tetapi hasilnya dapat dilakukan penilaian atau evaluasi lahan berdasarkan kemampuan maupun kesesuaiannya. Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian potensi lahan untuk mengetahui potensi lahan bagi penggunaan tertentu yang berguna dalam membantu perencanaan penggunaan dan pengelolaan lahan. Evaluasi lahan meliputi interpretasi data fisik, kimia tanah, potensi penggunaan lahan sekarang dan sebelumnya, sedangkan evaluasi sumberdaya lahan menurut Sitorus (1985) merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. FAO (1976) mengatakan bahwa evaluasi sumberdaya lahan adalah proses penaksiran perilaku sumberdaya lahan apabila dipergunakan untuk maksud-maksud tertentu, termasuk pelaksanaan survei dan interpretasi serta studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, beserta aspek-aspek lain untuk menentukan dan membantu suatu perbandingan terhadap kemungkinan berbagai penggunaan lahan yang dapat diterapkan untuk berbagai pilihan penggunaan tertentu.

3 Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah permukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Worosuprodjo (2007) mengemukakan bahwa sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang terbentuk dan berkembang oleh pengaruh geologi/geomorfologi, tanah, hidrologi, penggunaan lahan dan manusia. Selain faktor tersebut di atas keadaan flora dan fauna juga memilki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan sumberdaya lahan. Peningkatan jumlah penduduk dan keragaman aktivitas dibarengi dengan pesatnya pembangunan di berbagai sektor yang berkepentingan dengan ruang sangat terkait dengan peningkatan kebutuhan terhadap lahan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif ke penggunaan nonpertanian, sehingga dapat berdampak terhadap makin terbatasnya lahan-lahan potensial untuk pengembangan komoditas pertanian dan terjadinya perubahan ekologis yang dapat mengarah pada degradasi lingkungan dan penurunan daya dukung wilayah. Pemberdayaan pulau-pulau dengan karakteristik yang spesifik seperti pulau Ternate dalam pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi pangan dan produk pertanian lainnya adalah data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan yang dapat memberikan informasi berupa distribusi, luas, kesesuaian lahan, kemampuan lahan, faktor pembatas dan berbagai alternatif

4 teknologi yang dapat digunakan (Suryana dkk, 2005). Dengan tersediannya informasi potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan suatu komoditas pertanian akan sangat membantu pemerintah daerah dan masyarakat untuk dapat meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan. Kota Ternate mempunyai ciri sebagai daerah kepulauan yang terdiri dari delapan buah pulau, lima pulau diantaranya berukuran sedang yang dihuni penduduk yaitu pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau Tifure dan pulau Batang Dua, sedangkan tiga pulau lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini tidak berpenghuni adalah pulau Maka, pulau Mano dan pulau Gurida. Nama dan luas wilayah per Kecamatan berdasarkan hasil digitasi citra dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2010 No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Data Digitasi Peta Citra ( % ) 1 Pulau Ternate 5.260,31 32,46 2 Moti 2.485,94 15,34 3 Batang Dua 2.957,15 18,25 4 Ternate Selatan 2.118,87 13,07 5 Ternate Tengah 1.728,98 10,67 6 Utara 991,72 6,12 7 Hiri 663,02 4,09 Jumlah 16.205,99 100,00 Sumber : Bappeda Kota Ternate Hasil Digitasi Citra Tahun, 2010. Kecamatan Pulau Ternate merupakan salah satu Kecamatan di Kota Ternate yang rentan terhadap terjadinya degradasi lahan berupa longsor dan erosi. Secara makro Kecamatan Pulau Ternate dengan luas wilayah sebesar 5.260,31 Ha (32,46%) dan mempunyai 13 Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 14.788 jiwa (BPS, 2010) memiliki morfologi sebagian besar bergunung dan berbukit serta berupa pulau dengan batuan volkanis, sehingga penurunan

5 permukaan tanah akibat proses erosi dan longsor dapat berjalan secara intensif. Meskipun Ternate sebagai kota namun sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pulau Ternate adalah bermata pencaharian petani dan terbatasnya lahan pertanian sehingga masyarakat umumnya mengolah lahan pertanian pada lereng perbukitan. Cara pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian maupun non pertanian nampaknya masih kurang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup strategis karena selain hasilnya merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat juga sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Secara historis komoditi tanaman perkebunan terutama cengkeh dan pala di Kota Ternate sudah dikenal sejak zaman kolonial dan hingga saat ini masih menjadi bagian dari mata pencaharian masyarakat. Jenis tanaman perkebunan yang umumnya diusahakan oleh masyarakat adalah cengkeh, pala dan kelapa. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB cukup besar yaitu sebanyak 151.855 juta atau sekitar 13,26% pada tahun 2011 dan menempati urutan keempat setelah sektor perdagangan, jasa dan pengangkutan atau komunikasi (BPS, 2012). Kondisi geomorfologis Kecamatan Pulau Ternate yang sebagian besar bergunung dan berupa perbukitan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian, sehingga sangat berdampak pada terjadinya degradasi lahan. Data dan informasi potensi sumberdaya lahan yang diperlukan untuk mendukung perencanaan program pembangunan pertanian dalam bentuk spasial di Kota Ternate sangat terbatas dan bahkan instansi pembuat peta belum terkoordinasi dengan baik. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lahan secara terarah dan

6 efisien dalam menunjang keberhasilan program pembangunan pertanian suatu wilayah, khususnya dalam menyusun perencanaan pengembangan wilayah melalui pemilihan daerah-daerah yang berpotensi, diperlukan tersedianya data dan informasi potensi sumberdaya tanah/lahan (soil/land resources) yang memadai, maka penelitian melalui pendekatan evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate penting untuk dilakukan. Deseein, 2002 (dalam FAO, 2007) menjelaskan bahwa sejumlah proyek pembangunan yang dilakukan telah gagal karena ketidaktahuan terhadap masalah sosial-ekonomi dan budaya tertentu seperti kepemilikan tanah, fungsi pasar, pengaruh kelembagaan serta faktor politik seperti kebijakan pertanian dan lingkungan dapat memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga lahan dan penggunaannya. Terkait dengan hal tersebut, maka faktor budaya lokal adalah merupakan salah satu hal yang menarik untuk dipertimbangkan dalam pengelolaan lahan. Suatu tehnik pengelolaan lahan yang baik untuk pelestarian tanah pada suatu daerah belum tentu sesuai dengan budaya lokal. Evaluasi sumberdaya lahan sangat diperlukan dalam perencanaan penggunaan lahan karena perencanaan penggunan lahan yang baik harus didasarkan pada tingkat kesesuaian lahan dan kemampuannya. Manfaat mendasar yang diperoleh dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Sartohadi dan Putri (2008) menjelaskan bahwa penilaian kemampuan dan kesesuaian lahan suatu daerah dimaksudkan untuk mengetahui potensi suatu daerah dalam kegiatan pertanian

7 (arable atau non arable). Adanya pengetahuan tentang data dan informasi potensi sumberdaya lahan yang digambarkan dalam bentuk spasial (peta) sebagai dasar dalam menentukan daerah-daerah yang memiliki potensi sumberdaya lahan dan selanjutnya akan dapat digunakan dalam menganalisis kemampuan dan kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu serta dapat memberikan berbagai alternatif perencanaan penggunaan lahan yang rasional, sehingga lahan dapat digunakan secara optimal sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan pertanian berkelanjutan. 1.2. Perumusan Masalah Pola pemanfaatan lahan pada suatu wilayah merupakan manifestasi hubungan antara manusia dan lingkungan. Adanya polarisasi dan intensitas penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian di Kecamatan Pulau Ternate merupakan indikasi yang dapat mencerminkan adanya aktivitas dalam tingkat penguasaan teknologi oleh penduduk dalam mengekspolitasi sumberdaya lahan serta dapat menggambarkan karakteristik potensi wilayah tersebut. Sumberdaya lahan di Kecamatan Pulau Ternate dapat terlihat dari adanya kondisi tutupan lahan atau pemanfaatan lahan yang terbentuk dan pada dasarnya pola pemanfaatan lahan dapat dipengaruhi oleh faktor fisik lahan seperti letak geografis, struktur geologi, tanah, klimatologi wilayah dan kegiatan ekonomi masyarakat. Kondisi topografi Kecamatan Pulau Ternate adalah sebagian besar bergunung dan berupa perbukitan dengan adanya sebuah gunung berapi yang masih aktif dan terletak di tengah pulau Ternate. Sebagian besar masyarakat adalah bermata pencaharian petani sehingga meskipun kondisi topografi bergunung dan berbukit namun masyarakat tetap mengolah lahan dan

8 dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian seperti kelapa, cengkeh dan pala yang sekaligus komoditi ini menjadi produk unggulan daerah. Pola penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian maupun non pertanian oleh masyarakat nampak sangat berdampak pada terjadinya degradasi lahan karena masih kurang sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan pertanian berkelanjutan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya data dan informasi berupa data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi bahan pangan dan produksi pertanian lainnya serta tindakan konservasi lahan bagi masyarakat. Selain itu permasalahan lain berupa sosial, politik, ekonomi, ketersediaan lahan serta budaya lokal perlu dipertimbangakan dalam pengelolaan lahan. Pengelolaan lahan yang baik untuk pelestarian lahan belum tentu sesuai dengan budaya lokal. Dengan demikian maka penelitian tentang evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate penting untuk dilakukan. Berdasarkan permasalahan di atas, untuk mengetahui potensi sumberdaya lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara maka secara sistimatis dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) bagaimana potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara? 2) bagaimana rencana penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara? 3) bagaimana pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara?

9 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengevaluasi potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. 2) menganalisis rencana penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. 3) menyusun suatu pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk pemerintah daerah, investor dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut: 1) pemerintah daerah, sebagai masukan dalam menyusun program dan perumusan kebijakan pengembangan pertanian berkelanjutan sesuai dengan potensi sumberdaya lahan dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah. 2) investor, sebagai basis data dalam pengelolaan pembangunan pertanian berkelanjutan. 3) pengembangan ilmu pengetahuan, memahami permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya lahan berbasis pembangunan pertanian berkelanjutan.

10 1.5. Keaslian Penelitian Berbagai hasil penelitian tentang evaluasi sumberdaya lahan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti; Herlambang (2000) melakukan penelitian untuk kesesuaian lahan jenis tanaman semusim non padi di Kecamatan Porwodadi Kabupaten Purworejo dan menggunakan analisis deskriptif dengan unit analisis satuan lahan. Nugraheni (2004) melakukan penelitian tentang evaluasi kesesuaian lahan tanaman nilam di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan unit analisis adalah unit lahan dan pengambilan sampling secara acak berstrata. Penelitian evaluasi penggunaan lahan untuk pemanfaatan ruang oleh Widyastuti (2005) di sebagian Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian menggunakan unit analisis adalah satuan lahan dan lebih fokus pada arahan tata guna lahan berdasarkan kemampuan lahan dibanding dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Penelitian untuk mengkaji kesesuaian lahan tanaman padi dan kelapa sawit oleh Bahrudin (2008) di Kabupaten Indragiri, Provinsi Riau dengan unit analisis adalah satuan lahan. Hadun (2008) melakukan penelitian di DAS Loano untuk mengetahui kemampuan dan kesesuaian lahan, tipe penggunaan lahan pertanian dengan menggunakan satuan lahan sebagai unit analisis. Peneliti mengangkat masalah evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Penelitian lebih fokus pada evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh dan pala. Kemampuan lahan dan kesesuaian lahan merupakan komponen sangat penting dalam proses

11 perencanaan penggunaan lahan. Hasil dari evaluasi lahan akan dapat memberikan berbagai alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan serta tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat digunakan secara berkelanjutan sesuai dengan berbagai faktor pembatas yang ada. Analisis yang dilakukan terhadap kemampuan dan kesesuaian lahan adalah untuk mengevaluasi potensi penggunaan lahan serta menganalisis rencana penggunaan lahan untuk tanaman cengkeh dan pala. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian kesesuaian lahan sebelumnya adalah mengetahui kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Penelitian terdahulu umumnya menggunakan unit analisis adalah unit lahan sedangkan penelitian ini menggunakan bentuklahan sebagai unit analisis serta menyusun suatu pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan. Beberapa penelitian evaluasi lahan yang telah dilakukan dan perbedaannya dengan penelitian ini secara ringkas seperti pada Tabel 1.2.

12 Tabel 1.2. Perbandingan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan Peneliti. No Peneliti, Tahun dan Judul Tujuan penelitian Metode penelitian Sumber data Hasil Penelitian 1 Herlambang, (2000). Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Pertanian Daerah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Penentuan Jenis Tanaman Semusim Non Padi di Kecamatan Purwodadi 1) metode sampling area 2) analisis deskriptif 3) satuan lahan sebagai unit 1) data sekunder 2) laboratorim peta kesesuaian lahan tanaman semusim non padi Nugraheni, (2004). Evaluasi Kesesuaian 2 Lahan Untuk Tanaman Nilam Di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta 3 Widyastuti, (2005). Evaluasi Penggunaan Lahan Untuk Pemanfaatan Ruang Di Sebagian Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tenggara. 4 Bahrudin, (2008). Pemanfaatan PJ dan SIG Untuk Pengembangan Komoditas Tanaman Padi Dan Kelapa Sawit Di Kabupaten Indragiri Provinsi Riau 5 Ramli, (2008). Pendekatan Evaluasi Lahan Untuk Arahan Pola PenggunaanLahan Pertanian Berkelanjutan di DAS Loano 6 Rusdin, (2013). Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara evaluasi kesesuaian lahan dan produktivitas tanaman nilam 1) kemampuan lahan 2) penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan 3) arahan tata guna lahan 1) mengkaji tingkat kesesuaian lahan tanaman padi dan kelapa sawit 2) menyusun arahan pengembangan komoditas padi dan kelapa sawit 1) kemampuan dan evaluasi lahan 2) tipe penggunaan lahan 3) arahan pola penggunaan lahan pertanian 1) evaluasi potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan 2) menganalisis rencana penggunaan lahan pertanian 3) menyusun suatu pola spasial penggunaan lahan pertanian berkelanjutan analisis 1) interpretasi FU, 2) metode survei, 3) sampling acak berstrata 4) satuan lahan 1) survei/evaluasi kemampuan lahan, 2) satuan lahan sebagai unit analisis 1) metode matching untuk menentukan kelas kesesuaian lahan 2) satuan lahan sebagai unit analisis 1) metode sampling 2) analisis kualitatif, kuantitatif dan keuangan 3) satuan lahan sebagai unit analisis 1) survei dan laboratorium 2) analisis kualitatif dan kuantitatif 3) pendekatan keruangan 4) bentuklahan sebagai satuan unit analisis 5) Matching dan LCLP 1) data sekunder 2) labotarium Citra Landsat ETM+ 1) Citra Landsat ETM+ 2) data sekunder 1) data sekunder 2) laboratorium 1) data sekunder 2) data primer 3) laboratorium 1) peta kesesuaian lahan 2) hubungan antara subkelas kesesuaian lahan dengan produktivitas 1) peta kemampuan lahan 2) peta ketidaksesuaian penggunaan lahan 3) arahan tata guna lahan 1) kelas kesesuaian lahan tanaman padi dan kelapa sawit 2) arahan pengembangan tanaman padi dan kelapa sawit 1) kelas kemampuan lahan 2) tingkat bahaya erosi 3) arahan pemanfaatan lahan 1) kelas kesesuaian dan kemampuan lahan 2) rencana penggunaan lahan 3) pola spasial penggunaan lahan pertanian berkelanjutan