III. METODOLOGI KAJIAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015

BAB III. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a.

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

2. Merumuskan strategi dan merancang program pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

Diterima: 4 Februari 2009; Disetujui: 20 Agustus 2009 ABSTRACT

BAB III METODE KAJIAN

STATUS KEBERLANJUTAN USAHA GARAM RAKYAT DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia

EVALUASI KINERJA DAN STATUS KEBERLANJUTAN KAWASAN AGROPOLITAN PERPAT BELITUNG

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL INDUSTRI ALAS KAKI YANG BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BOGOR

III. METODE PENELITIAN

STATUS KEBERLANJUTAN IKAN LOMPA (THRYSSA BAELAMA) PADA KAWASAN SASI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH

Ringkasan Eksekutif. i i

PENILAIAN KESIAPAN MALUKU SEBAGAI LUMBUNG IKAN NASIONAL Evaluation of Readiness for Maluku as Lumbung Ikan Nasional

ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, MALUKU

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

3 METODE UMUM PENELITIAN

BAB V. kelembagaan bersih

PENILAIAN KESIAPAN MALUKU SEBAGAI LUMBUNG IKAN NASIONAL Evaluation of Readiness for Maluku as Lumbung Ikan Nasional

III METODE PENELITIAN. 3.2 Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Keluaran

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 2 Desember 2008)

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

KEBIJAKAN UNTUK KEBERLANJUTAN EKOLOGI, SOSIAL, EKONOMI DAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA. Aceng Hidayat, Zukhruf Annisa, Prima Gandhi

ABSTRACT. Key words : sustainability index, sustainability status, agropolitan, border area ABSTRAK

BAB III METODA PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Pengembangan Sistem Agribisnis Ikan Lele

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

III. METODE PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Penyebaran Kuisioner

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI

Analisis Karakteristik Keberlanjutan Mentok Rimba (Cairina Scutulata) Di Taman Nasional Berbak Jambi

BAB III METODE PENELITIAN

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Status Keberlanjutan Wilayah Peternakan Sapi Potong untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bondowoso

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: KEBERLANJUTAN OBYEK WISATA PANTAI LABOMBO KOTA PALOPO

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS AGRIBISNIS PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU JOHN WENRY UTUKAMAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

ABSTRAK 1. PENGANTAR 2. METODOLOGI

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

IV. METODE PENELITIAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran

BAB V STATUS KEBERLANJUTAN DAS CILIWUNG HULU

BAB III METODE PENELITIAN

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

Transkripsi:

39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi masyarakat madani untuk mengembangkan ekonomi suatu wilayah yang berkelanjutan guna mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengurangan kesenjangan antar kelompok masyarakat, antar sektor dan antar wilayah (Bappenas, 2006). Kabupaten Kepulauan Aru merupakan salah satu Daerah Tertinggal di Maluku, yang perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, sarana-prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal, aksesibilitas dan karakteristik daerah masih terbelakang dan mempunyai ketergantungan yang kuat dengan daerah luar. Perekonomian Kabupaten Kepulauan Aru yang bertumpu pada sektor pertanian, khususnya sub sektor perikanan masih belum dapat mensejahterakan masyarakat lokal, karena belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembangunan ekonomi daerah. Diharapkan upaya pengembangan ekonomi lokal yang berbasis pada agribisnis perikanan dapat meningkatkan ekonomi wilayah Kabupaten Kepulauan Aru secara berkelanjutan, sehingga kesejahteraan masyarakat lokal dapat meningkat pula. Untuk mengembangkan ekonomi wilayah yang berkelanjutan diperlukan alat analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan mengukur kondisi PEL. Alat analisis tersebut adalah Heksagonal PEL, yang dapat membantu stakeholder untuk memahami kompleksitas PEL serta mempertimbangkan trade-off dan kemungkinan konflik yang ada dalam PEL (Bappenas, 2006). Dalam pengembangan ekonomi lokal, diperlukan langkah untuk memetakan status PEL dan mengidentifikasi faktor pengungkit PEL, sehingga dapat diketahui kondisi PEL dan faktor yang berpengaruh besar terhadap pengembangan PEL, serta dapat dirumuskan strategi dan program pengembangan ekonomi lokal yang sesuai dengan karakteristik, kekhasan dan potensi Kabupaten Kepulauan Aru. Dengan demikian, lingkup kajian difokuskan pada tahap II (kajian cepat status PEL) dari konsep tahapan revitalisasi PEL sebagaimana disajikan pada Gambar. Kerangka pemikiran kajian pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru tersaji dalam Gambar 3.

40 KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS PERIKANAN ANALISIS RALED DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HEKSAGONAL PEL Kelompok Sasaran Faktor Lokasi Kesinergian dan Fokus Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Tata Pemerintahan Proses Manajemen PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERKELANJUTAN STATUS & FAKTOR PENGUNGKIT PEL Gambar 3 Kerangka Pemikiran Kajian BERBASIS AGRIBISNIS PERIKANAN PERUMUSAN STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM PEL BERBASIS AGRIBISNIS PERIKANAN

4 3.2 Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Aru, dengan penentuan lokasi sample dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini mempunyai potensi sub sektor perikanan yang dapat menggerakkan ekonomi lokal. Lokasi kajian pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru tersaji dalam Gambar 4. Kajian ini dilaksanakan selama empat bulan, dari bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Januari 200, dan khusus untuk pengumpulan data primer dilaksanakan selama satu bulan, mulai dari minggu ketiga bulan November 2009 sampai dengan minggu kedua bulan Desember 2009. Gambar 4 Lokasi Kajian 3.3 Metode Kajian 3.3. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive yang masing-masing dianggap mewakili pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan daerah, yang terdiri dari kelompok Pemerintahan Daerah yaitu DPRD, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, dan Camat; kelompok Usahawan atau Pelaku Usaha yaitu Kamar Dagang dan Industri Daerah, Pedagang Besar, Pedagang Pengumpul, Nelayan, Pembudi daya dan Perbankan; kelompok Masyarakat Lokal yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Keagamaan dan Tokoh Masyarakat serta Media Massa. Distribusi responden secara rinci tersaji dalam Tabel.

42 Tabel Distribusi Responden Kajian No Kelompok Jenis Responden Jumlah DPRD Badan Perencanaan 2 3 Pemerintahan Daerah Usahawan/ Pelaku Usaha Masyarakat Lokal Pembangunan Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Camat 7 Kamar Dagang dan Industri Daerah Pedagang Besar 4 Pedagang Pengumpul 7 Nelayan 7 Pembudi daya 7 Perbankan Lembaga Swadaya Masyarakat Organisasi Keagamaan 3 Tokoh Masyarakat 2 Media Massa Total 45 3.3.2 Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan untuk kajian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan terlebih dahulu untuk mengetahui status PEL dan faktor pengungkit PEL. Data primer juga diperoleh melalui observasi untuk mendapatkan gambaran dan informasi kualitatif tentang pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dengan melakukan penelaahan terhadap referensi yang relevan dengan pengembangan ekonomi lokal. Sumber data sekunder meliputi Data Statistik Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008, Kepulauan Aru Dalam Angka 2008, PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2008, PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Per Kecamatan Tahun 2008, RPJP Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2006-2026 dan RPJM Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2006-20. 3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam kajian ini digunakan metode analisis kualitatif dalam pengolahan dan analisis data, yaitu memetakan status PEL dan mengidentifikasi faktor pengungkit PEL menggunakan Metode RALED. Metode Rapid Assessment for Local Economic Development (RALED) Pemetaan Status dan Faktor Pengungkit Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) menggunakan program kemasan yang dirancang oleh Dr. Ir. Sugeng Budi Harsono. Program kemasan yang digunakan adalah

43 Program RALED (Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development) dan Program Penentuan Bobot untuk Aspek PEL dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Program RALED merupakan modifikasi dari Program RAPFISH (Rapid Appraisal Techniques for Fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia, Kanada. Modifikasi dilakukan hanya pada dimensi maupun indikatornya saja. Indikator RALED ini mengacu kepada indikator yang telah dikembangkan oleh Direktorat Perekonomian Daerah, BAPPENAS khusus untuk PEL. Indikator tersebut dikembangkan berdasarkan konsep Heksagonal PEL, yang terdiri dari enam aspek yaitu: Kelompok Sasaran, Faktor Lokasi, Kesinergian dan Fokus Kebijakan, Pembangunan Berkelanjutan, Tata Pemerintahan dan Proses Manajemen. Sementara itu Heksagonal PEL merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menggambarkan kondisi ekonomi lokal pada suatu wilayah. Keunggulan analisis ini adalah bahwa indikator pengembangan ekonomi lokal yang digunakan, yang berjumlah 77 indikator merupakan penjabaran dari keenam aspek tersebut, termasuk aspek lokasi maupun ruang sehingga mampu menggambarkan kondisi ekonomi lokal secara komprehensif. Namun demikian, keterbatasan analisis ini adalah karena data yang digunakan merupakan data persepsi dari masing-masing stakeholder sehingga diperlukan kehati-hatian dalam menterjemahkannya (interpretasi). Berdasarkan hasil pemetaan dari kondisi PEL tersebut kemudian dapat diidentifikasi komponen Heksagonal PEL yang berperan sebagai faktor pengungkit, yaitu faktor yang berpengaruh besar terhadap pengembangan PEL. (Bappenas, 2006). Status PEL suatu wilayah perlu diketahui posisinya untuk dapat diketahui pula cara pengembangan PEL pada saat ini atau pada masa mendatang. Langkah-langkah pemetaan status PEL (Bappenas, 2006) adalah:. Memetakan setiap aspek PEL dengan menggunakan Multi Dimensional Scaling untuk diketahui indeks dari masing-masing aspek Heksagonal PEL. Kategorisasi baik buruknya masing-masing aspek PEL tersebut sebagai berikut: a. Apabila nilai indeks < 50, berarti status aspek PEL buruk b. Apabila nilai indeks 50 75, berarti status aspek PEL baik c. Apabila nilai indeks > 75, berarti status aspek PEL sangat baik. 2. Memetakan status PEL suatu wilayah, dilakukan pembobotan dengan Program Penentuan Bobot Untuk Aspek PEL yang menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Faktor pengungkit (leverage factor) dari setiap aspek Heksagonal PEL merupakan faktor yang sangat penting untuk memperbaiki status dari setiap aspek PEL maupun status PEL secara keseluruhan. Dalam kajian ini faktor pengungkit untuk setiap aspek Heksagonal PEL dibatasi

44 maksimal tiga faktor pengungkit dan setiap faktor pengungkit hanya dijabarkan dalam satu strategi, serta satu strategi dapat dijabarkan dalam satu atau lebih program. Langkah-langkah identifikasi faktor pengngkit PEL (Bappenas, 2006) adalah:. Urutkan dan susunlah daftar faktor pengungkit dari setiap aspek Heksagonal PEL hasil dari analisis sensitifitas yang diperoleh; 2. Urutkan faktor pengungkit dari masing-masing aspek Heksagonal PEL dari yang terbesar sampai yang terkecil; dan 3. Faktor pengungkit yang terbesar merupakan faktor prioritas yang apabila setiap aspek lebih baik. ditangani akan menyebabkan peningkatan status PEL dari maupun status PEL secara keseluruhan akan menjadi Dalam analisis ini, data yang dipakai adalah persepsi dari semua stakeholder yang terkait pengembangan ekonomi lokal dan data sekunder sebagai data penunjang. Data ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development (RALED) dengan tahapan sebagai berikut:. Analisis dengan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) 2. Analisis Sensitivitas 3. Analisis Montecarlo Analisis dengan Metode Multidimensional Scaling (MDS) Metode Multidimensional Scaling dapat mencakup secara luas dimensi-dimensi yang berhubungan terhadap aspek-aspek dalam Heksagonal PEL dengan menentukan dua titik yang menjadi dasar acuan yaitu baik (good) dan tidak baik (bad) (Bappenas, 2008). MDS dapat menganalisis secara lengkap tentang keenam aspek dalam Heksagonal PEL. Metode ini pada dasarnya adalah metode multivariate yang dapat menangani data non-metric dan juga dikenal sebagai salah satu ordinasi dalam ruang (dimensi) yang diperkecil (ordination in reduced space). Ordinasi sendiri merupakan proses yang berupa plotting titik objek (posisi) disepanjang sumbu-sumbu yang disusun menurut hubungan tertentu (ordered relationship) atau dalam suatu sistem grafik yang terdiri dari dua atau lebih. Kelebihan lainnya dalam metode ini dapat merangkum data yang multidispliner yang didapat dilapangan sehingga menghasilkan banyak informasi secara kuantitatif dan proyeksi. Pendekatan dengan metode ini telah banyak dikembangkan untuk menganalisis lingkungan (Bappenas, 2008). Analisis dengan mengunakan MDS secara garis besar (Bappenas, 2008) sebagai berikut: a. Hasil data lapangan (primer dan sekunder) dari semua dimensi dilakukan skoring.

45 b. Ditentukan acuan utama baik (good) dan buruk (bad) dengan melakukan skor baik dan buruk pada semua atribut c. Membuat dua titik utama lainnya yaitu titik tengah (mean) yang merupakan titik buruk dan titik baik. Dua titik acuan utama tambahan ini menjadi acuan arahan vertikal (up dan down). d. Membuat titik acuan tambahan yang disebut sebagai jangkar (anchors) yang dapat digunakan untuk membantu hasil ordinasi. Titik tersebut sebagai titik-titik bertindak sebagai stabilizer yang membentuk semacam amplop. Titik-titik ini juga berguna dalam melakukan analisis regresi untuk menghitung stress yang merupakan bagian dari MDS e. Melakukan standarisasi nilai skor untuk stiap atribut dengan metode: X ik sd= x x ik s k k Keterangan: X iksd = nilai skor standar lokasi penelitian (termasuk tititk-titik acuannya) ke i =, 2,...n, pada setiap atribut ke k =,2,... p; X ik = nilai skor awal lokasi penelitian (termasuk titik acuannya) ke i =,2,...n pada setiap atribut ke k =, 2,...p; X k = nilai tengah skor pada setiap atribut ke k =, 2,...p; Sk = simpangan baku skor pada setiap atribut ke k =,...2,... p. f. Menghitung jarak antar lokasi dengan metode pada Euclidean distance berdimensi n ditulis sebagai berikut. D 2 (ij) =Σ(X ik X ik ) 2 g. Membuat ordinasi untuk seluruh atribut untuk setiap dimensi berdasarkan aspek algoritme analisis multidimensional scaling. Dalam analisis MDS dimensi atribut yang semula banyak menjadi hanya tinggal dua dimensi yang akan menjadi sumbu X dan Y. Hasil dari ordinasi adalah matrik V (n x 2) dimana n adalah jumlah lokasi yang diteliti. h. Jarak antar objek dihitung dengan melakukan regresi jarak Euclidean (dij) dengan titik asal (D ij ) dapat ditulis persamaannya yaitu: d ij = α + βδ ij + ε Analisis regresi dalam MDS mencakup penilaian stress dengan melakukan Goodness of fit didalam MDS menjadi sangat penting, sebab Goodness of fit mencerminkan indikator besarnya nilai S (stress) jika

46 mengacu dalam RAPFISH tingkat nilai S (stress > 0.25) (Bappenas, 2008). Untuk pembuatan skala berkelanjutan dari Buruk ke Baik (0 ke 00) pada sumbu x titik atas adalah +50 pada skala sumbu y dan titik bawah adalah -50 pada skala sumbu y (Susilo 2003, diacu dalam Bappenas 2008) adalah: Untuk i =, 2,...n; V ( i,) V ( I bad,) Vf (i,) = 00 V ( I up,2) V ( I down,2) V ( i,2) V ( I down, 2) Vf(i,2) = 00 50 (,2) (,2) V I up V Idown Didapat : Vf (i,2) = Vf (i,2)- Vf(I good,2) Apabila nilai indeks > 50 maka aspek atau dimensi dari Heksagonal PEL tersebut baik dan sebaliknya apabila nilai indeks < 50, maka aspek atau dimensi dalam Heksagonal PEL tersebut jelek. Analisis Sensivititas Setelah analisis MDS didapat indeks baik buruknya aspek atau dimensi dalam Heksagonal PEL, selanjutnya perlu dilakukan analisis sensitivitas dari atribut-atribut tersebut. Kegunaannya untuk mengetahui atribut-atribut mana yang berpengaruh atau berperan yang memberikan kontribusi terhadap nilai keberkelanjutan sumberdaya tersebut (Bappenas, 2008). Analisis sensitivitas ini (Bappenas, 2008) mengunakan attribute leveraging untuk melihat perubahan dari hasil analisis MDS. Pengaruh setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan root mean square (RMS), khususnya pada sumbu x terutama pada skala keberkelanjutan sumberdaya dan perubahaan sumbu y tidak diperhitungkan. Hal ini dikarenakan hanya untuk melihat perubahan RMS. Rumus RMS tersebut adalah : RMS = n i= { Vf ( i,) Vf (.,) } Vf (i) = Nilai hasil MDS (setelah rotasi dan flifing) Vf (,) = Nilai tengah hasil MDS pada Kolom ke n Analisis Montecarlo Analisis Montecarlo (Bappenas, 2008) dilakukan dalam rangka mengevaluasi pengaruh dari galat (error) dengan menduga suatu nilai statistik tertentu. Analisis dengan metode Montecarlo berguna untuk mempelajari yaitu: a. Pengaruh kesalahan dalam skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi PEL; 2

47 b. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh penelitian yang berbeda; c. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi) dan juga melihat kualitas stabilitas titik-titik acuan metode yang dilakukan; d. Kesalahan memasukan data atau data yang hilang; dan e. Tingginya nilai stress hasil analisis. Selanjutnya berdasarkan faktor pengungkit dirumuskan strategi pengembangan ekonomi lokal yang merupakan cara untuk menangani masalah yang menyebabkan munculnya faktor pengungkit tersebut, dan kemudian strategi tersebut dijabarkan ke dalam program yang merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan konkrit yang memiliki tujuan yang sama.