III. METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai bulan Oktober Penelitian dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada lahan kering dengan berbagai teknologi ketersediaan air, yaitu; hanya mengandalkan curah hujan, sumur ladang, embung, dan mesin pompa air. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dan peta penggunaan lahan disajikan pada Gambar 3. Kab. Bantul Ds. Selopamioro Kec. Playen Kec. Paliyan Kab. Gunung Kidul Kecamatan Paliyan Kecamatan Playen Kecamatan Imogiri Kab. Gunungkidul Kab. Bantul Gambar 2. Peta administrasi lokasi penelitian di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Potensi lahan kering yang ada di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul paling luas diantara lima kabupaten atau kota yang ada di Provinsi D.I. Yogyakarta. 2. Angka kemiskinan yang tinggi untuk Kabupaten Gunungkidul mencapai 39 persen sampai dengan 41 persen dan Kabupaten Bantul sebesar 29 persen sampai dengan 39 persen.

2 3. Tingkat urbanisasi yang tinggi dari Kabupaten Gunungkidul dan Bantul karena keterbatasan lapangan pekerjaan. 4. Lahan kering di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul hampir 80 persen termasuk lahan kritis (berlereng, berbatu, dan kekurangan air). 5. Masih tingginya dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam berbagai peran dan kedudukan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan termasuk dalam pengelolaan lahan kering Kabupaten Gunungkidul dan Bantul. Skala. 1 : Gambar 3. Peta Penggunaan lahan di lokasi studi pada Kabupaten Gunungkidul dan Bantul 3.2. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dalam rangka mendisain sistem dalam kasus pengelolaan sumberdaya lahan kering berkelanjutan berbasis gender melalui studi kasus pengelolaan lahan kering di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta, dengan tahapan sebagai berikut. 43

3 1. Analisis Kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian di lapangan. Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan lahan kering, yaitu : 1. Masyarakat, yaitu masyarakat yang penghasilannya bersumber dari lahan kering dalam bentuk usaha budidaya pertanian, perkebunan dan sebagainya. 2. Dinas dan instansi terkait, yaitu semua dinas dan instansi pemerintah daerah yang mempunyai hubungan keterkaitan dengan pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap pengelolaan lahan kering dan gender. Pada Tabel 3 disajikan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pemangku kepentingan dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender Tabel 3. Analisis kebutuhan pemangku kepentingan dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender. No. Pelaku Kebutuhan Pelaku Sistem Sistem 1. Masyarakat Peningkatan pendapatan keluarga petani. Ketersediaan sumberdaya air Keberlanjutan usaha dan ketersediaan lapangan usaha di perdesaan yang berbasis bahan baku lokal Peningkatan kemampuan petani laki-laki dan perempuan Ketersediaan infrastruktur penunjang. Modal untuk pengembangan usaha yang dapat diakses oleh petani laki-laki dan perempuan. 2. Dinas dan Instansi terkait Konservasi tanah Pengembangan komoditas yang dapat meningkatkan perekonomian daerah Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Penggunaan lahan sesuai peruntukkannya Peningkatan pendapatan masyarakat Penyerapan tenaga kerja Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Adanya kecukupan dan ketersediaan pangan. Pengintegrasian isu gender dalam pengelolaan lahan kering di semua sektor yang terlibat dalam pembangunan pertanian pada setiap tahapan pembangunan. 3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Penurunan urbanisasi Pengarusutamaan gender dan pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan lahan kering. Terjaganya kelestarian ekosistem lahan kering Penyediaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan 44

4 2. Formulasi Masalah Sesuai dengan pendapat Eriyatno (2003), maka formulasi permasalahan disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki (limited of resources) dan atau adanya konflik atau perbedaan kepentingan (conflict of interest) di antara pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan sistem. Berdasarkan analisis kebutuhan dan kondisi sumberdaya yang dimiliki saat ini serta adanya perbedaan kepentingan dari pemangku kepentingan dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan dan berbasis gender, permasalahan diformulasikan sebagai berikut: 1. rendahnya pendapatan masyarakat yang menggantungkan penghasilannya pada sumberdaya lahan kering, 2. pengelolaan sumberdaya lahan kering yang belum menerapkan prinsip konservasi tanah, 3. konstruki sosial budaya masyarakat perdesaan yang menempatkan perempuan pada posisi sub ordinansi dan marginal dibandingkan laki-laki, menyebabkan akses dan kontrol terhadap sumberdaya air dan lahan menjadi rendah, 4. ketidakintegrasian berbagai sektor terkait di pemerintah daerah dalam pengelolaan lahan kering, serta pemahaman pemerintah daerah yang bias gender, dan 5. keterbatasan sumberdaya air menjadi kendala utama dalam pengembangan budidaya pertanian di lahan kering. 3. Identifikasi Sistem. Identifikasi sistem merupakan tahap yang penting untuk menentukan variabel sistem. Variabel tersebut terdiri atas variabel luaran yang dikehendaki, variabel asupan terkontrol, variabel luaran yang tidak dikehendaki, variabel asupan yang tidak terkontrol, dan variabel lingkungan. Terdapat lima luaran yang diinginkan dari sistem pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender, yaitu: 1) Kebijakan pengelolaan lahan kering berkelanjutan yang responsif gender, 2) peningkatan pendapatan masyarakat (petani sejahtera), 3) peningkatan PAD, 45

5 4) Penyerapan tenaga kerja dan 5) konservasi lingkungan. Luaran tersebut dapat dicapai dengan cara mengelola asupan sistem yang terkontrol berupa: 1) jenis komoditas unggulan yang diusahakan, 2) teknologi sumberdaya air, 3) kerjasama lintas sektor, 4) teknik pengolahan lahan kering, 5) penyediaan infrastruktur penunjang, 6) pola usaha tani, dan 7) luas lahan. Secara lengkap variabel penyusun sistem pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender dapat dilihat pada Gambar 4. ASUPAN LINGKUNGAN UU No. 32/2004. RTRW Kebijakan dan Perda tentang pengelolaan lahan kering LUARAN DIINGINKAN ASUPAN TIDAK TERKONTROL Iklim Topografi lahan Harga komoditas ASUPAN TERKONTROL Komoditas unggulan. Teknologi sumberdaya air Kerjasama lintas sektor. Teknik pengolahan lanah Penyediaan infrastruktur penunjang. Pola usahatani. Luas lahan SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING BERKELANJUTAN BERBASIS GENDER 1. Akses 2. Manfaat 3. Kontrol 4. Partisipasi UMPAN BALIK Kebijakan pengelolaan lahan kering berkelanjutan yang responsif gender Peningkatan pendapatan masyarakat (petani sejahtera) Peningkatan PAD. Penyerapan tenaga kerja. Konservasi lahan. LUARAN TIDAK DIINGINKAN Degradasi lahan. Kesenjangan gender. Gambar 4. Diagram asupan-luaran sistem pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender. 46

6 Penelitian dimulai dengan melakukan evaluasi keberlanjutan pengelolaan lahan kering berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis ini, kemudian ditentukan tingkat keberlanjutan pengelolaan lahan kering pada saat ini (existing condition). Atribut yang sensitif berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering diintgrasikan dengan faktor strategis kunci yang merupakan hasil analisis kebutuhan dari pelaku sistem pengelolaan lahan kering. Selanjutnya faktor gabungan tersebut dipadukan dengan hasil analisis gender yang akan berfungsi sebagai variabel untuk membangun model pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dan semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan lahan kering. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian. Rincian jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian. Jenis Data Sumber Data I. Data Primer: 1. Tujuan sistem kebutuhan 2. Perbandingan antar faktor (prospektif) 3. Karakterisitik dan perilaku gender 4. Data sosial ekonomi masyarakat 5. Data relasi/persepsi tentang peran gender II. Data Sekunder: 1. Data kependudukan: a. Kepadatan penduduk b. Jumlah penduduk dan tingkat pendidikan c. Penduduk menurut jenis kelamin d. Tingkat migrasi penduduk 2. Data sosial-ekonomi: a. Data PDRB b. Tingkat pendapatan masyarakat c. Jenis mata pencaharian dan PAD 3. Kegiatan perekonomian 4. Rencana Tata Ruang dan Wilayah penelitian 5. Kebutuhan lahan untuk berbagai sektor 6. Jenis tanah 7. Peta topografi wilayah 8. Peta hidrologi 9. Peta administrasi wilayah penelitian 10. Peta rupa bumi Responden (Expert/Pakar) Responden (Expert/Pakar) Responden (masyarakat) Responden (masyarakat) Diskusi kelompok terarah ((Expert/ Pakar) BPS Kab. Gunung Kidul dan Bantul Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta. BPS, BKKBN, dan Dinas Perindag, Dispenda. BPS Bapeda BPPN dan Bapeda Puslitbang Tanah dan Agroklimat Bakosurtanal Bakosurtanal Bakosurtanal Bakosurtanal 47

7 3.4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi, wawancara, pengisian kuesioner, diskusi kelompok terarah dan pengamatan langsung kegiatan pengelolaan lahan kering di lokasi penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dengan cara mencari dari berbagai sumber, seperti hasil penelitian terdahulu, studi pustaka, peta dan laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel petani (responden) untuk analisis sosialekonomi dan gender ditentukan secara Proportional Random Sampling. Jumlah responden (n) yang dijadikan sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. N n = 1 + Ne Keterangan : n : Besarnya sampel N : Besarnya populasi (keluarga petani). e : Galat yang dapat diterima (10%) Petani yang dijadikan responden terlebih dahulu dibagi berdasarkan cara petani memperoleh air untuk kegiatan usahatani, yaitu: 1). tergantung sepenuhnya dengan curah hujan, 2). menggunakan sumur ladang, 3). menggunakan embung, dan 4). menggunakan teknologi air (mesin pompa air). Sampel dari tiap kelompok diambil secara acak dan jumlahnya disesuaikan secara proporsional terhadap jumlah sampel yang dibutuhkan (n). Responden adalah keluarga petani yang berasal dari tiga kecamatan (Kecamatan Imogiri, Playen, dan Paliyan) yang berjumlah 150 keluarga petani. Responden dari Kecamatan Paliyan Kabupaten Gunungkidul sebanyak 50 keluarga, yaitu keluarga petani yang sumber air utamanya adalah curah hujan. Responden dari Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul sebanyak 50 keluarga petani yang sumber air utamanya adalah embung/dam dan sebagian kecil menggunakan sumur ladang, curah hujan, dan ada juga yang menggunakan mesin 2 48

8 pompa air. Responden dari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul sebanyak 50 keluarga petani yang sumber air utamanya adalah embung, sumur ladang, dan mesin pompa air. Jumlah responden untuk tiap pola usahatani berdasarkan jenis sumber air yang digunakan di tiga kecamatan lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah responden keluarga petani di Kecamatan Imogiri, Playen, dan Paliyan berdasarkan jenis sumber air yang digunakan. Pola Usahatani Sumber Air Jumlah Curah Hujan Sumur Ladang Embung Mesin Pompa Air Kecamatan Playen Jumlah Kecamatan Paliyan Jumlah Kecamatan Imogiri Jumlah Total Responden Persentase ,67 11,33 7, Responden untuk analisis prospektif adalah para pakar yang berhubungan dengan pengelolaan lahan kering dan gender. Teknik pengambilan contoh dalam rangka menggali informasi dan pengetahuannya (akuisisi pendapat pakar) ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Dasar pertimbangan dalam penentuan pakar untuk dijadikan sebagai responden menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. keberadaan responden dan kesediaan untuk dijadikan responden, 2. memiliki reputasi, kedudukan atau jabatan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai pakar pada bidang yang diteliti, dan 3. telah memiliki pengalaman dalam bidangnya. Rincian jumlah responden yang digunakan dalam penelitian tertera pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, jumlah pakar yang dijadikan sebagai responden sebanyak 32 orang (16 orang dari masing-masing Kabupaten Gunungkidul dan Bantul). Responden tersebut mewakili semua pemangku kepentingan seperti; Bappeda, DPRD, dosen bidang pengelolaan sumberdaya lahan kering, LSM bidang lingkungan, kelompok tani, tokoh masyarakat, pakar gender, dan berbagai 49

9 instansi teknis yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan kering (Dinas Pertanian, Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah, dan Dinas Perkebunan), sehingga pakar yang terpilih diharapkan dapat mewakili tiap unsur: birokrasi, akademisi (perguruan tinggi), masyarakat, dan LSM. Tabel 6. Rincian jumlah responden penelitian No. I Responden Teknik Pengambilan Contoh Jumlah Contoh Unit Contoh Daerah/Wilayah: 1. Kab. Gunungkidul dan Bantul Purposive 2 kabupaten II Contoh Responden: A. Pakar (expert) 1. Bappeda 2. DPRD 3. LSM Lingkungan 4. Tokoh masyarakat 5. Dosen (Pertanian/Pengelolaan Sumberdaya Lahan) 6. Dinas instansi terkait 7. Kelompok Tani 8. Pakar gender Total 2 Kabupaten Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive Purposive 2 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang 4 orang 4 orang 1 orang 16 orang 32 orang 3.6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan menggunakan: 1) analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering, 2) analisis gender dan 3) analisis prospektif. Penjelasan rinci dari masing-masing analisis sebagai berikut Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Lahan Kering Analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering dilakukan melalui beberapa tahapan. 1) Penentuan atribut pembangunan berkelanjutan untuk dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial. 2) Penilaian tiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan untuk masing-masing dimensi, 3) Analisis ordinasi dengan menempatkan nilai/skor pada urutan atribut yang terukur dengan menggunakan multidimensional scaling (MDS), dan 50

10 4). Perhitungan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan lahan kering secara multidimensi maupun untuk masing-masing dimensi. Penilaian atribut dilakukan berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil perhitungan dan analisis ataupun data sekunder yang tersedia. Untuk tiap atribut diberikan nilai yang mencerminkan status dari atribut yang bersangkutan. Rentang nilai skor menunjukkan nilai yang buruk di satu ujung dan nilai baik di ujung yang lain. Nilai buruk mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pengelolaan lahan kering secara berkelanjutan, sebaliknya nilai baik mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan bagi pengelolaan lahan kering berkelanjutan. Selanjutnya, nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara terintegrasi untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan dari pengelolaan lahan kering yang dikaji, relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik (good) dan titik buruk (bad). Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi. Proses ordinasi dilakukan menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish (Kavanagh, 2001). Perangkat lunak Rapfish merupakan pengembangan MDS dalam perangkat lunak SPSS, dengan memadukan proses rotasi, kebalikan posisi (fliping), dan beberapa analisis sensitivitas. Melalui perangkat lunak ini, posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi (sumbu horizontal dan vertikal). Proses rotasi dilakukan untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dengan titik ekstrem buruk bernilai 0 persen dan titik ekstrim baik bernilai 100 persen. Posisi keberlanjutan sistem akan berada di antara dua titik ekstrim tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering pada saat ini. Sebagai contoh, hasil ordinasi yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan sebesar 45 persen dapat dilihat pada Gambar 5. 0% 45% 100% Gambar 5. Ilustrasi indeks keberlanjutan sebesar 45 persen. 51

11 Skala indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering mempunyai selang persen. Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 50 persen (>50%), maka sistem tersebut dikatakan berlanjut (sustainable), dan sebaliknya jika kurang dari 50 persen (<50%) maka sistem tersebut belum/tidak berkelanjutan. Dalam penelitian ini penulis mencoba membuat empat kategori status keberlanjutan sebagaimana disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kategori status keberlanjutan pengelolaan lahan kering Nilai Indeks Kategori 0-25 Buruk 26 Nilai indeks 50 Kurang 51 Nilai indeks 75 Cukup 76 Nilai indeks 100 Baik Analisis sensitivitas selanjutnya dilakukan untuk melihat atribut yang sensitif dalam kontribusi perhitungan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering di lokasi penelitian. Pengaruh dari tiap atribut dinyatakan dalam bentuk perubahan root mean square (RMS) ordinasi, khususnya pada sumbu x atau skala sustainabilitas. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu, maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai indeks keberlanjutan pada skala sustainabilitas, atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam menentukan keberlanjutan pengelolaan lahan kering. Untuk mengevaluasi pengaruh galat (error) acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengelolaan lahan kering digunakan analisis Monte Carlo. Menurut Kavanagh (2001) dan Fauzi dan Anna (2002) analisis Monte Carlo juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut. 1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut. 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda. 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi). 52

12 4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing data). 5. Tingginya nilai stress ( nilai stress dapat diterima jika < 25%). Tahapan analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering menggunakan metode MDS dengan aplikasi Rapfish disajikan pada Gambar 6. Mulai Kondisi Pengelolaan Lahan Kering saat ini Penentuan Atribut sebagai Kriteria Penilaian MDS (ordinasi setiap atribut) Penilaian (skor) setiap atribut Analisis Monte Carlo Analisis Sensitivitas Indeks Keberlanjutan Gambar 6. Tahapan analisis keberlanjutan pengelolaan lahan kering menggunakan metode MDS Analisis Gender Teknik analisis gender dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan dimulai dengan menganalisis permasalahan gender yang timbul dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan. a. Identifikasi peran gender dalam 3 (tiga) dimensi keberlanjutan. Menyusun pembagian kerja gender (pemetaan peran laki-laki dan perempuan) dalam setiap tahapan pengelolaan lahan kering untuk dimensi ekologi, ekonomi dan sosial. Peran perempuan dan laki-laki dapat dikategorikan dalam 2 (dua) hal (Hubeis, 1985), yaitu: 1. Peran Produktif yang terdiri dari: - peran produktif langsung seperti pekerjaan produktif di sektor pertanian antara mengolah tanah, memelihara tanaman, ternak dan ikan 53

13 termasuk bekerja di sektor formal sebagai pegawai negeri, buruh atau pengusaha/wiraswasta. - Peran produktif tidak langsung, yang tidak memperoleh upah seperti mengambil air, memasak, merawat anak, berbelanja, mencuci pakaian dan peralatan dapur, membersihkan rumah, dan menyeterika 2. Peran Non Produktif yang terdiri dari: - Peran dalam pendidikan formal seperti SD, SMP, dan pendidikan formal keagamaan dan pendidikan informal seperti pelatihan, penyuluhan - Peran dalam aktivitas sosial di sektor pertanian seperti penyelesaian konflik, penetapan aturan adat, keagamaan, dan peraturan perundangan lainnya dan kelembagaan tani dan media informasi b. Identifikasi faktor penyebab Faktor ketidakseimbangan gender dianalisis berdasarkan aspek akses, kontrol, manfaat dan partisipasi perempuan dan laki-laki c. Formulasi arahan kebijakan yang responsif gender Hasil identifikasi faktor penyebab ketidakseimbangan gender menjadi bahan pertimbangan untuk menyusun arahan kebijakan di masa yang akan datang agar kebijakan, program dan rencana aksi yang disusun akan bersifat responsif gender Analisis Prospektif Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk eksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang sesuai dengan kebutuhan dari pemangku kepentingan yang terlibat dalam sistem ini. Tahap analisis prospektif dimulai dengan penentuan faktor kunci dari pencapaian studi. Selanjutnya faktor kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Menurut Hardjomidjojo (2002), tahapan dalam melakukan analisis prospektif adalah sebagai berikut: 54

14 1. Menentukan faktor kunci untuk masa depan dari sistem yang dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi seluruh faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor variabel, menganalisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks, dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor ke dalam 4 (empat) kuadran utama, (Trayer- Polagawat, 2000) sebagaimana disajikan pada Gambar 7. Pengaruh Faktor Penentu INPUT Faktor Penghubung STAKE Faktor Bebas UNUSED Faktor Terikat OUPUT Ketergantungan Gambar 7.Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender (Byl et al., 2002). Penilaian pengaruh langsung antar faktor dalam sistem dilakukan dengan perbandingan berpasangan seperti disajikan pada Tabel 8. Pedoman pengisian Tabel 8 adalah sebagai berikut: 1. Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, diberi nilai Jika faktor tersebut memiliki pengaruh sangat kuat, diberi nilai Jika faktor tersebut memiliki pengaruh yang tidak kuat, maka diberi nilai 1 untuk pengaruh kecil, dan nilai 2 untuk pengaruh sedang. 2. Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama. 3. Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi perubahan elemen kunci dengan menentukan keadaan (state) pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana 55

15 yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. Tabel 8. Pengaruh langsung antar faktor dalam pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender. Dari Tehadap A B C D E F G H I J A B C D E F G H I J Sumber: Godet (1999). Keterangan : A J = Faktor penting dalan sistem Pedoman penilaian : Skor : Keterangan: 0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat. Secara rinci tujuan, sumber data, parameter/peubah, metode analisis dan output yang ingin dicapai dapat dilihat pada Tabel 9. 56

16 57

17 58

18 60

19 Tabel 9. Tujuan, sumber data, parameter/peubah, metode analisis dan output yang ingin dicapai No. Tujuan Sumber Data Parameter/Peubah Metode Analisis Output yang Diinginkan 1. Mengidentifikasi atribut pengelolaan berkelanjutan Hasil penelitian terdahulu Responden (pakar) Responden (petani) Survei lapangan Tiga dimensi pembangunan berkelanjutan (Ekologi, ekonomi, dan sosial) FGD Tabulasi (prioritas) Penelusuran pustaka Atribut untuk menentukan nilai keberlanjutan pengelolaan lahan. 2. Menentukan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering 3. Mengidentifikasi pola relasi gender pada pengelolaan lahan kering berkelanjutan Hasil penelitian terdahulu Responden (pakar) Responden (petani Survei lapangan Laporan/dokumen Survei lapangan Responden petani Atribut yang disusun pada tujuan 1. Pembagian peran (domestik dan produktif) Akses, Kontrol, Manfaat, dan partisipasi MDS Pembagian kerja gender. Identifikasi penyebab Tabulasi Persentase Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering pada setiap dimensi pembangunan. Pola relasi gender (Laki-laki dominan, Perempuan dominan, atau lakilaki dan perempuan). 4. Membangun model pengelolaan lahan kering berbasis gender. Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan lahan (MDS). Responden (pakar) Hasil analisis gender Faktor-faktor yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan kering. Peran gender yang sensitif. Pemodelan sistem Analisis deskriptif. Analisis Prospektif Tabulasi dan persentase Model pengelolaan lahan kering berbasis gender.

20 Tabel 9. (Lanjutan) No. Tujuan Sumber Data Parameter/Peubah Metode Analisis Output yang Diinginkan 5. o Merumuskan rekomendasi kebijakan Hasil Analisis gender Hasil Analisis MDS Hasil Analisis Prospektif (faktor Deskriptif Analisis Prospektif Terumuskannya rekomendasi dan strategi Responden yang berpengaruh Simulasi model kebijakan dan pengelolaan lahan tinggi terhadap strategi pengelolaan kering berkelanjutan tujuan sistem dan lahan kering ketergantungan antar berkelanjutan berbasis gender faktor berbasis gender. rendah/kuadran I)

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan mulai bulan Februari 2011 hingga Oktober 2011. Lokasi penelitian dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai Juli 2006. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Propinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan mempunyai potensi yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. i i

Ringkasan Eksekutif. i i Ringkasan Eksekutif Dalam rangka meningkatkan peranan dalam usaha konservasi DAS yang rusak, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian melaksanakan program Pilot Project Optimasi Lahan responsif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang menjadi penelitian adalah P.T. Perkebunan Nusantara VIII

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang menjadi penelitian adalah P.T. Perkebunan Nusantara VIII 29 BAB III METODE PENELITIAN A Lokasi & Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi yang menjadi penelitian adalah P.T. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Teh Ciater. Perkebunan Ciater terletak di kaki Gunung Tangkuban

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. 3.2 Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Keluaran

III METODE PENELITIAN. 3.2 Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Keluaran 35 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten dengan pertimbangan sebagai berikut (1) kawasan tersebut mewakili karakteristik

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan sistem usahatani yang selama ini dilakukan pada umumnya belum sepenuhnya menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya produktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pemerintah daerah yang diterapkan telah cukup mengandung aspek pembinaan dan penerapan kelestarian lingkungan. Wilayah yang

Lebih terperinci

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

BAB V. kelembagaan bersih

BAB V. kelembagaan bersih 150 BAB V ANALISIS KEBERLANJUTAN 5.1 Analisis Dimensional Analisis keberlanjutan pengelolaan air baku lintas wilayah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih DKI Jakarta mencakup empat dimensi yaitu dimensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia Timur dengan mengambil contoh di dua kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet (hevea brasiliensis) di kabupaten bandung barat

DAFTAR ISI Riko ArRasyid, 2014 potensi pengembangan budidaya karet (hevea brasiliensis) di kabupaten bandung barat DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR PETA... xx DAFTAR LAMPIRAN... xxi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa : ISI FORM D *Semua Informasi Wajib Diisi *Mengingat keterbatasan memory database, harap mengisi setiap isian dengan informasi secara general, singkat dan jelas. A. Uraian Kegiatan Deskripsikan Latar Belakang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 4). Wilayah ini berada di bagian utara Kabupaten Nunukan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadilan dan kesetaraan gender telah menjadi isu global. Perubahan terjadi sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan (security)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 9 Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian... 9 Manfaat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data 13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 55 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lima bandara di Indonesia, yaitu bandara Juanda di Surabaya, bandara Hasanuddin di Makasar, bandara Pattimura di Ambon,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Kondisi Geografis dan Administratif Kawasan Minapolitan Bontonompo terletak di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Gowa terletak

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dewasa ini masyarakat mulai memberi perhatian lebih besar pada kualitas makanan termasuk sayuran yang mereka konsumsi. Masyarakat menghendaki produk sayuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara, fenomena kesenjangan perkembangan antara wilayah selalu ada sehingga ada wilayah-wilayah yang sudah maju dan berkembang dan ada wilayah-wilayah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penyusunan model pengelolaan air bersih berkelanjutan yang berbasis otonomi daerah dilakukan dengan melakukan identifikasi kebijakan yang ada baik yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu tantangan pembangunan jangka panjang yang harus dihadapi Indonesia terutama di kota-kota besar adalah terjadinya krisis air, selain krisis pangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Jawa Barat dan Daerah Irigasi Cihea yang mencakup tiga kecamatan yaitu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI Sumbu Y setelah Rotasi: Skala Sustainability Attribute VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI 6. Keberlanjutan Rawa Lebak Masing-masing Dimensi Analisis status keberlanjutan pemanfaatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. [Type text] [Type text] [Type tex[type text] [T KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Studi Penerapan Mekanisme Insentif

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 47 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Kabupaten Natuna merupakan salah satu daerah tertinggal dari tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau. Daerah tertinggal adalah daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Mahulu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

2 KERANGKA PEMIKIRAN

2 KERANGKA PEMIKIRAN 2 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Bab Pendahuluan, maka penelitian ini dimulai dengan memperhatikan potensi stok sumber

Lebih terperinci

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air BAB VI PENUTUP Air dan lahan merupakan dua elemen ekosistem yang tidak terpisahkan satu-sama lain. Setiap perubahan yang terjadi pada lahan akan berdampak pada air, baik terhadap kuantitas, kualitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perbatasan di Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan negara tetangga (Malaysia) memiliki panjang sekitar 1,02 ribu km, membentang dari Kabupaten Nunukan,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA Iis Arsyad¹, Syaiful Darman dan Achmad Rizal² iis_arsyad@yahoo.co.id ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan tipe penelitian yang memakai metode deskripstif kuantitatif dan kualitatif melalui eksplorasi data dan fakta di lapangan. Selain

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iv vii ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Permasalahan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Sigit Pranoto F34104048 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK

ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN ABSTRAK BULETIN PSP ISSN: 251-286X Volume No. 1 Edisi Maret 12 Hal. 45-59 ANALISIS KEBERLANJUTAN RAPFISH DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA, IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) DI PERAIRAN TANJUNGPANDAN Oleh: Asep Suryana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2, 188-192 (Oktober 2013) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00042

Lebih terperinci