IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun salak pondoh Desa Bangunkerto,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III.TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

HASIL DAN PEMBAHASAN

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB 3. METODE PENELITIAN

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Teknik Budidaya Singkong Mekarmanik Teknologi MiG-6PLUS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun yang ditanam pada kebun salak seluas 3 m 2 (Gambar 23 dalam Lampiran). Tanaman yang digunakan diasumsikan homogen karena dari tahun ke tahun perlakuan yang diberikan seperti pupuk dan pengairan menggunakan metode yang sama. Pemupukan yang digunakan yaitu sudah menggunakan pupuk organik yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk tersebut diaplikasikan setiap tahun pada rumpun, namun selama proses penelitian tidak dilakukan pemupukan karena sudah dilakukan pada awal tahun 215. Pengairan dilakukan dengan cara mengaliri bedengan setiap 1-2 minggu sekali tergantung giliran pengairan yang diberikan oleh pemerintah setempat. Hal tersebut dikarenakan pengairan untuk kebun didatangkan dengan menggunakan truk tangki air bantuan dari pemerintah terlebih lagi pada musim kemarau yang sulit mendapatkan air untuk pengairan kebun. Berbeda dengan musim hujan yang airnya dapat diandalkan untuk pengairan salak dan tidak perlu disiram karena salak tidak dapat tumbuh optimal pada tanah yang terlalu basah. Organisme yang mengganggu tanaman pada saat penelitian yaitu tikus yang memakan buah matang terutama sampel pada perlakuan EMS 1,5% karena buah yang dihasilkan besar sehingga terdapat 2 sampel yang terkena hama tikus. Antisipasi dalam menghadapi hama ini telah diganti dengan sampel lain yang merupakan cadangan sehingga data penelitian tetap dapat diamati dan dihitung. Pengamatan dilakukan pada 1 minggu setelah penyerbukan (MSP), 2 MSP (Gambar 31 dalam Lampiran), 4 MSP (Gambar 3 dalam Lampiran), dan 8 MSP. Pada pengamatan 1 MSP dapat diketahui mana bunga yang berhasil diserbuki (Gambar 27 dalam Lampiran) dan yang gagal diserbuki (Gambar 29 dalam Lampiran). Pengamatan 4 MSP dilakukan untuk mengetahui perkembangan buah dan mengamati apabila terdapat sampel yang terkena hama atau penyakit. Pada 15 MSP 17

18 didapati sampel terkena hama tikus. Sampel yang terkena hama tikus dilihat dengan ciri-ciri kulit buah yang masih menempel pada tandan dan terdapat keratan dari tikus (Gambar 28 dalam Lampiran), daging buah habis dimakan dan bijinya berada disekitar pohon yang tandannya diserang tikus tersebut. Pemanenan buah pada penelitian ini dilakukan 2 kali yaitu yang pertama pada 28 MSP yaitu 3% dari total sampel yang ada yang sudah dapat dipanen, sedangkan sisanya baru dapat dipanen pada 31 MSP (Gambar 33 dalam Lampiran). Menurut Nandariah (211) ta naman salak dapat tumbuh optimal pada ketinggian 7 m diatas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2-4 mm/bulan atau sekitar 24-48 mm/tahun. Kebun salak pada penelitian ini juga berada pada ketinggian sekitar 7 m diatas permukaan laut sehingga dapat optimal. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya kebun salak di Kecamatan Pakem hingga menjadi sentra pertanaman salak di kota Sleman maupun di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Jumlah Buah per Tandan Jumlah buah per tandan diperoleh dengan cara menghitung total buah dalam satu tandan pada setiap perlakuan (Gambar 35 dalam Lampiran). Perhitungan jumlah buah per tandan dilakukan langsung setelah proses pemanenan selesai. Hal tersebut dilakukan sekaligus untuk melepas tandan yang lembab karena hujan dan dapat menyebabkan kebusukan buah pada proses pengangkutan karena berada pada satu kantung plastik. Jumlah Buah/tandan 4 3 2 1 11.17 a 17. ab 22.17 bc 31. c 17.17 ab %.5% 1% 1.5% 2% Angka yang diikuti indeks huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Gambar 4. Histogram pemberian EMS terhadap jumlah buah per tandan.

19 Berdasarkan analisis ragam jumlah buah per tandan (Tabel 1 Lampiran 1) diketahui bahwa pemberian EMS berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tandan. Jumlah buah per tandan tertinggi pada perlakuan EMS 1,5% yaitu 31 buah per tandan yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yang hanya 11 buah per tandan. Menurut Qosim et al. (215) pemberian EMS juga meningkatkan jumlah tunas pada regenerasi dua genotip manggis asal purwakarta dan pandeglang pada konsentrasi EMS,5%. Pemberian EMS dapat meningkatkan jumlah total buah juga dilaporkan pada penelitian Jabeen (22) pada tanaman cabai dengan konsentrasi,1%. Histogram di atas (Gambar 4) menunjukkan hasil pemberian EMS konsentrasi 1,5% sebanyak 31 buah per tandan dan 1% sebanyak 22,17 buah per tandan. Hasil tersebut berbeda nyata dengan konsentrasi EMS % yang hanya sebanyak 11,167 buah per tandan yang sejalan dengan pernyataan Herwin et al. (2) bahwa jumlah buah per tandan untuk salak pondoh sekitar 1-2 buah. Pemberian konsentrasi EMS,5% dan 2% tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Jumlah Buah per Tandan (Buah) 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5.%.5% 1.% 1.5% 2.% 2.5% Gambar 5. Sebaran jumlah buah per tandan pada pemberian berbagai konsentrasi EMS. Berdasarkan Gambar 5 diatas diketahui bahwa pemberian EMS menyebabkan keragaman jumlah buah per tandan. Jumlah buah per tandan paling tinggi pada

2 perlakuan EMS 1,5%. Pemberian EMS dengan konsentrasi,5% pada bunga betina salak sebelum penyerbukan juga menyebabkan terdapat sampel dengan jumlah buah pertandan hanya 4 buah. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Nurmayulis (21) bahwa pemberian EMS dapat menyebabkan penurunan sifat kuantitatif yang diakibatkan oleh mutasi yang terjadi dapat menonaktifkan sejumlah gen pengendali sifat kuantitatif sehingga menghambat pertumbuhan buah. K: %; K1:,5 %; K2: 1 %; K3: 1,5 % K4: 2 % Gambar 6. Foto perbandingan jumlah buah per tandan pada setiap konsentrasi. Jumlah buah per tandan juga dipengaruhi oleh ekosistem, faktor lingkungan seperti curah hujan dan lain-lain. Curah hujan yang tinggi dapat menggugurkan buah matang yang berada di ujung tandan. Selain itu hewan disekitar lahan juga berpengaruh seperti tikus yang memakan buah matang pada tandan. Semakin banyak jumlah buah per tandan maka ukuran per buahnya menjadi lebih kecil karena ruang yang sempit serta persaingan antar buah satu dengan yang lain mengakibatkan perkembangan yang kurang optimal bagi setiap buah dalam satu tandan. Begitupun sebaliknya, jumlah buah yang sedikit mengakibatkan ukuran buah yang besar karena

21 perkembangan buah optimal. Menurut Nandariyah (211) buah salak umur 1-2 bulan yang kecil dan atau yang letaknya terjepit antar tandan perlu dijarangi. Penjarangan buah sendiri bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan buah lainnya dalam satu tandan tersebut, namun dalam penelitian ini tidak dilakukan penjarangan karena untuk melihat hasil murni dari pemberian EMS terhadap bunga betina salak sebelum penyerbukan. C. Berat Buah per Tandan Berat buah per tandan dihitung dengan menggunakan timbangan buah (Gambar 34 dalam Lampiran). Berat buah per tandan yang tinggi dapat dipengaruhi oleh besarnya tandan maupun berat per buahnya. Berat maupun ukuran buah biasanya dipengaruhi oleh hasil penjarangan, namun pada penelitian ini murni didapatkan dari pemberian EMS pada bunga betina sebelum penyerbukan. Menurut Nurrochman, Trisnowati, dan Muhartini (213) buah salak tanpa penjarangan akan tumbuh dengan saling berhimpitan dalam ruang yang sempit sehingga tidak mampu berkembang secara maksimal. Bobot buah per tandan juga merupakan variable yang penting karena berkaitan dengan pendapatan petani dalam usaha budidaya salaknya. Berat Buah per Tandan (gram) 25 2 15 1 5.%.5% 1.% 1.5% 2.% 2.5% Gambar 7. Sebaran berat buah per tandan pada pemberian berbagai konsentrasi EMS.

22 Berdasarkan Gambar 7 di atas diketahui bahwa pemberian EMS pada bunga betina salak sebelum penyerbukan menyebabkan variasi berat buah per tandan. Ratarata berat buah per tandan pada perlakuan EMS 1,5% menunjukkan berat buah per tandan yang cukup besar, namun terdapat satu sampel yang memiliki berat buah per tandan yang sangat rendah yang merupakan penurunan kualitas bukan perbaikan kualitas. Pemberian EMS pada konsentrasi,5% menunjukkan didapatinya satu sampel dengan berat buah per tandan yang cukup tinggi dibandingkan sampel lain pada perlakuan EMS,5%. Berdasarkan analisis ragam berat buah per tandan (Tabel 2 Lampiran 1) pemberian EMS pada bunga betina sebelum penyerbukan memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tandan. Menurut Nurrochman, Trisnowati, dan Muhartini (213) berat buah per tandan salak pondoh pada umumnya antara 7-17 gram, sedangkan pada penelitian ini ditemukan satu tandan dengan berat 2 gram pada pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5%. Hasil tersebut cukup signifikan dibandingkan dengan rata-rata hasil perlakuan kontrol yang hanya 6 gram per tandan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Wiguna (211) yaitu pemberian EMS pada konsentrasi,1% dapat meningkatkan berat seribu butir biji pada tanaman wortel. Berat Buah per tandan (gram) 2 15 1 5 629.33 a 129.33 ab 1113. ab 1534.16 b 921.5 a %.5% 1% 1.5% 2% Angka yang diikuti indeks huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Gambar 8. Histogram pemberian EMS terhadap berat buah per tandan.

23 Berat buah per tandan tertinggi yaitu pada pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5% sama dengan variable pengamatan jumlah buah per tandan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian EMS pada konsentrasi 1,5% meningkatkan jumlah buah dan sekaligus berat per tandannya. Pemberian konsentrasi EMS dengan konsentrasi,5% dan 1% menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan mencapai berat tertinggi pada konsentrasi 1,5%, sedangkan pada konsentrasi EMS 2% mengalami penurunan berat buah per tandan. Menurut Manzila et al. (21) pemberian EMS juga dapat menurunkan bobot buah cabai hingga 9,7% pada perendaman EMS,5% selama 6 menit. Berat buah pertandan terendah pada penelitian ini yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 629,33 gram per tandan. Berdasarkan hasil uji DMRT menunjukkan bahwa pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5% menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan pemberian EMS dengan konsentrasi % dan 2%. EMS dengan konsentrasi 1,5% menghasilkan berat 1534 gram buah per tandan berbeda nyata dibandingan perlakuan kontrol dengan pemberian EMS % yaitu sebesar 629 gram buah per tandan. Perlakuan lain yaitu K4 atau pemberian konsentrasi EMS 2% menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol namun juga berbeda nyata dengan pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5%, sedangkan pemberian konsentasi EMS,5% dan 1% tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol maupun pemberian EMS konsentrasi 1,5%. D. Berat Satu Buah Berat satu buah dihitung dengan menggunakan timbangan analitik dengan mengikutsertakan kulit buahnya (Gambar 36 dalam Lampiran). Buah terbesar pada penelitian ini ditemukan pada konsentrasi 1,5% dengan berat 61,14 gram (Gambar 9) namun hanya muncul beberapa sehingga masih lebih rendah dengan perlakuan pemberian EMS konsentrasi,5%. Buah tersebut berbiji 3 sama dengan buah lain namun hanya ukuran dan berat satu buahnya yang lebih besar. Menurut Qosim et al. (215) induksi mutasi pada tanaman dengan penggunaan EMS dapat menyebabkan mutasi DNA yang berakibat adanya perubahan

24 morfologi pada tanaman tersebut. Pemberian EMS juga menyebabkan mutasi titik yang menyebabkan perubahan secara acak. Hal tersebut yang menyebabkan hanya terdapat beberapa buah yang mengalami perubahan yang signifikan seperti pada gambar 9. Gambar 9. Foto buah pada pemberian EMS konsentrasi 1,5% yang memiliki berat satu buah paling besar. Hasil analisis ragam berat satu buah (Tabel 3 Lampiran 1) menunjukkan bahwa pemberian EMS pada bunga betina salak berpengaruh nyata terhadap berat satu buah. Berat satu buah tertinggi didapatkan pada pemberian EMS dengan konsentrasi,5%. Berat satu buah paling rendah yaitu pada perlakuan kontrol. Menurut Saba (22) berat buah cabai juga meningkat pada pemberian EMS dengan konsentrasi,5%. Berat Satu Buah (gram) 7 6 5 4 3 2 1 4.89 a 55.4 b 47.96 ab 46.14 a 47.44 ab %.5% 1% 1.5% 2% Angka yang diikuti indeks huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Gambar 1. Histogram pemberian EMS terhadap berat satu buah.

25 Berdasarkan histogram di atas diketahui hasil uji DMRT pemberian EMS konsentrasi,5% yaitu menghasilkan berat 55,5 gram per buah berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yaitu sebesar 4,89 gram per buah dan konsentrasi 1,5% sebesar 46,14 gram per buah. Pemberian konsentrasi EMS 1% dan 2% pada bunga betina salak sebelum penyerbukan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan pelakuan kontrol maupun perlakuan K3 yaitu pemberian EMS 1,5%. Perlakuan EMS 1% menghasilkan berat 47,96 gram per buah, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian EMS 2% yang menghasilkan 47,44 gram per buah. Buah salak yang memiliki ukuran maupun berat buah yang besar memiliki buah yang padat dan atau biji besar yang meningkatkan hasil berat per buah. Berdasarkan gambar 11 diketahui bahwa keragaman genetik paling tinggi yaitu pada pemberian EMS pada bunga betina sebelum penyerbukan dengan konsentrasi 1,5%. Terdapat buah dengan berat terbesar pada penelitian ini (Gambar 9). Pada konsentrasi EMS 1,5% juga didapati buah yang memiliki berat yang kecil yaitu hampir setengah berat tertingginya. Hal tersebut menunjukkan keabnormalan pertumbuhan yang merupakan ciri-ciri keragaman genetik yang dihasilkan dengan mutasi titik. 7 Berat Satu Buah (gram) 6 5 4 3 2 1.%.5% 1.% 1.5% 2.% 2.5% Gambar 11. Sebaran berat satu buah pada pemberian berbagai konsentrasi EMS.

26 E. Tebal Daging Buah Tebal daging buah dihitung menggunakan jangka sorong dengan menghilangkan biji dan kulit buah terlebih dahulu setelah itu buah dipotong secara vertikal (Gambar 39 dalam Lampiran). Perhitungan dilakukan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian.1 mm. Semakin kecil biji maka tebal buahnya akan semakin besar. Berdasarkan analisis ragam tebal daging buah (Tabel 4 Lampiran 1) menunjukkan bahwa pemberian EMS pada bunga betina salak tidak berpengaruh nyata terhadap tebal daging buah salak. Tebal daging buah tertinggi yaitu pada pemberian EMS dengan konsentrasi 2% yaitu sebesar 2,94 mm. Pemberian EMS dengan konsentrasi % atau perlakuan kontrol mendapatkan hasil tebal daging buah terendah yaitu sebesar 2,74 mm. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Manzila et al. (21) bahwa pemberian EMS pada konsentrasi,5% dapat meningkatkan diameter cabai hingga 1 mm dari kontrol yang hanya 2,9 cm menjadi 3,16 cm. Menurut Irwan, Ratna, dan Diana (215) induksi mutagen kimia seperti EMS dapat mengubah sebagian sifat tanaman namun tidak semua dapat berubah. Hal tersebut dapat terjadi pada parameter tebal daging buah sehingga tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata terhadap hasil pemberian EMS. Tebal buah tertinggi yaitu didapatkan pada pemberian EMS dengan konsentrasi 2% sedangkan tebal daging terendah didapatkan pada pemberian EMS dengan konsentrasi 1%.

27. %.5% 1% 1.5% 2% Angka yang diikuti indeks huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Gambar 12. Histogram pemberian EMS terhadap tebal daging buah. F. Jumlah Biji per Buah Buah salak pada umumnya memiliki 1-3 biji per buah. Masing-masing biji tersebut diselimuti oleh daging buah. Salak yang hanya memiliki 1 biji pada umumnya memiliki 2 buah yang tidak berbiji. Salak yang memiliki 2 biji umumnya hanya memiliki satu buah yang tidak berbiji ( Gambar 37 dalam Lampiran), dan sedangkan salak yang memiliki 3 biji umumnya tidak memiliki buah yang tidak berbiji. Menurut Verheij dan Coronel (1997) biji buah salak pada umunya berwarna coklat kehitaman, keras, dan memiliki panjang sekitar 2-3 cm. Jumlah biji per buah dihitung dengan mengupas kulit salak terlebih dahulu, lalu memotong bagian tengah buah sehingga diketahui ada berapa biji dalam buah tersebut. Berdasarkan analisis ragam jumlah biji per buah (Tabel 5 Lampiran 1), hasil pemberian EMS terhadap bunga betina salak sebelum penyerbukan berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per buah. Perlakuan kontrol menunjukkan hasil terendah dengan rata-rata jumlah biji per buah yaitu 2. Jumlah biji per buah paling tinggi pada perlakuan EMS dengan konsentrasi 1,5% yaitu 2,8 yang berarti hampir seluruh buah berbiji 3. Tebal Daging Buah (mm) 3.5 3. 2.5 2. 1.5 1..5 2.74 a 2.78 a 2.59 a 2.91 a 2.95 a

28 Jumlah Biji/Buah (Biji) 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 2.3 a 2.82 b 2.65 b 2.85 b 2.83 b %.5% 1% 1.5% 2% Angka yang diikuti indeks huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Gambar 13. Histogram pemberian EMS terhadap jumlah biji per buah. K: %; K1:,5 %; K2: 1 %; K3: 1,5 %; K4: 2 % Gambar 14. Foto jumlah biji per buah pada setiap konsentrasi.

29 Perlakuan,5%, 1%, 1,5%, dan 2% tidak berbeda nyata satu sama lain pada uji DMRT taraf 5% yaitu rata-rata 3 biji per buah, namun berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yang menghasilkan rata-rata 2 biji per buah. Rata-rata jumlah biji 3 terbanyak dihasilkan dari pemberian EMS konsentrasi 2% namun tidak berbeda nyata dengan pemberian EMS pada konsentrasi lainnya. Pemberian EMS pada bunga betina salak sebelum penyerbukan justru menambah jumlah biji perbuah yaitu 3 biji per buah pada semua konsentrasi kecuali kontrol (Gambar 14). G. Jumlah Buah Tanpa Biji dalam Satu Tandan Pemberian EMS pada bunga betina salak sebelum penyerbukan belum dapat meningkatkan kualitas buah pada variable jumlah buah tanpa biji. Dilihat dari hasil pengamatan tidak ada buah tanpa biji yang terbentuk dalam satu tandan pada semua perlakuan konsentrasi EMS yang diberikan sehingga hasil dari variable ini pada semua perlakuan. Hasil penelitian mendapati 3 buah dengan anakan yang besar pada perlakuan K3 yaitu pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5%. Hal tersebut merupakan respon positif pemberian EMS pada bunga betina sebelum penyerbukan yang menyebabkan satu septa (siung buah salak) tidak berbiji den gan ukuran yang besar. Gambar 15. Foto buah yang tidak memiliki biji dengan ukuran besar pada pemberian EMS konsentrasi 1,5%.

3 Buah salak pada umumnya yang memiliki 2 biji per buah dan memiliki 1 buah yang kecil, namun 4 sampel yang ditemukan pada K3 yaitu pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5% memiliki 2 biji per buah dan anakan yang besar. K3 pembawa EMS dengan konsentrasi 1,5% memiliki potensi untuk membentuk buah tanpa biji untuk perbaikan kualitas salak pondoh. Menurut Pratiwi, Made, dan Ida (213) perlakuan EMS juga menyebabkan variasi tanaman, dibuktikan pada penelitiannya pada Marigold dengan munculnya beberapa bunga dengan warna kuning pada perlakuan EMS,6%. Hal tersebut sejalan dengan ditemukannya anakan buah yang besar pada beberapa sampel pada pemberian EMS konsentrasi 1,5%. H. Berat Biji per Buah Berat biji per buah dipengaruhi oleh jumlah biji dalam satu buah. Semakin banyak biji dalam buah maka berat biji per buahnya akan semakin besar dan begitupun sebaliknya. Berat biji per buah dihitung dengan cara menimbang seluruh biji yang ada dalam satu buah (Gambar 38 dalam Lampiran). Apabila buah tersebut berbiji 3 maka ketiganya ditimbang menjadi satu, begitupun apabila biji yang terdapat pada buah hanya satu maka ditimbang hanya satu biji. Angka yang diikuti indeks huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Gambar 16. Berat Biji/Buah (gram) 14 12 1 8 6 4 2 8.15 a 11.75 b 9.7 a 9.36 a 9.56 a %.5% 1% 1.5% 2% Histogram pemberian EMS terhadap berat biji per buah

31 Analisis ragam Berat Biji per Buah (Tabel 6 Lampiran 1) pemberian EMS pada bunga betina salak sebelum penyerbukan berpengaruh nyata terhadap berat biji per buah. Berat biji per buah tertinggi diperoleh dari pemberian EMS dengan konsentrasi,5% yaitu sebesar 11,75 gram. Perlakuan kontrol mendapatkan berat biji per buah terendah yaitu sebesar 8,14 gram. Pengujian data dilanjutkan dengan uji DMRT yang menunjukkan pemberian EMS dengan konsentrasi,5% dengan berat biji per buah yaitu 11,75 gram berbeda nyata dengan perlakuan kontrol yang menghasilkan berat biji per buah sebesar 8,14 gram, sedangkan untuk perlakuan EMS 1%, 1,5%, dan 2% menunjukkan hasil yang lebih besar dengan perakuan kontrol namun tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukan bahwa pemberian EMS terhadap bunga betina salak sebelum penyerbukan justru membuat biji semakin besar yang merupakan respon negatif dari pemberian EMS pada bunga betina sebelum penyerbukan. Bertambahnya berat biji perbuah berarti menambah berat satu buah maupun berat buah per tandan dan dapat menguntungkan petani, namun hal tersebut merugikan konsumen yang membeli karena sedikit buah yang dapat dikonsumsi. Hasil yang diharapkan pada variabel berat buah per tandan yaitu terdapat respon positif terhadap penurunan berat biji akibat pemberian EMS pada bunga betina salak sebeum penyerbukan. a. b. Gambar 17. Foto biji salak (a) Biji pada perlakuan kontrol; (b) Biji pada perlakuan EMS 1,5% yang mengalami penurunan biji, berat ringan, dan permukaan kasar. Pemberian EMS pada konsentrasi 1,5% tidak menunjukkan penurunan berat biji per buah, namun ditemukan 3 biji dengan bentuk yang berbeda dengan biji lain pada umumnya. Biji yang ditemukan pada pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5%

32 ini (gambar 17) memiliki permukaan yang kasar atau mengkerut. Biji ini juga sangat ringan yaitu dengan berat 1,8 gram dan ukurannya kecil dibandingkan dengan biji lain pada perlakuan tersebut. Tidak hanya pada pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5% yang didapati biji berbeda dengan biji salak pada umumnya. Terdapat penurunan ukuran biji pada perlakuan EMS dengan konsentrasi 1%, 1,5%, dan 2% (Gambar 18) namun hanya ditemukan beberapa karna sifat mutasi yang acak tidak semua dapat berubah (Gambar 19). Biji paling kecil ditemukan pada konsentrasi EMS 2% namun memiliki berat yang lebih besar dibandingkan biji yang ditemukan berbeda pada pemberian EMS dengan konsentrasi 1,5% yaitu sebesar 1,93 gram. Pemberian EMS konsentrasi,5% justru memiliki berat biji paling besar dibanding perlakuan yang lain yaitu dengan berat biji paling tinggi sebesar 5,94 gram. Rata-rata biji pada perlakuan ini cenderung lebih besar, bahkan melebihi kontrol dan perlakuan lainnya dan sebarannya tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan rata-rata biji pada perlakuan ini besar (Gambar 19). a. b K: % ; K1:,5 % K2: 1 % ; K3: 1,5 % K4: 2 % Gambar 18. K K1 K2 K3 K4 Foto perbandingan ukuran biji salak pada setiap perlakuan (a) penurunan ukuran biji pada setiap perlakuan; (b) ukuran biji standar pada setiap perlakuan.

33 14 Berat Biji per Buah (gram) 12 1 8 6 4 2.%.5% 1.% 1.5% 2.% 2.5% Konsentasi EMS Gambar 19. Sebaran berat biji per buah pada pemberian berbagai konsentrasi EMS I. Kadar Gula Kadar gula pada salak sendiri dipengaruhi oleh kadar tannin pada daun (Sudarmadi dan Dzanuri 1996). Pemberian EMS pada bunga betina salak sebelum penyerbukan tidak berpengaruh terhadap kadar gula pada salak. Selain dengan pengukuran kadar gula menggunakan alat hand refractometer (Gambar 4 dalam Lampiran), kadar gula juga dapat dihitung dengan metode uji hedonek dengan skoring nilai 1-5, 1 berarti sepat, dan 5 sangat manis (Solusi, Suyanti, dan Sjairullah 1996) namun dalam penelitian ini hanya digunakan pengukuran dengan hand refractometer. Menurut Nurrochman et al. (213) kadar gula salak pondoh berkisar antara 17-19 brix. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar gula yang dihitung dalam penelitian ini dengan pemberian EMS masih dalam kategori normal, ditambah lagi dengan analisis data didapatkan hasil yang tidak berpengaruh nyata sehingga tidak ada perbedaan kadar gula yang nyata antar perlakuan.

34 25 Kadar Gula (Brix) 2 15 1 5 18.67 a 17.67 a 17.33 a 18.33 a 19.33 a K %,5% K1 K2 1% 1,5% K3 2% K4 Angka yang diikuti indeks huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Gambar 2. Histogram pemberian EMS terhadap kadar gula salak. Berdasarkan analisis ragam kadar gula (Tabel 7 Lampiran 1) diketahui bahwa pemberian EMS tidak berpengaruh terhadap kadar gula dari buah salak dengan kata lain tidak mempengaruhi rasa dari buah salak tersebut. Kadar gula tertinggi pada pemberian EMS dengan konsentrasi 2% yaitu sebesar 19,33 brix. Pemberian EMS dengan konsentrasi 1% memiliki kadar gula paling rendah yaitu sebesar 17,33 brix.