BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung zat kekebalan terhadap infeksi diantaranya immunoglobulin

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB II TINJAUAN TEORI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

Bab 1.Pengenalan MP ASI

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI BAYI DAN BALITA. CATUR SAPTANING W, S.Gz, MPH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

Dari 60,7 gr protein nabati, 32,8 gr = 27,9 gr; bila protein nabati ini disumbang dari tempe 17,9 gram, dan tahu 10 gr.

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Veni Hadju Nurpudji Astuti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ksep Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2. Tingkatan Pengetahuan 2.1.2.1. Tahu ( Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali) terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2.2. Memahami (Comprehensi) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan ctoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2.3. Aplikasi (Applicati) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau ksolidasi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam kteks atau situasi yang lain. (Notoaatmodjo, 2003)

2.1.2.4. Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu kompen kompen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan (Notoatmodjo, 2003) 2.1.2.5. Sintesis (Sinthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2.6. Evaluasi (Evaluati) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap Suatu materi atau obyek penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya (Notoatmodjo, 2003). 2.1.3. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau respden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003). a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% -100% b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60% - 75% c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60% 2.1.4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor: a) Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

b) Umur Makin tua seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur - umur tertentu atau menjelang usia lanjut, kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Notoatmodjo, 2003). c) Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akam mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Notoatmodjo, 2003). d) Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif atau negatif (Notoatmodjo, 2003). e) Sumber Informasi Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik makan pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku (Notoatmodjo, 2003). f) Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia

akan mampu menyediakan atau membeli fasilitas fasilitas sumber informasi (Notoatmodjo, 2003). g) Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam dapat mempengaruhi pengetahuan persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2003). 2.2. Makanan Tambahan 2.2.1. Definisi Makanan Tambahan Makanan tambahan atau makanan pendamping adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan atau makanan pendamping (MP-) adalah makanan yang diberikan kepada bayi disamping untuk memenuhi kebutuhan gizinya, MP- diberikan mulai umur 6-24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ke makanan, pengenalan dan pemberian MP- harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP- (Depkes RI, 2004). 2.2.2. Tujuan dan Manfaat Pemberian Makanan Tambahan Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayi diantaranya untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia bayi atau anak, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai bentuk, tekstur dan rasa, melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi, serta mengembangkan kemampuan untuk mengunyah dan menelan makanan (Sulistijani, 2001) Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ke makanan. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan

tambahan merupakan salah satu proses pendidikan yang mengajarkan bayi untuk mengunyah dan menelan makanan padat serta menerima bermacam-macam makanan (Krisnatuti, 2000). 2.2.3. Komposisi Makanan Tambahan Karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi yang paling murah. Untuk mencukupi kebutuhan energi dianjurkan sekitar 60 sampai 70% energi total berasal dari karbohidrat. Pada dan sebagian besar susu formula bayi, 40 sampai 50% kandungan kalorinya berasal dari karbohidrat terutama laktosa (Krisnatuti,2000). Protein rata-rata sebesar 1,15g/100ml sehingga apabila bayi mengksumsi selama 4 bulan pertama itu sekitar 600-900ml/hari. Bertambahnya usia bayi maka suplai protein yang dibutuhkan oleh bayi semakin meningkat. Pertambahan protein pada bayi yang diberi makanan tambahan untuk pertama kalinya (6-12 bulan) pertambahan proteinnya tidak terlalu besar. Setelah menginjak usia satu tahun bayi membutuhkan protein sekitar dua kali lipat pada masa sebelumnya (Krisnatuti,2000). Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati yang baik untuk bayi dan sebagai bahan campurannya digunakan tempe kedelai dan kacang tanah. Sumber protein hewani seperti daging, telur, atau susu mengandung profil asam amino yang lengkap termasuk asam amino esensial yang mutlak dibutuhkan untuk perkembangan tubuh manusia. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh manusia dan karenanya hanya dapat diperoleh dari makanan yang diksumsi. Berdasarkan kelengkapannya, kualitas protein hewani lebih baik dibandingkan protein nabati. Susu merupakan salah satu sumber protein terbaik. Namun demikian, bukan berarti kita boleh mengabaikan peran sumber protein nabati. Bahkan dalam tumpeng gizi seimbang yang dianjurkan ahli gizi, disarankan untuk mengombinasikan ksumsi protein hewani dan nabati, yakni masing-masing 2-3 porsi sehari (Baso, 2007) Lemak merupakan sumber energi dengan ksenstrasi cukup tinggi. Lemak berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan. Apabila energi dan protein sudah terpenuhi maka kecukupan gizi lemak yang dianjurkan tidak

dicantumkan karena secara langsung kecukupan lemak sudah terpenuhi (Krisnatuti, 2000). Vitamin yang dibutuhkan terdiri dari vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak terdiri atas vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut dalam air terdiri dari vitamin C, B1, riboflavin, niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin lain yang tergolg vitamin B kompleks (Krisnatuti, 2000). tidak mengandung vitamin D dalam ksentrasi yang dibutuhkan bayi. Vitamin ini secara alami dihasilkan oleh kulit ketika terpajan sinar matahari, dan bila bayi dibiarkan sering berjemur di daerah panas atau matahari beberapa kali seminggu maka kulitnya akan menghasilkan semua vitamin D yang dibutuhkan bayi (Satyanegara, 2004). Mineral dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Unsur Fe (besi) dan I (iodium) merupakan dua jenis mineral bayi yang jarang terpenuhi yang mengakibatkan anemia dan gdok. Bayi tidak dilahirkan dengan cadangan zat besi yang memadai yang akan melindungi bayi dari anemia. Jika bayi diberi, terdapat cukup zat besi yang dapat diserap baik untuk memberikan pasokan yang memadai pada bayi sehingga tidak dibutuhkan tambahan. Setelah bayi berusia enam bulan, bayi harus mulai diberikan makanan yang mengandung zat besi (sereal, daging, sayuran hijau), yang dapat menjamin pasokan zat besi yang mencukupi untuk pertumbuhan yang sehat (Satyanegara, 2004). Jenis mineral lainnya yang dibutuhkan bayi seperti kalsium, fosfor dan seng (Krisnatuti, 2000). Menurut Sjahmien Moehji (1988) campuran bahan pangan untuk makanan bayi terdiri dari dua jenis: - Campuran dasar (basic mix), terdiri dari serelia (biji-bijian) atau umbiumbian dan kacang-kacangan. Campuran ini belum memenuhi kandungan zat gizi yang lengkap sehingga masih perlu tambahan zat gizi lainnya seperti zat vitamin dan mineral. - Campuran ganda ( multi mix) terdiri dari makanan pokok sebagai bahan pangan utama dan merupakan sumber karbohidrat seperti serelia; laukpauk (hewani ataupun nabati) sebagai sumber protein, misalnya susu, daging, sapi, ayam, ikan, telur, da kacang-kacangan; sumber vitamin dan

mineral, berupa sayuran dan buah-buahan yang berwarna(terutama hijau tua dan jingga), dan tambahan energi berupa lemak, minyak, atau gula yang berfungsi untuk meningkatkan kandungan energi makanan campuran. 2.2.4. Jenis Makanan Tambahan a. Makanan Tambahan Lokal Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah di rumah tangga atau di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum diksumsi oleh bayi. Makanan tambahan lokal ini disebut juga dengan makanan pendamping lokal (MP- lokal) (Depkes RI, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan makanan bayi di rumah diantaranya menyiapkan makanan bayi dengan mengikuti cara-cara yang bersih dan higiene, menggunakan bahan makanan yang segar dan beku, melakukan metode masak yang baik diantaranya pengukusan lebih baik dari perebusan dan penyaringan lebih baik dari penggorengan, menambahkan sedikit gula bila dibutuhkan dan tidak memberika madu pada tahun pertama usia bayi karena ada kemungkinan madu mengandung Clostrridium Botulinum yang tidak aman bagi bayi, menghaluskan atau membuat pure (bubur ) buah segar yang telah dicuci bersih dan dikupas seperti pisang, papaya, pir, dan mel, serta makanan bayi yang dimasak di rumah dan segera dibekukan atau disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan di dalam lemari es selama satu atau dua hati kemudian dipanaskan dan segera diberi kepada bayi (Krisnatuti, 2000). Jenis makanan pendamping yang dapat diberikan mulai bayi berusia lebih dari 4 bulan adalah makanan bentuk setengah padat dapat berupa : Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah. Pilihlah buahbuahan yang sudah masak betul dan daging buahnya lembut seperti pisang amb, papaya, jeruk manis, tomat dan sebagainya. Hindarkan pemberian buah-buahan yang daging buahnya keras seperti nenas.

b. Makanan Tambahan Olahan Pabrik Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energi dan zat-zat gizi esensial pada bayi (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan pabrikan disebut juga makanan pendamping pabrikan (MP- pabrikan) atau makanan komersial. Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk campuran instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur (Krisnatuti, 2000). 2.2.5 Jumlah, Waktu, dan Frekuensi Pemberian Makanan Tambahan Keragaman aneka sumber makanan dapat diperkenalkan setelah bayi berusia enam bulan. Beberapa sumber makanan yang dapat diperkenalkan yaitu sumber karbohidrat seperti nasi, ubi jalar, singkg, jagung, kentang, terigu. Aneka sayuran dan buah-buahan (pada tahap usia ini dihindari ksumsi buah yang memiliki sifat merangsang peningkatan asam lambung (nangka dan durian), kacang-kacangan, dan aneka sumber hewani seperti telur, ayam, sapi, dan ikan (Dep.Pertanian, 2008). Jumlah energi yang diperlukan oleh bayi dan anak berdasarkan kelompok umur oleh Brown dkk (1995), dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Estimasi Jumlah Energi yang dibutuhkan dari MP- menurut Kelompok Usia KEBUTUHAN USIA 6-8 bulan 9-11 bulan 12-24 bulan Asupan energi yang dianjurkan (Kkal/hari) 783 946 1170 Jumlah yang diksumsi ( gr/24 jam) 673 592 538 Asupan energi dari (Kkal/hari) 437 387 350 Energi yang dibutuhkan dari MP (Kkal/hari) 346 561 820 Sumber: (Brown, dkk., 1995 dalam Baso, 2007) Tabel di atas menggambarkan jumlah energi yang dibutuhkan sesuai usia anak dan jumlah energi yang diperoleh dari menurun dari bulan ke bulan. Hal ini menyebabkan kebutuhan energi meningkat pada setiap pertambahan usia bayi. Jumlah zat gizi yang dianjurkan untuk diksumsi oleh bayi dapat dilihat pada setiap Recommended Dietary Allowance (RDA) yang telah diestimasi berdasarkan kelompok usia, seperti tabel berikut:

Tabel 2.2 Estimasi Kecukupan Gizi Yang dianjurkan Untuk Anak Indesia Standar Berat Badan Umur Tinggi Badan dan Kecukupan Zat Gizi 0-6 bulan 7-12 bulan 12-24 bulan Berat badan (kg) 5,5 8,5 12 Tinggi badan(cm) 60 71 90 Energi (Kkal) 560 800 1250 Protein 12 15 23 Vitamin A (RE) 350 350 350 Ribovlavin (mg) 0,3 0,5 0,6 Niasin (mg) 2,5 3,8 5,4 Vitamin B12 (mg) 0,1 0,1 0,5 Asam folat 22 32 40 Vitamin C (mg) 30 35 40 Kalsium (mg) 600 400 500 Fosfor (mg) 200 250 250 Magnesium (mg) 35 55 75 Besi (mg) 3 5 8 Seng (mg) 3 5 10 Yodium (mg) 50 70 70 Selenium (mg) 10 15 20 Sumber: (SK.Menkes No.332/Menkes/SK/IV/1994 dalam Baso, 2007) Angka kebutuhan di atas bukanlah suatu kebutuhan minimum dan maksimum, akan tetapi dapat dipakai untuk mengetahui tingkat ksumsi dari suatu populasi. Beberapa ctoh menu sehat makanan untuk bayi sesuai dengan kebutuhan nutrisi seperti berikut:

Tabel 2.3 Jadwal pemberian makanan tambahan pada bayi (Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indesia/IDAI) 0-6 bulan 6-7 bulan 7-9 bulan 9-12 bulan >12 bulan /P / P /P 06.00 Bubur susu Bubur Nasi tim Makanan 08.00 menuju nasi menuju (makan tim makanan pagi) Buah segar/ Buah segar/ Buah Snack 10.00 biskuit biskuit segar/biskuit 12.00 Bubur Nasi tim Makanan (makan menuju nasi menuju siang) tim makanan /P /P Makanan 14.00 Buah segar/ Buah segar/ Buah Snack 16.00 biskuit biskuit segar/biskuit Bubur susu Bubur Nasi tim Makanan 18.00 menuju nasi menuju tim makanan in /P /P /P 21.00 Sumber: (Sembiring,T.dkk, 2009)

2.3. Pemberian Makanan Tambahan Menurut Usia Bayi 2.3.1. Makanan Tambahan Bayi Usia 6-9 Bulan Pemberian diteruskan serta pemberian makanan tambahan mulai diperkenalkan dengan pemberian makanan lumat dua kali sehari. Pemberian makanan tambahan pada usia 6-9 bulan diperkenalkan karena keadaan alat cerna sudah semakin kuat. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak seperti santan atau minyak kelapa (margarin). Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan gizi lain yang larut dalam lemak (Satyanegara, 2004). Antara usia 6-9 bulan, (atau susu formula yang diperkaya zat besi) masih menjadi sumber nutrisi bagi bayi. Sebagian besar nutrisi yang diperlukan bayi tetap berasal dari dan susu formula, meskipun telah ditambahkan makanan padat kedalam menu makanan bayi. menyediakan nutrisi yang diperlukan bayi, seperti kalsium, zat besi, protein, dan zink (zat seng). Pada usia ini bayi biasanya membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang kandungan yang ada di dalam (dan susu formula) dan pada usia ini, tambahan nutrisi dapat diperoleh dari makanan padat dalam porsi kecil (Moehji, 1988). 2.3.2. Makanan Tambahan Bayi Usia 9-12 bulan Usia sembilan bulan merupakan usia peralihan kedua dalam pengaturan makanan bayi. Makanan bayi yang dulunya bertumpu pada sebagai pemberi zat gizi utama, Setelah usia sembilan bulan akan beralih ke makanan sapihan dan hanya sebagai pelengkap saja. Makanan sapihan penting untuk mempersiapkan agar bayi tidak kaget dan sudah terbiasa makan makanan yang bermacam-macam dalam (Moehji, 1998). Pada umur sepuluh bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, selanjutnya akan mendekati bentuk dan kepadatan makanan. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini setelah bayi berusia enam bulan akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari

(Satyanegara, 2004). Apabila sewaktu-waktu pemberian dihentikan sama sekali, tidak akan terjadi kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi di kemudian hari (Moehji, 1998). Bayi pada usia 9-12 bulan sangat aktif dan cenderung sulit untuk berhenti bergerak. Makanan bayi akan semakin bervariasi dan bertekstur kasar. Frekuensi makan juga bisa ditingkatkan menjadi 2-3 kali dengan 1-2 kali makanan selingan (Moehji, 1988).