BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu propinsi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu provinsi di Indonesia.

BAB 3 METODE PENELITIAN. pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi

PENERAPAN METODE TRANSFORMASI LOGARITMA NATURAL DAN PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MEMPEROLEH MODEL BEBAS MULTIKOLINIER DAN OUTLIER

BAB I PENDAHULUAN. Regresi linier adalah teknik pemodelan di mana nilai variabel dependen

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara

PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL DI KENDARI DENGAN METODE REGRESI WEIGHTED LEAST SQUARES BERBASIS KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

INDUSTRI, PERTAMBANGAN, LISTRIK DAN AIR MINUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu

APLIKASI PEMILIHAN MODEL TERBAIK MENGGUNAKAN BEST SUBSET REGRESSION DAN REGRESI RIDGE

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (Pendapatan Asli Daerah) pada kabupaten/ kota di Provinsi DIY tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perhatian terhadap pelaksanaan desentralisasi fiskal telah berlangsung baik di

PEMODELAN PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION DENGAN SOFTWARE R

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. (TI-Math), serta Teknik Informatika dan Statistika (TI-Stat) dan pemilihan

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 2 Juta Orang 2,2 Juta Orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,30 2,07per tahun

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

Resume Regresi Linear dan Korelasi

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih variabel independen. Dalam analisis regresi dibedakan dua jenis variabel

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

TAHUN JUMLAH KK , JUMLAH KK BERLISTRIK RASIO ELEKTRIFIKASI

Boks 1. Penemuan Tambang Emas di Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

: Putri Noviawati NPM : Pembimbing : Rofi ah,se.,mm

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli. sarana pendukung, dan jumlah obyek wisata.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

3. PELAKSANAAN PENELITIAN

ANALISIS POTENSI EKONOMI DAN POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SKRIPSI. Oleh : FAJAR ANDY ARIS MUNANDAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

RGS Mitra 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG

PENGAUH KUALITAS PRODUK, HARGA, CITRA MEREK DAN DESAIN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL JENIS MPV MEREK TOYOTA. Risnandar

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x

PENGARUH GAJI DAN TUNJANGAN TERHADAP KINERJA GURU SDIT AL IKHLAS 86

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

BAB III METODE PENELITIAN. Ranta Panjang Kiri, penelitian ini di mulai pada 10 Maret sampai 12 Mei 2014.

PENGARUH PELAYANAN, HARGA DAN LOKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN INDO JAYA RENT DI SEMARANG. SUPRIYANTO¹Dr.Ir.Rudy Tjahyono,MM²Dwi Nurul Izzhari,MMT

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel dependen, yaitu loyalitas konsumen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 11 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26%

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kedisiplinan dan Kepercayaan Diri terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian. Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang. Kuesioner dibagikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Analisis regresi merupakan salah satu metode statistik yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode Partial Least Square (PLS). Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah kamar, jumlah tempat tidur, umur hotel, tarif minimal, tarif maksimal, jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas hotel terhadap jumlah tamu hotel dan besar pengaruh masing-masing variabel tersebut terhadap jumlah tamu hotel di propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). 4.1. ANALISIS DATA DAN BAHASAN Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu akan disajikan gambaran keadaan perhotelan di propinsi Sultra. 300 Jumlah Hotel 250 200 150 100 Jumlah Hotel 50 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 4.1 Jumlah Hotel Tahun 2005-2010 Berdasarkan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikan jumlah hotel tiap tahun. Kenaikan jumlah hotel menimbulkan persaingan di antara hote 60

61 l karena calon tamu hotel memiliki banyak pilihan sehingga pihak hotel perlu mengetahui variabel yang menjadi pertimbangan dalam memilih hotel. Dengan mengetahui variabel yang menjadi pertimbangan dalam memilih hotel, pihak hotel dapat memutuskan variabel yang menjadi prioritas untuk dikembangkan sehingga dapat meningkatkan jumlah tamu hotel. Gambar 4.2 Jumlah Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.2 terdapat diagram yang menggambarkan jumlah hotel di tiap kabupaten/kota. Pada gambar tersebut diketahui bahwa kota Kendari memiliki jumlah hotel paling banyak sedangkan kabupaten Konawe Utara memiliki jumlah hotel paling sedikit. Hal ini cukup beralasan karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi dan kabupaten Konawe Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran yang dibentuk pada tahun 2007 sehingga masih dalam tahap pembangunan infrastruktur dan fasilitas, termasuk sektor perhotelan.

62 Rata-rata Jumlah Tamu Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Tamu 0 500 1000 1500 2000 Gambar 4.3 Rata-rata Jumlah Tamu Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.3 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tamu masingmasing hotel di tiap kabupaten/kota pada tahun 2010. Diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki rata-rata jumlah tamu paling banyak dimana hal ini dapat dimaklumi karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi dan juga memiliki pusat transportasi berupa pelabuhan. Setelah kota Kendari, kabupaten Konawe Selatan juga memiliki rata-rata jumlah tamu hotel terbanyak. Hal ini disebabkan adanya bandar udara Haluleo yang berada di wilayah kabupaten Konawe Selatan.

63 Rata-rata Jumlah Kamar Hotel Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Kamar Hotel 0 5 10 15 20 Gambar 4.4 Rata-rata Jumlah Kamar Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.4 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah kamar masingmasing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah kamar paling banyak karena kota Kendari juga memiliki jumlah hotel dan jumlah tamu hotel terbanyak. Setelah kota Kendari, kota Bau-Bau juga memiliki rata-rata jumlah kamar hotel terbanyak. Hal ini disebabkan jumlah hotel di kota tersebut yang juga terbanyak setelah kota Kendari.

64 Rata-rata Jumlah Tempat Tidur Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Tempat Tidur 0 5 10 15 20 25 Gambar 4.5 Rata-Rata Jumlah Tempat Tidur Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.5 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tempat tidur masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah tempat tidur paling banyak. Hal ini cukup beralasan karena jumlah hotel dan tamu hotel di kota Kendari adalah yang paling banyak sehingga dibutuhkan banyak tempat tidur. Sedangkan hotel-hotel di kabupaten Konawe memiliki jumlah tempat tidur terbanyak kedua setelah kota Kendari, hal ini karena jumlah hotel yang sedikit namun tiap hotel memiliki banyak jumlah kamar hotel, yaitu tiap hotel rata-rata memiliki 12 kamar sehingga dibutuhkan banyak tempat tidur.

65 Rata-rata Umur Hotel Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Umur Hotel 0 5 10 15 20 Gambar 4.6 Rata-Rata Umur Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.6 terdapat diagram mengenai rata-rata umur masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kabupaten Muna memiliki umur paling tua. Sedangkan hotelhotel di kabupaten Konawe Utara memiliki umur paling muda. Hal ini karena kabupaten Konawe Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran yang dibentuk pada tahun 2006 sehingga perkembangan infrastruktur perhotelan masih terhitung baru dilakukan.

66 Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Rata-rata Tarif Maksimal Rata-Rata Tarif Minimal Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton 0 100 200 300 Gambar 4.7 Rata-Rata Tarif Maksimal dan Minimal Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.7 terdapat diagram mengenai rata-rata tarif maksimal dan minimal masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Dari gambar tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki tarif maksimal dan tarif minimal paling tinggi, hal ini disebabkan karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi yang memiliki lokasi yang strategis serta banyaknya akses fasilitas hotel. Setelah kota Kendari, kabupaten Wakatobi memiliki hotel-hotel dengan maksimal tertinggi, hal yang cukup beralasan karena kabupaten Wakatobi memiliki objek wisata alam Taman Nasional Wakatobi yang menarik banyak wisatawan asing untuk berkunjung ke kabupaten tersebut sehingga pihak hotel menetapkan tarif maksimal yang cukup tinggi.

67 Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel 0 10 20 Gambar 4.8 Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.8 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tenaga kerja masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Berdasarkan gambar tersebut diambil kesimpulan bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah tenaga kerja paling banyak. Hal ini cukup beralasan karena kota Kendari memiliki jumlah hotel dan jumlah tamu terbanyak dan juga tarif tinggi yang mengharuskan pihak hotel memberikan layanan yang baik kepada tamu hotelnya. Selain kota Kendari, hotel-hotel di kota Bau-Bau juga memiliki jumlah tenaga kerja terbanyak. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah hotel dan jumlah tamu per hotel sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja.

68 Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel 0 1 2 3 4 Gambar 4.9 Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.9 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah fasilitas masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun 2010. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah fasilitas hotel paling banyak diantara kabupaten/kota lainnya, hal ini cukup beralasan karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi yang memiliki banyak infrastruktur penunjang seperti tempat rekreasi, pusat transportasi, dan lain-lain. Juga karena tingginya tarif dan ketatnya persaingan antar hotel di kota Kendari sehingga mengharuskan pihak hotel untuk memberikan fasilitas yang baik dan memadai bagi tamu hotelnya. Selain kota Kendari, hotel-hotel di kabupaten Wakatobi juga memiliki jumlah fasilitas terbanyak.

69 4.1.1. REGRESI GANDA Dilakukan pemodelan menggunakan metode regresi ganda menggunakan persamaan (2.7) untuk memperoleh nilai dugaan koefisien regresi. Hasil pemodelan regresi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil pemodelan tersebut diperoleh nilai dugaan koefisien regresi dari tujuh variabel independen tersebut terhadap. Tabel 4.1 Hasil Regresi untuk Data Hotel di Propinsi Sultra Variabel Koefisien Standard Error Coefficient Konstanta Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Umur Hotel Tarif Minimal Tarif Maksimal Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Fasilitas -63.346 190.460-0.332 1.645 109.421 22.173 4.935-51.086 12.597-4.055 22.568 9.638 2.342-2.879 2.035-1.415 1.537 0.786 1.957 84.209 15.622 5.390 29.975 42.224 0.710 Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa hanya variabel jumlah kamar, jumlah tempat tidur, umur hotel, tarif maksimal, dan jumlah tenaga kerja, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah tamu. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai yang

70 lebih besar dari 1.645. Dari Tabel 4.1 diketahui juga nilai yang berarti variabel-variabel independen dalam model tersebut mampu menjelaskan sebesar 57.582%. Dengan menggunakan 5 variabel yang signifikan akan diperoleh model regresi dugaan seperti yang terdapat pada persamaan 4.1. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa jumlah tamu mendapatkan pengaruh positif dari jumlah kamar, umur hotel, tarif maksimal dan jumlah tenaga kerja dan jumlah tamu mendapatkan pengaruh negatif dari jumlah tempat tidur. (4.1) Ada hal yang cukup menarik perhatian dari persamaan 4.1. Hal tersebut adalah pengaruh negatif dari jumlah tempat tidur. Nilai dugaan koefisien regresi sebesar -47.953 berarti untuk setiap penambahan 1 tempat tidur maka rata-rata jumlah tamu akan berkurang sebesar 47.953 orang. Hal ini tidak sesuai dengan pertimbangan penulis. Misalkan tanda yang diperoleh adalah positif dengan nilai 47.953. Hal ini akan menunjukkan bahwa untuk setiap penambahan 1 tempat tidur maka rata-rata jumlah tamu akan naik sebesar 47.953. Meskipun pengaruhnya masih harus diuji akan tetapi tanda positif akan lebih masuk akal dibandingkan tanda negatif. Adanya ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh membawa suatu dugaan bahwa telah terjadi multikolinear. Hal ini sesuai dengan poin 2 dan 3 yang dikemukakan oleh Aczel (dapat dilihat pada Bab 2).

71 Selain itu dapat juga ditunjukkan mengenai ketidakkonsistenan nilai dugaan koefisien regresi. Perhatikan Tabel 4.2. Pada tabel tersebut terdapat model regresi dugaan dengan menggunakan 3 dan 5 variabel bebas. Hasil yang diperoleh berbeda dalam hal nilai dugaan koefisien regresinya. Contohnya, nilai dugaan koefisien jumlah kamar pada regresi ganda menggunakan 3 variabel bebas adalah 166.420, sedangkan menggunakan 5 variabel bebas nilainya adalah 147.186. Begitu juga dengan nilai dugaan koefisien umur hotel menggunakan 3 variabel bebas yaitu 12.181, sedangkan menggunakan 5 variabel bebas nilainya adalah 18.696. Uraian ini menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada nilai dugaan koefisien regresi ketika dilakukan pemodelan dengan menggunakan jumlah variabel bebas yang berbeda. Atau hal ini sesuai dengan poin 4 yang dikemukakan oleh Aczel. Tabel 4.2 Hasil Regresi dengan 3 dan 5 Variabel Independen Model dengan 3 variabel independen Model dengan 5 variabel independen Variabel Koefisien Variabel Koefisien Konstanta -387.317 Konstanta -410.925 Jumlah Kamar 166.420 Jumlah Kamar 147.186 Jumlah Tempat Tidur -35.420 Jumlah Tempat Tidur -38.629 Umur Hotel 12.181 Umur Hotel 18.696 Tarif Minimal Tarif Minimal -0.544 Tarif Maksimal Tarif Maksimal 1.839 Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Fasilitas Jumlah Fasilitas

72 Informasi tentang adanya multikolinear pada data juga bisa diperoleh dengan cara melihat koefisien korelasi antar variabel pada data. Pada Gambar 4.10 dapat dilihat matriks korelasi antar variabel pada data hotel. Pada gambar tersebut diketahui terdapat beberapa variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0.7, contohnya variabel dan yang memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.939. Hal ini berarti variabel dan memiliki korelasi kuat dan positif, yaitu bila nilai naik maka nilai juga akan naik. Hal serupa dapat dilihat pada nilai koefisien korelasi variabel dan, nilai koefisien korelasi variabel dan dan nilai koefisien korelasi variabel dan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan 1.000 0.939 1.000-0.041 0.016 1.000 bahwa terdapat hubungan antar variabel bebas di dalam data, dimana hal ini dapat menjadi indikasi adanya multikolinear.

73 0.602 0.537-0.214 1.000 0.761 0.722-0.177 0.825 1.000 0.859 0.832-0.099 0.646 0.749 1.000 0.689 0.637-0.087 0.629 0.670 0.612 1.000 Gambar 4.10 Matriks Korelasi Variabel Pada Data Hotel Selain Variabel VIF melihat matriks korelasi, cara lain untuk mendeteksi 11.302 ada atau tidaknya multikolinear 9.221 pada data adalah dengan melihat nilai VIF. Bila yang lebih besar terdapat nilai VIF dari 10, maka hal tersebut dapat dijadikan indikasi telah terjadi kasus multikolinear. Nilai VIF dari pemodelan dengan metode regresi ganda dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa variabel memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10, yaitu 11.302. Ini berarti adanya ketergantungan variabel independen lainnya terhadap variabel. Hal tersebut menjadi indikasi kuat adanya multikolinear pada data. Tabel 4.3 Nilai VIF Hasil Pemodelan Menggunakan Metode Regresi

74 1.101 3.583 4.978 4.470 2.233 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan telah terjadi multikolinear pada data hotel, sehingga selanjutnya variabel-variabel penelitian akan dimodelkan dengan menggunakan metode PLS. 4.1.2 REGRESI PLS Sebelum dianalisis, data variabel dan ditransformasi menggunakan transformasi korelasi terlebih dahulu. Data hasil transformasi korelasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya variabel-variabel yang telah ditransformasikan tersebut dimodelkan menggunakan persamaan (2.22) dan persamaan (2.23). Langkah-langkah pembentukan komponen utama dalam regresi PLS didasarkan pada algoritma PLS yang diberikan dalam Bab 2. Hasil komponen yang dibentuk dan pembobot (weights dapat dilihat pada Lampiran 3- Lampiran 5. Setelah skor-skor komponen utama didapat, maka skor-skor komponen utama tersebut diregresikan terhadap variabel dependen untuk kemudian dihitung nilai

75 PRESS masing-masing modelnya. Nilai PRESS didapat dengan menggunakan persamaan (2.27). Model dengan nilai PRESS terkecil mengindikasikan kecilnya error pendugaan dalam model dan menentukan jumlah komponen utama yang akan digunakan dalam model. Skor komponen utama tersebut lalu digunakan untuk menduga koefisien regresi PLS menggunakan persamaan (2.19). Nilai PRESS serta nilai keragaman variabel yang mampu diterangkan oleh skor komponennya dicantumkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah Komponen Utama Hasil Metode PLS Serta Persentase Keragaman Variabel Jumlah Komponen Utama 1 2 3 4 5 6 7 Ragam PRESS 65.60% 0.562 79.14% 0.579 85.61% 0.606 90.72% 0.603 94.18% 0.591 98.06% 0.586 100% 0.583 Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari hasil algoritma PLS yang digunakan, didapat 7 komponen utama. Dari hasil regresi skor-skor komponen tersebut terhadap variabel didapat nilai PRESS yang merepresentasikan ragam variabel. Berdasarkan nilai PRESS terkecil (0.562) dipilih satu komponen yang mampu menjelaskan 65.60% dari keragaman total. Kemudian matriks pembobot W, pembobot X dan pembobot Y dari satu komponen tersebut digunakan untuk

76 menduga nilai koefisien regresi menggunakan persamaan (2.19). Hasil pendugaan fungsi regresi dengan metode PLS menggunakan satu komponen dicantumkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Pendugaan Fungsi Regresi PLS Menggunakan Satu Komponen Variabel Coefficient Standard Error Coefficient Konstanta Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Umur Hotel Tarif Minimal Tarif Maksimal Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Fasilitas -205.039 207.129-0.990 1.645 24.881 24.114 1.032 13.828 13.700 1.009 0.311 10.481 0.030 2.790 2.213 1.261 1.139 0.854 1.333 28.183 16.990 1.659 78.554 45.919 1.711 Berdasarkan hasil pemodelan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas memiliki pengaruh yang terhadap jumlah tamu hotel di propinsi Sultra. Jumlah tamu mendapatkan pengaruh positif dari jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas. Variabel jumlah fasilitas merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel dengan nilai koefisien 78.554, hal ini berarti setiap penambahan 1 fasilitas maka diduga akan menambah jumlah tamu sebanyak 78.554 atau 79 orang. Variabel jumlah tenaga kerja adalah variabel paling

77 berpengaruh kedua setelah jumlah fasilitas dengan nilai koefisien 28.183, artinya setiap penambahan 1 Variabel VIF tenaga kerja maka jumlah tamu diduga bertambah sebanyak 28.183 atau 29 orang. Selain itu, diperoleh juga nilai yang berarti variabel-variabel independen dalam model tersebut mampu menjelaskan sebesar 49.634%. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa calon tamu hotel yang akan menginap cenderung memilih hotel yang memiliki banyak fasilitas dan banyak tenaga kerja. Setelah itu dilakukan uji nilai VIF untuk hasil pemodelan yang menggunakan regresi PLS. Nilai VIF hasil pemodelan menggunakan regresi PLS dapat dilihat pada Tabel 4.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang terbentuk sudah bebas dari multikolinear. Tabel 4.6 Nilai VIF Hasil Pemodelan Menggunakan Metode PLS

78 0.006 0.010 0.008 0.038 0.159 0.007 0.002 4.1.3 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi ganda diperoleh 5 variabel yang berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel. Namun ditemukan hal yang menarik perhatian, yaitu variabel jumlah kamar yang memiliki pengaruh negatif. Hal ini tidak sesuai dengan pertimbangan penulis. Adanya ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh membawa suatu dugaan bahwa telah terjadi multikolinear. Pada latar belakang telah dikemukakan mengenai dugaan adanya korelasi antara variabel independen. Hal ini terbukti, karena setelah dilakukan analisis matriks korelasi ditemukan adanya beberapa variabel independen yang saling berkorelasi. Contohnya, variabel jumlah kamar dan tempat tidur yang memiliki nilai koefisien korelasi 0.939. Hal ini berarti semakin banyak jumlah kamar maka jumlah tempat tidur juga akan bertambah banyak. Begitu juga setelah dilakukan analisis nilai VIF, diperoleh nilai VIF yang lebih besar dari 10 sehingga selanjutnya data dianalisis menggunakan regresi PLS.

79 Dari hasil analisis menggunakan regresi PLS diperoleh 2 variabel yang berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel, yaitu variabel jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas. Kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan positif terhadap jumlah tamu hotel. Setiap penambahan 1 tenaga kerja maka jumlah tamu diduga bertambah sebanyak rata-rata 28.183 atau 29 orang. Sedangkan setiap penambahan 1 fasilitas maka jumlah tamu diduga akan bertambah sebanyak rata-rata 78.554 atau 79 orang. Namun dilihat dari nilai 49.634%, maka diduga jumlah tamu hotel masih dipengaruhi oleh variabel lain. Pada tahun 2011, Mandasari melakukan penelitian yang serupa dengan wilayah penelitian di Semarang. Dengan menggunakan metode regresi ganda, diperoleh hasil bahwa lokasi, fasilitas, persepsi tarif dan kualitas pelayanan mempengaruhi minat konsumen untuk menggunakan jasa perhotelan. Jika dilakukan perbandingan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Mandasari, maka terdapat perbedaan dalam hal variabel. Dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih memungkinkan untuk ditambahkan variabel lain, misalnya variabel-variabel yang digunakan oleh Mandasari. Mungkin saja nilai akan meningkat jika dilakukan penggabungan variabel. Seperti yang telah dijelaskan, diketahui populasi penelitian yang digunakan adalah hotel-hotel yang tedapat di propinsi Sultra. Secara umum model PLS yang diperoleh dalam penelitian ini dianggap sebagai model yang telah menggambarkan keadaan perhotelan di propinsi tersebut. Jika dilihat pada Gambar 4.2, diketahui sekitar 35% adalah hotel yang terdapat di wilayah Kendari. Hal ini berarti kontribusi dari hotel-hotel yang ada di Kendari lebih banyak dibandingkan wilayah lain, misalnya Konawe Utara. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian per wilayah

80 dengan harapan model yang diperoleh lebih dapat menggambarkan situasi perhotelan di masing-masing wilayah tersebut. Meskipun model yang diperoleh dalam penelitian ini masih ada kekurangan dalam hal nilai, akan tetapi ada nilai positif yang diperoleh. Nilai positif yang dimaksud adalah dihasilkannya model yang telah bebas dari pengaruh multikolinear. Hal ini penting sebab akan berhubungan dengan pengambilan keputusan khususnya bagi pemilik hotel. 4.2. PROGRAM APLIKASI Hasil perancangan layar disajikan dalam Gambar 4.11 Gambar 4.18. Gambar 4.11 Layar Tampilan Awal Gambar 4.11 adalah gambar awal program dijalankan. Fungsi tombol Browse adalah untuk memilih file yang akan digunakan untuk proses perhitungan dan menampilkannya pada tabel.

81 Setelah memilih file, maka tombol Submit menjadi aktif. Tombol submit berfungsi untuk menyiapkan data yang akan di analisis. Gambar 4.12 adalah gambar dimana setelah tombol submit diklik. Ketika tombol submit diklik maka pilihan method dan corellation serta tombol start analysis menjadi aktif. Gambar 4.12 Layar Tampilan Pilihan Method dan Corellation Lalu user memilih metode yang ingin digunakan. Dapat dilihat pada Gambar 4.13 bila user memilih regresi dan mengklik tombol start analysis, maka user akan diarahkan ke halaman select variables untuk memilih variabel apa saja yang ingin digunakan untuk analisis regresi ganda.

82 Gambar 4.13 Layar Tampilan Select Variables Gambar 4.14 memperlihatkan layar tampilan hasil analisis regresi ganda. Pada text area ditampilkan hasil analisis regresi ganda. Gambar 4.14 Layar Tampilan Hasil Analisis Regresi Ganda Gambar 4.15 memperlihatkan layar tampilan hasil VIF regresi ganda beserta interpretasinya.

83 Gambar 4.15 Layar Tampilan VIF Regresi Ganda Lalu bila user memilih corellation matrix dan mengklik tombol start analysis, maka akan ditampilkan output matriks korelasi. Gambar 4.16 memperlihatkan layar tampilan hasil analisis matriks korelasi. Gambar 4.16 Layar Tampilan Matriks Korelasi Bila user memilih PLS dan mengklik tombol start analysis, maka akan ditampilkan output analisis regresi PLS. Gambar 4.17 dan Gambar 4.18 memperlihatkan layar tampilan hasil analisis regresi PLS dan hasil VIF regresi PLS.

84 Gambar 4.17 Layar Tampilan Hasil Analisis Regresi PLS Gambar 4.18 Layar Tampilan VIF Regresi PLS