5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini."

Transkripsi

1 V. PEMBAHASAN 5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Hasil analisis dayasaing Kabupaten Cianjur dengan menggunakan Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1. Perkembangan Indikator Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor periode Indikator Persentase Jalan Beraspal Kualitas Baik Indeks Pendidikan Rata-rata Lama Tinggal wisatawan (hari) Tourism Impact Index Indikator Keterbukaan Kab. Cianjur 62,61 62,65 75,73 38,37 22,72 Kab. Bogor 46,29 55,69 47,99 74,42 79,44 Kab. Cianjur 0,792 0,804 0,804 0,802 0,804 Kab. Bogor 0,785 0,782 0,784 0,796 0,811 Kab. Cianjur 1,37 1,42 1,34 1,29 1,51 Kab. Bogor 1,39 1,51 1,38 1,23 1,37 Kab. Cianjur 0, , , , ,00037 Kab. Bogor 0, , , , ,0013 Kab. Cianjur 0,0029 0,0052 0,0049 0,006 0,0037 Kab. Bogor 0,0191 0,0172 0,0273 0,0116 0,0158 Purchasing Kab. Cianjur ,1 613,26 614,83 Power Parity (ribu rupiah) Kab. Bogor ,74 628,34 629,62 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur (diolah) 1. Indikator Perkembangan Infrastruktur Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur yang disebabkan oleh kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata. Infrastruktur merupakan variabel penting bagi industri pariwisata karena infrastruktur yang baik dapat menarik minat wisatawan untuk datang. Begitu pula sebaliknya, kedatangan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah sehingga dapat

2 60 meningkatkan kualitas infrastruktur yang dimiliki. Panjang jalan beraspal dan kualitas jalan menjadi proksi bagi indikator ini. Pertumbuhan jalan yang berkualitas baik di Kabupaten Cianjur dari tahun 2006 hingga 2008 mengalami pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2006, jalan beraspal yang memiliki kualitas baik di Kabupaten Cianjur memiliki panjang 545,78 km atau 62,61 persen dari total panjang jalan beraspal. Hingga tahun 2008, kualitas jalan yang baik mengalami peningkatan menjadi 683,79 km atau tumbuh sebesar 13,12 persen dari tahun Perbaikan kualitas jalan ini merupakan salah satu respon pemerintah daerah Kabupaten Cianjur terhadap beroperasinya jalan tol Cipularang. Menurut Suherlan (2008), dampak dari beroperasinya tol Cipularang terhadap sektor pariwisata Kabupaten Cianjur menyebabkan melambatnya pertumbuhan usahausaha pariwisata secara keseluruhan, terutama sektor restoran. Hal ini dikarenakan berkurangnya intensitas pergerakan yang melewati jalur Cianjur. Sehingga perbaikan jalan dilakukan untuk menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung atau sekedar melewati kawasan Cianjur. Namun, kualitas jalan beraspal mulai mengalami degradasi kualitas yang sangat signifikan sejak tahun Jalan yang berkualitas baik mengalami penurunan menjadi 343,69 km. Bahkan pertumbuhan kualitas jalan yang negatif masih berlanjut hingga tahun Kualitas jalan baik hanya tersisa sepanjang 263,29 km atau hanya 22,72 persen dari total jalan beraspal yang ada di Kabupaten Cianjur. Lebih parahnya lagi, salah satu jalur jalan yang rusak merupakan jalan utama menuju tempat wisata unggulan Kabupaten Cianjur, yaitu Kota Bunga dan Taman Bunga Nusantara.

3 61 Tabel 5.1 juga menunjukkan kualitas jalan yang ada di Kabupaten Bogor. Kondisi kualitas jalan di Kabupaten Bogor mengalami hal yang berbalik dengan apa yang terjadi di Kabupaten Cianjur. Dari tahun 2006 hingga 2010, pertumbuhan kualitas jalan mengalami pertumbuhan yang positif. Panjang jalan yang berkualitas baik pada tahun 2006 adalah 734,83 km atau 46,29 persen dari total panjang jalan. Kemudian meningkat menjadi 1.282,30 km atau 79,44 persen pada tahun Indikator ini memperlihatkan bahwa dayasaing infrastruktur Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Infrastruktur yang baik tentunya meningkatkan nilai aksesibilitas ke tempat wisata. Kualitas jalan yang buruk dapat menurunkan minat wisatawan untuk datang ke objek wisata di Kabupaten Cianjur. Wisatawan akan lebih memilih untuk berwisata ke objek wisata yang berada di Kabupaten Bogor karena akses ke tempat wisata lebih nyaman untuk dilalui. 2. Indikator Sumberdaya Manusia Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam segala aspek sosial. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia di suatu daerah maka berbanding lurus dengan hasil dari aktivitas yang dikerjakan. Proksi yang digunakan dalam indikator ini adalah indeks pendidikan. Indikator ini dihitung dengan menggunakan dua variabel yaitu Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah. Dapat dilihat pada tabel 5.1, kualitas pendidikan di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor hampir berimbang. Sejak tahun 2007 hingga tahun 2010, indeks pendidikan Kabupaten Cianjur menunjukkan nilai yang konstan di kisaran 0,802

4 62 hingga 0,804. Pertumbuhan angka melek huruf Kabupaten Cianjur periode konstan di kisaran persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan angka melek huruf di Kabupaten Bogor dengan persentase antara persen. Sedangkan apabila dilihat dari faktor rata-rata lama sekolah, pertumbuhan Kabupaten Bogor lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Cianjur. Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Cianjur di periode 2006 hingga 2010 sangat rendah, yaitu 6,77 tahun. 3. Indikator Sosial Kenyamanan dan keamanan daerah tempat wisata menjadi salah satu faktor penting dalam industri pariwisata.wisatawan akan lebih menikmati rekreasi di tempat yang memiliki kenyamanan dan keamanan yang tinggi. Lama rata-rata masa tinggal wisatawan dijadikan proxy untuk menunjukkan kenyamanan dan keamanan suatu daerah tujuan wisata. Dapat diasumsikan bahwa semakin lama wisatawan tinggal di daerah tujuan wisata maka daerah tersebut semakin nyaman dan aman untuk didatangi. Tabel 5.1 menunjukkan pertumbuhan rata-rata lama tinggal wisatawan di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor cenderung berfluktuatif dan juga lamanya tidak lebih dari dua hari. Rata-rata masa tinggal wisatawan di kedua Kabupaten tersebut adalah antara 1,23 hari hingga 1,51 hari. Hal ini menunjukkan bahwa daerah wisata di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor memiliki nilai kenyamanan dan keamanan yang relatif sama bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Cianjur mayoritas berasal dari wilayah Jabodetabek, sehinggga setelah puas berekreasi di objek wisata yang dikunjungi, wisatawan cenderung langsung pulang tanpa

5 63 tinggal terlebih dahulu di kawasan wisata. Selain itu, hotel-hotel dan tempat akomodasi lainnya yang ada di Kabupaten Cianjur lebih banyak digunakan untuk kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) yang biasanya hanya menghabiskan waktu kurang dari dua hari (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2012). 4. Indikator Lingkungan Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang berada di Kabupaten Cianjur didominasi oleh objek wisata alam. Kualitas lingkungan tentunya merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang ada. Indikator ini menunjukkan hubungan antara kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Indikator yang digunakan adalah kepadatan penduduk dan kualitas udara. Tabel 5.2. Indikator Lingkungan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor periode 2009 dan 2011 Baku Kabupaten Cianjur Kabupaten Bogor Tahun Mutu Kepadatan Penduduk - (orang/km 2 ) 628,41 619, , ,93 Kadar CO (Mg/Nm 3 ) ,5 779,9 Kadar Debu (Mg/m 3) , ,67 357,44 Tingkat Kebisingan (dba) , ,14-86 Rata-rata Temperatur Udara ( 0 C) - 23,0 26,0 33,6 34,8 Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor, 2009 dan 2011 Kualitas lingkungan merupakan faktor penting bagi industri pariwisata. Kualitas lingkungan dan jumlah wisatawan memiliki hubungan yang menarik. Semakin baik kualitas lingkungan yang dimiliki oleh suatu kawasan wisata, maka wisatawan akan semakin tertarik untuk berkunjung ke kawasan tersebut. Namun kualitas lingkungan suatu daerah bisa semakin menurun oleh aktivitas manusia,

6 64 artinya semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka kualitas lingkungan suatu kawasan wisata dapat mengalami degradasi. Pada tahun 2011, kepadatan penduduk di Kabupaten Cianjur mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang awalnya 628,41 orang/km 2 menjadi 619,32 orang/km 2. Penurunan kepadatan penduduk juga terjadi di Kabupaten Bogor yang sebelumnya 1.945,02 orang/km 2 menjadi 1.887,93 orang/km 2. Seharusnya, penurunan tersebut membuat daerah tujuan wisata menjadi lebih nyaman dikunjungi karena kepadatan berkurang. Namun, penurunan kepadatan penduduk di kedua Kabupaten ternyata dikarenakan oleh banyaknya penghitungan ganda yang terjadi dalam sensus penduduk sebelumnya, sehingga tidak dapat dipastikan bahwa penurunan kepadatan penduduk yang terjadi membuat tempat wisata menjadi semakin nyaman. Dalam rentang waktu dari 2009 hingga 2011, hampir seluruh indikator lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan kadar nilai. Kadar karbonmonoksida (CO) mengalami kenaikan dari sebelumnya Mg/m 3 menjadi Mg/m 3. Rata-rata temperatur udara naik dari 23 0 C menjadi 26 0 C. Peningkatan paling signifikan terjadi pada kadar debu yang mengalami peningkatan dari 109,5 Mg/m 3 menjadi 180 Mg/m 3. Hanya tingkat kebisingan yang nilainya konstan yang dari sekitar dba menjadi dba. Apabila dibandingkan dengan indikator lingkungan Kabupaten Bogor, maka kualitas lingkungan di Kabupaten Cianjur lebih baik karena kadar nilai seluruh indikator lingkungan yang terdapat di Kabupaten Cianjur tidak ada yang melebihi batas baku mutu. Sedangkan indikator lingkungan di Kabupaten Bogor

7 65 menunjukkan adanya indikator yang melebihi batas baku mutu, yaitu kadar debu dan tingkat kebisingan. 5. Indikator Pengaruh Pariwisata Indikator Pengaruh Pariwisata digunakan untuk melihat sejauhmana kontribusi industri pariwisata terhadap perekonomian. Proksi yang digunakan adalah Tourism Impact Index. Perkembangan Indikator Pengaruh Pariwisata Kabupaten Cianjur menunjukkan tren yang berfluktuatif namun cenderung menurun. Pertumbuhan positif hanya ditunjukkan pada tahun 2008, sedangkan tahun-tahun lainnya cenderung mengalami pertumbuhan yang negatif. Dalam perkembangannya selama kurun waktu dari 2006 hingga 2010, nilai Tourism Impact Index turun dari 0, menjadi 0, Namun, apabila dilihat dari pertumbuhan nilainya, PAD sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2006 hingga tahun 2010 sebesar 7,22 persen. Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai Tourism Impact Index Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan nilai TII Kabupaten Bogor. Nilai TII Kabupaten Bogor hampir selalu dua kali lebih besar dan juga pertumbuhannya dari tahun ke tahun selalu menunjukkan nilai yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi sektor pariwisata Kabupaten Cianjur terhadap perekonomian daerah masih cukup rendah dan kurang optimal. 6. Indikator Keterbukaan Keterbukaan merupakan faktor penting dalam industri pariwisata. Semakin tinggi tingkat keterbukaan suatu kawasan pariwisata, maka semakin mudah

8 66 informasi yang didapat mengenai tempat wisata yang ada di daerah tersebut dan juga semakin mudah pula akses ke tempat wisata yang dituju, yang implikasinya akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Proksi yang digunakan untuk melihat tingkat keterbukaan destinasi wisata dalam penelitian ini adalah jumlah tamu mancanegara yang menginap di hotel berbintang dan non-bintang. Pertumbuhan nilai Indikator Keterbukaan di Kabupaten Cianjur menunjukkan nilai yang berfluktuatif, namun perubahan nilainya tidak terlalu signifikan. Nilai terendah ditunjukkan pada tahun 2006 dengan nilai 0,0029, sedangkan nilai tertinggi adalah 0,0060 pada tahun Apabila dilihat jumlahnya, wisatawan mancanegara yang menginap di hotel yang terdapat di Kawasan Cianjur cukup mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga Dapat dilihat pula bahwa penurunan nilai Indikator Keterbukaan pada tahun 2010 bukan hanya dikarenakan menurunnya jumlah tamu mancanegara yang menginap, namun lebih dikarenakan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke hotel yang ada di Kabupaten Cianjur. Tabel 5.3. Pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke akomodasi Hotel di Kabupaten Cianjur periode (orang) Tahun Nusantara Mancanegara Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Keterbukaan pariwisata Kabupaten Bogor lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Cianjur, hal ini dibuktikan oleh nilai Indikator Keterbukaan Kabupaten Bogor yang lebih tinggi dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2008, pada saat nilai keterbukaan Kabupaten Cianjur cenderung konstan, nilai keterbukaan

9 67 Kabupaten Bogor malah menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi hingga nilainya mencapai 0, Indikator Dayasaing Tingkat Harga Indikator ini digunakan untuk melihat bagaimana persaingan harga yang terjadi di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Proksi yang digunakan adalah Purchasing Power Parity (PPP) atau kemampuan dayabeli dan tarif hotel minimum pada hotel berbintang empat. Tabel 5.1 menunjukkan pertumbuhan Purchasing Power Parity Kabupaten Cianjur terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, artinya harga barang dan jasa untuk kebutuhan sehari-hari cenderung meningkat. Namun, kemampuan dayabeli di Kabupaten Cianjur masih lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan dayabeli Kabupaten Bogor, yang berarti harga barang dan jasa di Cianjur lebih rendah dibandingkan dengan harga di Kabupaten Bogor. Tingkat harga barang dan jasa yang lebih rendah di Kabupaten Cianjur seharusnya dapat menjadi peluang untuk meningkatkan preferensi wisatawan agar datang berkunjung. Secara ekonomi, konsumen tentunya akan lebih memilih barang yang harganya lebih murah. Lebih lanjut, dilihat dari rata-rata tarif hotel berbintang per malam, Kabupaten Cianjur bertarif lebih murah dibandingkan tarif hotel di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2012, rata-rata tarif hotel berbintang di Kabupaten Cianjur adalah Rp ,00 per malam. Sedangkan, rata-rata tarif hotel di Kabupaten Bogor berada di kisaran Rp ,00 per malam. Tarif hotel yang lebih rendah di Kabupaten Cianjur merupakan potensi yang sangat baik untuk menarik

10 68 wisatawan untuk menginap di hotel-hotel yang ada di kawasan wisata Kabupaten Cianjur. Untuk melihat apakah perbedaan dayasaing pariwisata antara Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor signifikan maka dilakukan uji-t. Hasil uji-t dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.4. Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Indikator t-value Probabilitas Perkembangan Infrastruktur -0,78 0,229 Sumberdaya Manusia 1,63 0,929 Pengaruh Pariwisata -7,8 0,000* Sosial 0,17 0,566 Keterbukaan -5,16 0,000* Dayasaing Tingkat Harga -15,70 0,000* Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5 persen Hasil analisis uji-t memperlihatkan beberapa indikator dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Indikator Pengaruh Pariwisata dan Indikator Keterbukaan menunjukkan nilai yang signifikan, artinya posisi dayasaing indikator-indikator tersebut lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Berbeda dengan indikator lainnya Indikator Dayasaing Tingkat Harga memperlihatkan nilai yang signifikan, artinya posisi dayasaingya lebih baik karena harga barang dan jasa di Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Sedangkan, Indikator Perkembangan Infrastruktur, Indikator Sumberdaya Manusia, dan Indikator Sosial tidak signifkan yang artinya dayasaing indikator-indikator ini relatif sama atau lebih baik dibandingkan Kabupaten Bogor. Namun apabila dilihat perkembangannya, Indikator Perkembangan Infrastruktur nilainya cenderung menurun dari tahun ke tahun, bahkan selama dua tahun terakhir penurunan yang terjadi sangat signifikan.

11 69 Penurunan kualitas jalan dari tahun ke tahun ini menunjukkan dayasaing Indikator Perkembangan Infrastuktur yang menurun Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Hasil estimasi model faktor-faktor yag memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur dengan menggunakan software Minitab dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Variabel Koefisien Probabilitas VIF Konstanta 12,288 0,043 Jumlah Hotel 3,0994 0,002* 4,3 Jalan Beraspal Kualitas 0,5584 0,152*** 2,3 Baik Jumlah Restoran -1,766 0,228 3,4 Tingkat Hunian Hotel 0, ,086** 1,9 Tingkat Pendidikan Tenaga 0, ,050* 2,8 Kerja Pariwisata F-Statistik 14,68 0,005 R-Squared 0,936 R-Squared (Adj) 0,872 Durbin Watson 2,31478 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5%, **signifikan pada taraf nyata 10%, ***signifikan pada taraf nyata 15 % Berdasarkan hasil dari tabel diatas, dugaan persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: LnPADPar t = 12, ,0994LnJHot t + 0,5584LnJKB t - 1,766LnJRes t + 0,04364TPPar t + 0,05470THH t

12 Identifikasi Model Setelah model persamaaan regresi didapat, langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi model dengan melakukan pengujian terhadap model. Pengujian yang dilakukan adalah uji kriteria statistik dan uji kriteria ekonometrika Uji Kriteria Statistik Hasil estimasi yang dihasilkan dari analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur adalah nilai koefisien determinasi (R-squared) sebesar 93,6 persen. Artinya, 93,6 persen keragaman variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata) dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel independennya, yaitu Jumlah Hotel, Jumlah Restoran, Jalan Beraspal Kualitas Baik, Tingkat Hunian Hotel, dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata. Sedangkan, sisanya sebesar 6,3 persen keragaman yang tidak dapat dijelaskan oleh model regresi yang digunakan. Nilai probabilitas F-statistik yang dihasilkan adalah sebesar 0,005 yang menunjukkan variabel-variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya pada taraf nyata 5 persen Uji Kriteria Ekonometrika 1. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov yang terdapat di software Minitab. Hasil yang didapat dari uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari tabel yang menunjukkan bahwa pola sisaan terdistribusi secara normal.

13 Residual Percent 71 Normal Probability Plot of the Residuals (response is PAD Pariwisata) ,4-0,3-0,2-0,1 0,0 Residual 0,1 0,2 0,3 0,4 2. Uji Heteroskedastisitas Hasil pengujian melalui grafik menunjukkan bahwa sebaran plot menyebar secara acak yang berarti unsur ragam yang digunakan adalah homogen sehingga tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model persamaan yang digunakan. Residuals Versus the Fitted Values (response is PAD Pariwisata) 0,2 0,1 0,0-0,1-0,2 22,5 23,0 23,5 Fitted Value 24,0 24,5

14 72 3. Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada sisaan yang menyebar bebas pada model. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai Durbin- Watson Statistik. Dari hasil estimasi, nilai Durbin-Watson Statistik yang diperoleh adalah 2, Artinya, tidak terdapat autokorelasi karena nilai Durbin-Watson Statistik mendekati dua. 4. Uji Multikolinearitas Gejala multikolineritas dapat dilihat melalui faktor inflasi ragam (Variance Inflation Factor) atau VIF, yaitu pengukuran multikolinearitas untuk peubah bebas ke-i. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 dapat menunjukkan adanya multikolinearitas (Neter et al dalam Ulpah). Berdasarkan hasil estimasi pada model, nilai VIF variabel-variabel yang digunakan tidak ada yang melebihi 10. Artinya, tidak ada indikasi model regersi yang digunakan memiliki gejala multikolinearitas Estimasi Koefisien Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah hotel berpengaruh secara nyata terhadap PAD sektor Pariwisata. Hal ini dilihat dari uji-t statistik yang memperlihatkan bahwa jumlah hotel berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien regresinya adalah 3,0994, artinya setiap peningkatan jumlah hotel sebanyak 1 persen akan meningkatkan PAD Pariwisata sebanyak 3,0994 persen (ceteris paribus). Tingginya nilai koefisien dari variabel jumlah hotel menunjukkan bahwa elastisitas dari perubahan jumlah hotel terhadap pembentukan PAD Pariwisata cukup besar. Keberadaan hotel akan semakin

15 73 meningkatkan dayatarik objek wisata karena dengan adanya hotel sebagai salah satu elemen atraksi pariwisata akan meningkatkan kenyamanan dalam berwisata. Wisatawan akan lebih dapat menikmati berwisata dengan tersedianya akomodasi untuk bermalam. Jalan beraspal kualitas baik berpengaruh signifikan pada taraf nyata 15 persen dengan koefisien positif sebesar 0,5584, artinya jika jalan beraspal kualitas baik bertambah sebesar 1 persen maka akan meningkatkan PAD Pariwisata sebesar 0,5584 (ceteris paribus). Jalan berkualitas baik yang berpengaruh positif menunjukkan pentingya peran infrastruktur transportasi dalam industri pariwisata. Kualitas jalan merupakan salah satu bagian dari infrastruktur transportasi yang termasuk elemen aksesibilitas (Damanik dan Webber, 2006). Semakin baik kualitas jalan yang dimiliki destinasi wisata maka wisatawan akan semakin nyaman dan mudah dalam mengakses jalan ke objek wisata yang dituju. Jumlah restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Pariwisata, artinya pengaruh perubahan jumlah restoran terhadap PAD Pariwisata adalah 0. Hal ini diduga disebabkan oleh fluktuatifnya jumlah restoran yang ada ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilan daerah dari pajak restoran. Tingkat hunian hotel berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen dengan koefisien positif sebesar 0,05470, artinya jika tingkat hunian hotel bertambah sebesar 1 persen maka PAD Pariwisata akan meningkat sebesar 0,05470 persen (ceteris paribus). Tingkat hunian hotel dapat merepresentasikan kenyamanan akomodasi hotel di Kabupaten Cianjur. Pelayanan yang semakin baik dari akomodasi hotel maka akan semakin meningkatkan preferensi wisatawan untuk menginap.

16 74 Tingkat pendidikan tenaga kerja pariwisata berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap PAD Sektor Pariwisata. Nilai koefisien dari tingkat pendidikan tenaga kerja pariwisata adalah 0,04364, artinya setiap peningkatan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pariwisata sebanyak satu persen, maka akan meningkatkan PAD Sektor Pariwisata sebanyak 0,04364 persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja, maka diasumsikan bahwa tingkat pelayanan yang diberikan akan semakin baik sehingga meningkatkan tingkat kenyamanan berwisata yang implikasinya akan meningkatkan preferensi wisatawan untuk datang ke destinasi wisata Kebijakan Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur. Sektor Pariwisata sebagai sektor unggulan di Kabupaten Cianjur harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah daerah. Pemerintah mempunyai visi untuk menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai daerah tujuan wisata alam dan budaya andalan Jawa Barat. Saat ini, pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah merancang berbagai macam strategi dan kebijakan untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Strategi dan kebijakan tersebut telah dirancang dalam jangka menengah untuk periode tahun 2005 hingga Kebijakan-kebijakan tersebut dibagi ke dalam beberapa cakupan, antara lain (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2004); 1. Kebijakan Dasar Pengembangan Kepariwisataan. 2. Kebijakan Pengembangan Produk Wisata. 3. Kebijakan Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Pariwisata 4. Kebijakan Pengembangan Pasar dan Pemasaran.

17 75 5. Kebijakan Pengembangan Hubungan antara Kelembagaan Terkait Pariwisata. Secara garis besar, kebijakan-kebijakan tersebut bisa dibagi kedalam beberapa kebijakan pokok, antara lain: 1. Meningkatkan pengelolaan kekayaan dan keragaman budaya daerah. 2. Meningkatkan kualitas dan pengembangan nilai-nilai luhur budaya Cianjur. 3. Memanfaatkan dan mendayagunakan kapasitas wilayah, alam, dan aktivitas masyarakat untuk kegiatan kepariwisataan. 4. Mewujudkan pengembangan pariwisata yang lebih merata pada setiap wilayah 5. Pengembangan Sumberdaya Manusia (SdM) di bidang kepariwisataan. 6. Melibatkan pelaku industri pariwisata dan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan. Visi pemerintah untuk menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai destinasi unggulan pariwisata Jawa Barat tampaknya masih membutuhkan waktu. Kebijakan-kebijakan yang sudah dilaksanakan masih belum bisa meningkatkan kinerja sektor pariwisata secara optimal. Hal ini terlihat dari perkembangan posisi dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur, yang dilihat dari hasil analisis Competitiveness Monitor, yang cenderung menurun. Indikator-indikator yang nilai dayasaingnya menunjukkan tren pertumbuhan yang negatif antara lain infrastructure development indicator, openness indicator, dan human toursim indicator. Buruknya infrastruktur jalan tentunya bukan merupakan tanggung jawab langsung dinas pariwisata melainkan dinas pekerjaan umum. Namun, hal ini mengindikasikan bahwa masih kurang baiknya koordinasi antar dinas yang seharusnya menjadi salah satu fokus kebijakan. Disbudpar Kabupaten Cianjur harus lebih meningkatkan komunikasi

18 76 ke dinas lain yang memiliki peranan penting terhadap sektor pariwisata Kabupaten Cianjur. Menurunnya openness indicator dan human tourism indicator tampaknya dikarenakan kurangnya promosi dan inovasi dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur. Sejak kebijakan dijalankan hampir tidak ada inovasi-inovasi baru dari objek wisata yang ada untuk bisa menarik wisatawan untuk datang. Berdasarkan hasil analisis, hanya environmental indicator yang nilai dayasaingnya lebih baik. Lebih lanjut, kebijakan yang masih belum optimal juga bisa dilihat dari terlalu berfokusnya pembangunan dayatarik wisata ke kawasan Puncak-Cipanas sedangkan objek wisata yang ada di kawasan Cianjur Selatan masih kurang tertata. Hal ini menyebabkan kurang berkembangnya akomodasi wisata seperti hotel, penginapan, restoran, dan villa yang ada di kawasan Cianjur Selatan karena kurangnya minat investor untuk berinvestasi di kawasan ini. Bahkan banyak restoran, rumah makan, atau pun tempat-tempat penjualan cenderamata yang sudah ada harus gulung tikar karena sepinya pengunjung yang datang (Disbudpar Kabupaten Cianjur, 2012). Pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata Kabupaten Cianjur harus meningkatkan dayasaing pariwisata, terutama indikator-indikator yang menunjukkan pertumbuhan yang negatif dan posisi yang lebih rendah, serta faktor-faktor yang berpengaruh signifikan dari hasil analisis untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata guna mencapai visi sebagai destinasi wisata unggulan Jawa Barat. Selain itu, kawasan wisata Cianjur Tengah dan Selatan juga harus lebih diperhatikan oleh pemerintah karena potensi yang ada di wilayah ini masih sangat besar untuk dieksplorasi.

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN Model yang digunakan dalam menduga faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah model double

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik terbatas maupun tidak terbatas, sedangkan sample adalah bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap jumlah wisatawan dan implikasinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN 6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN Analisis regresi berganda dengan metode OLS didasarkan pada beberapa asumsi yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Sehubungan dengan obyek yang akan ditulis, maka populasi dalam penelitian difokuskan di Kabupaten Banjarnegara. Dimana data dalam penelitian ini diperoleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data Pajak Hotel, jumlah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Gambaran Umum Kondisi Administrasi Kota Bandung

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Gambaran Umum Kondisi Administrasi Kota Bandung BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Gambaran Umum Kondisi Administrasi Kota Bandung Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 60 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Untuk menguji validitas dan realiabilitas instrumen, penulis menggunakan analisis dengan SPSS. Berikut hasil pengujian validitas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisi data dalam penelitian ini terdiri dari perhitungan nilai ekonomi dan analisis regresi linier berganda. Perhitungan nilai ekonomi digunakan untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Ghozali (2006) menyatakan bahwa analitis deskriptif terd iri atas penghitungan rata-rata (mean), jumlah (sum), simpangan baku (standard

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Langkah selanjutnya adalah

BAB IV METODA PENELITIAN. manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Langkah selanjutnya adalah 27 BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Rancangan Pada bab sebelumnya telah dijelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Gambaran Umum Perusahaan Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar pertama kali berdiri di kota Bogor dan merupakan salah satu perintis bimbingan belajar.

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka penyusunan laporan dari suatu penelitian.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. guna mengetahui apakah model tersebut dianggap relevan atau tidak.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. guna mengetahui apakah model tersebut dianggap relevan atau tidak. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian Sebelum dilakukan interpretasi terhadap hasil regresi dari model yang digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kudus. Dipilihnya Koperasi karyawan tersebut sebagai obyek penelitian karena

BAB III METODE PENELITIAN. Kudus. Dipilihnya Koperasi karyawan tersebut sebagai obyek penelitian karena BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Sebagaimana diketahui bahwa koperasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Koperasi karyawan PT. Nojorono Tobacco International Tbk di Kudus. Dipilihnya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia Struktur pasar dapat dianalisis dengan tiga pokok elemen, yaitu nilai pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii vi vii viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 6 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Uji asumsi klasik analisi regresi merupakan model regresi linier berganda dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada regresi linier OLS

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 70 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Deskriftif Berdasarkan hasil rekapitulasi tabulasi data variable ROA, DER, CR, EPS, Inflasi, PDB dan Harga Saham diperoleh statistik deskriftif seperti pada tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Sampel dan Data Penelitian ini menggunakan 30 data, sampel yang diamati selama 15 tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun 2015. Data yang diambil

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENINGKARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERIODE

PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENINGKARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERIODE PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN PAJAK HIBURAN TERHADAP PENINGKARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERIODE 2012-2016 JURNAL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kemudian akan dianalisis tentang Pengaruh Pengungkapan Liabilitas Instrumen

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kemudian akan dianalisis tentang Pengaruh Pengungkapan Liabilitas Instrumen BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tahap-tahap dan pengolahan data yang kemudian akan dianalisis tentang Pengaruh Pengungkapan Liabilitas Instrumen Keuangan dan Reputasi Auditor

Lebih terperinci

BAB 3 DESAIN PENELITIAN

BAB 3 DESAIN PENELITIAN BAB 3 DESAIN PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Data Data yang dibutuhkan sebagai bahan yang akan dipakai oleh penulis adalah data sekunder. Data yang digunakan adalah : 1) Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Sampel Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA), luas wilayah, dan

Lebih terperinci

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham contoh sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap harga saham kerangka pikir yang diajukan sbb. laba akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan ditingkatkan karena sektor pariwisata

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2014 dan mengambil data yang berasal dari situs resmi Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia dan Malaysia. Unit analisis yang digunakan adalah annual report bank umum syariah.

Lebih terperinci

V. ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK

V. ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK 107 V. ANALISIS SITUASI PARIWISATA KAWASAN PUNCAK 5.1 Analisis Situasi Wisatawan dan Obyek Tujuan Wisata (OTW) 5.1.1 Analisis Kunjungan Wisatawan Tingkat kunjungan wisatawan ke Kawasan Puncak meningkat

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pajak Reklame, dan Pajak Parkir dari tahun 2010 sampai dengan 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Pajak Reklame, dan Pajak Parkir dari tahun 2010 sampai dengan 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Pandeglang. Kegiatan penilitian ini dilakukan tahun 2014 yang dianalisis

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga 53 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga Analisis ini dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel independen yang diduga memengaruhi variabel dependen (tabungan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung selama tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA DAERAH KOTA MALANG DESY IRIANTY

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA DAERAH KOTA MALANG DESY IRIANTY i ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA DAERAH KOTA MALANG DESY IRIANTY DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, variabel operasional, metode analisis data serta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi V. PEMBAHASAN 5.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota Cimahi Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Volume Perdagangan Saham. Dengan populasi Indeks Harga Saham

BAB III METODE PENELITIAN. Volume Perdagangan Saham. Dengan populasi Indeks Harga Saham 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, dan faktorfaktor tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Dalam penelitian ini data diperoleh dari jawaban responden yang ada di Daerah Kabupaten Belitung. Ini dilakukan di objek wisata Pantai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Indonesia periode Penelitian ini menggunakan PBV, ROE, dan PER

III. METODE PENELITIAN. Indonesia periode Penelitian ini menggunakan PBV, ROE, dan PER 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian ini adalah sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2010. Penelitian ini menggunakan PBV, ROE, dan PER dari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Nilai Ekonomi Wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu 1. Analisis Tingkat Kunjungan per 1.000 Penduduk Berdasarkan hasil penelitian diketahui jumlah responden yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung selain dikenal sebagai Ibu kota Propinsi Jawa Barat, juga dikenal akan keindahan alamnya, dalam perkembangannya, Bandung telah menjadi kota jasa sekaligus

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistic yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Populasi dan Sampel Pada bab ini akan dibahas tahap-tahap dan pengolahan data yang kemudian akan dianalisis tentang Pengaruh Modal Intelektual, Kepemilikan

Lebih terperinci

: Rizki Anggraeni Faradila NPM : Pembimbing : Dr. Sri Nawangsari, SE., MM

: Rizki Anggraeni Faradila NPM : Pembimbing : Dr. Sri Nawangsari, SE., MM ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA SEKTOR PARIWISATA DAN PERHOTELAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN 2010-2014 Nama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki beberapa perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dampak kinerja keuangan terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini digunakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Analisis statistik deskriptif

Lebih terperinci

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 7.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Populasi dan Sampel Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah perusahaan sector jasa sub sektor hotel, restoran, dan pariwisata yang telah terdaftar pada Bursa Efek

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk V. PEMBAHASAN 5.1. Kinerja Ekonomi Daerah Kota Magelang Adanya penerapan desentralisasi fiskal diharapkan dapat mendorong perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul yaitu data dari Dana Perimbangan dan Belanja Modal Provinsi Jawa Timur,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN 3.1 Pengujian Instrumen Data Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu terhadap instrumen yang akan digunakan. Ini dilakukan

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1 Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai 2008, diperoleh hasil regresi sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA 2010-2015 Nama NPM Jurusan Dosen Pembimbing : Septi Eka Wulandari : 2A214142

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis yang dilakukan dalam peneltian ini terdiri dari regresi berganda dan perhitungan nilai ekonomi. Uji regresi berganda bertujuan untuk mengetahui biaya perjalanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci