BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Dibandingkan kawasan lain di Jabotabek seperti Bekasi, Tangerang, Depok,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Perkembangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kegiatan, yang kemudian sistem ini disebut sebagai sentraliasasi, kegiatan untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di

BAB I PENDAHULUAN. di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Kinerja perekonomian Indonesia

BAB I PENGANTAR. Kota Tangerang terletak antara Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah kendaraan roda empat dari tahun ke tahun terus

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh. keadaan alam (Yudohusodo, 1991). Dengan semakin tingginya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah suatu kegiatan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENGANTAR. kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Gowa Makassar Tourism Development, Tbk merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dan keinginan manusia terus berkembang dan tidak terbatas

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

Bab 1 PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam dunia properti rumah semakin hari semakin

I. PENDAHULUAN. Perumahan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan. keluarganya karena fungsi dari rumah tinggal selain sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELITA BANGSA Jln. Inspeksi Kalimalang Tegal Danas Cikarang Kab. Bekasi

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perumahan, fasilitas rekreasi, pertanian, jalur atau rute transportasi. Kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan rumah adalah kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Profil PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) Sumber : PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma)

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

Elastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan. Oleh : Tim Riset

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekarang ini di Indonesia, banyak bertumbuh dan berkembang industriindustri.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan keadaan perusahaan. Pertimbangan-pertimbangan yang. dengan melakukan efisiensi modal kerja (Ristanti dkk, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang setiap perusahaan harus menciptakan suatu produk dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wibowo, 2011) (The president post indonesia)

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

1. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN I - 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan pembangunan sebagai wujud dari pertumbuhan dan

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi politik dan keamanan yang semakin membaik merupakan kondisi yang

HAL-HAL YANG PERLU DIUNGKAP MANAJEMEN DALAM PERJALANAN KURUN WAKTU 31 MARET 2012 SAMPAI DENGAN 31 MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. barang jadi, dan menjualnya kepada konsumen (perusahaan manufaktur).

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sektor pajak semakin besar dan semakin penting artinya untuk membiayai

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

Perumahan Kaisar Serpong Dijual Perdana Rp. 298 Jutaan, Jaminan Buyback 200%

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu yang berbeda. Suatu proses perubahan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. merupakan tempat berinteraksi dan bersosialisasi dalam komunitasnya dan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk indonesia menunjukkan angka yang cukup tinggi dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang undang Nomor 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak

Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang sejak tahun 2008 telah memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang dapat berinteraksi langsung dengan ibu kota Negara Republik Indonesia dan Kota Tangerang Selatan terdiri dari tujuh Kecamatan, 49 Kelurahan, dan 5 Desa Kota Tangerang Selatan salah satu calon kota otonom (http:www.tangerangselatankota.go.id). Seiring dengan itu Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang akan berkembang baik dari sisi sosial, budaya, dan ekonomi. Hal ini ditandai dengan berkembangnya dunia usaha properti yang begitu pesat dan dinamis terutama di sektor perumahan antara lain mulai dari perumahan sederhana, perumahan menengah, dan perumahan mewah. Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya permintaan dari pasar dan adanya dorongan pemerintah untuk menata perumahan sehingga kehidupan sosial, budaya, dan kualitas sumber daya tetap terjaga. Bintaro Jaya merupakan salah satu kawasan perumahan kelas menengah ke atas yang di desain sedemikian rupa oleh pihak pengembang, sebagai pengembang utama dan bersinergi dengan sub-kontraktor lain dengan tujuan untuk dapat mempercepat proses pengembangan kawasan guna merebut pangsa pasar kelas menengah ke atas. Perumahan-perumahan di kawasan Bintaro Jaya tersebar di beberapa lokasi dan berbagai macam tipe yang disediakan oleh 1

pengembang (developer) seperti luas lahan, luas bangunan, jumlah kamar serta sarana dan prasarana lainnya. Akan tetapi, walupun demikian halnya tentu masyarakat umum tetap berpandangan bahwa kawasan Bintaro Jaya nilai jual rumah cukup tinggi. Dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan kawasan Bintaro Jaya tiga tahun terakhir cukup signifikan ditandai dengan maraknya pembangunan perumahan, pusat-pusat perbelanjaan, hadirnya pasar modern, serta mulai terintegrasinya moda transportasi. Oleh sebab itu, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian di kawasan Bintaro Jaya guna mengetahui faktorfaktor yang relevan memengaruhi secara signifikan terhadap nilai jual rumah di kawasan tersebut. Kawasan Bintaro Jaya dikelilingi oleh permukiman mulai dari pemukiman sedang hingga padat penduduk, dan kalau dilihat dari tofograpi kawasan Bintaro Jaya berada lebih rendah dari lingkungan sekitar. Keberadaan kawasan Bintaro tersebut akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan di sekitar secara langsung akan mempengaruhi nilai jual properti disekitarnya. Berdasarkan observasi di lapangan properti-properti yang terdapat di dalam kawasan tersebut nilai jualnya cukup tinggi. Merujuk kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992, pasal 2 ayat 1 bahwa untuk melaksanakan penataan dan pengelolaan perumahan dan pemukiman dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Demikian juga pasal 30 ayat 1 menjelaskan bahwa wujud pembinaan di bidang perumahan dan permukiman tersebut berupa kebijaksanaan, strategi, rencana serta program yang meliputi rumah, prasarana, dan sarana lingkungan. 2

Rumah merupakan aset yang sangat penting, bertolok dari semua itu berbagai pihak yang terkait dalam usaha pengembangan suatu properti, seperti halnya pemerintah maupun swasta berlomba-lomba untuk memajukan dan meningkatkan kualitas pembangunan yang ada saat ini maupun yang terencana di masa akan datang. Ini secara otomatis mengakibatkan perubahan nilai jual dari properti. Pengembang berperan sebagai penyedia perumahan sesuai dengan tuntutan dan permintaan pasar dan dalam realisasinya tetap memperhatikan karakteristik fisik dari lingkungan tersebut. Pertumbuhan properti di Kota Tangerang Selatan khususnya kawasan Bintaro Jaya memberikan dampak positif baik terhadap pemerintah setempat, pengembang (developer) sendiri maupun pasar, dan diperkirakan pertumbuhan properti di Kota Tangerang Selatan akan diikuti oleh kenaikan nilai jual dari properti tersebut. Kenaikan nilai jual properti tidak serta merta atas dampak dari kenaikan harga material bangunan, desain, konsep dari bangunan, suku bunga bank serta faktor inflasi, tetapi tidak lepas dari kebijakan pengembang sendiri. Rumah sangat penting dan tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia walaupun dalam realisasinya nilai jual rumah setiap waktu selalu mengalami kenaikan. Akan tetapi, keinginan konsumen untuk memiliki rumah baik yang diperoleh melalui KPR maupun tunai merupakan suatu tuntutan kebutuhan pokok setiap manusia. Rumah ini akan digunakan sebagai tempat tinggal, tempat berlindung, tempat berkumpulnya keluarga dan beraktivitas sesama anggota keluarga yang akan berlangsung selama hidupnya, dan di dalam pemilikan rumah 3

sendiri pada dasarnya merupakan barang modal atau aset bagi rumah tangga tersebut. Kawasan Bintaro Jaya merupakan kawasan perumahan kelas menengah keatas dan mulai terorganisir terhadap prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU). Berpedoman kepada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 20 Tahun 2011 tentang prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) sangat penting karena prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman dan nyaman. Sarana adalah suatu fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan, pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Utilitas umum suatu kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian. Dengan melihat permintaan masyarakat terhadap rumah semakin tinggi pengembang diharapkan melakukan ekpansi di mana-mana, guna menjaga tetap tersedianya pasokan rumah. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah baru di mana awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang, oleh pemerintah dilakukan pemekaran dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor yang dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat. PT. Jaya Real Property, Tbk yang merupakan pengembang di kawasan Bintaro Jaya, di mana lokasi kawasan Bintaro dapat dikategorikan sebagai kawasan strategis yang berada kurang lebih 2 Km dari Centra Business District (CBD) Bintaro, dan akses menuju Jakarta kurang lebih 12 Km. Akses untuk 4

menuju Centra Business Distric (CBD) Bumi Serpong Damai (BSD) kurang lebih 10 Km, akses menuju jalan tol lingkar luar kurang lebih 3 Km, fasilitas umum tersedia walaupun tidak di dalam perumahan sendiri secara langsung. Hal ini dapat memengaruhi penjualan rumah dan memicu terjadinya kenaikan nilai jual dari properti tersebut. Pasar akan memberikan gambaran bahwa harga atau nilai jual rumah merupakan penjumlahan dari harga spesifikasi dan karakteristik yang dimiliki oleh entitas rumah tersebut. Dalam penetapan nilai atau harga untuk barang yang termasuk dalam jenis ini pada umumnya dilakukan dengan cara menganalisis harga serta permintaan terhadap rumah. Untuk itu Analisis terhadap faktor yang memengaruhi nilai jual rumah di kawasan Bintaro Jaya perlu dilakukan, dengan menggunakan data dari pengembang serta dibantu dengan data observasi di lapangan. 1.2 Keaslian Penelitian Secara umum penelitian tentang analisis faktor yang mempengaruhi nilai jual rumah di kawasan Bintaro Kota Tangerang Selatan, belum pernah dilakukan, namun beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis faktor yang mempengaruhi nilai jual properti, antara lain sebagai berikut. 1. Taufiq (2007), melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi transaksi rumah sederhana tipe 36 di Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan variabel jumlah unit terjual tiap kecamatan (dependen) serta harga rumah perunit tiap kecamatan, jarak lokasi perumahan ke pusat kota (CBD), kepadatan penduduk tiap kecamatan, PDRB 5

perkapita tiap kecamatan (independen). Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga rumah sederhana tipe 36 dan jarak perumahan ke CBD secara statistik berpengaruh negatif terhadap tingkat transaksi rumah sederhana tipe 36 dengan asumsi variabel lain tetap (ceteris paribus). 2. Nyoto (1997), melakukan penelitian tentang analisis faktor yang mempengaruhi nilai jual real estate studi kasus perumahan di Surabaya Selatan dengan menggunakan variabel harga jual rumah (dependen) dan luas bangunan, luas tanah, lebar jalan perumahan, jarak dari pusat kegiatan, jarak dari pasar, jarak dari rumah sakit/poliklinik sebagai variabel (independen). Penelitian ini menggunakan persamaan fungsi y=f(x) dan regresi model log-in dimana hasil penelitian ini menunjukkan hipotesis pertama menyatakan bahwa luas bangunan mempunyai pengaruh positif terhadap harga jual rumah, ternyata dapat dibuktikan. 3. Setyorini, (2005 dalam Taufiq, 2007: 56) meneliti tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi jual beli rumah tinggal di Kota Malang, dengan pengamatan tahun 2003, di mana variabel tak bebasnya adalah jumlah transaksi jual beli rumah tinggal di tiap kelurahan, dan 5 variabel bebas yaitu rata-rata transaksi tiap kelurahan, jarak tiap kelurahan dari pusat kota, jumlah rumah tangga tiap kelurahan, jumlah migrasi bersih tiap kelurahan, dan jarak perguruan tinggi terdekat. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa, jarak kelurahan dari pusat kota dan jarak keperguruan tinggi terdekat memiliki pengaruh negatif terhadap transaksi jual beli rumah tinggal, jumlah rumah 6

tangga, dan jumlah migrasi bersih tiap kelurahan memiliki pengaruh positif terhadap transaksi jual beli rumah tinggal tiap kelurahan. 4. Aulia (2005), melakukan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tanah (Studi di Kawasan Jatinangor Sumedang Jawa Barat). Variabel dependen yang digunakan adalah nilai tanah, dan luas tanah, luas bangunan, jarak tanah kejalan raya, jarak tanah ke kampus terdekat, jarak tanah keterminal, kepadatan penduduk, dan lebar jalan sebagai variabel independen, bentuk tanah, kontur tanah (dummy). Metode yang digunakan adalah model regresi linier berganda. 5. Nurhayati (2004), dengan judul pengaruh lingkungan kampus uii terpadu terhadap nilai tanah. Variabel bebas yang digunakan adalah luas tanah, jarak ke jalan umum, dummy lingkungan kampus, dan (dummy) kondisi tanah. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan kesimpulan yang didapatkan adalah nilai tanah yang terletak di luar lingkungan kampus lebih rendah dibanding nilai tanah yang terletak di dalam lingkungan kampus. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai jual rumah di kawasan Bintaro Jaya Kota Tangerang Selatan. 2. Untuk mengetahui sejauh mana faktor tersebut dapat memengaruhi nilai jual rumah di kawasan Bintaro Jaya Kota Tangerang Selatan. 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang secara signifikan dapat memengaruhi 7

nilai jual rumah di kawasan Bintaro Jaya Kota Tangerang Selatan. 1.3.2. Manfaat Penelitian Penelitian yang penulis lakukan semoga dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. 1. Manfaat akademis Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah Penilaian Properti, elemen Properti serta Manajemen Aset sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahaminya baik secara langsung maupun tidak secara langsung. 2. Manfaat dalam implementasi atau praktik. a. Penelitian ini memfokuskan kepada Kawasan Bintaro Jaya sebagai objek penelitian, sehingga diharapkan para pengambil kebijakan maupun pihakpihak lain yang berkepentingan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. b. Dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui sejauh mana faktor tersebut yang dapat memengaruhi nilai jual rumah di kawasan Bintaro Jaya Kota Tangerang Selatan. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab. Bab I yaitu pendahuluan yang mencakup uraian tentang latar belakang yang menjadi dasar penelitian, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II memuat tinjauan pustaka, landasan teori, bab ini berisikan uraian mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian. Bab III tentang analisis 8

data, yang berisikan cara penelitian, definisi operasional variabel, data dan sumber data, hubungan antarvariabel, serta alat analisis yang digunakan. Bab IV tentang hasil analisi dan pembahasan, bab ini mencakup bentuk fungsi dan model yang digunakan, serta hasil analisis data dan pembahasan. Bab V merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan hasil analisis yang didapatkan dari hasil penelitian, keterbatasan dan saran. Kesimpulan berisi uraian singkat mengenai hasil studi penelitian. Saran-saran berisi hal-hal yang perlu dilakukan sehubungan dengan hasil penelitian ini. 9