BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi
|
|
- Vera Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya pada suatu investasi apabila dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi ini berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset riil seperti tanah, emas, rumah dan aset lainnya atau pada aset finansial (deposito, saham, obligasi dan surat berharga lainnya). Salah satu cara investasi yang dapat dilakukan oleh para investor adalah dengan berinvestasi melalui pasar modal. Pada saat menentukan pilihan investasinya, investor tentu akan mempertimbangkan berbagai macam hal, diantaranya adalah tingkat pengembalian (return) serta risiko yang akan diterima. Saat ini pasar modal dapat menjadi salah satu tolok ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Pada umumnya investor akan tertarik untuk menanamkan modal yang dimilikinya pada negara yang memiliki kondisi pasar modal yang baik dan efisien. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010). Perkembangan pasar modal di Indonesia sendiri terlihat signifikan. Hal ini ditunjukkan dalam Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia tahun 2014 bahwa nilai kapitalisasi pasar dan jumlah emiten saham terus meningkat dalam empat tahun terakhir sebagaimana ditampilkan dalam tabel 1.1. sebagai berikut. 1
2 Tabel 1.1. Kapitalisasi Pasar dan Emiten Saham Bursa Efek Indonesia. Tahun Peru- Tahun bahan 2014 Kapitalisasi pasar 3.247, , , ,02 23,92% 5.228,4 saham (Triliun Rp) Emiten Saham ,76% 506 Sumber: Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia 2014 (data diolah, 2015) Industri properti dan real estate merupakan salah satu industri yang diunggulkan di pasar modal Indonesia. Menurut Laporan Tahunan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia tahun 2014, persentase nilai transaksi saham industri properti dan real estate adalah 13,8 persen dari seluruh nilai saham industri yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 yakni sebesar 15,5 persen, industri ini masih merupakan industri yang menarik. Hal ini disebabkan antara lain oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi penduduk di Indonesia diprediksi sekitar 255 juta jiwa pada tahun Apabila jumlah penduduk semakin meningkat maka kebutuhan akan produk industri properti dan real estate juga meningkat. Hal ini disebabkan karena produk industri properti dan real estate berupa perumahan atau tempat pemukiman merupakan kebutuhan utama manusia. Pada awal tahun 2015, pertumbuhan industri properti dan real estate mengalami penurunan. Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial yang dilakukan Bank Indonesia pada triwulan pertama tahun 2015, pertumbuhan penjualan properti melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 40,07 persen menjadi 26,62 persen (qtq). Perlambatan pertumbuhan penjualan properti juga tercermin dari menurunnya angka pertumbuhan penyaluran kredit perbankan 2
3 kepada sektor properti. Pada triwulan pertama tahun 2015, total Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tercatat Rp317,8 triliun atau tumbuh 0,12 persen (qtq), lebih rendah dibandingkan 2,56 persen pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Indeks Harga Properti Residensial mengalami pertumbuhan sebesar 1,44 persen (qtq) pada triwulan pertama tahun 2015 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau 6,27 persen (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan keempat tahun 2014 yang sebesar 1,54 persen (qtq) atau 6,29 persen (yoy). Kenaikan harga bahan bangunan, upah pekerja, dan bahan bakar minyak masih menjadi faktor penyebab kenaikan harga rumah. Sedangkan menurut perusahaan pengembang (developer) dalam Laporan Tahunan 2014 menurunnya kinerja perusahaan industri properti dan real estate disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebijakan pembatasan Loan to Value (LTV), pelemahan nilai tukar Rupiah, tingkat suku bunga yang tinggi serta kondisi makro ekonomi Indonesia yang kurang kondusif. Untuk mengatasi pertumbuhan kredit pada industri properti dan real estate yang semakin menurun tersebut di atas dan dalam rangka menjaga pertumbuhan perekonomian nasional maka Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap kebijakan makroprudensial dengan memberikan kelonggaran (relaksasi) dalam ketentuan perkreditan khususnya di sektor properti dan kendaraan bermotor. Bentuk relaksasi yang diberikan yaitu dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan To Value atau Rasio Financing To Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. 3
4 Relaksasi kebijakan ketentuan Loan to Value (LTV) atau Financing to Value (FTV) tersebut berupa penurunan uang muka (down payment) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Secara umum, pokok-pokok perubahan dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai LTV atau FTV dan uang muka meliputi beberapa hal berikut. Pertama, perubahan besaran rasio LTV untuk Kredit Properti (KP) dan rasio FTV untuk Kredit Properti (KP) Syariah. Kedua, perubahan terhadap uang muka untuk kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor (KKB dan KKB Syariah). Adapun perubahan besaran maksimal LTV untuk Kredit Properti (KP) dibandingkan dengan kebijakan LTV sebelumnya (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP tahun 2013) ditunjukkan pada tabel 1.2. sebagai berikut. Tabel 1.2. Perubahan LTV atau FTV Untuk Kredit Properti. Tipe Properti Fasilitas Kredit ke-1 Fasilitas Kredit ke-2 Fasilitas Kredit ke-3 Sebelum Perubahan Sebelum Perubahan Sebelum Perubahan Rumah Tapak Tipe >70 70% 80% 60% 70% 50% 60% Tipe % 80% 60% 70% Tipe s.d Rumah Susun Tipe >70 70% 80% 60% 70% 50% 60% Tipe % 90% 70% 80% 60% 70% Tipe s.d % 80% 60% 70% Ruko/Rukan % 80% 60% 70% Sumber: PBI No. 17/10/PBI/2015 Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 ditujukan bagi perbankan. Meskipun demikian, informasi tentang relaksasi kebijakan LTV atau FTV tersebut juga akan memberikan dampak kepada beberapa industri lain, salah satunya adalah industri properti dan real estate. Hal ini disebabkan karena bagi 4
5 industri properti dan real estate perubahan kebijakan tersebut akan mempengaruhi unit penjualan produk industri properti dan real estate, khususnya berupa rumah dan apartemen sehingga mempengaruhi hasil kinerja perusahaan (profit). Meskipun perusahaan pada industri properti dan real estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan pengembang (developer) dengan skala besar dan secara umum konsumen perusahaan tersebut adalah berasal dari kalangan menengah ke atas. Hal itu tidak berarti pola transaksi pembayaran konsumen tersebut selalu melalui pembayaran tunai ataupun tunai bertahap (angsuran). Metoda pembayaran konsumen kepada perusahaan properti dan real estate tetap melibatkan KPR. Fasilitas KPR menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti. Hasil Survei Harga Properti Residensial triwulan pertama tahun 2015 mengindikasikan bahwa sebagian besar konsumen (75,45%) masih memilih KPR sebagai fasilitas utama dalam melakukan transaksi pembelian properti terutama pada rumah tipe kecil dan menengah. Data mengenai metoda pembayaran konsumen pada perusahaan industri properti dan real estate yaitu PT Ciputra Surya Tbk. dan PT Lippo Karawaci Tbk. dapat dilihat pada tabel 1.3. dan 1.4. sebagai berikut. Tabel 1.3. Persentase Konsumen Berdasarkan Metoda Pembayaran PT Ciputra Surya Tbk. Tahun No. Metoda Pembayaran Jumlah Konsumen (%) Angsuran Tunai KPR Sumber: Laporan Tahunan 2014 PT Ciputra Surya Tbk. 5
6 Tabel 1.4. Persentase Konsumen Berdasarkan Metoda Pembayaran PT Lippo Karawaci Tbk. Tahun No. Proyek Jumlah Konsumen (%) Tunai KPR Angsuran 1. Lippo Cikarang Hunian Tanjung Bunga Kemang Village St Moritz Holland Village Sumber: Laporan Tahunan 2014 PT Lippo Karawaci Tbk. Oleh karena konsumen industri properti dan real estate tetap melibatkan KPR dalam metoda pembayaran mereka maka dapat dikatakan bahwa kebijakan Bank Indonesia tentang pelonggaran LTV atau FTV akan mempengaruhi perusahaanperusahaan yang berada pada industri properti dan real estate. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan studi peristiwa (event study) mengenai reaksi pasar saham industri properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan peristiwa penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 dengan judul REAKSI PASAR SAHAM INDUSTRI PROPERTI DAN REAL ESTATE TERHADAP PENETAPAN PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG RASIO LOAN TO VALUE ATAU FINANCING TO VALUE (PBI NO. 17/10/PBI/2015) Rumusan Masalah Atas dasar penjelasan dan permasalahan di atas, penelitian ini akan menganalisis reaksi pasar saham industri properti dan real estate terhadap peristiwa penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/
7 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Apakah terdapat return tak normal positif pada saham perusahaan industri properti dan real estate di sekitar penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015? 2. Apakah terdapat perbedaan antara rata-rata return tak normal sebelum dan setelah penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji reaksi pasar saham industri properti dan real estate terhadap peristiwa penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015 pada aktivitas di bursa Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat akademik. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan berkaitan dengan kondisi pasar modal khususnya di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga dapat menambah daftar penelitian pada bidang studi peristiwa yang dapat dijadikan referensi untuk pengembangan penelitian dengan topik yang sama. 2. Manfaat untuk investor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih kepada investor dan memberikan informasi mengenai anomali pasar yang ada pada perdagangan saham berkaitan dengan dampak informasi ekonomi dan non-ekonomi pada 7
8 pasar modal. Sehingga investor dapat melakukan pengambilan keputusan berinvestasi dengan tepat Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Batasan masalah pada penelitian ini terdapat pada pergerakan harga saham perusahaan industri properti dan real estate yang terdaftar di BEI pada saat penetapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/10/PBI/2015. Sampel dipilih karena menurut peneliti merupakan industri yang relevan berkaitan dengan kebijakan Bank Indonesia tersebut Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang yang menjadi dasar dilakukannya penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori-teori dan penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian serta hipotesis yang ingin diuji statistik dalam penelitian ini. BAB III METODA PENELITIAN Bab ini berisikan populasi dan sampel, data penelitian, model empiris, definisi operasional, dan pengujian hipotesis. 8
9 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan deskripsi data, perhitungan return tak normal, uji normalitas, hasil pengujian dan pembahasan hipotesis1, hasil pengujian dan pembahasan hipotesis 2. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis berusaha menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Penulis juga memberikan saran yang dapat digunakan dalam penyempurnaan penelitian selanjutnya. 9
BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan sebuah kredit bersifat konsumtif yang diberikan oleh pihak bank kepada masyarakat untuk memiliki rumah dengan jaminan atau agunan
Lebih terperinciDAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN LOAN TO VALUE (LTV) TERHADAP PERKEMBANGAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH Oleh Tim Riset SMF
DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN LOAN TO VALUE (LTV) TERHADAP PERKEMBANGAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH Oleh Tim Riset SMF A. Latar Belakang Perlambatan ekonomi domestik yang terjadi ditengah perekonomian global yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan rumah tinggal di Indonesia masih menjadi suatu masalah yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pekerjaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi baik di negara berkembang maupun negara maju dapat menyebabkan stabilitas keuangan dan sistem pembayaran terganggu. Bagi pembuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia sektor properti menjadi salah satu sektor yang paling parah menderita kerugian karena peristiwa tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Lebih terperinci2 berkeinginan untuk membeli Properti maupun kendaraan bermotor. Langkah tersebut dilakukan bersamaan dengan pelonggaran Rasio Loan to Value atau Rasi
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Rasio. Loan To Value. Financing To Value. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 141). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang optimal. Dalam mewujudkan tujuan tersebut perusahaan tidak terlepas dari berbagai masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha dalam perekonomian pasar bebas semakin ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu negara, khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Peranan pasar modal ini
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan Bank Indonesia, industri properti Indonesia tahun 2011 terus menunjukkan tren meningkat terutama pada sektor konsumsi yang didominasi oleh kredit kepemilikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan property dan real estate pada saat ini menggambarkan bahwa sektor property dan real estate di Indonesia merupakan sektor bisnis yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis properti di Indonesia semakin pesat seiring dengan kemajuan perekonomian Indonesia, bisa dilihat dari banyaknya pembangunan perumahan, apartemen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang sangat ketat dan pesatnya perkembangan pasar modal yang terjadi pada saat ini telah mempengaruhi kegiatan perusahaan, baik perusahaan kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang penelitian Berbagai macam sektor yang menggerakkan roda perekonomian, salah satunya adalah sektor properti. Investasi dalam bentuk properti masih menjadi alternatif
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu negara. Perkembangan pasar modal di Indonesia telah menunjukkan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan primer makhluk hidup adalah papan selain sandang dan pangan. Sandang dan pangan merupakan penunjang yang membuat manusia untuk dapat tetap hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia bisnis menjadi prioritas utama bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan yang terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia.
Lebih terperinciSURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL
SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan I - 1 Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan I-1 meningkat baik secara triwulanan (,7%) maupun tahunan (,53%). Kenaikan harga yang terjadi sejalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika investasi itu dianggap menguntungkan. Salah satu pilihan investasi yang menguntungkan yaitu perdagangan
Lebih terperinciNo. 14/ 10 /DPNP Jakarta, 15 Maret 2012. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 14/ 10 /DPNP Jakarta, 15 Maret 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank
Lebih terperinciElastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan. Oleh : Tim Riset
Elastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan Oleh : Tim Riset Abstrak Studi ini dilakukan untuk menganalisis tingkat perubahan pada outstanding KPR&KPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015 memberikan pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan beberapa sektor industri dalam negeri, tak terkecuali bagi sektor properti.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti dan real estate merupakan industri yang berkembang dalam beberapa tahun ini di Indonesia. Dari segi fisik terlihat banyak proyek rumah tapak maupun
Lebih terperinciSURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL
SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan II - 21 Harga dan Volume Penjualan Properti Residensial pada triwulan II-21 mengalami kenaikan. Indeks Harga Properti Residensial masih menunjukkan kenaikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Pembiayaan. Kredit. Uang Muka. Properti. Kendaraan Bermotor. LTV. FTV. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 178)
Lebih terperinciTingginya permintaan pada sektor property residensial di tahun 2010 juga diiringi dengan peningkatan penjualan pada sektor tersebut.
BAB I PENDAHULUAN Industri pada sektor real estate dan property di Indonesia pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup pesat. Peningkatan ini terjadi akibat pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BI rate merupakan salah satu faktor yang digunakan investor dalam menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu ditunggu oleh para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Ekonom Senior The Royal Bank of Scotland (RBS),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan ekonomi merupakan suatu yang ingin dicapai oleh setiap negara. Menurut Ekonom Senior The Royal Bank of Scotland (RBS), Indonesia akan memiliki potensi pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi indonesia yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang harus dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk menempatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk menempatkan dana sejumlah tertentu atas suatu aset/instrumen investasi tertentu dalam jangka waktu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi indonesia yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin tajam. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan berupaya untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketat antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerja agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan
Lebih terperinciBank Konvensional Syariah Roda 2 20% 20% Roda 3 atau lebih non produktif 25% 25% Roda 3 atau lebih produktif 20% 20%
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS PERATURAN BANK INDONESIA NO.17/10/PBI/2015 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE ATAU RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN PROPERTI DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya pilihan saham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selain memerlukan sandang dan pangan, juga memerlukan perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. properti residential (IHPR - berdasarkan survey Bank Indonesia). Peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis sektor properti meningkat dari tahun ke tahun terutama pada beberapa tahun terakhir ditandai dengan peningkatan indeks harga properti residential
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/10/PBI/2015 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE ATAU RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN PROPERTI DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS DAN TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)
ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS DAN TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana
Lebih terperinciNo. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Penerapan Kebijakan Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN * perkiraan
SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.
Lebih terperinciAnalisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan
Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan ober Uang Beredar dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal dan dana masyarakat di perbankan, pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendek maupun jangka panjang. 3 Investor yang rasional akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di masa mendatang yang belum dapat dipastikan besarnya. 1 Dasar investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor property juga dapat dilihat dari menjamurnya real estate di kota-kota besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan property dan real estate pada zaman ini sedang berkembang pesat. Perkembangan industri property saat ini juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal perusahaan real estate dan property di Indonesia saat ini berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan adanya persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan dan peluang bagi perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya adalah memproduksi barang dan menyediakan jasa. Dalam melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan II-26 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan II-26 meningkat dibandingkan triwulan I-26 dan diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan III-26 Sebagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. saat ini dimana pasar modal dapat menjadi cerminan aktivitas perekonomian. Pasar
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal di negara-negara maju sejak lama telah merupakan lembaga yang sangat diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi. Sama halnya dengan keadaan di Indonesia saat
Lebih terperinciSURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL
SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan I 8 Baik secara triwulanan maupun tahunan, harga Properti Residensial Triwulan I-8 mengalami kenaikan. Kenaikan harga diperkirakan masih akan berlanjut pada Triwulan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia bisnis properti di Indonesia, baik untuk properti residensial dan komersil, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan yang meningkat. Industri properti Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ekonomi di semua sektor maka dibutuhkan dana yang sangat besar. Berbagai upaya dilakukan guna memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi menyebabkan kondisi pasar modal menurun, karena penurunan laba yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual saham
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan penunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan, melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh dana untuk melakukan kegiatan perekonomiannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara, dimana pasar modal berfungsi sebagai pendanaan usaha atau untuk mendapatkan dana dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang. Investasi dapat
Lebih terperinciSURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL
SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri
Lebih terperinci2 Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tent
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2015 PERBANKAN. BI. Rasio. Loan To Value. Financing To Value. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5706). FPERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya antara demand dan supply dari instrumen keuangan jangka panjang yang dapat di perdagangkan dalam bentuk hutang
Lebih terperinciSURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL
SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 9 Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-9 menunjukkan kenaikan, baik secara triwulanan (,69%) maupun tahunan (,31%). Kenaikan harga yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham di pasar modal berhubungan erat dengan informasi yang berkembang disekitarnya. Seringkali sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan kian pesat dan menjadi perekonomian terbuka. Perusahaan merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan dipasar perdana (primary market) maupun di pasar sekunder (secondary
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia tidak terlepas dari peran serta para pemodal (Investor) dalam melakukan transaksi saham dipasar modal, baik yang dilakukan dipasar
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan I-6 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan I-6 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Untuk triwulan II- 6, permintaan maupun persetujuan kredit baru diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan ekspansi perusahaan, pengembangan perusahaan, penambahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Modal memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Hal itu dikarenakan pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu, pertama, sebagai sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) negara dalam perekonomian modern seperti saat ini, pasar modal memiliki peran yang sangat
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan IV-5 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan IV-5 menurun tajam, namun pada triwulan I-6 diperkirakan membaik Suku bunga dana dan kredit pada triwulan IV-5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia di hampir seluruh sektor. Banyak perusahaan yang gulung tikar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dewasa ini modal telah menjadi komponen yang tidak dapat dipisahkan dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini modal telah menjadi komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pembangunan ekonomi. Negara maju dan berkembang memerlukan komponen modal sebagai salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang sewa perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25% kepemilikan, PT AP sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Properti dan real estat merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia tidaklah dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia menciptakan kebutuhan akan tempat tinggal yang lebih baik dan juga tempat usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat Indonesia semakin rentan terhadap berbagai gejolak pada lingkungan eksternal, baik yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana hal ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaanperusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai masyarakat ekonomi, akhir-akhir ini kita mengetahui terdapat banyak perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia di mana hal ini menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri Property dan Real Estate pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Real estate merupakan tanah dan semua peningkatan permanen di atasnya
Lebih terperinci