Pembuatan Bakso Ikan Toman (Channa micropeltes)

dokumen-dokumen yang mirip
Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering

Pengolahan Abon Ikan Karandang (Channa pleurophthalmus) dengan Penambahan Kelapa Parut

Penambahan Bumbu Ketumbar (Cariandrum sativum) dalam Pembuatan Ikan Kering Tawes (Osteochilus sp)

Pengaruh Penambahan Gula Aren (Arenga pinnata Wurmb Merrill) Terhadap Cita-Rasa Wadi Ikan Patin (Pangasius sp.)

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING PEMPEK

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PRESTO IKAN SEPAT SIAM (TRICHOGASTER PECTORALIS)

METODE. Waktu dan Tempat

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

THE EFFECT OF ADDITION OF SPINACH FLOUR (Amaranthus sp) ON CONSUMER ACCEPTANCE OF CATFISH BALL. Mychael F Naibaho 1), Dewita Buchari 2), Sumarto 2)

PENGARUH RASIO TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN BAKSO IKAN LELE TERHADAP KUALITAS FISIK ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN PADA SUHU CHILLER SKRIPSI

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan Sosis Ikan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

The Study of Tapioca and Ice Water Proportion in The Making of Oyster Mushroom Meatballs. Korespodensi

Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji :

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

JURNAL. PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH KARAGENAN BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO IKAN LOMEK (Harpodon neherreus) OLEH DWI MUARIF

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia memiliki beragam surnberdaya pangan dalam bentuk mak03nan

Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2017) 365. Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

PEMANFAATAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) UNTUK PEMBUATAN BISKUIT DAN SNACK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

KAJIAN MUTU MOCHI YANG DIFORTIFIKASI DENGAN KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) Oleh

Kata Kunci: Sosis lele, tepung mocaf

A STUDY OF THE USE CITRONELLA XTRACT (Cimbopogon citratus) AT THE FISH PROCESSING LOMEK (Harpodon nehereus) SMOKED. By:

Lampiran 1. Skema Pembuatan Tepung Ikan Nila menurut Dwiyitno (1995), yang dimodifikasi

Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan. Edison 1) dan Sumarto 1)*

Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN BEBERAPA JENIS TEPUNG TERHADAP MUTU MAKANAN MPEK-MPEK PALEMBANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

KARAKTERISASI DAGING SINTETIS DARI PERLAKUAN KONSENTRAT KEDELAI, TEPUNG TERIGU DAN METODE PEMASAKAN

Bidang THP Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Abstract

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

EVALUASI MUTU ORGANOLEPTIK BEKASAM IKAN WADER

PENGARUH PENGGUNAAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA TERHADAP MUTU NUGGET IKAN GABUS (Channa striata) Oleh:

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

Transkripsi:

Pembuatan Bakso Ikan Toman (Channa micropeltes) Making Meatball of Toman Fish (Channa micropeltes) Restu Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya E-mail : bakrierestu@yahoo.co.id Diterima : 10 Mei 2012. Disetujui : 18 Juni 2012 ABSTRACT Processing of fishery products are generally intended to preserve freshness, preserve, create a product that has physical and chemical properties are different than the original, but still frowned upon by society. Fish ball (Bakso) is the result of fish processing is done by mixed fish meat that has been crushed / milled with tapioca flour and spices, formed spheres (balls), then boiled / steamed at a temperature of 90 ± 2 C for 30 minutes. The research goal to determine the composition of tapioca in order to obtain compact meatballs with the ideal flavor, and have good nutritional value for consumers. The best results were based on proximate analysis and organoleptic tests on toman fish meatball product, obtained in the treatment of the B by nutritional value: carbohydrate 16.5%, protein 10.92%, fat 1.2%, and 70.4% water. and organoleptic value of 7.2 (hedonic scale). The resulting specification meatball (appearance) is clean and attractive, distinctive odor attractive meatball taste, unique flavor of fish meatballs and delicious, and quite firm and compact. Key words : Channa micropeltes, fish processing, meatball. PENDAHULUAN Sumberdaya hayati perairan Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar terutama ikan, tetapi potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal, dengan demikian pemenuhan kebutuhan akan protein hewani melalui ikan masih sangat memungkinkan. Kandungan protein pada daging ikan cukup tinggi, yaitu berkisar antara 15 24 persen yang tersusun oleh sejumlah asam amino yang berpola mendekati kebutuhan asam amino di dalam tubuh manusia, sebab itu ikan mempunyai nilai biologis (NB) yang tinggi yaitu sekitar 90 persen (Afrianto dan Liviawati, 1989). Di Kalimantan Tengah salah satu spesies ikan gabus hasil tangkapan yang dapat mencapai ukuran berat 15 kg/ekor yaitu ikan toman (Ophiocephallus micropeltes atau Channa micropeltes). Ikan berukuran besar tersebut biasanya kurang disukai untuk dimasak secara langsung, tapi harus diolah dalam bentuk awetan berupa ikan kering asin maupun wadi/bekasem (hasil fermentasi). Sampai saat ini belum dicoba alternatif lain cara mengolah ikan toman menjadi produk lain yang lebih disukai. Dalam rangka menciptakan produk dan kesukaan masyarakat terhadap ikan, perlu adanya diversifikasi pengolahan terhadap ikan dengan penerapan teknologi tepat-guna, mudah dan murah, sehingga menghasilkan produk yang mempunyai nilai gizi yang baik serta disukai oleh masyarakat seperti bakso. Bakso merupakan hasil Pengolahan ikan yang dilakukan dengan cara mencapur daging ikan yang telah dilumatkan/digiling bersama tepung tapioka dan bumbu-bumbu, dibentuk bulatan (bola), kemudian direbus/dikukus pada suhu ± 2 o C selama 30 menit. Hasil pengamatan pendahuluan diketahui bahwa daging ikan toman tidak mempunyai daya ikat seperti daging ikan balida, sehingga dalam membuat bakso perlu bahan pengikat agar dapat membentuk ikatan yang diinginkan. Sebab itu perlu dikaji teknik restrukturisasi untuk memperoleh ikatan yang kompak antara daging ikan dengan bahan yang ditambahkan. Tepung tapioka mengandung amilopektin yang tinggi sehingga mempunyai daya mengikat yang bagus, 15

tidak mudah menggumpal, tidak mudah pecah atau rusak, dan suhu gelatinisasinya relatif rendah. Tujuan penelitian untuk mengetahui komposisi tapioka sehingga diperoleh bakso yang kompak dengan citarasa yang ideal, serta mempunyai nilai gizi yang baik bagi konsumen. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat diadopsi oleh masyarakat untuk penganekaragaman olahan hasil perikanan. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Toman dengan berat rerata 2,5 3,5 kg/ekor; tepung tapioka dan bumbu (garam, marica, bawang putih). Penelitian ini dilakukan dengan metode percobaan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Sastrosoepadi, 1999). Terdiri dari tiga perlakuan dan tiga ulangan, sebagai berikut: Pengamatan dilakukan setelah proses pembuatan bakso selesai, yaitu meliputi uji kimia terhadap kadar protein, karbohidrat, lemak, kadar air, dan uji organoleptik (uji tingkat kesukaan oleh para panelis) terhadap produk bakso kemudian dilakukan analisis data. Tahapan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Ikan toman segar dengan berat 3 5 kg/ekor, dimatikan, dibuang sisik, dicuci, dibelah membujur (fillet), diambil daging (tanpa kulit dan tulang). 2. Daging bersih digiling sampai hancur, 3. Dicampur dengan tapioca (sesuai perlakuan), bumbu-bumbu dan air, diaduk/digiling hingga dianggap merata. 4. Dibentuk menjadi bulatan (bola) dengan garis tengah ± 2,5 cm. 5. Dikukus pada suhu 90 ± 2 o C selama 30 menit menggunakan Panci pengukus (dandangan) 6. Didinginkan 7. Analisa kandungan proksimat dan uji organoleptik Ikan toman (Channa micropiltes) dengan berat 3 5 kg Dimatikan, dicuci dengan air bersih Dipotong dan diambil daging, tanpa kulit Digiling sampai lumat dan analisa proksimat. Tepung tapioka (10; 15; 20%) Dicampur (diaduk merata) Dicetak membentuk bola ± 2,5 cm Dikukus pada suhu 90 ± 2 o C selama 30 menit Didinginkan pada suhu kamar Dianalisa:protein lemak, karbohidrat,air Uji organoleptik Gambar 1. Diagram alir pembuatan bakso ikan toman yang dimodifikasi Diagram alir pengolahan bakso ikan toman yang dapat dilihat pada Gambar 1. 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proksimat terhadap daging ikan toman segar dan perlakuan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Data Hasil Analisis proksimat daging ikan toman segar dan adonan bakso mentah. No Sampel KA Protein Lmk Abu/KH 1. Daging Ikan 74,1 18,92 5,23 0,94 2 Adonan A 69,37 15,42 4,21 10 3 Adonan B 68,26 14,12 2,62 15 4 Adonan C 66,58 11,54 1,98 20 Kadar Protein Hasil pengujian laboratorium terhadap kadar protein bakso ikan toman memperlihatkan bahwa semakin tinggi persentase tapioka, maka semakin rendah kadar protein yang dikandung bakso. Untuk lebih jelas terlihat pada terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kadar protein (%) baso ikan toman pada setiap perlakuan dan ulangan A 12,63 12,16 12,68 37,47 12,49 B 11,36 11,19 10,21 32,76 10,92 C 9,46 9,29 9,34 28,09 9,36 Hasil analisis keragaman (Anova) kadar protein bakso ikan toman menunjukan bahwa perlakuan pemberian kadar tapioka yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar protein, dimana F hitung > F tab 1%. Lebih jelas terlihat dalam tabel 3. Berdasarkan hasil uji beda nyata terkecil (BNT), menunjukan bahwa diantara semua perlakuan berbeda sangat nyata terhadap kadar protein yang dikandung oleh produk bakso ikan toman. Kadar protein rerata tertinggi yang dihasilkan dalam produk bakso ikan toman adalah pada perlakuan A = 12,49%, kemudian diikuti oleh perlakuan B = 10,92% dan perlakuan C = 9,36%. Kadar protein yang dikandung oleh produk bakso ikan toman ini lebih rendah jika dibandingkan kadar protein otak-otak lele dumbo yaitu 12,89 % (Restu,2004). Walaupun demikian kadar protein bakso ikan toman tersebut masih diatas standar minimum sebesar 9% (DSN, 1991). Tabel 3. Anova kadar protein bakso ikan toman **)Berbeda sangat nyata tahap kepercayaan 99% Kadar Karbohidrat Hasil pengujian laboratorium terhadap kadar karbohidrat (%) bakso ikan toman menujukan bahwa semakin tinggi persentase tapioka yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar karbohidrat yang dikandung produk. Lihat Tabel 4. Tabel 4. Kadar Karbohidrat (%) toman setiap perlakuan bakso ikan A 11,56 11,72 11,48 31,76 10,60 B 16,49 16,45 16,41 49,35 16,50 C 21,34 21,29 22,19 64,82 21,61 Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan persentase tapioka pada bakso ikan toman menunjukan perbedaan yang sangat nyata terhadap kadar karbohidrat, dimana F hitung > F tab 1%. Lihat Tabel 5. Tabel 5. Anova kadar karbohidrat bakso ikan toman $ $ **)Berbeda sangat nyata pada tingkat 99% Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar kabohidrat rerata tertinggi yang dihasilkan dalam produk bakso ikan toman adalah pada perlakuan 17

C = 21,61%, kemudian diikuti oleh perlakuan B = 16,5% dan perlakuan A = 10,6%. Berdasarkan hasil uji beda nyata terkecil (BNT), menunjukan bahwa diantara semua perlakuan berbeda nyata terhadap kadar karbohidrat yang dikandung oleh produk bakso ikan toman. Kadar Lemak Hasil analisis kadar lemak pada produk bakso ikan toman, menunjukan bahwa semakin tinggi persentase samu maka semakin rendah kadar lemak yang dikandung produk, Lihat tabel 6. Tabel 6. Kadar Lemak (%) bakso ikan toman setiap perlakuan A 0,92 0,88 0,96 2,76 0,9 B 1,13 1,24 1,15 3,52 1,2 C 1,53 1,41 1,62 4,56 1,52 Kadar lemak rerata tertinggi di kandung oleh perlakuan C = 1,5%, kemudian diikuti oleh perlakuan B = 1,2%, dan A = 0,9%. Kadar lemak yang dikandung produk bakso ikan toman ini lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar lemak produk otak-otak ikan lele dumbo, yaitu 3,01% (Restu, 2004). Hal ini disebabkan karena lemak dari daging ikan banyak keluar akibat panas dalam proses pengukusan selama 30 menit. Tabel 7. Anova kadar Lemak bakso ikan toman Sbr F tabel db JK KT Fhit Krgm 5% 1% 2 0,54 0,27 50,61** 5,14 10,92 Galat 6 0,03 0,01 jumlah 8 **) Berbeda sangat nyata tingkat kepercayaan 99% Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan persentase penambahan samu menunjukan perbedaan yang sangat nyata terhadap kadar lemak produk bakso ikan toman, dimana F hitung = 50,61 > F tab 1%= 10,92. Berdasarkan hasil uji beda nyata terkecil (BNT), menunjukan bahwa diantara perlakuan A, B dan C menunjukan perbedaan yang nyata terhadap kadar lemak yang dikandung oleh produk bakso ikan toman. Kadar Air Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar air rerata tertinggi terdapat pada produk bakso ikan toman perlakuan A = 75%, kemudian diikuti oleh perlakuan B = 70,4% dan perlakuan C = 63,51%. Kadar air yang dikandung oleh produk bakso ikan toman ini lebih tinggi jika dibandingkan kadar air otak-otak lele dumbo yaitu 59,56% (Restu, 2004). Hal ini disebabkan proses pengukusan selama 30 menit air keluar dari bakso tersebut. Hal ini dibuktikan bahwa semakin besar kadar tapioka maka semakin rendah kadar air yang dikandung pruduk bakso ikan toman. Walaupun demikian kadar ait tersebut tidak melampaui kadar air standar mutu maksimal 80%. Tabel 8. Kadar Air (%) bakso ikan toman setiap perlakuan A 75,11 74,98 74,92 225,01 75 B 70,39 70,36 70,38 211,13 70,4 C 63,49 63,54 63,50 190,53 63,51 Hasil analisis keragaman menyatakan bahwa perlakuan persentase tapioka tidak menunjukan perbedaan yang nyata terhadap kadar air yang dikandung oleh produk, dimana F hitung = 3,29 < F tab 5% = 5,14 Tabel 9. Anova kadar air bakso ikan toman $$ **)Berbeda sangat nyata, tingkat kepercayaan 99% Uji Organoleptik Hasil uji organoleptik terhadap bakso ikan toman menunjukkan bahwa produk dengan nilai rerata tertinggi dihasilkan oleh perlakuan B = 7,2. Kriteria disukai oleh panelis, rasa gurih dan empuk, kemudian diikuti oleh perlakuan A = 6,9 dan perlakuan C = 6,7. Nilai uji organoleptik perlakuan B ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai uji organoleptik nuggets ikan lele dumbo (Restu, 2004). 18

"# $%%&# Tabel 10. Hasil uji organoleptik terhadap kenampakan, bau, rasa dan kekenyalan Produk bakso ikan toman U l a n g a n IV V Jlh Rerata A 7,0 6,7 6,9 6,9 6,8 34,3 6,9 B 7,1 7,0 7,1 7,0 6,9 36,1 7,2 C 6,8 6,7 6,7 6,8 6,6 33,6 6,7 Pada Tabel 10 di atas telihat bahwa perlakuan persentase tapioka sebesar 15% memberikan cita rasa terbaik dengan nilai 7,2 (skala hedonik). Spesifikasi: warna normal, tekstur cukup kenyal, rasa enak dan gurih, bau khas bakso ikan. KESIMPULAN Pembuatan bakso ikan toman (Channa micropeltes) terbaik dalam penelitian ini adalah perlakuan B dengan kriteria nilai gizi sbb: protein = 10,92%; Karbohidrat = 16,5%; Lemak =1,2%;air = 70,4%; nilai organoleptik = 7,2. Apabila ingin membuat bakso ikan toman, sebaiknya menggunakan tapioka sebanyak 15 persen dari total berat daging ikan bersih, sehingga diperoleh bakso ikan toman kualitas yang ideal. DAFTAR PUSTAKA Afrianto E., dan Liviawati E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. DSN, 1991. SNI No. 01-3819-1991. Syarat Mutu Bakso Ikan. DSN, Jakarta. Restu. 2004. Pembuatan Otak-Otak Ikan Lele Dumbo (Clarias fuscus): Kajian dari Kelapa Parut dan Tapioka, Jurnal Central Kalimantan Fisheries. 5 (1) : 6 9. Restu. 2004. Pembuatan Otak-Otak Ikan Lele Dumbo (Clarias fuscus): Kajian dari Tebal Pencetakan dan Lama Pengukusan, Jurnal Central Kalimantan Fisheries 5 (1) : 10 14. Sastrosupadi. 1999. Rancangan Percobaan Praktis (Bid. Pertanian). Penerbit Kanisius, Jogyakarta. 19