BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

Ovarian Cysts: A Review

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

4 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN INDEKS RESIKO KEGANASAN DENGAN JENIS HISTOPATOLOGI TUMOR EPITEL GANAS OVARIUM DI RSHAM TAHUN OLEH : HARTATI PANJAITAN

Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

MODIFIKASI INDEKS RISIKO KEGANASAN SEBAGAI MODALITAS DIAGNOSTIK PREOPERATIF UNTUK MEMPREDIKSI KEGANASAN TUMOR OVARIUM : SUATU UJI DIAGNOSTIK

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU April 2014 HUBUNGAN TUMOR MARKER CA-125 DENGAN SIFAT DAN TIPE SEL TUMOR OVARIUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

Efektivitas HE4 sebagai Metode Skrining Terbaru untuk Diagnosis Dini Kanker Ovarium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

Perbandingan antara HE4,CA-125, dan Kombinasi HE4 & CA-125 sebagai Tumor Marker pada Pasien Kanker Ovarium Tipe Epitel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

PERAN KLINIS CA-125 PADA KANKER OVARIUM. dr. I Nyoman Gede Budiana, Sp.OG (K)

Ardina Miastuti

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.

TUMOR MARKER PADA KANKER GINEKOLOGI

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KADAR CA-125 DENGAN JENIS HISTOPATOLOGI TUMOR EPITEL GANAS OVARIUM DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN

BAB 4 HASIL. 4.1 Pengambilan Data

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tumor ovarium merupakan neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium,yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari jaringan asalnya. Kanker ovarium biasanya bersifat asimtomatik hingga pasien-pasien seringkali baru didiagnosis pada stadium lanjut dan telah terjadi metastasis. Sekitar lebih dari dua per tiga kasus kanker ovarium didiagnosa pada stadium lanjut. Kanker ovarium di antara kanker ginekologi lainnya mempunyai rasio fatalitas terhadap kasus yang tinggi. Risiko seorang wanita untuk menderita kanker ovarium sepanjang hidup adalah sekitar 1.4% dan risiko kematian karena kanker ovarium sepanjang hidup hampir mencapai 1%. 10,11 Tumor ovarium epithelial meliputi lebih dari 60% neoplasma ovarium dan lebih dari 90% dari tumor ovarium ganas. Neoplasma epitelial berasal dari permukaan sel mesotel dan terdiri dari beberapa tipe. Kistadenokarsinoma serosum ovarium merupakan tumor ovarium ganas yang sering ditemui, meliputi sekitar 75-80% dari seluruh kanker ovarium epitel. Neoplasma ini ditemukan bilateral pada 40-60% kasus, dan 85% berkaitan dengan penyebaran ekstraovarium pada saat didiagnosis. Lebih dari 50% tumor ovarium serosum membesar dengan diameter mencapai 15 cm. 11 2.2 Klasifikasi kanker ovarium 2.2.1. Histopatologik Kanker ovarium dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan jaringan asalnya, yaitu epithelium carcinoma, germ cell carcinoma, sex cord-stromal carcinoma, dan metastasis dari tempat lain. Epithelium carcinoma merupakan jenis yang terbanyak sekitar 90% dari kanker ovarium. Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dari semua kanker epitel tersebut, jenis serosum (44%) paling sering ditemukan daripada musinosum (19,66%), sebagian kecil lainnya adalah jenis

endometrioid (10,26%), clear cell (5,13%) dan mixed epthelial tumor (0,85%). 10,12 Kanker yang bermetastasis ke ovarium kebanyakan berasal dari uterus, tuba fallopii, ovarium kontralateral atau peritoneum pelvis. 12 Kanker ovarium dapat menyebar melalui penyebaran lokal, invasi limfatik, implantasi intraperitoneal, penyabaran hematogen atau penyebaran melalui diafragma. Penyebaran intrapeitoneal adalah yang paling banyak terjadi, sedangkan penyebaran hematogen paling jarang terjadi. 12 Gambar 2.1. Klasifikasi kanker ovarium berdasarkan histopatologi. 16 2.3 Etiologi dan Patogenesis Penelitian tentang etiologi kanker ovarium sebagian besar masih merupakan hipotesa yang belum teruji secara epidemiologis dan belum dapat dinyatakan sebagai penyebab pasti terjadinya kanker ovarium tersebut. Hipotesis yang diduga sebagai penyebab terjadinya kanker ovarium adalah:

1. Teori inflamasi, teori ini menduga karsinogenesis terjadi akibat inflamasi seperti PID. 2. Teori Incessant ovulation, menyatakan trauma berulang selama ovulasi mengakibatkan pajanan epitel permukaan ovarium dapat mengakibatkan terjadinya proses malignansi pada ovarium. 14. 3. Teori gonadotropin, diduga kadar gonadotropin yang tinggi berkaitan dengan lonjakan yang terjadi selama proses ovulasi dan hilangnya gonadal negative feedback pada menopause dan kegagalan ovarium prematur dapat memegang peranan penting dalam perkembangan dan progresi kanker ovarium 14 4. Genetika, kanker ovarium pada keluarga dikaitkan dengan mutasi BRCA1, BRCA2 atau syndroma mismatch DNA repair gen human nonpoposis colon cancer (HNPCC, Lynch type II). Juga dilaporkan terdapat hubungan antara kanker ovarium dengan Li-Fraumini sindrom yang terjadi karena mutase P53. 13,14,15 2.4. Diagnosis Kanker Ovarium Tumor ovarium secara klinis direpresentasikan sebagai massa di adneksa yang meliputi sejumlah kondisi baik jinak maupun ganas. Prosedur diagnostik preoperatif yang dapat membedakan apakah neoplasma ovarium bersifat jinak atau ganas dapat membantu dalam merencanakan penatalaksanaan yang optimal. 13 Diagnosis kanker ovarium memerlukan tindakan laparotomi eksplorasi. 12,13 Dugaan keganasan preoperatif dapat menjadi panduan ahli ginekologi untuk melakukan rujukan ke bagian onkologi ginekologi untuk penatalaksanaan yang tepat dan pembedahan yang optimal. 13 2.5. Skirining Pada kanker Ovarium Beberapa metode diagnostik untuk mendiagnosis tumor ovarium telah dilaporkan, seperti ultrasonografi abdominal dan transvaginal, ultrasonografi tiga dimensi, ultrasonografi color Doppler dan petanda tumor. Bagaimanapun, belum ada satu metode diagnostik yang secara individual menunjukkan tingkat

signifikansi yang lebih baik dalam membedakan tumor ovarium jinak dan ganas. 13 Metode diagnostik preoperatif yang baik adalah yang memiliki sensitivitas tinggi (kemungkinan hasil tes positif pada individual yang memiliki penyakit tersebut) dan spesifisitas tinggi (kemungkinan hasil tes negatif pada individu yang tidak memiliki penyakit tersebut). 14 Hingga saat ini belum ditemukan metode penapisan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. Pada umumnya diagnosa keganasan diperoleh dari penemuan massa pelvis pada pemeriksaan rutin yang selanjutnya diikuti pembedahan. Namun penemuan pada stadium I secara konvensional hanya sekitar 20%. Berikut adalah pendekatan telah dievaluasi untuk mendeteksi pada skrining kanker ovarium: 2.5.1. Ultrasound Ultrasonografi transvaginal telah terbukti lebih unggul dibandingkan transabdominal dalam mendeteksi massa panggul. Pada studi yang dilakukan pada 66.620 wanita, dilakukan operasi terhadap 565 pasien untuk mendeteksi 45 kanker ovarium. Dinyatakan sensitifitas pada stadium awal 78%, namun spesifitas pada stadium awal hanya 10%. Penambahan penggunaan doppler ultrasound menunjukkan hasil yang tidak konsisten antara sebagian besar penelitian, walaupun penggunaan 3D dopler menunjukkan hasil peningkatan sensifitas dan spesfitas. 15,16 2.5.2. Cancer Antigen 125 (Ca 125) Adalah suatu hibridoma, merupakan determnan antigen yang digambarkan oleh monoklonal antibodi dan mempunyai berat molekul >200 kd, berbentuk glikoprotein. 15,16 Ca 125 dihasilkan oleh epitel kanker ovarium, namun secara alami kadar Ca 125 dapat juga ditemukan pada kasus inflamasi atau iritasi pada jaringan kavum abdomen. Pada kondisi endometriosis, kelainan hepar seperti sirosisi hepatis dan hepatitis, penyakit radang panggul dan pangkreas dapat meningkatkan kadar ca 125. 15,16

Ca 125 meningkat pada 50%-60% pasien kanker epitel stadium I dan 90% pada kanker ovarium stadium II. Kadar Ca 125 saja tanpa kurang adekuat untuk dijadikan skrining kanker ovarium pada populasi dengan resiko sedang dan rendah, namun spesifitas akan meningkat jika pemeriksaan diikuti dengan ultrasonografi. 15 2.5.3. Human Epidydimis Protein-4 (HE4) HE4 merupakan protein yang terdiri dari gugus asam dengan inti 4- disulfida (whey acidic four-disulfide core/wfdc) yang bersifat tripsin-inhibitor. HE-4 pertama kali diidentifikasi dari epitel duktus epididimis pria bagian distal yang merupakan protease inhibitor yang terlibat dalam proses pematangan sperma. 19,20 HE-4 diekspresikan juga di jaringan normal termasuk epitel traktus reproduksi. Peningkatan kadar HE4 dalam satuan picomole (pm) dapat ditemukan pada tumor jinak ginekologi lainnya, tumor paru dan jaringan normal dengan kadar HE-4 yang bervariasi 0 sampai lebih dari 500 pm (Tabel 2.3). Pada kanker ovarium, HE4 diover-ekspresikan 93% pada epitel tumor ovarium s erous. wanita sehat 94,4% menunjukkan kadar HE4 <150 pm 21,22 Beberapa studi yang telah menggunakan HE4 sebagai tumor marker untuk menapis tumor ovarium epitel jinak dan ganas menunjukkan nilai cut off point yang berbeda. Studi oleh Moore et al (2009) memperoleh nilai cut off point HE4 sebesar 70 pm dengan sensitivitas 79,6% dan spesifisitas 66%. Pada tahun 2010, Kettlety et al di Swedia menggunakan cut off point HE4 140 pm dengan sensitivitas 98,1% dan spesifisitas 48,8%. Studi oleh Mulawardhana P di Surabaya (2011) menggunakan cut off point HE4 150pM menunjukkan sensitivitas 76,47 % dan spesifisitas 80%. Studi oleh Ali A dan Sarah D di Medan (2012) memperoleh cut off point HE4 66,5 pm dengan sensitivitas 75% dan spesifisitas 75%. 23

2.5.4. Risk of Ovarian Malignancy Algorithm (ROMA) Suatu penemuan baru novelty oleh Moore et al., tahun 2009, berupa alat diagnostik yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya yaitu risk of ovarian malignancy algorithm (ROMA) yang efektif digunakan untuk mendeteksi risiko keganasan kanker ovarium saat stadium awal berdasarkan status menopause pre atau post menopause. 18,24 Saat ini, upaya untuk membedakan tumor ovarium epitel jinak dan ganas cukup menjadi tantangan bagi para peneliti dan klinisi. Hal ini berhubungan dengan penanganan yang akan diberikan serta prognosis pasien dengan kanker ovarium. Risiko keganasan sebelumnya berupa risk of malignancy index (RMI) (Jacob et al, 1990) dinilai dengan menggunakan kombinasi pemeriksaan ultrasonografi dan kadar antigen kanker CA-125 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah dibandingkan ROMA (Tabel 2.2) 18 Tabel 2.2. Area under curve (AUC), sensitivitas dan spesifisitas ROMA dan RMI (cut off 200) sebagai alat diagnostik tumor ovarium epitel Adapun ROMA menggunakan serum antigen kanker CA-125 yang dikombinasikan dengan human epididymis protein-4 (HE-4). Alat diagnostik ini baru-baru ini juga diteliti oleh Van Gorp et al., pada tahun 2010 digunakan sebagai alat skrining pada tumor ovarium epitel, hasilnya ROMA mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi dibandingkan RMI dengan nilai cut off 200(Tabel 2.2). 18,25. 2.6. Indeks Risiko Keganasan pada Kanker Ovarium Jacobs et al, 1990, mengemukakan suatu Indeks Risiko Kegananasan (IRK) berdasarkan kadar CA 125 serum, status menopause dan temuan USG, dan merekomendasikan penggunaannya untuk membedakan massa adneksa

jinak dan ganas. Karakteristik USG yang digunakan adalah berdasarkn adanya (a) kista multilokuler, (b) massa solid (c) metastasis (d) asites (e) lesi bilateral. Massa yang simpel (U=0); massa semi komplek (U=1); massa komplek (U=3) untuk nilai dari USG. IRK dihitung dengan penambahan skor 1 untuk status premenopause dan skor 3 untuk status menopause (M), dikalikan skor dari USG dan nilai absolut dari kadar CA 125: U x M x CA 125. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, beliau memperoleh nilai titik potong skor IRK 200. Hasil tersebut dibandingkan dengan pemeriksaan baku emas pemeriksaan histopatologi mempunyai sensitivitas dan spesifisitas 85,4% dan 96,9%. 7 Indeks resiko keganasan tersebut ternyata masih kurang memuaskan, sehingga Tingulstad et al pada tahun 1996 melakukan analisa ulang dan mengemukakan indeks risiko keganasan yang dikenal dengan IRK 2 dan tahun 1999 dimodifikasi kembali menjadi IRK 3. Perbedaan di antara ketiga IRK tersebut terletak pada perbedaan skor hasil pemeriksaan ultrasonografi dengan karakteristik yang sama dan skor status menopause. Berdasarkan hasil penelitian Tingulstad, diperoleh titik potong terbaik pada skor IRK 2 dan IRK 3 tersebut pada skor 200. Pada IRK 2 ditemukan sensifitas dan spesifitas 79,9% dan 79,6%, sedangkan IRK 3 ditemukan sensitifitas dan spesifitas 71% dan 92%. 15 Tabel 2.3. Perbedaan IRK 1,2 dan 3 15 M Status Menopause U Skor Ultrasonografi IRK 1 M = 1, jika belum menopause M = 3, jika sudah menopause U = 0, jika karakteristik (-) U = 1, jika ada 1 karakteristik U = 3, jika ada 2 karakteristik IRK 2 M = 1, jika belum menopause M = 4, jika sudah menopause U = 1, jika ada 1 karakteristik U = 4, jika ada 2 karakteristik IRK 3 M = 1, jika belum menopause M = 3, jika sudah menopause U = 1, jika ada 1 karakteristik U = 3, jika ada 2 karakteristik Indeks Resiko Keganasan 1,2 dan 3 tersebut dipakai dengan rumus: IRK = U x M x Serum CA125

Yamamoto et al. pada tahun 2009 mengembangkan IRK terbaru dengan menambahkan parameter ukuran tumor (S), yang dinamakan IRK 4. Indeks Resiko Keganasan menurut Yamamoto et al. dihitung berdasarkan rumus: 9 IRK = U x M x Serum CA125 x S U: Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) dengan karakteristik sebagai berikut : Kista ovarium multilokuler Komponen solid pada tumor ovarium Lesi bilateral Asites Adanya bukti metastase intraabdomen Nilai U = 1, jika dijumpai 1 karakteristik USG. Nilai U = 4, jika dijumpai > 2 dari karakteristik USG. M: Status Menopause Nilai M = 1, jika premenopause. Nilai M = 4, jika pascamenopause. S: Ukuran Tumor (diameter tunggal yang terbesar) Nilai S = 1, jika ukuran tumor < 7 cm. Nilai S = 2, jika ukuran tumor > 7 cm. Serum CA 125: kadar serum antigen kanker CA 125 yang diukur dengan metode immunoassay dalam satuan U/ml. Yamamoto et al. (2009) dalam penelitian tentang keempat versi IRK mendapatkan bahwa akurasi IRK 4 lebih baik dibandingkan IRK 1, IRK 2 dan IRK 3, dengan sensitivitas 86,8%, spesifisitas 91%, nilai praduga positif 63,5%, nilai praduga negatif 97,5%, dan akurasi 90,4%. 9 Penelitian yang dilakukan oleh Park et al (2012) terhadap 541 pasien, dengan mengevaluasi keempat IRK tersebut menemukan bahwa ROC sigifikansi keempat indeks resiko keganasan tersebut tidak berbeda dalam

membedakan tumor ganas dan jinak preoperasi (0,9233, 0,9132, 0,9151 dan 0,9263). Namun jika dibandingkan dengan pemeriksaan tunggal (Ca 125, status menopause dan USG) secara terpisah akan memiliki perbedaan signifikansi yang bermakna. 5 Penelitian oleh Joshimin Foead (2010) terhadap 50 pasien, yang dilakukan di RS H. Adam Malik Medan dengan menggunakan IRK 3, menemukan titik Potong terbaik pada skor IRK 275, dengan sensifitas 78,6 dan spesifitas 91,3%, Penelitian lain yang dilakukan oleh Meity Elvina (2013) terhadap 56 orang pasien, yang juga dilakukan di RS H. Adam Malik Medan menggunakan IRK 3, menemukan titik potong 201, dengan sensifitas dan spesifitas 71,4% dan 72,1%. 17,18 2.7. Kerangka Konsep Neoplasma ovarium USG Kadar CA 125 ROMA HE - 4 IRK 1,2,3, atau 4 SUSPEK GANAS ATAU SUSPEK JINAK LAPARATOMI HISTOPATOLOGI DEFINITIF JINAK DEFINITIF GANAS