BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sugiarto Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tubuh kita disusun oleh triliunan sel hidup. Sel tubuh yang normal dapat beregenerasi dan mati dengan teratur. Pada awal kehidupan, pertumbuhan sel terjadi dengan pesat, dan setelah dewasa pertumbuhan sel terjadi untuk mengganti sel yang rusak dan mati. Kanker terjadi ketika sel tumbuh di luar kendali. Sel ini terus tumbuh dan membentuk sel-sel kanker baru, bahkan dapat terjadi metastasis ke organ melalui pembuluh darah dan pembuluh limfa. Kanker ovarium adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium (American cancer society, 2015). Lesi pada kanker ini dapat timbul dari ovarium dan disebut sebagai lesi primer, sedangkan lesi sekunder merupakan proses metastasis dari berbagai organ dalam tubuh. Lesi primer berasal dari ephithelial cell (sekitar 70 % dari angka kejadian kanker ovarium), germ cell, dan sex-cord stromal. Metastasis ke ovarium berasal dari endometrium, payudara, usus besar, lambung, dan serviks (Green, 2014). Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari kanker alat genital perempuan. Di Amerika sekitar kasus baru didiagnosis setiap tahun, dan sekitar kematian terjadi setiap tahun akibat penyakit ini. Kanker Ovarium merupakan 6% dari seluruh kanker pada perempuan, dan penyakit ini timbul satu orang pada setiap 68 perempuan (Anwar, 2011). Kanker ovarium jarang ditemukan pada umur dibawah 40 tahun. Angka kejadian meningkat seiring peningkatan umur, dari per pada umur tahun, menjadi paling tinggi dengan angka 57 per pada umur tahun. Umur rata-rata saat didiagnosis adalah 63 tahun dan 48% penderita berumur diatas 65 tahun (ovarian cancer, 2014). Tumor ganas ovarium sangat berbahaya dengan angka kematian yang tinggi, hal ini terjadi karena pertumbuhan sel tumor yang tidak menimbulkan gejala pada stadium dini dan belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium, sehingga 70% penderita datang dengan stadium lanjut yakni tumor menyebar jauh di luar ovarium (Ferdyansyah et al, 2014).
2 6 Penelitian menunjukkan bahwa angka kematian penderita muda semakin menurun, sedangkan pada perempuan tua (>65 tahun) semakin meningkat. Diperkirakan penyebabnya adalah pada perempuan muda tersebut penyakitnya lebih cepat terdiagnosis dalam stadium dini jika dibandingkan pada perempuan yang sudah tua (Aziz, 2006). Five-year survival penderita tergantung dari umur dan stadium tumor. Untuk penderita yang berumur < 65 tahun five-year survival adalah 65.8% sedangkan 32.9% bagi penderita yang berumur 65 tahun (Hoskins, 2005) Kanker Epitel Ovarium Defenisi dan Epidemiologi Kanker ovarium jenis epitel adalah kanker yang berasal dari sel epitel dan merupakan penyebab utama akibat kanker ginekologi di Amerika Serikat. Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitel. Lebih dari 80% kanker ovarium epitel ditemukan pada perempuan pascamenopause. Umur 62 tahun adalah umur dimana kanker ovarium epitel paling sering ditemui. Sumber lain juga mengatakan kanker ovarium epitel sering ditemui pada umur> 50 tahun (DiSaia et al, 2007) dan jarang ditemukan pada umur kurang dari 45 tahun (Azis, 2006). Kanker epitel ovarium paling sering terjadi pada perempuan berkulit putih di negara-negara industri Eropa utara dan Amerika Utara (Green, 2014). Insiden kanker ovarium ini juga meningkat pada perempuan yang berumur tua (65 tahun). Penggunaan kontrasepsi oral juga meningkatkan insiden dan laju mortalitas pada perempuan umur muda (Hoskins et al, 2005). Kanker ovarium merupakan penyebab paling umum keempat kematian akibat keganasan pada perempuan karena lebih dari dua-pertiga pasien yang didiagnosis sudah memiliki kanker stadium lanjut. Di Amerika Serikat, terdapat kasus kanker ini dan lebih dari penderita tidak dapat bertahan. Kanker ini menempati urutan kelima setelah kanker paru, payudara, usus, dan rahim (Berek dan Hacker, 2012).
3 Etiologi dan patogenesis Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan terjadinya kanker ovarium. Diantaranya diuraikan beberapa teori berikut. a. Hipotesis incessant ovulation Teori ini menyatakan bahwa pada saat ovulasi terjadi kerusakan jaringan pada sel ovarium yang berulang. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat menimbulkan transformasi menjadi sel-sel tumor (Aziz, 2006). b. Hipotesis Gonadotropin Teori ini menyatakan bahwa terjadi stimulasi berlebihan yang secara langsung atau tidak langsung dari epitel permukaan ovarium. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium (Aziz, 2006). c. Hipotesis Androgen Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Epitel ovarium selalu terpapar pada adrogenik steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal. Dalam percobaaan invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel (aziz, 2006) Faktor Resiko Banyak faktor bisa mempengaruhi resiko timbulnya kanker ovarium diantaranya paritas, pil kontrasepsi, talk (hydrous magnesium silicate), ligasi tuba, terapi pengganti hormon (Menopausal Hormone Therapy = MTH), dan faktor herediter. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan paritas rendah lebih beresiko terjadi kanker ovarium dibanding dengan multiparitas. Pada perempuan yang mengalami empat atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40% dibanding dengan nulipara. Pemakaian pil kontrasepsi berdasarkan penelitian terjadi penurunan risiko terjadi kanker ovarium, dengan risiko relatif 0,6 (Aziz, 2006). Pemakaian talk pada perineum
4 8 dilaporkan dapat meningkatkan risiko terjadi kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9%. Tapi, penelitian lain juga mengatakan bahwa pemakaian talk tidak ada hubungannya (Anwar, 2011). Ligasi tuba juga diduga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 0,3. Mekanisme ini terjadi karena terputusnya akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium. Terapi hormon pengganti pada masa menopause juga meningkatkan risiko relatif menjadi 1,5. Stasus pascamenopause merupakan faktor risiko tinggi terjadinya kanker ovarium (Irshad et al, 2013). Tabel 2.1. Faktor Resiko Kanker Ovarium Meningkatkan Risiko RR Menurunkan Risiko RR Talk 1,1-1,9 Pil kontrasepsi 0,6 MHT Ligasi tuba 0,3 1. Estrogen saja 10 tahun 2. Estrogen saja 20 tahun 3. Estrogen + progestin 2,2 3,2 1,5 Klomifen sitrat 12 siklus 11 Paritas tinggi 0,7 Riwayat keluarga kanker Ovarium 1. Ibu dari penderita 2. Saudara dari penderita 3. Anak dari penderita 1,1 3,8 6 Dikutip dari (Aziz, 2006) Sumber lain juga mengatakan bahwa faktor risiko yang meningkatkan kejadian kanker ovarium ini dapat berupa peningkatan umur, obesitas, status pascamenopause, riwayat keluarga dengan kanker payudara dan kanker colorectal yang disebabkan mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2, dan bahkan perempuan yang menderita kanker payudara memiliki faktor risiko tinggi untuk menderita kanker ovarium. Faktor risiko lainnya yang menurunkan kejadian kanker ovarium diantaranya kehamilan, pemberian ASI, dan diet rendah lemak (American cancer society, 2014).
5 Gambaran Klinis Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, oleh karena itu lebih dari 70% penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. Mayoritas penderita kanker ovarium jenis epitel tidak menunjukkan gejala sampai periode waktu tertentu. Pada stadium awal kanker ovarium ini muncul dengan gejalagejala yang tidak khas. Bila penderita dalam umur premenopause, keluhan mereka adalah haid yang tidak teratur. Bila massa tumor telah menekan kandung kemih atau rektum, keluhan sering berkemih dan konstipasi akan sering muncul. Kadang-kadang gejala seperti distensi perut sebelah bawah, rasa tertekan, dan nyeri dapat ditemukan. Pada kanker epitel ovarium stadium lanjut ditemukan adanya asites, metastasis ke omentum, atau metastasis ke usus (Aziz, 2006). Gejala lain dapat ditemukan adanya efusi pleura, dan massa umbilikus yang disebut sebagai Sister Mary Joseph s nodule. Tetapi massa ini biasanya jarang dan tidak spesifik karena dapat disebabkan oleh kanker pada lambung, pankreas, kantung empede, kolon, dan appendiks (Cannistra, 2008) Diagnosis Pada stadium dini gejala kanker tidak khas, sehingga 75-85% penderita kanker ovarium ditemukan dalam stadium lanjut (William, 2005). Diagnosis kanker ovarium memerlukan tindakan laparatomi eksplorasi (Aziz,2006). Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ginekologi yang dilakukan, pemeriksaan penunjang berikut ini juga dapat dilakukan, yaitu : Ultrasonografi Ultrasonografi adalah cara pemeriksaan non invasif yang relatif murah. Dengan ultrasonografi dapat secara tegas dibedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian padat (echogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya pada tumor kistik tanpa ekointernal (anechogenic) kemungkinan keganasan menurun. Data yang diperoleh dari ultrasonografi dapat berupa ukuran ovarium, lesi abnormal pada ovarium, dan kelainan lain pada abdomen, seperti cairan pada
6 10 abdomen, dan aliran darah pada massa ovarium. Data tersebut dievaluasi untuk mendeteksi kemungkinan adanya kanker ovarium. Jika dilakukan ultrasonografi ulangan dalam 4-6 minggu, dan terdapat kelainan yang menetap, maka hal ini akan membantu menurunkan false-positive. Pemakaian ultrasonografi transvaginal/ transvaginal color flow doppler dapat meningkatkan ketajaman diagnosis (Aziz,2006) Computed Tomography Scanning (CT-Scan) Pemakaian CT-scan untuk mendiagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan CT-Scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastatis ke hepar, dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi, CT scan kurang disenangi disebabkan adanya risiko radiasi, risiko alergi terhadap zat kontras, kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dan tumor padat, dan biayanya juga mahal (Aziz,2006). Tetapi, CT Scan tidak dapat menunjukkan ukuran tumor ovarium yang ukurannya kecil. CT Scan juga dapat digunakan untuk membantu mengambil jaringan untuk biopsi (American Cancer Society, 2013) Photo Thorax Pemeriksaan ini rutin dilakukan untuk melihat adanya metastasis ke paru (American Cancer Society, 2013) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Seperti CT-Scan, MRI juga menunjukkan gambar tubuh secara crosssectional. Jika dibandingkan dengan CT Scan, MRI tidak jauh lebih baik dalam hal diagnostik, menggambarkan perjalanan penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau pelvis (Aziz, 2006).
7 Tumor Marker Tumor marker atau penanda tumor adalah antigen atau suatu substansi yang ditemukan dalam tubuh karena adanya kanker. Biasanya ditemukan melalui pemeriksaan darah atau urin, yang diproduksi oleh sel-sel kanker atau tubuh sendiri sebagai respons terhadap kanker. Tumor marker Ca 125 adalah suatu glikoprotein yang biasanya dideteksi oleh antibodi monoclonal. Setiap tumor marker mempunyai profil yang berguna untuk deteksi dini, menentukan diagnosis dan prognosis, melihat respon pada terapi, dan memonitor kekambuhan dari kanker. Biasanya dapat dideteksi dari peningkatan jumlahnya di darah, urine, atau jaringan tubuh (foundation for women cancer, 2011). Level tumor marker tidak meningkat pada semua jenis tumor, khususnya pada early stage cancer. Untuk mendeteksi tumor ovarium dalam rongga abdomen dan membuat diagnosis sebelum operasi laparatomy sangat sulit dilakukan, karena itu tumor marker dapat membantu diagnosis tumor ovarium. Untuk jenis kanker ovarium jenis epitel penanda tumornya adalah Ca 125, tumor jenis germinal LDH, hcg, AFP, dan tumor stromal sex-cord adalah inhibin (Aziz,2006). Tumor marker lain yang sensitif terhadap tumor ganas epitel pada penelitian sebelumnya adalah HE4 dan CA72-4. Tetapi CA72-4 kurang sensitif dibandingkan dengan Ca 125 dan HE4 karena terjadi peningkatan CA72-4 pada kanker kolon, lambung dan payudara (Anastasi,2013). Cut-off levels: Ca 125 = 35 U/mL; HE4 = 150 pmol/l; CA72-4 =3.8 U/mL Table 2.2. Perbedaan antara CA-125, HE4, dan CA72-4 Ca 125 HE4 CA72-4 Sensitivitas (%) Specifisitas (%) PPV(%) NPV(%) Dikutip dari Anastasi,2013
8 12 Bagan 2.1. Cara mendiagnosis massa pada adneksa Massa pada Adneksa Bukan kelainan ginekologi USG Ca-125 IRK IRK > 200 IRK <200 Diagnosis pasti melalui laparatomi Individualize treatment, operasi jika diperlukan Jinak Borderline Ganas Dikutip dari Berek and Hacker s Klasifikasi Berdasarkan Histopatologi Jenis histopatologi tumor sering dianggap mempengaruhi prognosis suatu kanker ovarium. Di Amerika, 85-90% tumor ganas ovarium adalah jenis epitel. Dari penelitian yang dilakukan didapat bahwa jenis serous carcinoma ada 42%, mucinous carcinoma 12%, endometroid carcinoma 15%, undifferentiated carcinoma 17%, dan clear cell carcinoma 6%. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa karsinoma jenis clear cell mempunyai prognosis yang sangat buruk jika
9 13 dibandingkan dengan jenis kanker yang lain (DiSaia, 2007). Berikut dijabarkan jenis kanker epitel ovarium menurut WHO 2013 : Tabel 2.3. Jenis Tumor ganas epitel Malignant epithelial Ovarian Tumor Serous Tumours o Low-grade serous carcinoma o High-grace serous carcinoma Mucinous carcinoma Endometrioid carcinoma Clear cell carcinoma Malignant Brenner tumour Seromucinous carcinoma Undiferentiated carcinoma Dikutip dari WHO Serous Carcinoma Tumor serous merupakan tumor hasil invaginasi sel permukaan ovarium disertai pengeluaran cairan serous. Pada jenis tumor ini, terdapat psammoma bodies yang merupakan hasil invaginasi epitel, reaksi iritasi yang menimbulkan perlengketan, dan timbunan sel epitel yang terperangkap (Manuaba et al, 2010). Malignant serous carcinoma dibagi menjadi dua berdasarkan derajat selnya yaitu low grade serous carcinoma dan high grade serous carcinoma (HGSC). Low grade serous carcinoma atau invasive micropapillry serous carcinoma (MPSC) diduga berasal dari kistadenoma atau adenofibroma yang berkembang menjadi atypical proliferative serous tumor (APST) atau sama dengan tumor borderline serous dan menjadi non invasive MPSC dan kemudian berubah jadi MPSC. Pada low grade serous carcinoma terjadi mutasi gen pada KRAS, BRAF, atau ERBB2. Bisa pada satu gen ataupun ketiga gen, tetapi mutasi pada KRAS dan BRAF lebih sering terjadi dibandingkan pada ERBB2. Pada High grade serous carcinoma tejadi mutasi TP53 pada 80% kasus. Penelitian terakhir mengatakan bahwa lesi pertama terjadinya HGSC adalah pada tuba fallopi yang mempunyai ciri sitologi yang sama dengan HGSC dan ini biasanya dinamai tubal
10 14 intrepithelial carcinoma(tic) karena selalu dideteksi di ujung tuba fallopi pada fimbria yang melekat pada ovarium (Vang, 2010). Tabel 2.4. Perbedaan Low grade serous dan High grade serous carcinoma Low grade serous carcinoma High grade serous carcinoma Lesi pertama Adenofibroma/cystadenoma Tubal intraepithelial APST non invasif MPSC carcinoma Invasif MPSC Pengaruh kromosom Rendah Tinggi Mutasi Gen KRAS, BRAF, ERBB2 TP53 Dikutip dari Vang 2010 High gade carcinoma dapat berasal dari low grade carcinoma, hal ini dibuktikan adanya kasus kanker serous yang mempunyai komponen kedua jenis kanker epitel serous. Selain itu, adanya mutasi gen pada beberapa kasus high grade carcinoma yang mengalami mutasi pada gen KRAS. Berikut perjalanan low-grade serous carcinoma menjadi high-grade serous carcinoma. Bagan Low grade serous carcinoma menjadi High grade carcinoma Sumber Shih, 2004
11 Low-grade serous carcinoma Low grade carcinoma (LGSC) merupakan 5% dari keseluruhan kanker serous. Massa ovarium dapat memberi gejala atau terdeteksi secara tidak sengaja. Pasien yang datang untuk terapi biasanya sudah memasuki stadium lanjut. Massa pada LGSC lebih besar dari pada HGSC (WHO, 2014). Massa biasanya memberikan gambaran kistik tapi, memiliki septa yang tebal, nodular, dan peningkatan vaskularisasi. LGSC ini biasanya dihubungkan dengan komponen yang non-invasive, adenofibroma, APST, dan MPSC. Secara mikroskopis, komponen jenis invasif ditandai dengan adanya mikropapiler yang kecil dan adanya kumpulan sel yang menginfiltrasi stroma (Vang, 2010). Pada gambaran histopatologinya menunjukkan adanya variasi pola dari sel dan mikropapila. LGSC ini berkaitan dengan komponen dari borderline tumour. Sel pada LGSC ini mempunyai atypia nukleus yang ringan sampai sedang. Biasanya dijumpai psammoma bodies dan aktivitas mitosisnya rendah (WHO, 2014). Gambar2.3. Low grade serous carcinoma Sumber Nucci dan Olivia 2008
12 16 Gambar2.4. psammocarcinoma Sumber Nucci dan Olivia High-grade serous carcinoma High-grade serous carcinoma dapat berupa campuran dari papilla dan kelenjar. Papilla biasanya besar dan kompleks, epitel yang melapisi papilla ini adalah sel bertingkat. High-grade serous carcinoma terdiri dari sel epitel yang menunjukkan gambaran papilla, glandular dan padat dengan nukleus yang atypia. Saat ini, ada sekitar yang terdiagnosis oleh kanker ini diseluruh dunia dan yang meninggal. Umur rata-rata menderita HGSC adalah 63 tahun. Gejala yang muncul tidak spesifik dan biasanya melibatkan gastrointestinal (WHO, 2014). Gambar2.5. High grade serous carcinoma Sumber Nucci dan Olivia 2008
13 Mucinous carcinoma Mucinous carcinoma adalah kanker epitel yang terdiri dari sel tipe gastrointestinal berisi mucin intra-cytoplasmic (Manuaba et al, 2010). Mucinous carcinoma merupakan 3-4% dari keseluruhan kanker ovarium. Umur rata-rata penderita kanker ini adalah 45 tahun dengan gejala pembengkakan perut dan nyeri (WHO, 2014). Secara makroskopis, mucinous carcinoma mempunya ciri-ciri seperti massa besar, unilateral, bilateral terjadi antara 8-10% kompleks, solid atau kistik pada intra ovarial sekitar 95-98% (Manuaba, 2011). Gambar2.6. mucinous carcinoma, Sumber Nucci dan Olivia Stadium Tumor Ovarium Stadium digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker menyebar (metastasis). Stadium kanker ovarium ditentukan setelah pembedahan laparatomy surgical staging untuk mengambil contoh jaringan dan dilihat dibawah mikroskop. Stadium kanker ovarium diklasifikasikan menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO). Sistem ini menggunakan istilah ukuran tumor (T), apakah telah menyebar ke dekat lymph nodes (N), atau ke organ yang lebih jauh atau mengalami metastasis (M) (WHO,2014). Stadium diekspresikan dengan menggunakan angka Romawi dari I-IV, semakin rendah angkanya, semakin kecil kemungkinan kankernya menyebar. Tetapi, ketika mencapai angka tertinggi (stadium IV), semakin besar penyebaran kanker.
14 18 Tabel 2.5. Stadium kanker ovarium menurut FIGO Stadium kanker ovarium Primer (FIGO) Stadium I Perumbuhan terbatas pada ovarium 1. Stadium IA: pertumbuhan terbatas pada satu ovarium; tidak ada asites yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaaan luar, kapsul utuh. 2. Stadium IB : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium; tidak ada asites berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak. 3. Stadium IC : tumor dengan stadium 1a atau 1b tetapi ada tumor di permukaan luar satu atau kedua ovarium; atau dengan kapsul pecah; atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritonium positif. Stadium II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul 1. Stadium IIA: perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba. 2. Stadium IIB : perluasan ke jaringan pelvis lainnya. Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implan di peritoneum di luar pelvis dan/atau metastasis kelenjar getah bening retroperitoneal. 1. Stadium IIIA1 : tumor terbatas bermetastasis pada kelenjar getah bening retroperitonial 2. Stadium IIIA1i : Kelenjar getah bening bermetastasis 10 mm 3. Stadium IIIA1ii: Kelenjar getah bening bermetastasis 10 mm 4. Stadium IIIA2 : Tumor mengenai peritoneal diluar panggul terbukti secara mikroskopis dan/atau kgb retroperitoneal. 5. Stadium IIIB: Implan di permukaaan peritoneal dan terbukti secara makroskopis dengan diameter 2 cm dan/atau kgb retroperitoneal 6. Stadium IIIC: Implan di permukaaan peritoneal dan terbukti secara makroskopis dengan diameter 2 cm dan/atau kgb retroperitoneal Stadium IV Pertumbuhan tumor pada peritoneum dengan metastasis jauh. 1. Stadium IV A : Efusi pleura dengan sitologi positif 2. Stadium IV B : Metastasis ke parenkim dan metastasis ke ekstra abdominal. Dikutip dari : WHO 2014 Selain sistem staging menurut FIGO, ada lagi sistem staging yang dikembangkan oleh Pierre Denoix dari Prancis pada tahun 1940 yang didasarkan pada ukuran tumor, status kelenjar dan letak metastasis (TNM).
15 19 Kelenjar Getah Bening Regional- N NX : Kelenjar getah bening tidak bisa dinilai No : Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional N1 : Kelenjar getah bening regional positif metastasis N1a : Metastasis kelenjar getah bening 10 mm N1b : Metastasis kelenjar getah bening 10 mm Metastasis Jauh-M M0 : Tidak ada metastasis jauh M1 : terdapat metastasis M1a : Efusi pleura dan hasil sitologinya positif M1b : Metastasis pada parenkim dan metastasis pada ekstra abdomen. Dikutip dari : WHO 2014 Tabel 2.6. Staging Grouping Staging Grouping Stage IA T1a N0 M0 Stage IB T1b N0 M0 Stage 1C 1 T1c1 N0 M0 Stage IC2 T1c2 N0 M0 Stage IC3 T1c3 N0 M0 Stage IIA T2a N0 M0 Stage IIB T2b N0 M0 Stage IIC T2c N0 M0 Stage IIIA1 T1/T2 N1 M0 Stage IIIA2 T3a N0/N1 M0 Stage IIIB T3b N0/N1 M0 Stage IIIC T3c N0/N1 M0 Stage IV Any T Any N M1 Dikutip dari WHO Indeks Resiko Keganasan Untuk mendiagnosis kanker ovarium memerlukan tindakan laparatomi eksplorasi (Aziz, 2011). Tetapi tidak semua kasus tumor ovarium yang memerlukan operasi. Dari penelitian, hanya 35% kanker ovarium yang memerlukan tindakan operasi. Oleh karena itu, diperlukan alat diagnostik untuk menilai keganasan tumor pada praoperasi. Banyak alat yang dibuat untuk meningkatkan tingkat keakuratan prediksi keganasan tumor. Pada penelitian yang dilakukan Irshad et al (2013) menyimpulkan bahwa Indeks Risiko Keganasan ini
16 20 dapat dilakukan langsung untuk menilai massa abdomen sebelum dilakukan tindakan operasi. Jacob et al mengembangkan sebuah Indeks resiko keganasan untuk memprediksi kemungkinan tumor ganas ataupun tumor jinak. Parameter yang digunakan adalah status menopause, gambaran ultrasonografi, dan tumor marker Ca 125 (Khongthip and Chaisuriyapun, 2013). Hal ini disebabkan adanya hasil yang diperoleh dari penelitian, IRK dinyatakan mempunyai sensitivitas 91,3%, spesifitasnya 76.9%, PPV 87,5%, dan NPV 83,3%. Pada tahun 1996, Tingulstad et al juga membuat Indeks Resiko Keganasan yang dinamakan IRK 2. Sedangkan yang dibuat oleh Jacob et al dinamakan IRK 1. Pada tahun 1999, Tingulstad et al memodifikasinya menjadi IRK 3. Pada penelitian yang dilakukan Bouzari et al mendapati tidak adanya perbedaan pada ketiga IRK ( IRK 1, IRK 2, IRK 3) yang bermakna dalam menilai keganasan tumor ovarium. Adapun perbedaan di antara ketiga indeks adalah terletak pada perbedaan skor dari hasil ultrasonografi dan skor status menopause. Penelitian yang dilakukan oleh Park et al (2012) menyatakan bahwa IRK lebih akurat dibandingkan dengan status menopause, kadar serum Ca 125 dan ultrasonografi dalam menapiskan keganasan. Tidak ada ditemukan perbedaan bermakna diantara ketiga IRK dalam mengidentifikasikan keganasan. Meskipun banyak cara untuk menilai sifat tumor sebelum operasi pada tumor ovarium, IRK masih direkomendasi di Inggris dan Amerika. Pada penelitian systematic review dinyatakan bahwa IRK merupakan alat prediksi terbaik yang mempunyai sensitifitas 78% dan sensitifitas 87% (Geomini et al, 2009).
17 21 Tabel 2.7. Perbedaan Skor pada ketiga IRK M (Status menopause) IRK 1 M= 1 jika belum menopause (menurut jacob M= 2 jika sudah menopause et al, 1990) IRK 2 (menurut M= 1 jika belum menopause Tingulstad et al, M= 4 jika sudah menopause 1996) IRK 3 (menurut M=1 jika belum menopause Tingulstad et al, M= 3 jika sudah menopause 1999) U (Ultrasonografi) U= 0 jika tidak ditemukan karakteristik USG U= 1 jika ditemukan ada satu karakteristik U= 3 jika ditemukan karakteristik 2 U= 1 jika ditemukan 1 karakteristik USG U= 4 jika ditemukan karakteristik 2 U=1 jika ditemukan 1 karakteristik USG U= 3 jika ditemukan karakteristik 2 Adapun perbedaan antara sensitivitas, spesifisitas, dan positive predictive value (PPV) diantara ketiga IRK pada tabel berikut. Tabel 2.8. Sensitivitas, spesifisitas, dan positive predictive value pada IRK 1, IRK 2, IRK 3 Sensitivitas Spesifisitas PPV IRK 1 85,4 % 96,9 % 92,3 % IRK 2 80 % 92 % 83 % IRK 3 71 % 92 % 69 % Untuk menghitung Indeks Risiko Keganasan digunakan rumus : Indeks Resiko Keganasan (IRK) = U x M x Serum Ca 125 IRK-3 = Indeks Resiko Keganasan menurut Tingulstad et al U= Hasil Ultrasonografi Dimana Karakteristik ultrasonografi yang dijumpai: Multilokulasi kista ovarium Komponen solid pada tumor ovarium Lesi bilateral
18 22 Asites Adanya bukti metastasis intra abdomen Nilai U = 1, jika dijumpai nol atau salah satu karakteristik ultrasonografi diatas Nilai U = 4, jika dijumpai dua hingga lima karakteristik ultrasonografi di atas. M = 1 Status menopause (-) M = 4 Status menopause (+) Nilai Ca 125 dalam serum langsung digunakan dalam perhitungan (Bouzari et al, 2011). Pada penelitian Irshad et al., 2013 menyatakan juga bahwa penilaian Ca 125 dan ultrasonografi sudah sering digunakan untuk mendiagnosis kanker ovarium, tapi sensitivitas dan spesifitasnya lebih rendah dari penilaian IRK. Menurut sistem ini, low risk jika nilai IRK< 25, intermediate risk jika , dan high risk jika > 250. Pada penelitian yang dilakukan oleh Simsek dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa untuk mendiagnosis massa IRK merupakan alat prediksi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan status menopause, ultrasografi, dan level Ca Ca 125 Ca 125 pertama kali diperkenalkan oleh Bast et al (1981) yang merupakan salah satu tumor marker yang biasa digunakan dalam diagnosis kanker epitel ovarium. Suatu glikoprotein yang dikenal oleh antibodi mononuklonal murine OC 125 sebagai penanda untuk keganasan epitel. Ca 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel amnion. Pada orang dewasa Ca 125 dihasilkan oleh epitel coelom (sel mesotelial pleura, perikardium, dan peritonium) dan epitel saluran muller (tuba, endometrium, dan endoserviks). Epitel ovarium dalam keadaan normal tidak menghasilkan Ca 125, kecuali jika mengalami metaplasia (Aziz,2006). Kadar normal paling tinggi yang disepakati untuk Ca 125 adalah 35 U/ml dan sensitivitas dan spesifisitas yang diperoleh adalah 78,6 % dan 63,5 %. Penelitian pada rumah sakit di Dhaki City didapati adanya peningkatan kadar Ca 125 pada 78,6 % penderita kanker ovarium epitel (Deeba et al., 2013). Penilaian Ca 125 dalam kanker epitel ovarium telah dianjurkan sebagai indikator
19 23 menilai prognosis, memprediksi hasil pengobatan, mendeteksi kejadian kanker ovarium yang berulang, memonitoring atau memantau efektivitas pengobatan, dan digunakan untuk deteksi dini dari kanker ovarium dan jika hasil dari Ca 125 abnormal, maka dapat juga digunakan ultrasonografi (Simsek et al, 2014). Peningkatan serum Ca 125 juga dijumpai berhubungan dengan kelainan yang bukan berasal dari ginekologi yaitu tuberkulosis, sirosis hepar, dan juga kondisi fisiologi yaitu kehamilan, dan menstruasi (Anastasi et al, 2013) dan bahkan peningkatan Ca 125 kanker dari juga dapat terjadi pada keganasan dari pankreas, paru, lambung, kanker kolon Ultrasonografi Jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dicurigai adanya tumor ovarium, maka penggunaan ultrasonografi merupakan tindakan yang tepat. Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya massa dan kista dalam ovarium. Tingulstad dan kawan kawan memakai skor ultrasonografi dimana skor ditentukan dengan memberikan nilai satu dari setiap karakteristik yang dijumpai pada ultrasonografi seperti multilokulasi kista ovarium, komponen solid pada tumor ovarium, lesi bilateral, asites dan adanya bukti metastasis intra abdomen. Penggunaan ultrasonografi transvaginal lebih sensitif dibandingkan dengan CT- Scan untuk mendeteksi massa (Cannistra, 2004) Status menopause Tingulstad et al membuat skor pada IRK-2 untuk status menopause yaitu jika pasien premenopause diberi skor satu, sedangkan penderita yang pascamenopause diberi skor empat. Pascamenopause dapat dinyatakan sebagai perempuan yang sudah tidak mengalami periode menstruasi setidaknya satu tahun atau perempuan 50 tahun yang mendapat operasi hysterectomy (Torres et al, 2002). Menopause dapat terjadi pada umur 40-an, 50-an, tetapi umur rata-rata menopause adalah 51 tahun. Menopause adalah proses biologis alami yang terjadi karena ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Pada
20 24 premenopause terdapat 24% penderita tumor ovarium ganas dan postmenstruasi terdapat > 60% penderita tumor ganas epitel (Akturk, 2011) 2.4. Hubungan antara IRK dengan jenis histopatologi kanker ovarium Indeks resiko keganasan ini mempunyai sensitivitas yang tinggi pada kanker ovarium epitel dibandingkan dengan kanker ovarium non epitel dan tumor ovarium borderline (Meray, 2010). Hal ini disebabkan oleh nilai Ca 125 dalam serum, dimana Ca 125 (Carbohydrate Antigen-125) adalah antigen penanda deferensiasi dari sel epitel muller (Mulawardhana, 2011) dan merupakan glikoprotein antigenik yang dilepaskan ke darah penderita dengan kadar sangat rendah pada awalnya dan meningkat sesuai dengan keganasan kanker. Ca 125 adalah protein yang dikode oleh gen MUC 16 pada manusia. Ca 125 dideteksi dengan antibodi OC 125 dan jarang ditemukan pada jaringan normal dewasa. Dalam kepustakaan, Ca 125 mempunyai sensitivitas yang tinggi pada kanker epitel non-mucinous (Malati, 2007), konsentrasi Ca 125 di tumor epitel serous lebih tinggi dari jenis epitel mucinous (Thakur,2003). Hanya, pada penelitian Fader et al (2014) menyimpulkan nilai Ca 125 secara bermakna lebih rendah pada low grade serous dibandingkan dengan high grade serous pada stadium kanker I. Dalam penelitian kadar Ca 125 pada tumor epitel ganas tipe mucinous didapati kadar Ca 125 normal, sehingga penilaian kadar Ca 125 mempunyai spesifisitas dan positive predictive value rendah pada tumor ganas epitel tipe mucinous (Tryanda et al, 2014). Menurut Jacobs, 1989 dalam (Marpaung, 2007) peningkatan Ca 125 dijumpai lebih dari 80 % pada karsinoma epitel ovarium non mucinous dan serous, endometrioid dan karsinoma sel clear dari ovarium. Tabel 2.9. Kadar Ca 125 sebelum terapi menurut jenis histologinya
21 25 Dikutip dari Kenemans et al dalam (Marpaung, 2007) Peningkatan nilai Ca 125 ini tentu mempengaruhi nilai Indeks resiko keganasan. Dikarenakan oleh Indeks Risiko Keganasan yang merupakan hasil dari perkalian nilai Ca 125, skor ultrasonografi, dan skor status menopause. Ca 125 mempunyai keterbatasan dalam mendeteksi tumor mucinous sehingga memberi nilai IRK yang rendah juga pada mucinous (Khongthip dan Chaisuriyapun, 2013).
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TUMOR OVARIUM Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat
Lebih terperinciHUBUNGAN INDEKS RESIKO KEGANASAN DENGAN JENIS HISTOPATOLOGI TUMOR EPITEL GANAS OVARIUM DI RSHAM TAHUN OLEH : HARTATI PANJAITAN
HUBUNGAN INDEKS RESIKO KEGANASAN DENGAN JENIS HISTOPATOLOGI TUMOR EPITEL GANAS OVARIUM DI RSHAM TAHUN 2011-2014 OLEH : HARTATI PANJAITAN 120100175 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tumor ovarium merupakan neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium,yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari jaringan asalnya. Kanker ovarium biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciOvarian Cysts: A Review
Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker ovarium merupakan peringkat keenam keganasan terbanyak di dunia, dan merupakan penyebab kematian ketujuh akibat kanker. Kanker ovarium didiagnosis pada 225.500
Lebih terperinciPenyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15
Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah kesehatan perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terkait dengan tingginya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat
Lebih terperinciBagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang
Gejala Kanker Payudara dan Penyebabnya Pada wanita khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN
20 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM Jakarta periode tahun 2004. Data yang didapatkan adalah sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, kanker ovarium adalah kanker keenam yang paling sering didiagnosis. Sekitar dua pertiga wanita yang menderita kanker ovarium didiagnosis dengan stadium
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi penyakit yang parah,
Lebih terperinci4 Universitas Indonesia
1. BAB II 2. TINJAUAN PUSTAKA 3. 4. 2.1 Epidemiologi Kanker ovarium menempati urutan ketiga sebagai keganasan terbanyak di saluran genital wanita. Kanker ovarium sulit dideteksi pada stadium awal sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri
78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah penyebab kematian kanker ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika Serikat terkena tumor ganas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ;
4 BAB II LANDASAN TEORI A. TinjauanPustaka 1. Kanker Payudara a. Definisi Kanker atau neoplasma adalah istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG A. Definisi Ca ovarium adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel cepat disertai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering
Lebih terperinciGambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 26 Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari 23 - Desember 25 Imanuel T. Gea 2 Maria F. Loho 3 Freddy W.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patogenesis 2.1.1. Diagnosis Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau
Lebih terperinciCARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas
Lebih terperinciKANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS
KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kanker payudara merupakan masalah besar di seluruh dunia dan merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., 2009). Di Amerika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di Indonesia. Penyakit ini merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa
Lebih terperinciKEGANASAN PADA UTERUS
Dr. EINIL RIZAR, SpOG (K) 1 KEGANASAN PADA UTERUS 3 (tiga) bentuk utama keganasan dpt terjadi pd uterus: Endometrial Carcinoma (± 95%) Sarcoma Uterus (± 5%) Metastase dari organ lain ENDOMETRIAL CARCINOMA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker endometrium adalah kanker paling sering pada saluran genitalia wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia setelah payudara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker paru-paru
Lebih terperinciArdina Miastuti
Ardina Miastuti 1510221045 Ca endometrium merupakan urutan ketujuh penyebab kematian dari keganasan pada wanita. ± 2 3% wanita akan mengalami ca endometrium selama hidupnya. Sekitar 75% dijumpai pada stadium
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011
ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011 Adindha, 2012; Pembimbing I : Laella K. Liana, dr., Sp. PA., M. Kes. Pembimbing II : Rimonta
Lebih terperinciABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009
ABSTRAK Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 Fifi, 2010. Pembimbing I: Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes Pembimbing II: Evi Yuniawati,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan sistem Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kanker Ovarium Dengan Metode Certainty Factor yang
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 Bram Adhitama, 2014 Pembimbing I : July Ivone, dr, MKK.MPd.Ked Pembimbing II : Cherry Azaria,dr.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,
Lebih terperinciPETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang
PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang IMUNOLOGI TUMOR INNATE IMMUNITY CELLULAR HUMORAL PHAGOCYTES NK CELLS COMPLEMENT CYTOKINES PHAGOCYTOSIS
Lebih terperinciTumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading :
Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal - Definisi Massa abnormal yang berkembang di ginjal - Epidemiologi Ketiga terbanyak setelah ca prostat dan ca buli-buli Dekade 5-6 (50-60 tahun) Pria > Wanita : 2 > 1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama di seluruh dunia dan menempati keganasan terbanyak pada wanita baik di negara maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh dijaringan payudara, yakni didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak hingga jaringan ikat pada payudara. Kanker
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karsinoma serviks merupakan kanker kedua tersering di dunia dan pertama di Indonesia.,1,3 Gambaran histologik tersering dari karsinoma serviks adalah tipe sel skuamosa.
Lebih terperinciSensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium
Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium Max Rarung Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Rumah Sakit Prof. Dr. R. D.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Serviks 2.1.1. Definisi Kanker Serviks Kanker serviks adalah tumor ganas yang paling sering ditemukan pada organ reproduksi wanita. Kanker serviks adalah kanker yang
Lebih terperinciABSTRAK. Etiopatogenesis Karsinoma Nasofaring (KNF) Rabbinu Rangga Pribadi, Pembimbing: dr. Freddy Tumewu A., M.S.
ABSTRAK Etiopatogenesis Karsinoma Nasofaring (KNF) Rabbinu Rangga Pribadi, 2005. Pembimbing: dr. Freddy Tumewu A., M.S. Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas kepala dan leher yang paling banyak
Lebih terperinciABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah
ABSTRAK Menurut WHO, kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah satu jenis kanker yang tingkat kejadiannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang cukup sering dijumpai. Angka kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta populasi
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumor Ovarium Tumor ovarium adalah massa atau jaringan baru yang bersifat abnormal yang terbentuk pada ovarium dan mempunyai bentuk serta sifat yang berbeda dari sel jaringan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus
Lebih terperinciHUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah spiritualitas diturunkan dari kata latin spiritus yang berarti
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Spiritualitas 2.1.1 Definisi Spiritualitas Istilah spiritualitas diturunkan dari kata latin spiritus yang berarti nafas, istilah ini juga berkaitan erat dengan kata Yunani,
Lebih terperinci(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Kanker payudara menjadi penyebab kematian kedua terbanyak bagi wanita Amerika pada tahun 2013
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG
PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENDAHULUAN Sarkoma uteri adalah tumor mesodermal yang jarang dijumpai, yang pada umumnya dikatakan kurang dari 5% dari seluruh kanker pada uterus, namun penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker
Lebih terperinciABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II
ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II Pande Made Angger Parameswara Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara 1. Pengertian a. Payudara Payudara yang dalam bahasa latin disebut mamma adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.
Lebih terperinciKanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan
Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan Apakah kanker Prostat itu? Kanker prostat berkembang di prostat seorang pria, kelenjar kenari berukuran tepat di bawah kandung kemih yang menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang menyebabkan kematian pada wanita di Amerika Serikat (Xu et al. 2012). Menurut Green (2016), kanker
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Payudara merupakan masalah kesehatan di dunia, kejadian dan kematian akibat kanker payudara terus meningkat di semua negara, baik negara maju, berkembang, maupun
Lebih terperinci