BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Pendahuluan Kanker ovarium merupakan salah satu keganasan yang paling sering ditemukan pada alat genitalia perempuan dan menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Dari seluruh kanker keganasan ginekologi pada wanita ternyata kanker ovarium mempunyai permasalahan yang paling besar dan angka kematiannya hampir separuh dari angka kematian seluruh keganasan ginekologik. Hal ini disebabkan karena kanker ovarium tidak mempunyai gejala klinis yang khas pada stadium awal sehingga penderita kanker ovarium datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Diperkirakan 70-80% kanker ovarium baru ditemukan setelah menyebar luas atau telah bermetastasis jauh sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan. Parameter tingkat keberhasilan pengobatan kanker termasuk kanker ovarium adalah angka ketahanan hidup 5 tahun (fiveyear survival rate) setelah pengobatan. 4,12 Kanker ovarium jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun. Angka kejadian meningkat dengan makin tuanya usia; dari per pada usia tahun menjadi paling tinggi dengan angka 57 per pada usia tahun. Penelitian Fadlan di Medan ( ) menyatakan bahwa insidensi kanker ovarium tertinggi pada kelompok usia tahun. 2,3 Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial, tetapi kanker ovarium dapat juga berasal dari sel lain yang terdapat di ovarium. Tumor ovarium yang berasal dari sel germinal diklasifikasikan sebagai disgerminoma dan teratoma, sedangkan tumor ovarium yang berasal

2 dari sel folikel diklasifikasikan sebagai sex cord-stromal tumor, terutama tumor sel granulosa dan tumor yang berasal dari stroma ovarium adalah sarkoma. Akan tetapi, angka kejadian tumor ovarium nonepitelial kecil sekali sehingga angka kejadian tumor ovarium epitelial dianggap angka kejadian seluruh kanker ovarium. Pada penelitian Iqbal ( ) di Medan, ditemukan 105 kasus kanker ovarium, yaitu 84 kasus (80%) kanker ovarium jenis epitel dan 21 kasus (20%) kanker ovarium nonepitel. 2,3,5, Diagnosis Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan untuk melakukan deteksi dini tumor ganas ovarium oleh karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut: 2,14,15 a. Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke jaringan sekitar. b. Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi adanya asites. c. Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi, atau hiperestrogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita. Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau massa di dalam panggul dengan bermacammacam konsistensi mulai dari massa yang kistik sampai yang padat. 14,15 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

3 a. Ultrasonografi Merupakan cara pemeriksaan noninvasif yang relatif murah. Pemakaian USG dapat membedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian-bagian padat (ekogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor kistik tanpa ekointernal (anekogenik) kemungkinan keganasan menurun. 2 Pemakaian USG Color Doppler dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas. Modalitas ini didasarkan kepada analisis gelombang suara Doppler (RI, PI, dan Velocity) dari pembuluh-pembuluh darah tumor yang menunjukkan peningkatan arus darah diastolik dan perbedaan kecepatan arus darah sistolik dan diastolik. 2 b. Computed Tomography Scan (CT-scan) Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan CT-scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. 2 CT-scan kurang disenangi karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi alergi terhadap zat kontras, (3) kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, dan (4) biaya mahal. 2 c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik, menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau pelvis. 2 d. Pemeriksaan Tumor Marker CA 125

4 CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom (sel mesotelial pleura, pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran muller (tuba, endometrium dan endoserviks). Permukaan epitel ovarium dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan kapiler. Kadar normal paling tinggi yang disepakati untuk CA 125 adalah 35 U/ml. Pemeriksaan kadar CA 125 ini mempunyai spesifisitas dan positive predictive value yang rendah. Hal ini karena pada kanker lain seperti kanker pankreas, kanker mammae, kanker kandung kemih, kanker liver, dan kanker paru, kadar CA 125 juga meningkat. Di samping itu, pada keadaan bukan kanker seperti mioma uteri, endometriosis, kista jinak ovarium, abses tuboovarian, sindroma hiperstimulasi ovarium, kehamilan ektopik, kehamilan, dan menstruasi, kadar CA 125 juga meningkat. 2, Angiogenesis Kanker Ovarium Pertumbuhan tumor secara absolut tergantung pada suplai oksigen dan nutrisi yang diperoleh dari jaringan vaskuler di sekitarnya. Progresivitas tumor berkaitan dengan transisi dari status avaskuler, dimana proliferasi sel dapat dikompensasi oleh proses apoptosis, menjadi status angiogenesis dimana terjadi pembentukan pembuluh darah baru, pertumbuhan tumor dan perkembangan metastasis. Kemudian tumor akan bergantung pada proses angiogenesis (angiogenic switch). 17 Angiogenesis merupakan proses kompleks yang diatur oleh keseimbangan faktor pro dan antiangiogenik. Faktor angiogenik disintesis oleh banyak tipe sel. Pemicu angiogenik di antaranya adalah transforming growth factor α dan β (TGF-α, TGF-β), vascular

5 endothelial growth factor (VEGF), fibroblast growth factor-2 (FGF-2), platelet-derived growth factor (PDGF), tumoral necrosis factor α (TNFα), prostaglandin E2, interleukin 8 dan protein membran sel (α β- integrins, cadherins, Eph-4B/ephrin-B2). Penghambat angiogenik termasuk TSP-1, angiopoietins (Ang 1 dan 2) dan endostatin. 17 Angiogenic switch terjadi pada awal pembentukan tumor. Terjadi proangiogenic growth factors upregulation dan reseptornya serta antiangiogenic factors downregulation. 17 Gambar 1. Angiogenesis: Cascade of Events (dikutip dari daftar pustaka 17 ) Proses terjadinya angiogenesis: Tumor menghasilkan dan melepaskan angiogenic growth factors yang berdifusi ke jaringan sekitar. 2. Angiogenic growth factors akan berikatan dengan reseptor spesifik di dalam sel endotel (Endothelial Cell/EC) yang terletak dekat dengan pembuluh darah yang sudah ada.

6 3. Sel endotel akan menjadi aktif saat faktor pertumbuhan berikatan dengan reseptornya. Sinyal akan dikirimkan dari permukaan sel menuju inti sel. 4. Sel endotel akan menghasilkan molekul baru termasuk enzimenzim. Enzim-enzim tersebut akan menyebabkan terbentuknya lubang kecil pada membran basalis. 5. Sel endotel mulai berproliferasi dan bermigrasi keluar melalui lubang pada pembuluh darah yang sudah ada menuju jaringan tumor. 6. Molekul khusus yang disebut molekul adhesi atau integrin (avb3, avb5) yang berperan sebagai pengait untuk membantu menarik pembuluh darah yang baru terbentuk untuk berkembang. 7. Enzim tambahan (matrix metalloproteinases/mmp) diproduksi untuk mengakomodasi pertumbuhan pembuluh darah baru. Dengan bertambah lebarnya pembuluh darah, terjadi remodeling jaringan di sekitar pembuluh darah. 8. Sel endotel akan tumbuh dan berkembang membentuk pembuluh darah. 9. Pembuluh-pembuluh darah baru akan saling berhubungan membentuk loop pembuluh darah yang dapat mensirkulasikan darah. 10. Akhirnya terbentuk pembuluh darah baru yang distabilisasi oleh sel-sel otot khusus (sel otot polos, perisit) sebagai struktur penyokong Deteksi Dini Kanker Ovarium

7 Kanker ovarium biasanya dideteksi pada stadium lanjut dan berkaitan dengan angka ketahanan hidup 5 tahun sekitar 30%. Antara 70 dan 75% kanker ovarium tidak terdiagnosis hingga stadium II atau lanjut. Angka ketahanan hidup sebesar 90% dilaporkan diperoleh pada stadium I, sehingga diperlukan usaha untuk menentukan peran skrining populasi untuk deteksi penyakit pada tahap awal. Penelitian yang terbaru memfokuskan pada dua strategi skrining; 1) hanya menggunakan ultrasonografi, 2) menggunakan serum tumor marker CA-125 sebagai skrining awal disertai pemeriksaan ultrasonografi sebagai uji lini ke dua (multimodal screening) Program skrining yang baik adalah yang memiliki sensitivitas tinggi (kemungkinan hasil tes positif pada individual yang memiliki penyakit tersebut) dan spesifisitas tinggi (kemungkinan hasil tes negatif pada individu yang tidak memiliki penyakit tersebut). Diperkirakan tes skrining untuk kanker ovarium memerlukan sensitivitas paling sedikit 75% dan spesifisitas lebih dari 99,6% untuk mencapai nilai praduga positif 10% (nilai praduga positif minimum yang ditetapkan oleh ahli epidemiologi untuk tes skrining) Jacobs et al, 1990, mengemukakan suatu Indeks Risiko Kegananasan (IRK) berdasarkan kadar CA 125 serum, status menopause dan temuan USG, dan merekomendasikan penggunaannya untuk membedakan massa adneksa jinak dan ganas. Karakteristik USG yang digunakan adalah (a) kista multilokuler, (b) massa solid (c) metastasis (d) asites (e) lesi unilateral atau bilateral. Massa yang simpel (U=0); massa semi komplek (U=1); massa komplek (U=3) untuk nilai dari USG. IRK dihitung dengan penambahan skor 1 untuk status premenopause dan skor 3 untuk status menopause (M), dikalikan skor dari USG dan nilai absolut dari kadar CA 125: U x M x CA 125. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dengan skor IRK 200, mempunyai sensitivitas dan spesifisitas 85,4% dan 96,9%. 28

8 Petanda tumor serum telah digunakan untuk deteksi dini kanker ovarium. Pengukuran petanda tumor sering digunakan karena tersedia secara luas, dapat dilakukan pemeriksaan ulangan dalam interval waktu yang ditentukan, dan hanya sedikit invasif serta tidak tergantung pada interpretasi analis. CA 125 merupakan protein yang ditemukan dalam jumlah besar pada sel-sel kanker ovarium dibandingkan pada sel lain, konsentrasinya meningkat pada sekitar 80% wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut, dan hanya meningkat pada sekitar 1-2% dalam populasi normal. Bagaimanapun, beberapa keterbatasan tes ini telah mengurangi penggunaan CA 125 untuk skrining kanker ovarium. Spesifisitas tes CA 125 rendah karena pada sejumlah proses jinak dan keganasan dapat terjadi peningkatan palsu kadar CA ,27 Ultrasonografi pelvis digunakan untuk visualisasi adneksa. Kista ovarium kompleks dengan dinding abnormal atau area padat berkaitan dengan peningkatan risiko keganasan, sedangkan kista ovarium unilokuler mempunyai risiko terjadinya kanker ovarium kurang dari 1% pada wanita premenopause. 20 Campbell et al (1989) mempublikasikan hasil penelitian yang menggunakan ultrasonografi abdominal untuk skrining kanker ovarium. Pada penelitian ini, pemeriksaan ultrasonografi abdominal dapat mendeteksi kanker ovarium stadium awal. Nagell et al (1990) dan Bourne et al (1991) mempublikasikan hasil penelitian yang menggunakan sonografi transvaginal (Transvaginal Sonography/TVS) untuk skrining kanker ovarium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TVS bersifat aman, dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien, dan efektif dalam mengidentifikasi kanker ovarium Ultrasonografi

9 Dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan. USG merupakan alat dalam dunia kedokteran dengan aplikasi komputer yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi (250 khz 2000 khz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk diagnosis. Pada awal tahun 1940, ultrasonik mulai digunakan sebagai alat diagnosis, bukan lagi hanya untuk terapi Penggunaan Ultrasonografi pada Pemeriksaan Ginekologi Ultrasonografi ginekologis (Gynecologic sonography) merupakan aplikasi ultrasonografi medis pada organ pelvis wanita, terutama uterus, ovarium, tuba Fallopi, juga kandung kemih, adneksa, kavum Douglas, dan berbagai temuan pada rongga pelvis di luar kehamilan. Pemeriksaaan USG ginekologis dapat dilakukan secara: 33,34 1. Transabdominal, dengan kandung kemih yang penuh sebagai jendela akustik untuk mendapatkan visualisasi yang lebih baik terhadap organ pelvis. Hal ini akan membantu karena suara berjalan melalui cairan sehingga visualisasi uterus dan ovarium yang terletak di posterior kandung kemih menjadi lebih baik. Lesi yang lebih besar yang mencapai abdomen lebih jelas terlihat secara transabdominal. 2. Transvaginal, dengan transduser vaginal yang didesain secara khusus. Pencitraan transvaginal menggunakan frekuensi yang lebih tinggi, yang memberikan resolusi ovarium, uterus, dan endometrium yang lebih baik (tuba Fallopi biasanya tidak terlihat, kecuali membengkak), tapi terbatas untuk kedalaman pencitraan. 3. Transperineal atau translabial, pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang nona atau seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau transrektal. Dianjurkan kandung kemih pasien cukup terisi, hal ini sebagai petunjuk anatomis untuk memudahkan pemeriksaan.

10 4. Transrektal, hampir sama dengan transvaginal. Perbedaannya terletak pada bentuk dan ukuran probe. Ultrasonografi ginekologis (Gynecologic sonography) digunakan secara luas untuk: 34 - evaluasi organ pelvis, - diagnosis dan penanganan masalah ginekologi, termasuk endometriosis, leiomioma, adenomiosis, kista ovarium dan lesi, - identifikasi massa adneksa, termasuk kehamilan ektopik, - diagnosis kanker ginekologis, - melacak respon folikel ovarium terhadap terapi fertilitas Ultrasonografi Doppler Penemu USG Doppler adalah Johann Christian Doppler ( ). Adapun beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan USG Doppler adalah sebagai berikut: 35,36 - Continous Wave Doppler - Pulsed Wave Doppler - Color Doppler Imaging - Power Doppler - Tissue Doppler - Color Velocity Imaging Teknik Doppler telah digunakan dalam bidang medis selama beberapa tahun, tetapi baru di dekade terakhir modal diagnostik ini berperan penting di bidang obstetri dan ginekologi. USG B-mode memberikan informasi tentang morfologi. USG Doppler memberikan informasi tentang aliran darah. 11 Pada USG Doppler, jika reflektor bergerak menuju transceiver, frekuensi yang direfleksikan lebih tinggi daripada yang ditransmisi. Jika reflektor bergerak menjauhi transceiver, frekuensi yang diterima lebih rendah dari yang ditransmisikan. Pada aplikasi medis, efek Doppler

11 biasanya digunakan dengan melakukan insonisasi aliran darah dan menilai perubahan Doppler (perubahan frekuensi/δf). 11 Prinsip pemeriksaan USG Doppler memenuhi persamaan berikut: 11 Dikutip dari daftar pustaka 11 Aliran dalam pembuluh darah tergantung kualitas pembuluh darah dan dimensi pembuluh darah. Jika aliran darah laminar (ketika pembuluh darah normal dan berdiameter lebar) bentuk aliran adalah parabola, dimana kecepatan di daerah sentral adalah yang tercepat dan berkurang ketika mendekati dinding. Jika ada hambatan pada pembuluh darah, bentuk aliran akan berubah menjadi turbulensi. 11 Oleh karena adanya kesulitan dalam mengevaluasi aliran darah, kecepatan aliran darah seringkali diinterpretasikan ke berbagai pola berkaitan dengan resistensi yang tinggi dan rendah pada bagian distal pembuluh darah. Tiga indeks yang sering digunakan adalah rasio sistolik/diastolik (rasio S/D), PI, disebut juga indeks impedansi, dan RI, disebut juga rasio Pourcelot. 11 Rasio S/D merupakan yang paling sederhana tetapi tidak relevan ketika tidak ada kecepatan diastolik, dan rasio menjadi tidak terbatas. Nilai di atas 8,0 merupakan nilai yang ekstrim tinggi. RI sedikit rumit tetapi nilai mencapai 1,00 ketika kecepatan diastolik rendah, yang merefleksikan perubahan aliran karena resistensi yang tinggi. Indeks ini tergantung dari sudut antara ultrasound beam dan pembuluh darah yang berinsonisasi, dan tidak tergantung pengukuran kecepatan yang sebenarnya. Penilaian PI memerlukan perhitungan kecepatan dengan bantuan komputer. 11

12 Ada dua dasar metode teknologi untuk aplikasi Doppler dalam bidang medis. Sangat mungkin untuk mentransmisi dan menerima gelombang ultrasonografi secara kontinyu dengan menggunakan probe yang mengandung transduser transmisi dan transduser penerima. Kemungkinan lain adalah untuk mentransmisi dalam bentuk sinyal dimana perubahan Doppler dinilai setelah waktu yang dibutuhkan ultrasonografi mencapai kedalaman dalam tubuh. Sistem continuous wave (CW) tidak mempunyai resolusi kedalaman jadi dilakukan penilaian semua aliran sepanjang pembuluh darah. Sistem ini dapat mengukur semua kecepatan (cepat dan lambat). Jika hanya ada satu pembuluh darah atau satu aliran yang dominan, sistem ini sangat bagus untuk latihan. Sistem pulse wave (PW) dapat mengukur volum yang sensitif, yang mempunyai panjang yang tergantung panjang sinyal (dalam waktu) dan lebar tergantung tebal beam. Kerugian sistem ini adalah tidak dapat mengukur kecepatan tinggi yang berlokasi jauh di dalam tubuh. Dapat juga digunakan kombinasi sistem CW dan PW atau sistem HPRF. Sistem ini dapat menilai beberapa tempat dalam satu waktu. Jika operator dapat mengenali tempat dengan aliran yang dominan atau posisi kursor tepat pada aliran, sistem ini lebih baik untuk pengukuran kecepatan yang tinggi. 11 Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah vaskuler merupakan pemeriksaan yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi. Tampilan Doppler memungkinkan pemeriksaan denyut pembuluh darah, arah aliran darah (memakai Doppler berwarna) dan melakukan perhitungan kecepatan aliran darah di dalam pembuluh darah (velositas) Ultrasonografi pada Tumor Ovarium Perkembangan dalam pemeriksaan USG pelvik wanita, karakteristik ovarium normal dan abnormal telah diteliti secara luas, terutama pada kasus-kasus dengan dugaan massa pelvis. Penelitian juga dilakukan

13 mengenai peranan USG sebagai bagian protokol skrining untuk deteksi kanker ovarium. 7 Karakteristik USG ovarium dan massa adneksa: 1. Ukuran Massa ovarium berukuran besar, disertai adanya karakteristik lain, merupakan faktor yang signifikan dalam memprediksi kanker ovarium. Sebuah penelitian pendahuluan pada wanita pascamenopause menemukan bahwa tumor dengan ukuran melebihi 10 cm secara signifikan berkaitan dengan risiko keganasan. Hal ini dikonfirmasi pada penelitian lainnya; dimana penilaian tunggal atau multipel yang dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian dari analisis multiparameter, massa yang berukuran besar secara signifikan berkaitan dengan peningkatan risiko kanker ovarium Karakteristik Morfologis Sejumlah besar penelitian USG tentang neoplasma ovarium mempromosikan suatu pola untuk mengenali gambaran ultrasonografi untuk memprediksi morfologis tumor, seperti yang pernah dikemukakan oleh Sassone et al. (skala Sassone et al.) yang kemudian diperbaharui oleh International Ovarian Tumor Analysis (IOTA) Group. Beberapa gambaran sonografi tersebut adalah komposisi tumor kistik dan padat juga adanya dan tipe septa dan papil. 7

14 Tabel 1. Ultrasound and Clinical Variables for Ovarian Cancer from Selected Studies (dikutip dari daftar pustaka 7 ) Salah satu analisis ovarium dan massa adneksa adalah untuk mengidentifikasi massa non-neoplastik, seperti kista fungsional, penyakit tuba dan radang panggul, atau endometriosis. Massa nonneoplastik biasanya berukuran lebih kecil dan menampilkan gambaran ultrasonografi klasik yang patognomonis. 7 Jika massa diduga neoplastik, satu hal yang perlu dipertimbangkan apakah massa tersebut mempunyai gambaran klasik neoplasma jinak ovarium yang paling sering dijumpai, tumor dermoid. Tumor dermoid, atau teratoma, mempunyai beberapa gambaran klasik. Tumor dermoid ovarium bisa salah diklasifikasikan

15 menjadi tumor curiga ganas, karena gambaran yang padat dan ekogenik. 7 Sassone et al (1991) menggunakan empat morfologi USG yaitu: 37 Struktur dinding dalam (papil) yang diklasifikasikan menjadi dinding yang halus, ireguler (< 3mm), papiler (> 3mm). Tebal dinding, diklasifikasikan menjadi tipis (< 3mm), tebal (> 3mm). Septa yang diklasifikasikan menjadi tidak ada septa, tipis (< 3mm), tebal (> 3mm). Ekogenisitas yang diklasifikasikan menjadi sonolucent, ekogenisitas rendah, ekogenisitas rendah dengan bagian sentral ekogenik; ekogenisitas campuran. Tabel 2. Sassone Scoring System (dikutip dari daftar pustaka 25 ) IOTA Group menggunakan pola kualitatif sonografi untuk membedakan tumor ovarium jinak dan ganas, yang meliputi septa, lokulasi, papil dan area solid serta ada atau tidaknya asites. IOTA Group juga mneggunakan pencitraan Doppler yang meliputi skor warna aliran darah intratumor dan aliran darah pada tumor solid papiler. 7 Tebal septa bervariasi dari beberapa milimeter hingga mencapai 1 cm. Septa dengan ukuran > 3 mm dikategorikan

16 sebagai septa yang tebal dan septa dengan ukuran 3 mm dikategorikan sebagai septa yang tipis. Tumor ovarium dengan septa > 3 mm dikatakan mempunyai risiko malignansi. 38 Simatupang ( ) dalam penelitian untuk mengetahui keakuratan pemeriksaan USG dalam diagnosis kanker ovarium, pada gambaran asites didapatkan akurasi 79,5%, sensitivitas 42,1%, spesifisitas 90,6%, nilai praduga positif 57,1%, dan nilai praduga negatif 84,1%; gambaran septa didapatkan akurasi 63,9%, sensitivitas 63,2%, spesifisitas 64,1%, nilai praduga positif 34,3%, dan nilai praduga negatif 85,4%; gambaran papil didapatkan akurasi 69,9%, sensitivitas 42,1%, spesifisitas 78,1%, nilai praduga positif 36,4%, dan nilai praduga negatif 82,5%. 39 A B C A. Very large, complex solid cystic mass (calipers) in 48-year-old woman obtained in sagittal planes, with large calculated volume and maximal diameter. B. Measurement of thickened septa greater than 3 mm (calipers) in 58-year-old woman. C. Asites manifesting as fluid in posterior cul-de-sac and surrounding uterus in 63-year-old woman. Gambar 2. Variables of tumor characteristics (dikutip dari daftar pustaka 7 ) 3. Evaluasi Doppler

17 Pemeriksaan USG untuk menilai karakteristik morfologi massa adneksa bersifat terbatas. Semua neoplasma ovarium harus diklasifikasikan secara tepat berdasarkan temuan USG, meliputi bentuk, ukuran, dan ekogenitas struktur kistik internal (septa, papil, dinding kista) juga lokulasi. Aplikasi sonografi Color Doppler memungkinkan visualisasi pembuluh-pembuluh darah kecil yang berperan dalam pertumbuhan tumor. Parameter sonografi Color Doppler yang digunakan adalah lokasi dan kualitas vaskuler, dan pola gelombang Doppler yang ditandai oleh dengan nilai RI dan PI yang rendah. 40 Penggunaan analisis Doppler untuk tujuan pemetaan aliran darah dengan warna (color-flow mapping) dan karakteristik bentuk gelombang (wave-forms) telah digunakan untuk evaluasi neovaskularisasi neoplasma ovarium, yang sering dikombinasikan dengan petanda USG lain. Pemeriksaan kecepatan aliran dan resistensi aliran darah dengan Color Doppler memungkinkan identifikasi pertumbuhan yang cepat. 7,33 Angiogenesis merupakan proses patologis selama proses onkogenesis. Formasi pembuluh-pembuluh darah baru (angiogenesis) menyebabkan terjadinya neovaskularisasi. Neovaskularisasi merupakan peristiwa awal dari pertumbuhan tumor dan neoplasia. Perubahan yang dramatis dari jaringan vaskuler ovarium selama proses onkogenesis diperantarai oleh sejumlah faktor angiogenik. Pembuluh darah baru terbentuk pada postcapillary venules sebagai respon terhadap rangsangan faktor angiogenik. Setelah terjadi proteolisis dari membran basalis dan degradasi dari matriks intraseluler, sel-sel endotelial mengalami migrasi kemudian membentuk kapiler, yang kemudian mengalami kanalisasi tubuler dan menyatu menjadi sebuah loop. 7,19,35,38,40 Tumor yang tumbuh dengan cepat memiliki banyak pembuluhpembuluh darah baru. Perkembangan vaskuler yang adekuat

18 sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kanker dan metastasisnya. Sebagian besar tumor dengan ukuran lebih besar dari 2-3 mm tidak dapat tumbuh tanpa dukungan vaskularisasi. Pembuluh darah pada proses keganasan biasanya mengalami dilatasi, berkelok-kelok, sebagian besar terdiri dari lapisan endotel dan mungkin mengandung sel tumor di dalamnya. Gambaran lainnya adalah adanya sambungan arteri-vena dalam jumlah banyak karena kecepatan yang ekstrim pada lokasi dengan gradien bertekanan tinggi. Tipe pembuluh darah ini biasanya berlokasi di daerah perifer tumor. Tipe lainnya adalah pembuluh darah dengan variasi sistolik-diastolik yang kecil, biasanya berlokasi di daerah sentral tumor. Pembuluh-pembuluh darah ini mempunyai sedikit otot polos pada dinding bila dibandingkan dengan ukurannya, dan lebih menyerupai kapiler daripada arteri atau arteriol. Pembuluh darah dengan lapisan otot yang lebih tipis mempunyai resistensi aliran yang lebih rendah sehingga dapat menerima aliran darah yang lebih banyak bila dibandingkan pembuluh darah dengan impedansi yang lebih tinggi. Distribusi pembuluh darah dan impedansi terhadap aliran darah tergantung dari tipe dan ukuran tumor. Tidak adanya pembuluh limfe yang fungsional pada stroma tumor dan peningkatan permeabilitas pada pembuluh darah tumor menyebabkan peningkatan tekanan interstisial tumor dan sumbatan pada pembuluh darah yang berlokasi di sentral. Hal ini mengakibatkan aliran darah berhenti dan terjadi nekrosis sentral. Rendahnya resistensi pada pembuluh darah yang berlokasi di sentral merupakan respon terhadap aktivitas angiogenik sel tumor dan perbedaan proses nekrotik. 7,38 Pulsed Doppler dan resistensi vaskuler terhadap aliran darah masih menjadi gambaran utama yang diperoleh pada pemeriksaan karakteristik tumor vaskuler. Perbedaan vaskularitas dan pembuluh darah pada lesi adneksa ganas menunjukkan resistensi yang lebih

19 rendah terhadap aliran darah dibandingkan dengan massa adneksa jinak. 7,38 Folkman et al (1992) menyatakan bahwa faktor angiogenesis tumor sangat penting bagi pembentukan neovaskularisasi pada tumor ganas. Pembuluh-pembuluh darah baru ini mempunyai morfologi abnormal dengan anastomosis arteri-vena dan kurangnya lapisan otot pada dinding, yang tercermin pada resistensi yang rendah atau aliran diastolik yang tinggi. 41 Resistance index dihitung dari perbedaan puncak sistolik dan diastolik dibagi dengan sistolik. Sedangkan pulsatility index dihitung dari perbedaan puncak sistolik dan diastolik dibagi dengan rerata kecepatan pada siklus kardiak. Beberapa peneliti mengemukakan nilai titik potong yang berbeda, tetapi nilai 0,4 dan 1,0 untuk RI dan PI menjadi nilai diskriminan yang terbaik untuk diferensiasi tumor adneksa jinak dan ganas. Permasalahan yang mungkin dihadapi adalah adanya variasi hasil RI dan PI pada tumor yang sama disebabkan area vaskularisasi yang berbeda (pembuluh darah yang telah ada dan yang baru terbentuk). 7,12,35,36,41,42 Gambar 3. Flow Velocity Indices (dikutip dari daftar pustaka 42 ) Secara makroskopis vaskularisasi tumor dapat dikategorikan menjadi vaskularisasi perifer dan sentral. Walaupun klasifikasi ini tidak sesuai dan anatomis, klasifikasi ini dapat membantu menilai lokasi pembuluh darah secara ultrasonografi. Pembuluh darah yang

20 berlokasi di daerah perifer tumor berasal dari vaskularisasi sel induk, sementara pembuluh darah yang berlokasi di daerah sentral berkembang karena respon terhadap aktivitas angiogenik sel tumor dan/atau karena proses nekrotik. Pembuluh darah yang berlokasi di dalam septa atau papil menampilkan cabang intratumoral yang spesifik. Pada massa adneksa jinak, pada umumnya vaskularisasi berlokasi di daerah perikistik dan perifer, sementara pada tumor ganas lebih sering berlokasi di daerah sentral. 11 Kurjak et al (1992) dalam penelitian pada pasien dengan massa ovarium menemukan 56 pasien dengan malignansi. Pada 54 pasien ditemukan pola aliran yang abnormal dengan RI < 0,4. Sensitivitas, spesifisitas dan positive predictive value (PPV) yang dilaporkan adalah 96.4%, 99.8% dan 98.2%. 7 Fleischer et al (1993) dalam penelitian pada 43 pasien dengan massa ovarium menggunakan nilai titik potong PI < 1,0 dan mendapatkan sensitivitas 100% dan spesifisitas 82%, PPV 73% dan negatif predictive value (NPV) 100%. 7 Scheneider et al (1993) meneliti 55 pasien dengan massa adneksa dan mengggunakan titik potong nilai RI < 0,4. Dari penelitian ini didapatkan sensitivitas 96% dan spesifisitas 95%. 43 Arun et al (2005) meneliti 50 pasien dengan diagnosis kista ovarium dan menggunakan nilai titik potong RI < 0,4. Didapatkan hasil sensitivitas 90,9% dan spesifisitas 92,3%. 7 Penelitian dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa pemeriksaan Power Doppler 3 dimensi lebih akurat daripada pemeriksaan Power Doppler 2 dimensi. Kurjak et al (2000) dalam penelitian pada 120 orang dengan tumor ovarium membandingkan pemeriksaan Power Doppler 2 dan 3 dimensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan Power Doppler 3 dimensi lebih akurat dibandingkan pemeriksaan Power Doppler 2 dimensi dengan

21 peningkatan sensitivitas, spesifisitas, nilai praduga positif dan nilai praduga negatif. 29 Cohen et al (2001) dalam penelitian pada 71 orang dengan massa ovarium menemukan bahwa pemeriksaan Power Doppler 3 dimensi lebih akurat dibandingkan pemeriksaan Power Doppler 2 dimensi, dengan sensitivitas 100%, spesifisitas 75% dan nilai praduga positif 50%. 29

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tumor ovarium merupakan neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium,yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari jaringan asalnya. Kanker ovarium biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TUMOR OVARIUM Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan bersifat monoklonal. 1,2 Prevalensi mioma uteri di Amerika serikat sekitar 35-50%. 1

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kanker payudara merupakan masalah besar di seluruh dunia dan merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al., 2009). Di Amerika

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tumor ovarium dapat berasal dari salah satu dari tiga komponen berikut: epitel permukaan, sel germinal, dan stroma ovarium itu sendiri. Terdapat pula kasus yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologis yang berasal dari jaringan ovarium. Seluruh dunia 125.000 orang perempuan setiap tahunnya meninggal akibat neoplasma ovarium ganas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker payudara merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker payudara merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker payudara merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada wanita di seluruh dunia dan telah menjadi masalah global baik di negara maju dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, kanker ovarium adalah kanker keenam yang paling sering didiagnosis. Sekitar dua pertiga wanita yang menderita kanker ovarium didiagnosis dengan stadium

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN. Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor B. SARAN

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN. Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor B. SARAN 76 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Kadar VEGF serum berkorelasi positif sedang dengan ukuran tumor primer pada kanker payudara. B. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian kadar VEGF serum pada populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan sistem Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kanker Ovarium Dengan Metode Certainty Factor yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Angka kejadian kanker payudara meningkat lebih dari 20% sejak tahun 2008.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENDAHULUAN Sarkoma uteri adalah tumor mesodermal yang jarang dijumpai, yang pada umumnya dikatakan kurang dari 5% dari seluruh kanker pada uterus, namun penelitian

Lebih terperinci

Imaging Modalities in Gynecology. Niko Hizkia Simatupang Universitas Tarumanagara

Imaging Modalities in Gynecology. Niko Hizkia Simatupang Universitas Tarumanagara Imaging Modalities in Gynecology Niko Hizkia Simatupang 406151007 Universitas Tarumanagara USG USG abdomen kombinasi USG Transvaginal adalah pemeriksaan penunjang yang mulai diperkenalkan di tahun 1980an

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

Pemeriksaan Radiologi untuk Deteksi Kanker Ovarium

Pemeriksaan Radiologi untuk Deteksi Kanker Ovarium Pemeriksaan Radiologi untuk Deteksi Kanker Ovarium Ni Made Putri Suastari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia ABSTRAK Kanker ovarium merupakan kanker ginekologi terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang cukup sering dijumpai. Angka kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %, BAB I PENDAHULUAN Nodul tiroid merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam masyarakat dengan angka kejadian yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada banyak penelitian dikemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. 4.1 Pengambilan Data

BAB 4 HASIL. 4.1 Pengambilan Data 28 BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari Arsip Departemen Patologi Anatomi FKUI/RSUPN-CM Jakarta berupa data sekunder tumor ovarium primer tahun 1997-2006. Data tersebut diambil untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah kesehatan perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terkait dengan tingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: peritoneum panggul, ovarium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering organ endokrin.sebagian besar neoplasma tersebut berasal dari sel epitel folikel dan merupakan tipe papiler. Keganasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

AKURASI ULTRASONOGRAFI TRANSABDOMINAL DALAM MENILAI MALIGNITAS TUMOR OVARIUM

AKURASI ULTRASONOGRAFI TRANSABDOMINAL DALAM MENILAI MALIGNITAS TUMOR OVARIUM AKURASI ULTRASONOGRAFI TRANSABDOMINAL DALAM MENILAI MALIGNITAS TUMOR OVARIUM THE ACCURACY OF TRANSABDOMINAL ULTRASOUND IN ASSESSING OVARIAN TUMOR MALIGNITY Andi Pabengngari 1, Bachtiar Murtala 1, Frans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan dengan tingginya insiden goiter. Goiter merupakan faktor predisposisi karsinoma tiroid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, dimana pada suatu derajat sehingga memerlukan terapi pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( ) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh dunia. Berbeda dengan negara maju dengan insiden kanker payudara yang stagnan atau malah semakin menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008, kanker payudara menduduki peringkat keempat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal. BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian. Endometriosis merupakan penyakit yang timbul pada 10% wanita reproduktif dan memiliki gejala nyeri pelvis, dismenorea, dan infertilitas. 1 Endometriosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang menyebabkan kematian pada wanita di Amerika Serikat (Xu et al. 2012). Menurut Green (2016), kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain penelitian crosssectional atau uji potong lintang untuk mengetahui hal-hal mengenai tumor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang akan mendesak jaringan prostat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencitraan memegang peranan yang sangat penting di bidang kedokteran terutama dalam mendiagnosa penyakit. Peralatan kedokteran seperti CT Scan, MRI, SPECT,Ultrasonografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan rumah tangga yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi RADANG GENITALIA SERVISITIS Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tumor Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tubuh kita disusun oleh triliunan sel hidup. Sel tubuh yang normal dapat beregenerasi dan mati dengan teratur. Pada awal kehidupan, pertumbuhan sel terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

drg. Muhammad Hamka Maha Putra

drg. Muhammad Hamka Maha Putra drg. Muhammad Hamka Maha Putra Latar Belakang: Diagnosis yang akurat dari tumor muskuloskeletal adalah penting untuk pengobatan yang berhasil. Studi telah melaporkan risiko tinggi komplikasi setelah biopsi

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100%

BAB VI PEMBAHASAN. Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100% 63 BAB VI PEMBAHASAN Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100% dari masing-masing kelompok dan bersifat multipel dengan rerata multiplikasi dari kelompok K, P1, P2, dan P3 berturut-turut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benign Prostate Hyperplasia (BPH) 2.1.1. Pengertian BPH Menurut Anonim (2009) dalam Hamawi (2010), BPH secara umumnya dinyatakan sebagai Pembesaran Prostat Jinak. Maka jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari epitel pada serviks terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar kanker serviks adalah epidermoid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci

PENGANTAR USG. Dr. Dewi Rosmana Tatasiwi

PENGANTAR USG. Dr. Dewi Rosmana Tatasiwi PENGANTAR USG Dr. Dewi Rosmana Tatasiwi PENGENALAN GELOMBANG Prinsip Gelombang Berdasarkan medium perambatannya gelombang dibedakan menjadi 1. Gelombang mekanik. Gelombang mekanik merupakan gelombang

Lebih terperinci

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11 Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3

Lebih terperinci

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2011

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2011 SEMINAR HASIL TESIS SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS NILAI RESISTANCE INDEX DAN PULSATILITY INDEX DALAM DIAGNOSIS KANKER OVARIUM OLEH : ARI ABDURRAHMAN LUBIS PEMBIMBING : 1. DR. DERI EDIANTO, SpOG.K 2. DR.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di Indonesia. Penyakit ini merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis akibat kelainan struktural maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). Prevalensi gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah penyebab kematian kanker ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika Serikat terkena tumor ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan sebagai massa yang teraba pada payudara. Penyakit pada payudara biasanya ditunjukkan dengan adanya massa pada payudara.

Lebih terperinci