TUMOR MARKER PADA KANKER GINEKOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUMOR MARKER PADA KANKER GINEKOLOGI"

Transkripsi

1 TUMOR MARKER PADA KANKER GINEKOLOGI A. PENDAHULUAN Sinonim kata untuk tumor marker adalah biomarker. Adanya tumor marker mengindikasikan perubahan biologik yang memberikan sinyal adanya malignansi dalam organisme host. Substansi ini biasanya berkaitan dengan keganasan tertentu. Tumor marker diproduksi oleh tumor itu sendiri atau oleh organ yang berespon karena keberadaan kanker. Dalam penggunaannya tumor marker dapat dimanfaatkan untuk skrining populasi yang berisiko menderita kanker, mendukung konfirmasi diagnosis kanker secara lebih spesifik, menentukan tingkat prognosis, dan monitor keadaan remisi pasien atau menilai respons suatu terapi (pembedahan maupun kemoterapi). Dewasa ini tumor marker banyak digunakan untuk menilai respon terapi dan mendeteksi timbulnya keadaan rekurens. Tumor marker merupakan zat yang dibebaskan oleh kanker dengan cara yang berbeda secara kualitatif dan/atau kuantitatif dari sel-sel normal. Dengan kemajuan teknologi antibodi monoklonal, banyak petanda tumor sekarang dapat terdeteksi dalam sampel cairan tubuh yang sedikit misalnya serum atau asites. Idealnya, tumor marker mempunyai potensi untuk membantu ahli klinik dengan cara memberi sinyal aktivitas penyakit dalam keadaan tidak adanya manifestasi klinik, sehingga dengan demikian memberikan suatu metode skrining untuk penyakit preklinik, memantau status tumor selama pengobatan, dan mendeteksi kekambuhan dini. Tidak ada tumor marker yang spesifik komplit. Oleh karena itu, diagnostik imunohistokimia harus dipergunakan untuk penentuan morfologik dan temuan klinik. Proliferasi yang tidak terkendali mengandung risiko kesalahan dalam replikasi DNA dan menghasilkan kandungan DNA abnormal (aneuploidi). Aneuploidi ini sering dijumpai pada kanker dan dianggap mempunyai nilai prognostik. Pada umumnya status ploidi dinyatakan dengan indeks DNA (DI), yaitu diploid bila DI = 0,95-1,05 dan aneuploidi bila DI kurang dari 0,5 atau lebih dari 1,05. Jenis kanker dengan DNA aneuploidi mempunyai prognosis lebih buruk dibanding dengan kanker dengan DNA diploid. Walaupun aneuploidi dalam satu sel atau jaringan tidak selalu berarti keganasan, aneuploidi merupakan indikasi bahwa sel bersangkutan potensial menjadi ganas, bahkan sering dianggap sebagai status premaligna. Karena itu histogram DNA merupakan informasi yang bermakna dan dianggap dapat mempengaruhi keputusan klinik dalam kaitannya dengan penetuan prognosis. 1

2 B. ANTIGEN JARINGAN Yang termasuk petanda tumor golongan antigen jaringan antara lain a. Ca 125 b. Ca 19-9 c. Ca 15-3 d. Antigen Karsinoma sel skuamosa (SCC) CA-125 (Cancer Antigen 125) Hampir 90% kanker ovarium merupakan karsinoma epitelial selomik dan mengandung glikoprotein terkait dengan epitel selomik yaitu CA-125. CA-125 dapat terlokalisasi pada sebagian besar serosa, endometrioid dan karsinoma ovarium sel jernih, sementara pada jenis musinosum antigen ini kurang diekspresikan. CA-125 merupakan tumor marker yang penting untuk diagnosis, terapi dan pengamatan lanjut. Oleh karena itu, CA-125 telah direkomendasikan untuk skrining. Namun perlu disadari CA-125 kurang berperan pada deteksi dini karena kurang sensitif dan kurang spesifik untuk kanker ovarium. CA-125 lebih berperan di klinik untuk menentukan respon terapi. Peningkatan CA-125 dapat terjadi akibat penyakit lain di rongga peritoneum selain kanker ovarium. Walaupun secara konsisten kadarnya meningkat pada kanker ovarium epitelial, dapat juga terjadi peningkatan pada jenis tumor ginekologik lain seperti endometrium dan tuba falopii dan beberapa kanker nonginekologi (pankreas, kolon, payudara). Serum CA-125 digunakan untuk menilai progresivisitas kanker ovarium. Peningkatan CA-125 selama atau sesudah terapi menjadi prediktor kuat terhadap kemungkinan progresivitas penyakit. Penurunan CA-125 pada awal pengobatan berkaitan dengan lamanya free interval disease. Kadar CA-125 yang kurang dari 35 U/ml setelah 6 seri terapi berkaitan dengan lamanya free interval disease, walaupun hal ini tidak dapat menjadi prediktor akan keberadaan tumor mikroskopik. Jika nilai CA-125 lebih besar dari 35 U/ml setelah 6 seri kemoterapi menjadi prediksi akan adanya penyakit. Progresivitas penyakit kemungkinan terjadi jika CA-125 kadarnya menetap. Peningkatan kadar CA-125 menjadi prediktor terjadinya rekuren minimal 3 bulan pada banyak kajian. CA-125 merupakan suatu glikoprotein permukaan sel dengan berat molekul tinggi mencapai lebih dari 1000 kda. Tidak seperti halnya banyak petanda tumor glikoprotein permukaan sel lainnya, CA-125 tidak dianggap sebagai suatu musin karena kandungan 2

3 karbohidratnya (24%) kurang dari 50%. Pada orang dewasa, CA-125 terdapat pada permukaan sel-sel yang merupakan lini tuba fallopii, endometrium, endoserviks, peritoneum, pleura, perikardium, dan bronkhus. Pada ovarium normal CA 125 ini hanya sedikit dijumpai, meskipun antigen tersebut kadang-kadang ditemukan dalam ovarium pada kista inklusi, ekskresi papilari jinak. CA-125 tidak merupakan suatu petanda spesifik untuk kanker ovarium. Peningkatan kadar serum telah ditemukan pada kebanyakan pasien penderita metastatik endometrium, tuba fallopii, endoservik, dan karsinoma pankretik, dan juga pada beberapa pasien penderita kanker payudara, paru dan kolon. Insiden yang paling tinggi dari peningkatan CA-125 pada kanker non ginekologi terlihat pada kanker pankreas (60%). Dalam aplikasi kliniknya mencakup pemantauan status penyakit pada pasien penderita kanker ginekologi metastatik, yang memprediksi adanya penyakit residual dalam menuntaskan kemoterapi, yang mendeteksi adanya penyakit kambuhan sebelum kecurigaan klinis, dan membedakan masa adneksa jinak dari malignan preoperatif. CA-19-9 Serum karbohidrat antigen 19-9 meningkat pada 35% pasien dengan kanker endometrium dan juga dapat digunakan untuk pengamatan lanjut pasien dengan tumor ovarium borderline. Pengukuran tumor marker ini untuk pengamatan lanjut dapat mendeteksi secara dini terjadinya rekurens hanya pada sebagian kecil pasien. Karbohidrat antigen 19-9 tidak spesifik untuk kanker ovarium. CA-19-9 merupakan suatu karbohidrat yang telah teridentifikasi sebagai antigen sialyl Lewis. CA-19-9 meningkat dalam serum dari 29% sampai 48% wanita penderita kanker ovarium. Beberapa dari wanita ini tidak mengalami peningkatan CA-125. CA-19-9 dapat berguna dalam memantau pasien-pasien penderita tumor musinus. Suatu proporsi kecil pasien-pasien penderita kanker serviks atau endometrium juga telah meningkat kadar CA-19-9nya. CA-15-3 Cancer-antigen 15-3 sangat bermanfaat selama pengamatan lanjut pada pasien perempuan dengan kanker payudara, khususnya kanker payudara lanjut. Kadarnya jarang meningkat pada kanker payudara stadium awal. Tumor marker cancer antigen 15-3 dapat juga meningkat pada pasien dengan kanker ovarium, paru, atau prostat. Peningkatan kadar tumor marker ini dapat juga pada keadaan non kanker termasuk tumor payudara jinak, tumor ovarium jinak, endometriosis, penyakit radang pelvik dan hepatitis. Adakalanya CA-15-3 juga meningkat pada kehamilan dan saat laktasi. 3

4 Antigen Karsinoma Sel Squamosa (SCC Squamous Cell Carcinoma antigen) Kadar squamous cell carcinoma antigen meningkat pada karsinoma serviks, dan kelainan kulit jinak. Antigen karsinoma sel squamosa (SCC) adalah suatu derivat dari TA-4. Antibodi2 yang diarahkan terhadap antigen ini mengenali epitelium squamosa yang neoplastik, displastik, dan metaplastik. Kadar antigen SCC serum juga meningkat pada kanker vagina, dan vulva,. C. ANTIGEN FETUS Protein onkofetal normal terdapat selama masa embrio atau fetus, dan tidak hilang seluruhnya pada waktu dewasa, serta meningkat kembali pada proses keganasan. Substansi ini berasal dari jaringan tumor itu sendiri dan masuk kedalam sirkulasi akibat sekresi oleh sel tumor atau sebagai produk dari pemecahan sel tumor. Contoh yang paling sering dari protein onkofetal adalah carcinoembryonic antigen (CEA) dan alpha-fetoprotein (AFP). Alfafetoprotein (AFP) Alfafetoprotein (AFP) merupakan yang pertama diantara protein-protein ini yang diteliti secara luas. AFP diisolasi pada tahun 1956 dan dikaitkan dengan keganasan pada Alfa fetoprotein merupakan serum protein yang disintesis oleh liver, yolk sac, dan traktus gastrointestinal yang berkaitan dengan sekuens homologi albumin. AFP merupakan komponen terbesar dari plasma janin,yang kadar puncaknya 3 mg/ml pada 12 minggu gestasi. Setelah lahir, AFP akan menghilang dari sirkulasi karena waktu paruhya 3,5 hari. Konsentrasi AFP pada serum orang dewasa kurang dari 20 ng/ml. Apabila penurunan kadarnya lambat atau kadarnya tidak menurun menjadi normal setelah pengangkatan tumor, maka ini indikasi kuat adanya penyakit residual. Tumor sinus endodermal mengekspresikan AFP. AFP diekspresikan dari sitoplasma sel tumor. AFP juga diekspresikan oleh karsinoma sel embrional, dan teratoma imatur. Penurunan terlalu lambat kadar serum dengan terapi atau kenaikan baru petanda sesudah terapi menunjukkan adanya pertumbuhan tumor residual atau residif dan merupakan suatu indikasi untuk terapi tambahan. Spesifisitas kadar AFP dalam hal ini mendekati 100%. Sensisitivitasnya lebih rendah; hasil negatif palsu (tidak ada kenaikan petanda walaupun ada progresi) terdapat pada 10-20% dari penderita. Antigen Karsinoembrionik (Carcinoembryonic antigen (CEA) Petanda tumor onkofetal lainnya, yaitu antigen karsinoembrionik (CEA), pertama kali teridentifikasi pada tahun 1965 pada pasien-pasien penderita adenokarsinoma kolon. 4

5 Selanjutnya, CEA ditemukan diekspresikan pada usus, hati, dan pankreas fetus. CEA merupakan suatu glikoprotein membran permukaan sel dengan berat molekul kadar CEA serum meningkat pada pasien-pasien penderita kanker kolon tetapi dapat juga meningkat pada kelainan gastrointestinal jinak Kadar CEA meningkat pada 35% kanker endometrium. Imunohistokimia CEA tidak dapat membedakan antara proliferasi kelenjar tumor jinak dan ganas dari serviks uterus. Oleh karena itu, pewarnaan CEA kurang mempunyai nilai untuk membedakan adenokarsinoma dari endoserviks atau dari endometrium. Kadar CEA dapat positif pada pasien dengan kanker yang bermetastasis ke ovarium karena kanker primernya dapat berasal dari kanker gastrointestinal, sebagaimana diketahui kanker ini memproduksi CEA. D. PETANDA TUMOR HORMONAL Yang termasuk dalam golongan petanda tumor hormonal adalah : a. Human Chorionic Gonadotropin b. Steroid c. Inhibin Human Chorionic Gonadotropin (hcg) Beta hcg diturunkan pada berbagai fragmen yang terkonsentrasi di urin yang dikenal sebagai peptida gonadotropin urin. Penggunaan hcg tidak terbatas pada penyakit trofoblas karena hcg juga terdapat pada berbagai neoplasma ginekologik nontrofoblas. Peningkatan kadar hcg terjadi pada pasien dengan koriokarsinoma dan juga pada disgeminoma. Sinsitiotrofoblas plasenta mensekresikan suatu glikoprotein heterodimer dengan berat molekul Tumor marker ini bermanfaat untuk menilai respon kemoterapi dan menentukan kejadian rekurens pada pengamatan lanjut pasien dengan komplit remisi. Steroid Berbagai estrogen, progestin, dan androgen dapat disekresikan oleh tumor stroma ovarium. Steroid adrenal dapat juga dibebaskan jika differensiasi tumor mensimulasi kortek adrenal. Sebagai tambahan, pada beberapa kasus hiperplasia stroma ovarium dapat menyertai tumor-tumor epitelial ovarium, yang mengakibatkan meningkatnya steroidogenesis stromal.. Inhibin Hormon ini merupakan suatu glikoprotein heterodimer yang diproduksi oleh sel-sel granulosa ovarium. Fungsi fisiologi primer inhibin adalah mensupresi pelepasan FSH oleh pituitari. Hormon ini dimiliki oleh super famili TGF-β dari protein2 yang memodulasi 5

6 pertumbuhan. Peningkatan kadar inhibin terlihat pada tumor sel granulosa dan kadar serial telah bermanfaat dalam memantau status penyakit. E. ENZIM Yang termasuk petanda tumor dari golongan enzim adalah : a. Lactic dehidrogenase b. Placental alkaline phospatase Lactic dehidrogenase (LDH) Enzim ini merupakan petanda tumor non spesifik dimana enzim ini merupakan suatu enzim glikolitik yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak. Kadar LDH (lactic dehidrogenase) dalam serum meningkat pada banyak tumor-tumor solid dan aktivitas seum sering berkorelasi dengan volume total tumor. Pada beberapa tumor, isoenzim yang spesifik telah diperlihatkan bertanggung jawab untuk terjadinya peningkatan aktivitas total LDH serum. Placental alkaline phosphatase Plasental alkali fosfatase (PLAP) merupakan suatu isoenzim alkalin fosfatase yang diproduksi oleh trofoblas dalam keadaan normal. Meningkatnya aktivitas serum enzim ini terjadi pada sejumlah tumor yang berbeda. Namun, persentase tumor yang memperlihatkan petanda ini relatif rendah dan kadarnya tidak sesuai dengan beban tumor atau status penyakit. Dahulu PLAP ini disebut sebagai isoenzim Regan F. PETANDA TUMOR PADA KEGANASAN GINEKOLOGI Tumor Epitelial Ovarium Tumor marker CA-125 digunakan untuk mendeteksi adanya keganasan, nilai batas 35 IU/ml mempunyai sensitivitas 82-93% dan spesifisitasnya 67-77%. Bila pemeriksaan USG dikombinasi dengan CA-125 maka spesifisitas meningkat menjadi 91,1-100%, sensitivitas meningkat menjadi 93,7-95,6%. CA-125 kurang dipercaya pada pasien-pasien premenopause dimana CA-125 dapat meningkat karena kehamilan, endometriosis, adenomiosis, fibroid uterus, penyakit peradangan pelvis, dan jarang pada orang yang menstruasi. Setiap kondisi yang menyangkut peritoneum, pleura atau perikardium dapat menimbulkan peningkatan sementara petanda tersebut. 6

7 Kasus neoplasma ovarium suspek ganas, ditegakkan atas dasar penemuan klinik, USG dan petanda tumor. Pemeriksaan fisik ditemukan massa di abdomen pelvis dan ascites. USG abdominal dan vagina (dianjurkan pemeriksaan dengan color Doppler). CT Scan atau MRI optional. Petanda tumor CA-125, bila usia muda AFP dan LDH. Diagnosis pasti kanker ovarium dengan histopatologis. Manajemen terapi yang dilakukan adalah laparotomi dengan potong beku. Hasil potong beku dan kebutuhan fungsi reproduksi menjadi pertimbangan untuk melakukan conservative surgical staging. Hasil potong beku bisa tumor ovarium beningn, malignant, atau borderline. Evaluasi preoperatif menyangkut foto thoraks dan penilaian tarktus urinarius dengan IVP. Pemeriksaan CT scan abdomen dan pelvik juga mempunyai nilai dalam mengevaluasi massa pelvik. Pada pasien dengan ascites dan tidak teraba adanya massa pelvik secara klinis, perlu diperiksa CT scan untuk melihat kemungkinan adanya tumor di liver atau pankreas. Skoring keganasan prabedah neoplasma ovarium No Temuan Skor 1. Penurunan BB 10% dlm 3 bulan 2 2. Ascites 2 3. USG ada bagian padat 2 4. Neovaskularisasi (RI) < 0, CA 125 > 35 2 Skor > 6 : risiko tinggi keganasan Skor < 6 : risiko rendah keganasan Formula lain RMI (Risk of Malignancy Index) dengan formula : RMI = U x M x CA-125 U : Temuan USG (multilokuler, solid, bilateral, ascites dan metastasis intra abdomen) 0-1 = 1 apabila >2 = 3 M : Status menopause : Pre menopause : 1, dan post menopause : 3 CA-125 (dalam IU/L) Nilai RMI > 250 = risiko tinggi terjadinya keganasan. CEA dapat membantu dalam mendeteksi kanker musinus diantara wanita2 yang disertai massa adneksa. CEA terbukti sangat membantu dalam diagnosa banding antara adenokarsinoma ovarium dan kolon. Pada satu penelitian, rasio CA-125/CEA serum > 25 7

8 mengakibatkan sensitivitas 91%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif positif 100% untuk diagnosa kanker ovarium. Tumor Sel Germinal Ovarium Tipe petanda yang dihasilkan oleh neoplasma ini tergantung pada tonjolan embrionik yaitu tempat dimana mereka berasal. Petanda-petanda biasanya digunakan untuk memantau respon tumor terhadap terapi dan untuk menscreening kekambuhan. Mereka dapat juga digunakan pada diagnosa banding preoperatif Petanda yang paling penting untuk tumor sel germinal adalah hcg dan AFP. Choriocarcinoma secara eksklusif menghasilkan hcg. Karsinoma embrional dan juga secara umum melepaskan hcg. Sejumlah persentase kecil disgerminoma menghasilkan hcg. AFP dibuat oleh hampir semua tumor sinus endodermal. Beberapa karsinoma embrional dan poliembrioma melepaskan AFP. Lebih kurang 60% teratoma imatur menghasilkan AFP. Tumor sel germinal campuran dapat menghasilkkan hcg atau AFP tergantung pada konstitusinya. AFP, jika disekresikan oleh tumor, biasanya memberikan suatu petanda status penyakit yang dapat dipercaya. Penurunan kadar kembali ke normal selama pengobatan terkait dengan penyakit persisten. Namun, meskipun AFP serum normal dapat diperoleh dengan terapi, mungkin terdapat persistensi elemen selain tumor sinus endodermal. CA-125 meningkat pada lebih dari 50% tumor sel germinal, mungkin disebabkan karena iritasi peritonium karena tumor-tumor ini tidak mengekspresikan CA-125. CA-19-9 sering meningkat pada pasien-pasien penderita teratoma malignan. LDH meningkat karena persentase besar disgerminoma dan tumor sinus endodermal. CEA terutama tidak bermanfaat dalam manajemen tumor sel germinal. Tumor Stroma Ovarium Tumor marker yang dapat diperiksa untuk mendeteksi rekurensi atau keberhasilan pengobatan adalah estrogen dan inhibin. Estrogen kadang-kadang tidak meningkat kadarnya dalam serum atau hanya meningkat sedikit sehingga tidak ideal sebagai tumor marker. Inhibin, protein yang berasal dari sel granulosa, dapat digunakan sebagai tumor marker karena kadarnya meningkat sampai tujuh kali lipat kadar normal pada penderita tumor sel granulosa. Kadar inhibin juga meningkat jika terjadi rekurensi tumor sel granulosa. Tumor sel granulosa menghasilkan estrogen dan secara tipikal menyebabkan gejalagejala kelebihan estrogen. Hal yang sama, thecoma membebaskan kuantitas surplus steroid 8

9 estrogenik. Yang jarang terjadi, kelebihan androgen atau progestin dilepaskan oleh tumortumor ini. Kebanyakan tumor sel Sertoli-Leydig (arrhenoblastoma, androblastoma, dan tumor sel hilus) menhasilkan androgen dan mengakibatkan hirsutisme dan atau virilisasi. Kanker Endometrium Belum ada tumor marker yang sensitif dan spesifik pada adenokarsinoma endometrium. Tetapi beberapa penelitian menggunakan CA-125. Pada jaringan adenokarsinoma tipe 1 (jenis endometrioid) memberi persentase posiif 89,3%. Kegunaan petanda tumor belum diteliti luas pada skrining atau diagnose dini. Kebanyakan penyelidik telah menguji peran petanda tumor dalam evaluasi preoperatif mengenai luasnya penyebaran kanker endometrium, memantau respons terhadap pengobatan, dan pendeteksian dini kekambuhan. Petanda-petanda tumor juga telah dievaluasi untuk kegunaannya pada follow-up pasien-pasien kanker endometrium sesudah pengobatan awal. Dalam hal ini, CA-125 telah diteliti paling luas. Lebih kurang setengahnya dari pasien-pasien penderita kanker endometrium kambuhan mengalami peningkatan konsentrasi CA-125. Suatu penelitian akhir2 ini telah menyatakan bahwa nilai ambang sebesar 20 U/ml digunakan untuk CA-125 dalam mengikuti pasien-pasien kanker endometrium. Hal ini didasarkan pada temuan yang menyatakan bahwa 95% pasien yang bebas dari penyakit sesudah pengobatan untuk kanker stadium dini mempunyai nilai CA-125 pada atau dibawah level ini. Kanker serviks SCC (Squamous cell carcinoma antigen) dapat digunakan sebagai tumor marker kanker serviks jenis skuamosa. Prevalensi peningkatan kadar SCC meningkat sesuai dengan stadium penyakit. Pada stadium I hanya sebesar 30-40% saja yang meningkat, pada stadium II 60-70% sedangkan pada stadium III-IV 80-90%. SCC juga berkorelasi dengan tumor primer yang eksofitik dibandingkan dengan yang infiltratif. SCC juga berkorelasi dengan diferensiasi sel yang sedang dan buruk. Penggunaan SCC untuk mengawasi kemungkinan terjadinya residif tumor, kurang menguntungkan. Karena kelebihan SCC bukan pada sensitivitasnya tetapi pada spesifisitasnya, sehingga kenaikan kadar SCC yang abnormal dengan penemuan lesi residif secara klinik terdapat keterlambatan 6-7,8 bulan. Umumnya pengobatan kuratif kasus residif tidak lagi memungkinkan bila kadar SCC sudah meningkat. 9

10 Nilai acuan standar untuk konsentrasi serum normal belum disepakati, tapi umumnya digunakan kisaran kadar nilai ambang antara 2,5 sampai 3,5 ng/ml. Bahkan ada peneliti lain yang mengambil batas 4 ng/ml, tetapi tetap tidak mampu meningkatkan sensitivitas pemeriksaan. Dengan hasil data tersebut nampaknya pemeriksaan kadar SCC mempunyai banyak keterbatasannya, dinilai dari sudut keuntungan dibandingkan dengan biaya pemeriksaan nampaknya belum memberi keuntungan yang bermakna, sehingga pemeriksaan SCC dinilai sebagai pemborosan. Penyakit Trofoblastik Ganas (GTN) Gestational trophoblastic neoplasia (GTN) diperkenalkan tahun 2000 oleh FIGO pada kasus-kasus GTD dengan kadar hcg yang tetap tinggi (persisten) meskipun terbukti tidak ada kehamilan normal. Kriteria diagnosis GTN adalah: ada plateau kadar hcg lebih dari 4 minggu, tiga kali pemeriksaan yang memperlihatkan kenaikan kadar hcg persisten (hari 1, 7, dan 14); kadar hcg > IU/L pada 4 minggu setelah evakuasi, hcg tetap positif setelah 16 minggu setelah evakuasi, dan ada bukti histologik koriokarsinoma. Manajemen yang optimal terhadap pasien PTG harus meliputi penilaian menyeluruh tentang perluasan penyakit sebelum pengobatan diberikan. Evaluasi itu mencakup: 1) Riwayat dan pemeriksaan fisik yang lengkap 2) Pengukuran kadar hcg serum secara serial 3) Test fungsi liver, ginjal dan tiroid Untuk penilaian metastasis, mencakup: 1) Foto rontgen thoraks Paru 2) USG atau CT scan abdomen Liver 3) CT scan atau MRI Otak 10

11 Gambar 1. Normal regression curve of beta-subunit human chorionic gonadotropin (-hcg) after molar evacuation. (Gynecologic Oncology, 5 th ed. Philadelphia:Lippincot williams & Wilkins, 2010 hal 599). Human chorionic gonadotropin (hcg) mempunyai banyak karakteristik petanda tumor ideal yang sulit difahami. Peningkatan petanda ini merupakan bukti dengan sel tumor sedikitnya berjumlah 10 4 sampai 10 5, yang membuatnya merupakan salah satu 11

12 petanda yang paling sensitif yang tersedia untuk setiap keganasan. Kadar serum berkorelasi baik dengan volume tumor, dan staging penyakit ini mencakup evaluasi kadar hcg. Konsentrasi hcg serum juga mempengaruhi prognosis. Status penyakit dapat dipantau dengan hcg selama terapi. Kemoterapi sering dilanjutkan selama 2-3 siklus diluar batas dimana hcg menjadi negatif, yang memastikan bahwa sedikit jumlah sel2 tropoblastik sisa akan hilang. Ketersediaan petanda ini telah mempermudah manajemen yang efektif pada kebanyakan pasien-pasien ini dan memungkinkan pelestarian fertilitas dan meminimalkan efek-samping yang terkait dengan pengobatan. Tidak semua pasien mempunyai respon segera terhadap pengobatan. Peningkatan hcg yang persisten pada sisi khemoterapi sitotoksik sering mendorong penyelidikan untuk fokus tumor yang resisten terhadap obat. Ketika teridentifikasi, GTN resisten sering dapat disembuhkan jika segera diobati dengan mengubah manajemen. Perubahan pada senyawa kemoterapeutik dan pengangkatan bedah dapat digunakan pada kasus sulit tersebut. Pemantauan yang kontinyu pada kadar hcg memberikan manfaat yang berbobot pada keefektifan pengukuran ini dan memungkinkan feed-back yang cepat yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pengobatan lebih jauh jika hcg tetap meningkat. Klasifikasi klinik dari GTT (Hammond dkk, 1973) 1. PTG non metastasis 2. PTG bermetastasis a. Low risk i. hcg < IU/urin 24 jam atau < IU/ml serum ii. simptom < 4 bulan iii. tidak ada metastasis di otak, liver iv. belum pernah dapat khemoterapi v. bukan berasal dari kehamilan aterm b. High risk i. hcg > IU/ urin 24 jam atau > lu/ml serum ii. simptom > 4 bulan iii. metastasis di otak, liver 12

13 iv. gagal dengan kemoterapi sebelumnya v. didahului kehamilan aterm Skor prognosis penyakit trofoblas (WHO) Umur <39 >39 Kehml sblmnya mola abortus aterm Interval bulan >12 hcg sblm terapi Ukuran tumor terbe sar ( cm ) Letak metastasis ginjal, lien GIT hati, otak Jumlah metastasis l >8 Khemotx sblmnya gagal tunggal >2 <4 risiko rendah; 5-7 risiko menengah; >7 risiko tinggi Skor prognosis penyakit trofoblas (FIGO) <6 risiko rendah; >7 risiko tinggi 13

14 DAFTAR PUSTAKA 1. Nuranna L. Tumor Marker Dalam Bidang Ginekologi. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. hal Buku Pedoman Pelayanan Kanker Ginekologi. Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia. Edisi ke Berek JS, Hacker NF. Uterine Cancer in Gynecologic Oncology, 5 th ed. Philadelphia:Lippincot williams & Wilkins, 2010; Andrijono. Penyakit Trofoblas Gestasional. Dalam : Sinopsis Kanker Ginekologi. Edisi ketiga. Pustaka Spirit. Jakarta, 2009, hal: Andrijono. Kanker Serviks Uteri. Dalam : Sinopsis Kanker Ginekologi. Edisi ketiga. Pustaka Spirit. Jakarta, 2009, hal: 47-48, E. I. Kohorn EI. The new FIGO 2000 staging and risk factor scoring system for gestational trophoblastic disease: Description and critical assessment. Int j gynecol cancer, 2001, 11, hal : Ngan HYS. The practicability of FIGO 2000 staging for gestational Trophoblastic neoplasia. Int j gynecol cancer, 2004, 14, hal : Bratakoesoema DS. Penyakit Trofoblas Gestasional. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi pertama, 2006 Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di Indonesia. Penyakit ini merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit trofoblas gestasional merupakan kelompok penyakit dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi : Molahidatidosa (komplit dan parsial)

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang IMUNOLOGI TUMOR INNATE IMMUNITY CELLULAR HUMORAL PHAGOCYTES NK CELLS COMPLEMENT CYTOKINES PHAGOCYTOSIS

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TUMOR OVARIUM Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tumor ovarium merupakan neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium,yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari jaringan asalnya. Kanker ovarium biasanya

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, kanker ovarium adalah kanker keenam yang paling sering didiagnosis. Sekitar dua pertiga wanita yang menderita kanker ovarium didiagnosis dengan stadium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh

Lebih terperinci

Ardina Miastuti

Ardina Miastuti Ardina Miastuti 1510221045 Ca endometrium merupakan urutan ketujuh penyebab kematian dari keganasan pada wanita. ± 2 3% wanita akan mengalami ca endometrium selama hidupnya. Sekitar 75% dijumpai pada stadium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker ovarium merupakan peringkat keenam keganasan terbanyak di dunia, dan merupakan penyebab kematian ketujuh akibat kanker. Kanker ovarium didiagnosis pada 225.500

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

Penyakit Trofoblas Ganas

Penyakit Trofoblas Ganas PENYAKIT TROFOBLAS Penyakit Trofoblas Ganas I. Pendahuluan Penyakit keganasan yang berasal dari sel-sel trofoblas gestasional. Adapun yang non-gestasional tidak dibahas pada bab ini. Epidemiologi Keganasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker endometrium adalah kanker paling sering pada saluran genitalia wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia setelah payudara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tumor ovarium dapat berasal dari salah satu dari tiga komponen berikut: epitel permukaan, sel germinal, dan stroma ovarium itu sendiri. Terdapat pula kasus yang

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain penelitian crosssectional atau uji potong lintang untuk mengetahui hal-hal mengenai tumor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. 4.1 Pengambilan Data

BAB 4 HASIL. 4.1 Pengambilan Data 28 BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari Arsip Departemen Patologi Anatomi FKUI/RSUPN-CM Jakarta berupa data sekunder tumor ovarium primer tahun 1997-2006. Data tersebut diambil untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah kesehatan perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terkait dengan tingginya

Lebih terperinci

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Mola Hidatidosa Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada vili koriales

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang. terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang. terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan kecenderungan yang terus menurun (390 kematian/100.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah penyebab kematian kanker ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika Serikat terkena tumor ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh dunia. Berbeda dengan negara maju dengan insiden kanker payudara yang stagnan atau malah semakin menurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENDAHULUAN Sarkoma uteri adalah tumor mesodermal yang jarang dijumpai, yang pada umumnya dikatakan kurang dari 5% dari seluruh kanker pada uterus, namun penelitian

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 20 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM Jakarta periode tahun 2004. Data yang didapatkan adalah sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering didapat. Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan merupakan karsinoma terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyebab yang kompleks. Angka kejadian KNF tidak sering ditemukan di dunia barat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyebab yang kompleks. Angka kejadian KNF tidak sering ditemukan di dunia barat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring (KNF) merupakan tumor daerah leher dan kepala dengan penyebab yang kompleks. Angka kejadian KNF tidak sering ditemukan di dunia barat diperkirakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal 66 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi Semarang sejak bulan Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium

Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium Sensitifitas dan Spesifisitas Petanda Tumor CA 125 sebagai Prediksi Keganasan Ovarium Max Rarung Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Rumah Sakit Prof. Dr. R. D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: peritoneum panggul, ovarium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan kedua tersering pada keganasan daerah kepala leher di beberapa Negara Eropa (Chu dan Kim 2008). Rata-rata

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tumor Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari epitel pada serviks terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar kanker serviks adalah epidermoid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah penderita sekitar 4,3 per 1000 penduduk dengan kanker payudara menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,

Lebih terperinci

marker inflamasi belum pernah dilakukan di Indonesia.

marker inflamasi belum pernah dilakukan di Indonesia. BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karsinoma payudara adalah salah satu penyebab utama morbiditas terkait karsinoma dan kematian di kalangan perempuan di seluruh dunia (Zhang et al., 2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kepala dan leher adalah berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestive atas (UADT), meliputi rongga mulut, nasofaring, orofaring, hipofaring dan

Lebih terperinci

4 Universitas Indonesia

4 Universitas Indonesia 1. BAB II 2. TINJAUAN PUSTAKA 3. 4. 2.1 Epidemiologi Kanker ovarium menempati urutan ketiga sebagai keganasan terbanyak di saluran genital wanita. Kanker ovarium sulit dideteksi pada stadium awal sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fertilisasi in vitro (FIV) merupakan salah satu cara bagi pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Stimulasi ovarium pada program FIV dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada wanita setelah kanker payudara

Lebih terperinci

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks ---------------------------------------------------------------------- Dr. John Wantania, SpOG, IBCLC Lesi prakanker serviks telah dikenal luas di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11 Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG A. Definisi Ca ovarium adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel cepat disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal adalah tumor yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal di sekitar hidung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan keempat dari semua jenis kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal

Lebih terperinci

Penyakit Trofoblast Ganas

Penyakit Trofoblast Ganas Penyakit Trofoblast Ganas Soekimin Fakultas Kedokteran Bagian Patologi Anatomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Penyakit trofoblas ganas (PTG) adalah suatu tumor ganas yang berasal dari sito dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia, karsinoma payudara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia, karsinoma payudara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia, karsinoma payudara menduduki ranking kedua setelah kanker

Lebih terperinci

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN Dr.Eva Decroli,SpPD-KEMD,FINASIM SUB BAGIAN ENDOKRIN DAN METABOLIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND/ RS DR. M. DJAMIL PADANG 1 HIPERTIROID sindroma hipermetabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 23.500 kasus karsinoma tiroid terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian penyakit lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sebuah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang menyebabkan kematian pada wanita di Amerika Serikat (Xu et al. 2012). Menurut Green (2016), kanker

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU April 2014 HUBUNGAN TUMOR MARKER CA-125 DENGAN SIFAT DAN TIPE SEL TUMOR OVARIUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU April 2014 HUBUNGAN TUMOR MARKER CA-125 DENGAN SIFAT DAN TIPE SEL TUMOR OVARIUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU HUBUNGAN TUMOR MARKER CA-125 DENGAN SIFAT DAN TIPE SEL TUMOR OVARIUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Tryanda Ferdyansyah 1, Amru Sofian 2, Fatmawati 3 1 Penulis untuk korespondensi: Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 Bram Adhitama, 2014 Pembimbing I : July Ivone, dr, MKK.MPd.Ked Pembimbing II : Cherry Azaria,dr.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER OVARIUM

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER OVARIUM LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER OVARIUM A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama di seluruh dunia dan menempati keganasan terbanyak pada wanita baik di negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupakan kumulatif antara masuknya sel baru dan keluarnya sel yang ada pada populasi. Masuknya sel ke dalam populasi jaringan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri

Lebih terperinci

PERAN SEROLOGI PENANDA TUMOR pada KANKER PARU IRMAWANTY SETIAPUTRI RS PARU DR.H.A ROTINSULU 2016

PERAN SEROLOGI PENANDA TUMOR pada KANKER PARU IRMAWANTY SETIAPUTRI RS PARU DR.H.A ROTINSULU 2016 PERAN SEROLOGI PENANDA TUMOR pada KANKER PARU IRMAWANTY SETIAPUTRI RS PARU DR.H.A ROTINSULU 2016 Sero-Imunologi Bagian ilmu Imunologi yang mempelajari reaksi antigen-antibodi secara invitro Sehingga umumnya

Lebih terperinci

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Kontrasepsi Hormonal (PIL) Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci