PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

dokumen-dokumen yang mirip
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BAB IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Kuisioner Penelitian

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

IV METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Surat Pemberitahuan (SPT) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Deskriptif

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Intrepretasi Hasil Output Analisis Linear Berganda

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini, maka diperlukan gambaran mengenai data-data yang digunakan.

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

Luas Panen Padi (Ha) Harga Beras (Rp/kg)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

LAMPIRAN. Isilah data bapak/ibu/saudara/saudari dibawah ini :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. BUMN di Indonesia yang berupa jumlah penyaluran kredit UMKM dan Non-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

VII ANALISIS PENDAPATAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

Tiara Puri Yasinta Manajemen Ekonomi 2016 PENGARUH LOKASI DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SUSU PADA TOKO LULU KIDS DEPOK

IV. METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. statistik Kolmogorov- Smirnov (uji K-S). Dasar untuk pengambilan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Budhi Darmakusuma. Analisis Pengaruh Waktu Dan Harga terhadap Keputusan Konsumen Dalam Berbelanja Online Melalui Media Kaskus

JURNAL. Oleh : SAFRIJON NIM: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN ROKAN HULU 2014

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

Lampiran I: Karakteristik Karyawan Sampel Pemanen di PTP Nusantara IV Kebun Sawit Langkat

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

Transkripsi:

VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani mitra sebesar 6,6 ton/ha. Jumlah ini lebih besar dibandingkan petani non mitra yang sebesar 5,8 ton/ha. Hal ini dikarenakan luas sawah padi sehat petani non mitra lebih sempit dibandingkan petani mitra sehingga produktivitasnya lebih rendah. Rata-rata luas sawah yang ditanam padi sehat petani mitra sebesar 0,4 ha, sedangkan petani non mitra sebesar 0,3 ha. Lebih sedikitnya luas sawah yang ditanam padi sehat oleh petani non mitra karena mereka mengusahakan padi sehat hanya untuk percobaan atau hanya untuk memenuhi pangan sehat bagi keluarga, padahal luas sawah yang dikuasainya hampir sama sekitar 0,5 ha. Hal ini juga dikarenakan rata-rata luas lahan yang dikuasai (sawah maupun bukan) petani mitra (0,67 ha) lebih besar dibandingkan petani non mitra (0,54 ha) sehingga petani mitra lebih berani menerapkan padi sehat lebih luas pada sawahnya dibandingkan petani non mitra. Hasil produksi padi sehat tidak semua dijual oleh petani responden. Jumlah produksi rata-rata yang dijual oleh petani mitra sebesar 5,1 ton/ha (77,47 persen) lebih banyak dibandingkan petani non mitra yang sebesar 3,4 ton/ha (58,34). Harga jual rata-rata gabah padi sehat yang diterima petani mitra sebesar Rp 3.544,23 per kg, sedangkan petani non mitra sebesar Rp 3.006,67 per kg, sehingga rata-rata penerimaan tunai petani mitra lebih besar 45,17 persen dari petani non mitra. Lebih banyaknya petani mitra yang menjual hasil produksinya, menunjukkan petani non mitra lebih banyak menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi dan untuk benih. Hal ini terbukti dari rata-rata penerimaan diperhitungkan petani mitra lebih rendah 28,78 persen dari petani non mitra. Petani non mitra lebih banyak yang menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi karena luas sawah yang mereka kuasai lebih sempit dibandingkan petani mitra sehingga mereka lebih memilih menyimpan hasil produksi untuk konsumsi dibandingkan menjualnya. Walaupun rata-rata luas sawah yang dikuasai petani mitra dan non mitra tidak berbeda (sekitar 0,5 ha), namun sebaran luas sawah petani non mitra 66,67 persen berada dibawah 0,41 ha. Petani non

mitra juga sebagian besar tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Walaupun mempunyai pekerjaan sampingan, pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat paling banyak berada dikisaran kurang dari Rp 1 juta per bulan. Sehingga petani non mitra menjadikan usahatani padi sehat tempat memenuhi pangan keluarga. Karena menurut mereka harga beras di pasar sekarang mahal dan kualitasnya kurang bagus sehingga mereka lebih memilih menyimpan hasil produksinya untuk memenuhi konsumsi rumah tangga mereka selama satu musim kedepan. Rata-rata hasil produksi yang disimpan untuk konsumsi oleh petani non mitra sebesar 2,4 ton/ha (41,40 persen), sedangkan petani mitra sebesar 1,5 ton/ha (22,52 persen). Total penerimaan usahatani padi sehat yang diperoleh petani mitra lebih besar 26,38 persen dari petani non mitra. Rata-rata penerimaan usahatani padi sehat yang diterima petani responden per ha dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Sistem Petani Mitra Persentase Petani Non Persentase Penerimaan (Rp/ha) Mitra (Rp/ha) Penerimaan 18.375.571,51 78,10 10.074.424,80 58,20 Tunai Penerimaan Diperhitungkan Konsumsi 5.150.851,56 21,89 7.210.070,55 41,65 Benih 2.692,31 0,01 25.858,59 0,15 TOTAL PENERIMAAN 23.529.115,38 100 17.310.353,94 100,00 Penerimaan tunai dan total penerimaan usahatani padi sehat antara petani mitra dengan non mitra berbeda nyata karena berdasarkan uji Mann Whitney, nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Sedangkan penerimaan diperhitungkan antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda nyata. Penerimaan tunai yang berbeda nyata (signifikan) antara petani mitra dan non mitra menunjukkan bahwa dengan adanya kemitraan petani mitra dapat dengan mudah mengakses pasar gabah padi sehat yang masih jarang di Kecamatan Kebon Pedes (mempermudah pemasaran). Sedangkan petani non mitra dalam mengusahakan padi sehat sebagian besar belum berorientasi pasar, namun hanya untuk percobaan dan memenuhi pangan

sehat bagi keluarga. Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Penerimaan Tunai Penerimaan Diperhitungkan Total Penerimaan Mann-Whitney U 177.500 383.500 214.500 Wilcoxon W 642.500 734.500 679.500 Z -3.492 -.107-2.884 Asymp. Sig. (2- tailed) 8.2. Biaya Usahatani Padi Sehat.000.915.004 Biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan, yang dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42. Biaya Rata-rata Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Keterangan Petani Mitra Persentase Petani Non Mitra Persentase (Rp/ha) (Rp/ha) Biaya Tunai Benih 101.727,29 0,77 238.394,18 1,78 Pupuk Organik 1.002.120,86 7,63 756.045,74 5,66 Pupuk Kimia 100.465,98 0,77 546.787,65 4,09 Pupuk Cair 32.143,12 0,24 25.694,28 0,19 Pestisida Nabati 24.562,15 0,19 25.555,56 0,19 Pestisida Kimia 87.840,24 0,67 199.559,76 1,49 Tenaga Kerja Luar Keluarga Non Borongan 1.902.120,39 14,49 3.188.614,48 23,86 Borongan 2.528.734,97 19,26 2.975.474,51 22,27 Sewa Lahan 5.785.732,28 44,08 3.175.227,27 23,76 Pajak Lahan 62.820,17 0,48 76.742,24 0,57 TOTAL 11.628.267,46 88,58 11.208.095,66 83,87 Biaya Diperhitungkan Benih 55.342,83 0,42 50.509,09 0,38 Pupuk Organik - - 45.555,56 0,34 Pupuk Kimia - - 82.500,00 0,62 Pestisida Kimia 2.307,69 0.02 - - Tenaga Kerja 1.440.888,07 10,98 1.976.864,84 14,79 Dalam Keluarga TOTAL 1.498.538,59 11,42 2.155.429,49 16,13 TOTAL BIAYA 13.126.806,05 100,00 13.363.525,15 100,00

Gambaran biaya yang dikeluarkan diuraikan sebagai berikut : 1. Biaya Benih Biaya benih dibedakan menjadi benih yang dibeli sendiri oleh petani dan benih dari bantuan pemerintah atau dari hasil panen sebelumnya. Benih yang dibeli sendiri oleh petani mitra persentasenya lebih rendah 1,01 persen dibandingkan yang dikeluarkan oleh petani non. Benih yang didapat dari pemerintah atau yang berasal dari hasil panen sebelumnya yang digunakan oleh petani mitra persentasenya hampir sama yang digunakan petani non mitra, hanya selisih sebesar 0,04 persen. Total biaya benih, tunai maupun tidak tunai, yang dikeluarkan petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra. Hal ini dikarenakan petani mitra hanya menanam satu sampai dua bibit per lubang sehingga membutuhkan benih yang lebih sedikit. 2. Biaya Pupuk Biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani dibedakan menjadi pupuk yang dibeli sendiri dan yang berasal dari bantuan. Jenis pupuk juga dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 1,97 persen. Selain beli sendiri petani non mitra mendapatkan bantuan pupuk organik sebesar Rp 45.555,56 per ha. Biaya untuk pupuk organik yang dikeluarkan oleh petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra karena jumlah pemakaian pupuk organik lebih banyak digunakan oleh petani mitra dibandingkan petani non mitra. Pupuk kimia yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih sedikit dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 3,32 persen. Pupuk kimia yang sering dibeli petani adalah pupuk urea, ZA, TSP, dan KCL. Pupuk kimia ini biasanya dibeli di toko-toko pertanian yang berada di Kecamatan Kebon Pedes maupun di pasar. Petani non mitra juga mendapatkan bantuan pupuk kimia sebesar Rp 82.500,00 per ha. Biaya pupuk kimia yang dikeluarkan oleh petani non mitra, enam kali lebih besar dibandingkan petani mitra. 3. Biaya Pestisida Biaya pestisida dibedakan menjadi tunai dan diperhitungakan, serta dibedakan juga menjadi pestisida nabati dan kimia. Biaya pestisida nabati yang

dikeluarkan sendiri oleh petani mitra, persentasenya sama yang dikeluarkan oleh petani non mitra, yaitu sebesar 0,19 persen. Walaupun penggunaan pestisida nabati petani mitra lebih banyak namun biaya yang dikeluarkan sama dengan petani non mitra. Berarti petani non mitra sudah membuat pestisida nabati namun tidak menggunakannya sesuai standar. Pestisida nabati tidak ada yang termasuk biaya yang diperhitungkan karena petani hanya membuat sendiri pestisida nabati dari bahan-bahan yang terdapat disekitar mereka dengan biaya sendiri. Pestisida kimia yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra dengan selisih persentase sebesar 0,82 persen. Petani mitra mendapatkan bantuan pestisida kimia sebesar Rp 2.307,69 per ha. Hal ini menjadi salah satu kendala pengembangan padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes karena penjualan pestisida kimia masih banyak dilakukan oleh oknum dari dinas pertanian yang bekerjasama dengan perusahaan pestisida kimia dengan terlebih dulu memberikan secara gratis sehingga petani tertarik untuk menggunakannya. Total biaya yang paling besar dikeluarkan untuk pestisida, nabati maupun kimia, yaitu petani non mitra. 4. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Biaya TKLK yang dikeluarkan oleh petani non mitra menjadi biaya yang paling besar (46,13 persen). Hal ini dikarenakan setiap aktivitas usahatani padi sehat, mulai dari penyemaian, mengolah tanah, penanaman, penyiangan, pemupukkan, sampai pemanenan banyak menggunakan TKLK. Upah untuk tenaga kerja pria rata-rata sebesar Rp 25.000,00 dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp 20.000,00 dengan jam kerja per hari selama lima jam. Namun tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan menggunakan traktor atau kerbau serta panen menggunakan sistem pembayaran borongan. Pengolahan tanah dengan traktor atau kerbau sudah termasuk biaya penyewaan alat bajak tersebut. Total biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan oleh petani non mitra sebesar lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan oleh petani mitra dengan perbedaan persentase sebesar 12,38 persen.

Biaya TKDK juga paling banyak dikeluarkan oleh petani non mitra dibandingkan petani mitra dengan perbedaan persentase sebesar 3,81 persen, sehingga total biaya tenaga kerja (TKLK dan TKDL) yang dikeluarkan petani non mitra lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan petani mitra. Luas sawah padi sehat petani non mitra yang lebih sedikit dibandingkan petani mitra menyebabkan penggunaan tenaga kerja menjadi kurang efesien, sehingga biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani non mitra menjadi lebih besar. 5. Sewa Lahan Biaya sewa lahan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani mitra. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan petani non mitra dengan selisih 20,32 persen. Walaupun petani non mitra lebih banyak yang menyewa lahan, namun luas sawah yang disewa lebih sedikit dibandingkan petani non mitra, sehingga biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar. Sewa lahan biasanya dilakukan dengan sistem paroan (setengah). Petani penggarap dan pemilik masing-masing akan mendapatkan setengah dari hasil panen setiap musimnya. Pembayaran sewa lahan ini biasanya dengan menggunakan uang tunai sehingga setengah hasil panen tersebut dijual terlebih dulu baru dibayarkan ke petani pemilik lahan. Namun, ada juga petani yang menyewa lahan dengan pembayaran yang sudah ditentukan diawal tanpa melihat hasil panen. Biasanya sistem sewa ini dibayarkan setiap tahun. 6. Pajak Lahan Pajak lahan hanya dibayarkan oleh petani pemilik. Petani yang menyewa tidak membayar pajak karena yang membayar pajak adalah petani pemilik lahan. Pajak lahan yang dikeluarkan petani mitra tidak jauh berbeda yang dikeluarkan petani non mitra, hanya selisih 0,09 persen. Hal ini berarti petani non mitra lebih banyak yang merupakan petani pemilik, walaupun luas lahan yang dimilikinya masih sedikit. Bila dilihat secara keseluruhan, total biaya yang dikeluarkan petani mitra hampir sama yang dikeluarkan petani non mitra. Biaya yang dikeluarkan petani mitra hanya lebih rendah 1,77 persen dari petani mitra. Berdasarkan uji Mann Whitney pun total biaya antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda nyata

karena nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Total Biaya Usahatani Padi Sehat Mann-Whitney U 378.000 Wilcoxon W 729.000 Z -.197 Asymp. Sig. (2-tailed).844 Tidak berbeda nyata total biaya usahatani padi sehat petani mitra dengan non mitra, karena kemitraan belum melayani aspek input. Walaupun sudah ada pinjaman benih, namun pendistribusiannya belum merata sehingga belum dirasakan oleh semua petani mitra. Untuk pelaksanaan kemitraan yang akan datang, disarankan kemitraan melayani aspek input. Seperti yang diungkapkan Brinkerhoff et al. (1990) dalam Sumarjo et al. (2004), bahwa kemitraan sebagai suatu sistem harus memiliki unsur-unsur, salah satunya input. Pelayanan pada aspek input dilakukan agar pelaksanaan usahatani menjadi lebih efesien. Bila dilihat dari biaya tunai, petani mitra mengeluarkan biaya tunai lebih besar 3,6 persen dari petani non mitra. Walaupun nilai perbedaan tersebut kecil, namun dapat mengindikasikan bahwa kemitraan dapat mempermudah petani mitra mengakses pasar input. 8.3. Pendapatan Usahatani Padi Sehat Pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, baik total pendapatan maupun total pendapatan tunai. Total pendapatan petani mitra lebih besar 62,06 persen dari petani non mitra, sedangkan total pendapatan tunai petani mitra lebih besar 116,8 persen dari petani non mitra. Total pendapatan petani mitra yang lebih besar dibandingkan petani non mitra karena total penerimaan yang diterima petani mitra lebih besar dengan total biaya yang hampir sama dengan petani non mitra. Harga jual gabah padi sehat yang diterima oleh petani mitra lebih tinggi serta produktivitas juga yang lebih tinggi dari petani

non mitra, sehingga penerimaan petani mitra lebih besar. Perhitungan pendapatan dan Rasio R/C petani mitra dan petani non mitra, dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Perhitungan Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 No. Keterangan Petani Mitra (Rp/ha) Petani Non Mitra (Rp/ha) 1. Penerimaan Tunai 18.375.571,51 10.074.424,80 2. Penerimaan Diperhitungkan 5.153.543,86 7.235.929,13 3. Total Penerimaan ( 1 + 2 ) 23.529.115,38 17.310.353,94 4. Biaya Tunai 11.628.267,46 11.208.095,66 5. Biaya Diperhitungkan 1.498.538,59 2.155.429,49 6. Total Biaya (4 + 5 ) 13.126.806,05 13.363.525,15 7. Total Pendapatan ( 3 6 ) 10.402.309,33 3.946.828,79 8. Total Pendapatan Tunai (1 4) 6.747.304,05-1.133.670,86 9. Penyusutan Alat 559.101,04 258.171,67 10. Pendapatan Bersih ( 8 9) 6.188.203,01-1.391.842,52 11. R/C atas Biaya Tunai 2,02 1,54 12. R/C atas Biaya Total 1,79 1,30 Total pendapatan tunai yang diterima petani non mitra yaitu sebesar Rp -1,1 juta per ha. Hal ini dikarenakan petani non mitra lebih banyak yang menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi dibandingkan untuk dijual sehingga penerimaan tunainya lebih rendah dibandingkan biaya tunai yang dikeluarkan. Total pendapatan tunai setelah dikurangi biaya penyusutan alat yang digunakan untuk usahatani padi sehat disebut pendapatan bersih. Biaya penyusutan alat petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, dengan selisih 53,66 persen. Hal ini berarti peralatan yang digunakan petani mitra dalam usahatani padi sehat lebih banyak dibandingkan petani non mitra karena luas sawah padi sehat petani mitra lebih luas dibandingkan petani non mitra. Pendapatan bersih yang diterima oleh petani mitra juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Berdasarkan hasil analisis rasio R/C, menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya total maupun R/C atas biaya tunai petani mitra dan non mitra bernilai lebih dari satu sehingga keduanya layak untuk diusahakan. Arti rasio R/C yaitu setiap

rupiah biaya tunai atau total yang dikeluarkan oleh petani mitra akan memberikan penerimaan sebesar nila R/C tersebut, dimana nilai R/C atas biaya total dan atas biaya tunai petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai R/C, usahatani padi sehat petani mitra lebih menguntungkan daripada petani non mitra. Berdasarkan uji Mann Whitney pun, total pendapatan, total pendapatan tunai, pendapatan bersih, serta rasio R/C atas biaya tunai dan total, antara petani mitra dan non mitra berbeda nyata karena nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Pendapatan Usahatan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Mann- Whitney U Wilcoxon W Total Pendapatan Total Pendapatan Tunai Pendapatan Bersih R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total 187.000 173.000 182.000 161.000 226.500 652.000 638.000 647.000 626.000 691.500 Z -3.335-3.565-3.560-3.763-2.687 Asymp. Sig. (2-tailed).001.000.000.000.007 8.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat Selain kemitraan, diduga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan petani padi sehat, antara lain: umur petani, pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, luas lahan, pendapatan non usahatani, pendapatan non usahatani padi sehat, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor-faktor ini dianalisis dengan analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 20. Namun, faktor pendapatan non usahatani, pendapatan non usahatani padi sehat, dan jumlah tanggungan keluarga terdapat multikoliner sehingga harus dikeluarkan dari model. Setelah ketiga faktor tersebut dikeluarkan dari model, maka syarat ekonometrika pada model ini terpenuhi karena berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari hasil output regresi berada disekitar angka satu. Artinya, model tidak terdapat multikolinieritas yaitu antar variabel independen tidak berkorelasi. Model ini juga telah memenuhi

asumsi normalitas, homoskedastisitas, dan tidak ada autokorelasi. Hasil output analisis regresi berganda ini dapat secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil perhitungan analisis berganda didapat nilai R-square sebesar 0,592. Hal ini berarti 59,2 persen variasi nilai derajat penerapan teknologi padi sehat dapat dijelaskan bersama-sama oleh faktor-faktor tersebut (kemitraan, umur petani, pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, dan luas lahan), sisanya 40,8 persen dipengaruhi oleh fakrot-faktor diluar model. Nilai uji-f atau F hitung terhadap model sebesar 9,956 dengan probabilitas sig. 0,000. Artinya, semua variabel penduga berpengaruh nyata terhadap total pendapatan petani padi sehat karena probabilitas sig. lebih kecil dari 0,05. Uji-t dilakukan pada masing-masing variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap total pendapatan petani padi sehat. Hasil perhitungan uji-t pada analisis berganda dengan menggunakan SPSS ini dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46. Hasil Output SPSS Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Model (Constant) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF - 6238901.677 4691377.739-1.330.190 Kemitraan 2831302.335 1528248.749.199 1.853.070.735 1.360 Umur 67791.909 75747.794.093.895.375.793 1.261 Pengalaman 332092.717 171684.147.208 1.934.059.735 1.360 Status kepemilikan lahan 4978274.079 1384843.831.345 3.595.001.920 1.087 Pendidikan 8452696.695 2153508.830.474 3.925.000.583 1.714 Pekerjaan utama 2625669.901 2393474.558.115 1.097.278.779 1.283 Luaslahan 1644997.586 839373.831.187 1.960.056.932 1.073 Pa. Dependent Variable: total pendapatan usahatani padi sehat Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada Tabel 46, gambaran pengaruh variabel-variabel bebas terhadap total pendapatan usahatani padi sehat, diuraikan sebagai berikut: 1. Kemitraan Kemitraan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,199 pada taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti setiap kemitraan meningkat sebesar 100 persen maka pendapatan petani akan

meningkat sebesar 19,9 persen. Hal ini dikarenakan petani mitra mendapatkan harga jual gabah padi sehat yang lebih tinggi dibandingkan petani non mitra, dengan rata-rata perbedaan harga gabah padi sehat sebesar Rp 500,00 per kg dengan harga gabah di pasar, sehingga pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra. 2. Umur Petani Umur petani berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat. Dimana semakin tua umur petani maka pendapatan petani padi sehat semakin meningkat. Hal ini berbeda dengan dugaan. Hal ini dikarenakan semakin tua umur petani biasanya pengalaman dalam usahatani semakin banyak sehingga dapat mengambil keputusan yang baik berdasarkan pengalaman dalam mengusahakan padi sehat. Walaupun kondisi fisik menurun karena umur yang semakin meningkat, namun petani dapat menggunakan tenaga kerja untuk melakukan usahatani padi sehat secara langsung, sehingga fisik tidak lagi menjadi masalah. Namun pengaruh umur petani tidak signifikan, karena nilai elastisitasnya hanya 0,093. Bila umur petani meningkat 100 persen, maka total pendapatan padi sehat akan meningkat sebesar 9,3 persen. Hal ini berarti, berapapun umur petani dapat meningkatkan total pendapatan padi sehat. 3. Pengalaman Mengusahakan Padi Sehat Pengalaman mengusahakan padi sehat berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,208 pada taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti setiap kenaikan pengalaman mengusahakan padi sehat sebanyak 100 persen maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 20,8 persen. Hasil wawancara menunjukkan petani yang mempunyai pengalaman mengusahakan padi sehat semakin banyak maka akan menggunakan input yang lebih efesien sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah atau output yang dihasilkan lebih banyak 4. Status Kepemilikan Lahan Status penguasaan lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,345. Hal ini berarti setiap kenaikan kepemilikan lahan (milik) sebesar 100 persen maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 34,5 persen. Hal ini sesuai dengan yang ada di lapang,

petani yang mempunyai lahan sendiri pendapatannya akan lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap karena tidak perlu membayar sewa, tetapi hanya membayar pajak saja, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah. 5. Pendidikan Pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan elastisitas sebesar 0,474. Berarti setiap kenaikan pendidikan sebesar 100 persen maka penadapatan petani padi sehat akan semakin meningkat sebesar 47,4 persen. Hal ini sesuai yang terjadi di lapang, petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih besar sama dengan SMA ( SMA) maka total pendapatan padi sehatnya lebih besar dibandingkan petani yang mempunyai tingkat pendidikan dibawah SMA. Petani yang tingkat pendidikannya SMA atau lebih tinggi, total pendapatan usahataninya lebih besar karena petani mempunyai pemikiran yang lebih maju agar usahatani padi sehat yang dilakukan lebih menguntungkan, tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, namun juga untuk dijual. 6. Pekerjaan Utama Pekerjaan utama berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat, namun tidak signifikan karena elastisitasnya hanya 0,115. Bila pekerjaan utama sebagai petani meningkat sebesar 100 persen maka total pendapatan padi sehat akan meningkat sebesar 11,5 persen. Hal ini berarti, dengan pekerjaan utama apapun, pelaku yang mengusahakan padi sehat dapat meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikarenakan responden yang menjadikan usahatani padi sehat sebagai pekerjaan sampingan, tetap dapat menghasilkan pendapatan usahatani padi sehat yang sama, bahkan lebih tinggi dari responden yang pekerjaan utamanya petani padi sehat. Berarti responden tersebut dapat mengatur usahatani padi sehat dengan baik tanpa harus secara langsung ke sawah setiap harinya. 7. Luas Lahan Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat pada taraf nyata 10 persen, dengan elastisitas 0,187. Berarti setiap kenaikan luas lahan sebesar 100 persen, maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 18,7 persen. Luas lahan yang dimaksud adalah seluruh lahan yang dikuasai petani, sawah maupun bukan. Dengan semakin luasnya lahan yang dikuasai, petani

mempunyai kemampuan untuk meningkatkan jumlah produksi padi sehat dengan menambah luas sawah padi sehat sehingga dapat meningkatkan total pendapatan usahatani padi sehatnya.