V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

III. METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni

III. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

II. TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kemiringan Lahan: 0-15%

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODOLOGI PENELITIAN

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT

VII. RENCANA KEUANGAN

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

III. METODE PENELITIAN

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN I.1

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Operasional produksi packing house yang sudah berjalan hingga saat ini. Analisis kelayakan operasional packing house

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

ANALISIS BIAYA PADA PRODUKSI TEH HITAM ORTHODOX DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN CISARUNI, GARUT JAWA BARAT SKRIPSI MOCHAMAD ARSYAD F

III KERANGKA PEMIKIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mulai. Dirancang bentuk alat. Digambar dan ditentukan ukuran alat. Dipilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. dirangkai alat.

ANALISIS PROFITABILITAS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis L) PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN BALONG/BEJI/KALITELO KABUPATEN JEPARA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PT Perkebunan Nusantara IV Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007 Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha RKAP: 5.

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I.1

AUDIT ENERGI PADA SISTEM PENGOLAHAN PUCUK TEH MENJADI TEH HITAM ORTHODOX DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN CISARUNI, GARUT JAWA BARAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM

V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

KELAYAKAN PERLUASAN AREAL KEBUN KELAPA SAWIT 1000 HEKTAR (PENANAMAN BARU) DI PT BIO NUSANTARA TEKNOLOGI

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

IV METODE PENELITIAN

Dessy Ayu Arisman Fatmala*, Dr. Ir. Arief RM Akbar, M.Si dan Alia Rahmi, S.TP, M. EngSc

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses

IV. METODE PENELITIAN

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman Luas areal tanaman menghasilkan seluas 1.030,705 ha dengan nilai Rp 14.758.966.827 dan sertifikat HGU senilai Rp 194.785.841. Tanaman menghasilkan milik Kebun Cisaruni diasumsikan masih memiliki nilai ekonomis 25 tahun sedangkan untuk sertifikat HGU masih memiliki nilai ekonomis 15 tahun. Kebun Cisaruni memiliki alat-alat untuk merawat tanaman yaitu 15 motor semprot senilai Rp 72.866.325 dan 2 mesin pemotong daun senilai Rp 67.980.000. Namun alat-alat tersebut masih dipakai meskipun sudah melewati umur ekonomis. Tabel 8. Rincian biaya perawatan tanaman per tahun No Uraian Rp/ha ha Nilai 1 Gaji pimpinan 117.400.000 2 Gaji pegawai non staf 129.151.069 3 Upah pengawas 23.656 1.030,705 24.382.367 4 Pemeliharaan jalan, saluran air & 90.341.019 teras 5 Penyiangan 827.988 1.030,705 853.411.364 6 Pemberantasan hama penyakit 646.939 1.030,705 666.802.908 7 Pemupukan 2.119.447 1.030,705 2.184.524.560 8 Pangkasan 168.268 1.030,705 173.434.348 9 Alat-alat dan perlengkapan 1.292.933 Jumlah 4.123.340.568 Biaya perawatan tanaman yaitu biaya-biaya yang dibutuhkan untuk merawat tanaman. Biaya perawatan tanaman meliputi gaji pimpinan, gaji pegawai non staf, upah pengawas, pemeliharaan jalan, saluran air dan teras, penyiangan, pemberantasan hama penyakit, pemupukan, pemangkasan, dan biaya untuk membeli alat dan perlengkapan. Untuk besar nilai biaya yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari tabel dapat dilihat biaya terbesar adalah untuk pemupukan yaitu sebesar Rp 2.184.524.560 per tahun. Setelah semua biaya perrawatan dijumlah didapat total biaya untuk perawatan adalah sebesar Rp 4.123.340.568 per tahun. 2. Biaya Panen Pemanenan merupakan kegiatan pemetikan daun/pucuk teh yang terdiri dari kuncup, ranting muda, dan daunnya. Kegiatan pemetikan selain bertujuan memungut hasil tanaman yang sesuai dengan tujuan pengolahan Pada proses panen dilakukan dengan cara manual menggunakan alat atau menggunakan tangan. Upah panen dibayarkan menurut hasil petikan yang didapat sebesar Rp 614 untuk setiap kg teh basah yang didapat. 28

Tabel 9. Rincian biaya panen per tahun No Uraian Rp/kg kg basah Nilai 1 Gaji non staf 225.521.025 2 Upah pengawas 79.249.271 3 Upah panen 614 8.716.901 5.349.244.801 4 Alat perlengkapan panen 91.834.200 Jumlah 5.745.849.297 Dari tabel diatas dapat dilihat biaya yang dibutuhkan untuk panen yaitu gaji non staf, upah pengawas, upah panen, dan biaya untuk perlengkapan panen. Biaya terbesar untuk panen adalah upah panen yaitu sebesar Rp 614 x 8.716.901 kg atau Rp 5.349.244.801. Setelah dijumlah semua biaya didapat total biaya panen yaitu Rp 5.745.849.297 per tahun. 3. Biaya Pengangkutan Biaya pengangkutan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen dari tiap afdeling dan untuk mengangkut bubuk teh yang sudah jadi. Di kebun Cisaruni proses pengangkutan hasil panen menggunakan truk untuk masing-masing besar blok dari tiap afdeling. Terdapat 5 truk yang dimiliki Kebun Cisaruni, truk-truk yang difungsikan sudah tidak memiliki nilai ekonomis lagi dengan nilai akhir sebesar Rp 174.390.000. Selain menggunkan truk milik sendiri, Kebun Cisaruni juga menyewa kendaraan dari pihak ketiga. Untuk rincian biaya pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rincian biaya pengangkutan per tahun No Uraian Rp/ton Ton basah Nilai 1 Biaya pengangkutan 63.124 8.717 550.246.249 2 Sewa kendaraan pihak ketiga 2.696 8.717 23.497.050 3 Upah bongkar muat lepas 11.241 8.717 97.986.882 Jumlah 671.730.181 Dari tabel dapat dilihat biaya pengangkutan yaitu berupa biaya angkut, sewa kendaraan pihak ketiga dan upah bongkar muat lepas. Total biaya pengangkutan adalah sebesar Rp 671.730.181. 4. Biaya Pengolahan Proses pengolahan teh hitam orthodox dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu pengolahan basah dan pengolahan kering. Proses pengolahan teh hitam tersebut sudah menggunakan alat dan mesin. Sedangkan tenaga manusia hanya diperlukan untuk mengontrol mesin dan memindahkan bubuk basah atau kering selama proses pengolahan berlangsung. Kecuali pada proses sortasi, tenaga manusia masih sangat banyak diperlukan untuk menjaga kualitas bubuk teh hitam orthodox. Tahap awal pada proses pengolahan adalah penerimaan bahan baku, yaitu penimbangan dengan menggunakan timbangan mekanis. Kemudian hasil penimbangan dicatat setelah itu diturunkan dengan bantuan monorail untuk mengangkut teh dari truk ke withering trough. Mesinsesin yang digunakan dalam proses ini sudah tidak ekonomis dengan nilai akhir untuk monorail Rp 21.760.977 dan 23 mesin withring trough dengan senilai Rp 170.766.045. Kemudian dilakukan proses penggulungan. 29

Pada proses penggulungan (rolling) menggunakan 5 mesin giling open top roller yang sudah tidak ekonomis dengan nilai Rp 210.707.710. Dengan adanya penggulungan, secara fisik daun yang sudah digulung akan memudahkan tergiling dalam proses penggilingan. Mesin penggilingan yang biasa dipakai dalam proses pengolahan teh hitam orthodox adalah press cap roller dan rotor vane. Nilai mesin-mesin yang digunakan dapat dillihat di Tabel 11. Tabel 11. Daftar mesin penggilingan No Nama Nilai Umur ekonomis Jumlah Nilai penyusutan/thn 1 Press Cup Roller 155.660.000-4 - 2 Press Cup Roller 315.000.000 10 1 28.350.000 3 rotor vane 104.396.567-4 4 Rotor vane 15 type end plate 193.683.743 10 1 17.431.537 Setelah digiling, daun teh kemudian difermentasi. Fermentasi atau proses oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxsidase. Hasil fermentasi kemudian akan dikeringkan. Proses pengeringan yang dilakukan di pabrik Cisaruni menggunakan mesin pengering jenis two stage dryer yang dilengkapi dengan trays konveyor. Prinsip kerja alat ini adalah mengalirkan udara panas yang masuk berlawanan arah dengan masuknya bubuk teh ke dalam dryer yang diperoleh dari heat exchanger yang diatur dengan bukaan valve. Mesin two stage drier/monarch yang dimiliki berjumlah 3 dengan nilai akhir Rp 242.864.609. Mesin pengering yang digunakan sudah melewati umur ekonomis. Setelah proses pengeringan selesai, hasilnya akan disortasi kemudian di-packing. Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 4. Total nilai investasi mesin dan perlengkapannya saat dilakukan penelitian adalah sebesar Rp 2.899.277.263. Mesin-mesin yang digunakan pabrik Cisaruni sebagian besar telah melewati nilai ekonomisnya, tetapi masih digunakan. Biaya-biaya yang digunakan dalam proses pengolahan yaitu gaji pimpinan, gaji karyawan, upah pengwas, upah pengolah basah, upah sortasi, upah anaisa, alat-alat perlengkapan pengolahan, bahan bakar, listrik dan biaya pengangkutan. Total biaya pengolahan adalah sebesar Rp 3.800.610.483. Untuk rincian dan ialai biaya proses pengolahan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rincian biaya pengolahan per tahun No Uraian Rp/satuan Nilai 1 Gaji pimpinan 34.597.000 2 Gaji karyawan 98.403.805 3 Upah pengawas 1.935.400 kg 10 19.790.643 4 Upah pengolah basah 1.935.400 kg 236 456.762.010 5 Upah sortasi 1.935.400 kg 107 206.352.788 6 Upah analisa 1.935.400 kg 22 42.421.104 7 Alat-alat Perlengkapan Pengolahan 119.965.573 8 Bahan bakar solar 133.476 lt 9.218 1.230.438.196 9 Kayu bakar 1.533.635 kg 425 651.361.090 10 BBCS 168.517 kg 768 129.478.627 30

11 BBTK 1.801 kg 605 1.089.605 12 Listrik PLTA/PLTD 87.523 kwh 2.977 260.526.645 13 Listrik PLN 827.425 kwh 680 562.577.931 14 Biaya pengangkutan 21.442.466 Jumlah 3.800.610.483 5. Biaya Pengepakan dan Penyimpanan Bubuk teh yang telah selesai disortasi kering kemudian dilakukan penimbangan dan dimasukan ke dalam peti miring untuk penyimpanan bubuk teh sementara sesuai masing-masing jenis teh tersebut dengan tujuan untuk menjaga kualitas teh hitam orthodox yang telah dihasilkan, yang selanjutnya akan dimasukan kedalam tea bulker dan dilakukan pengepakan. Tea bulker yang dimiliki Kebun Cisaruni telah melewati umur ekonomis dengan nilai akhir Rp 9.750.000. Biayabiaya yang dibutuhkan untuk proses pengepakan dan penyimpanan adalah gaji karyawan, upah karyawan, dan biaya untuk membeli bahan baku dan perlengkapan untuk pengepakan. Untuk rincian biayanya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rincian biaya biaya pengepakan dan penyimpanan per tahun No Uraian Jumlah Rp/kg Nilai 1 Gaji karyawan 8.164.569 2 Upah karyawan 1.935.400 kg 33 63.793.445 3 Bahan baku dan perlengkapan 740.764.479 Jumlah 812.722.493 6. Biaya Pemeliharaan Pabrik Pemeliharaan pabrik di Kebun Ciasaruni berupa pemeliharaan bangunan pabrik dan pemeliharaan mesin. Pemeliharaan pabrik diperlukan untuk menjaga alat-alat dan mesin-mesin agar berfungsi dengan baik. Biaya yang dibutuhkan untuk perawatan/pemeliharaan bangunan pabrik sebesar Rp 115.757.095 dan untuk pemeliharaan mesin sebesar Rp 671.966.404. Setelah ditotal jumlahnya adalah sebesar Rp 787.723.499 per tahun. Tabel 14. Biaya pemeliharaan pabrik per tahun No Uraian Nilai 1 Bangunan pabrik 115.757.095 2 Mesin pabrik 671.966.404 Jumlah 787.723.499 B. ANALISIS BIAYA POKOK Biaya pokok produksi teh didapat dari persamaan (2), yaitu biaya total produksi dibagi dengan produksi total. Diketahui biaya total produksi sebesar Rp 19.627.388.655 (Lampiran 9), sedangkan total produksi yaitu sebanyak 1.935.400 kg. Maka didapat besar biaya pokok produksi teh sebesar Rp 10.141/kg (Tabel 15). 31

Tabel 15. Perhitungan biaya pokok Uraian Nilai Biaya Tetap (Rp/tahun) 4.146.124.055 Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun) 15.480.736.053 Kapasitas Produksi (kg/tahun) 1.935.400 Biaya Pokok (Rp/kg) 10.141 Diketahui biaya pokok produksi teh yaitu Rp 10.141/kg, sedangkan harga jual teh ditetapkan sebesar Rp 14.720/kg. Dengan harga jual Rp 14.720/kg dan biaya pokok Rp 10.141/kg, maka perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 4.579 dari setiap penjualan per kg teh. C. ANALISIS TITIK IMPAS Dalam suatu industri, titik impas dapat dicapai pada saat perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Analisis titik impas perlu dihitung untuk mengetahui berapa jumlah minimal teh yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis titik impas dilakukan dengan menggunakan komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap per kg dan total produksi per tahun. Biaya tetap total yang dikeluarkan perusahaan tiap tahun untuk memproduksi teh adalah sebesar Rp 4.146.124.055 (Lampiran 9). Sedangkan biaya tidak tetap yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi teh adalah Rp 7.999 per kg (Lampiran 9). Tabel 16. Perhitungan titik impas Uraian Nilai Biaya Tetap (Rp/tahun) 4.146.124.055 Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun) 15.480.736.053 Harga Jual (Rp/kg) 14.720 Titik Impas (kg) 1.333.382 Dengan menggunakan persamaan (3), didapat nilai titik impas produksi teh adalah 1.333.382 kg. Jumlah tingkat produksi perusahaan (1.935.400 kg) ternyata lebih besar dari nilai titik impas yaitu sebesar 1.333.382 kg. Hal ini menunjukkan bahwa PTPN VIII Kebun Cisaruni selama periode tersebut berada pada posisi menguntungkan. D. ANALISIS KELAYAKAN Untuk menilai kelayakan suatu industri, dapat dilakukan dengan analisis kelayakan. Analisis kelayakan meliputi perhitungan nilai sekarang dan keuntungan bersih (NPV), tingkat bunga bank yang menyebabkan nilai penerimaan bersih sama dengan nol (IRR), serta perbandingan nilai manfaat dan biaya (Net B/C). Analisis kelayakan dilakukan dengan mengetahui besarnya biaya pengeluaran dan pendapatan dalam 10 tahun produksi. Data-data yang digunakan berupa biaya investasi dan tingkat bunga kredit yang berlaku sebesar 12 %. Biaya investasi meliputi tanaman menghasilkan, bangunan perusahaan, mesin dan perlengkapannya, jalan dan jembatan, alat pengangkutan, sertifikat HGU dan inventaris lainnya. 32

Besarnya nilai investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk usahanya sebesar Rp 19.755.126.726 (Lampiran 6). Perincian tentang besarnya biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 6. 1. Net Present Value Dengan menggunakan persamaan (4) didapat nilai NPV yang dihitung berdasarkan akumulasi selisih biaya dan manfaat dikalikan dengan discount factor sebesar 12%. NPV yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar Rp 33.245.363.263 (Lampiran 10) yang berarti, nilai NPV yang lebih besar dari nol menunjukkan bahwa usaha produksi teh ini secara mekanis layak untuk dikembangkan. Perhitungan nilai NPV disajikan pada Lampiran 10. 2. Internal Rate of Return Berdasarkan Lampiran 10 dengan menggunakan persamaan (5) nilai IRR dapat dihitung yaitu sebesar 44,7 %. Apabila dibandingkan dengan dengan besarnya discount factor yang digunakan sebesar 12%, maka nilai IRR masih berada di atas discount factor. Hal ini dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mengalami keuntungan, dengan demikian usaha produksi teh tersebut layak untuk dikembangkan. 3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Nilai Net B/C dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (6), nilai Net B/C yang didapat yaitu sebesar 1,254 (Lampiran 10). Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa dengan discount factor sebesar 12% perusahaan mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 1,254 pada setiap tambahan biaya sebesar Rp 1,00. Berdasarkan syarat dari kelayakan, nilai Net B/C tersebut menunjukkan bahwa usaha produksi teh tesebut menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan karena nilai Net B/C lebih besar dari 1. E. ANALISIS SENSITIVITAS Pada suatu usaha industri atau proyek, sering sekali terjadi kesalahan-kesalahan yang disebabkan karena adanya dua faktor yaitu faktor manusia dan faktor lingkungan, maka dari itu dalam hal ini sangat dibutuhkan suatu analisis sensitivitas. Faktor dari manusia biasanya karena manusia sering kali melakukan kesalahan dalam memperhitungkan segala sesuatunya, sedangkan untuk faktor lingkungan dikarenakan kemungkinan adannya kenaikan harga mendadak ketika suatu usaha atau proyek sedang dilaksanakan, faktor lingkungan seperti keadaan cuaca juga bisa berpengaruh terhadap tingkat produksi dalam suatu industri pertanian. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), dalam melakukan analisis sensitivitas, perhitungan yang telah dilakukan perlu diulang kembali dengan perubahan yang terjadi atau mungkin akan terjadi. Hal ini perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi pada waktu yang akan datang. Tabel 17. Hasil analisis sensitivitas penurunan harga Perubahan NPV IRR (%) Net B/C Penurunan harga 10 % 17.148.393.155 29,5 1,131 Penurunan harga 20 % 1.051.423.047 13,1 1,008 Penurunan harga 30 % -15.045.547.060-0,884 33

Analisis sensitivitas dilakukan untuk penurunan harga 10 %, didapatkan nilai NPV sebesar Rp 17.148.393.155, IRR 29,5 % dan Net B/C 1,131 (Lampiran 11) berati perusahaan masih layak untuk dikembangkan dengan penurunan harga 10 % dan masih dapat bertahan pada penurunan harga 20 % (lampiran 12), akan tetapi perusahaan tidak dapat bertahan pada penurunan harga 30 % (Lampiran 13). Untuk hasil analisis sensitivitasnya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 18. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tidak tetap Perubahan NPV IRR (%) Net B/C Kenaikan biaya tidak tetap 10% 24.498.103.488 36,6 1,176 Kenaikan biaya tidak tetap 20 15.750.843.712 27,9 1,106 Kenaikan biaya tidak tetap 30% 7.003.583.937 19,4 1,045 Analisis sensitivitas dilanjutkan dengan kemungkinan biaya tidak tetap 10%, sehingga didapat nilai NPV sebesar Rp 24.498.103.488, IRR 36,6 % dan Net B/C 1,176 (Lampiran 14), dari nilai tersebut dapat diketahui perusahaan mendapatkan nilai keuntungan yang menurun dengan kenaikan biaya tidak tetap 10%. Dengan kenaikan biaya tidak tetap 20% perusahaan mendapatkan nilai NPV sebesar Rp 15.750.843.712, IRR 27,9% dan Net B/C 1,106 (Lampiran 15) dan perusahaan masih dapat bertahan dengan kenaikan biaya tidak tetap sebesar 30%. Untuk hasil analisis sensitivitasnya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 19. Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan harga dan kenaikan biaya tidak tetap Perubahan NPV IRR (%) Net B/C Penurunan harga 10 % dan kenaikan biaya tidak tetap 10% Penurunan harga 10 % dan kenaikan biaya tidak tetap 20% 8.401.133.380 20,7 1,060-346.126.395 11,6 0,997 Selain itu dilakukan pula analisis sensitivitas untuk penurunan harga yang diikuti kenaikan biaya tidak tetap. Penurunan harga jual ditetapkan sebesar 10% sedangkan untuk kenaikan biaya tidak tetap yaitu sebesar 10% dan 20%. Dari perbandingan tersebut didapatkan nilai NPV sebesar Rp 8.401.133.380 (Lampiran 17) untuk kenikan biaya tidak tetap 10 % dan NPV sebesar Rp -346.126.395 (Lampiran 18) untuk kenaikan biaya tidak tetap 20 %, hal ini menunjukkan perusahaan tidak dapt bertahan pada penurunan harga 10 % yang diikuti kenaikan biaya tidak tetap 20%. Untuk hasil analisis sensitivitasnya dapat dilihat pada Tabel 19. Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas dapat terlihat bahwa kondisi pendugaan yang dilakukan, yaitu nilai NPV, IRR dan Net B/C masih berada di atas syarat kelayakan sehingga usaha layak untuk dikembangkan selama periode 10 tahun ke depan. 34