I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi atau diminati setelah air mineral, teh sebagai minuman dapat meningkatkan kesehatan manusia karena mengandung senyawa polyphenol yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Indonesia merupakan produsen terbesar yang menempati urutan keenam pada daftar teh global. Indonesia juga termasuk peminum teh terbesar dengan populasi konsumsi rata-rata sebesar pounds teh per orang per tahun. Bukan hanya peminum teh terbesar namun juga pertanian negara Indonesia yang merupakan komoditas ekspor yang penting, jumlah ekspor dari tahun ke tahun di Indonesia dapat dilihat pada Tabel I.1. Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia EKSPOR Berat Bersih (TON) 83, , , , ,589.2 Dalam Ribu US$ 144, , , , ,345.5 (Sumber: Badan Pusat Statistik) Di Indonesia, Jawa Barat merupakan salah satu wilayah budidaya teh yang menyumbang lebih dari dua pertiga dari output bangsa penjualan impor dan ekspor. Ekspor mencapai sekitar 65% dari produksi teh dan impor teh terdiri dari sekitar 25% dari konsumsi dalam negeri. Dengan kondisi ini, Indonesia membutuhkan beberapa investasi pada produksi teh karena permintaan yang tinggi. Salah satu perusahaan budidaya di Jawa Barat adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII yang bergerak di bidang budidaya tanaman, pengolahan/produksi, dan penjualan komoditi perkebunan teh. Selain komoditi teh, PTPN VIII juga memiliki komoditas non-teh, yaitu karet, kelapa sawit, kina, dan kakao. 1 Dengan permintaan yang tinggi, mendorong harapan pelanggan akan produk yang dihasilkan juga meningkat dalam segi kuantitas maupun kualitas, sehingga perlu adanya peningkatan dan konsistensi mutu pada hasil produksi agar kualitas teh 1 Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun

2 dapat lebih baik. Konsistensi mutu dapat dimulai dari pengolahan dan pemeliharaan, salah satu contohnya adalah pada saat pengangkutan pucuk basah teh ke pabrik. Pengangkutan pucuk basah teh perlu diperhatikan karena apabila pucuk basah teh dibiarkan terlalu lama di tempat terbuka dan terkena angin dan panas maka dapat mempengaruhi mutu pucuk basah teh tersebut. Pucuk basah teh yang lama terkena angin dan panas dapat menjadi layu atau kering sebelum mengalami pelayuan menggunakan withering trough di pabrik. Pucuk basah teh yang terlalu layu menghasilkan pelayuan yang kurang baik dan cepat menjadi bubuk (Departemen Teknik Pertanian, 2015). Pengangkutan pucuk basah teh dilakukan dari afdeling menuju pabrik dengan menggunakan truk. Afdeling adalah suatu bagian dari unit kebun yang memiliki luas areal tertentu. Pada PTPN VIII Rancabali terdapat 5 afdeling. Jarak untuk masing-masing afdeling ke pabrik berbeda-beda dan dapat dilihat pada Gambar I.1, bukan hanya jarak namun kondisi jalan juga berbeda, ada yang melalui jalan yang sudah diaspal karena merupakan jalur wisata namun ada juga jalan yang kurang bagus sehingga akan mempengaruhi waktu tempuh kendaraan pengangkut pucuk basah. Truk yang digunakan untuk melakukan proses pengangkutan pucuk basah teh memiliki batasan kapasitas yaitu sebesar 3 ton. Proses pengangkutan pucuk basah hingga sampai di pabrik dapat digambarkan sebagai berikut: pucuk yang telah dipetik kemudian ditimbang pada masing-masing afdeling, lalu dimasukkan kedalam truk untuk segera diantar ke pabrik. Pucukpucuk yang sudah datang di pabrik kemudian diangkut ke mesin pelayuan (withering trough) dengan menggunakan material handling monorail. Perusahaan menyamakan jam penimbangan pucuk teh basah di tiap afdeling yaitu jam pagi dan jam dengan gambaran sistem pengangkutan dapat dilihat pada Gambar I.1, dimana masing-masing truk akan melakukan pengangkutan di satu afdeling dengan jam keberangkatan yang sama yaitu jam dan jam Jumlah pucuk teh yang harus diangkut oleh truk dapat kurang atau dapat melebihi kapasitas truk. Apabila jumlah yang diangkut kurang, penggunaan kapasitas truk 2

3 tidak optimal, namun apabila jumlah yang harus diangkut melebihi kapasitas truk, maka ada pucuk yang tertinggal dan truk harus kembali lagi ke afdeling untuk mengangkut jumlah yang tertinggal tersebut. Dengan penggunaan kapasitas yang tidak optimal tersebut, total waktu pengangkutan hingga semua pucuk diangkut menjadi lama karena pucuk di tiap afdeling diangkut dengan truk yang sama dan tidak secara bergantian, sehingga dilakukan pengoptimalan kapasitas truk untuk proses pengangkutan. Setelah melakukan pengangkutan di masing-masing afdeling, kemudian truk kembali ke pabrik untuk melakukan proses unloading, namun truk dari masing-masing afdeling datang secara bersamaan di pabrik dan mengakibatkan adanya waktu tunggu dikarenakan masing-masing truk hanya mengangkut di afdeling yang sama dengan waktu yang bersamaan. CIBITU 10KM RANCASUNYI RANCABALI 2 3KM 6KM RANCABALI 1 4KM 6KM RANCABALI 3 PABRIK PTPN VIII RANCABALI Gambar I.1 Penerimaan Pucuk Teh di Pabrik Dengan adanya waktu tunggu pada proses unloading di sistem pengangkutan eksisting ini, mengakibatkan truk yang akan kembali ke afdeling untuk melakukan pengangkutan harus menunggu. Waktu tunggu yang terdapat pada proses unloading ini juga mengakibatkan pucuk basah teh menunggu di afdeling untuk diangkut, sedangkan pucuk yang telah dipetik harus segera diangkut ke pabrik dan tidak boleh terkena panas selama 3 jam karena dapat berpengaruh pada kesegaran atau mutu pucuk teh. Waktu kerja untuk pengangkutan adalah 8 jam, apabila terdapat waktu tunggu pada saat unloading maka pengangkutan dapat selesai melebihi waktu kerja yang telah ditentukan tersebut, sehingga dilakukan usulan perancangan rute agar 3

4 kedatangan truk ke pabrik untuk melakukan proses unloading tidak secara bersamaan dan meningkatkan utilitas kendaraan dimana utilitas kendaraan terdiri atas utilitas kapasitas dan utilitas waktu. Utilitas kapasitas ditingkatkan agar beban yang diangkut masing-masing truk dapat merata dan kapasitas truk untuk pengangkutan optimal, sedangkan utilitas waktu dipertimbangkan agar optimal namun tidak melebihi jam kerja yang telah ditentukan. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan penulis maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan rancangan rute pengangkutan pucuk basah teh sehingga dapat mengurangi waktu tunggu pucuk dan meningkatkan penggunaan kapasitas kendaraan? 2. Berapakah utilitas kendaraan pengangkutan pucuk basah teh sebelum dilakukan perancangan rute dengan sesudah dilakukan perancangan rute? I.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan rute pengangkutan pucuk basah teh sehingga dapat mengurangi waktu tunggu pucuk dan penggunaan kapasitas kendaraan meningkat. 2. Untuk mengetahui perbedaan utilitas pengangkutan pucuk basah teh yang dihasilkan sebelum dan sesudah dilakukan perancangan rute. I.4 Batasan Penelitian Agar dapat menghasilkan penelitian yang terfokus pada tujuan penelitian, maka terdapat batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian menggunakan data hasil pengamatan dan data tertulis yang didapat dari perusahaan. 2. Penelitian hanya pada transportasi pengiriman pucuk teh dari masing-masing afdeling ke pabrik dengan jumlah sebanyak 5 afdeling. 4

5 3. Penelitian ini menggunakan asumsi bahwa data demand telah diketahui sebelumnya. 4. Penelitian ini hanya untuk evaluasi dari sistem eksisting perusahaan tanpa ada peramalan untuk tahun-tahun selanjutnya. 5. Penelitian hanya pada tahap usulan tidak sampai pada tahap implementasi. I.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah sistem pengangkutan pucuk basah teh dari masing-masing afdeling ke pabrik PTPN VIII dengan memberikan informasi mengenai perencanaan dan perancangan aktivitas pengangkutan pucuk dengan pembentukan rute agar sesuai dengan kebutuhan pengangkutan sehingga tidak ada keterlambatan dalam pengangkutan pucuk basah teh dan juga mengoptimalkan penggunaan kapasitas kendaraan. I.6 Sistematika Penulisan Penulisan ini berdasarkan sistem penulisan sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang dalam permasalahan di PTPN VIII selain itu juga terdapat perumusan masalah dari latar belakang yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian, batasan-batasan penelitian, manfaat penelitian dan juga sistematika penulisan penelitian ini. LANDASAN TEORI Pada bab ini berisikan teori-teori atau literatur yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Teori yang diuraikan pada bab ini mengenai teori antrian, penjadwalan dan penugasan. METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisikan metode penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan menjelaskan langkah-langkah dari penelitian secara rinci. 5

6 BAB IV BAB V BAB VI PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisikan data-data yang dikumpulkan untuk mendukung penelitian baik data primer maupun data sekunder untuk pemecahan masalah. Data-data tersebut akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang berguna dalam merancang usulan perbaikan. ANALISIS Pada bab ini berisikan analisis dari usulan perbaikan yang telah dirancang. Analisis mencakupi analisis penjadwalan usulan serta antrian setelah adanya usulan, serta kekurangan dariusulan yang diberikan. KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran untuk penelitian selanjutnya. 6