Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERCEPATAN ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI MADURA (STUDI KASUS PADA KELOMPOK TERNAK BAROKAH)

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

6. Keputusan Menteri Riset, Teknotogi dan Pendidikan Tinggi Nomor 138lMlKpllY120j5 tentang Pengangkatan Rektor lt5 Masa Jabatan ;

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

Praktikum Perilaku Konsumen

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah

Dewi Eka Wahyu Nurcahyo, M Munandar Sulaeman, Didin Supriat Tasripin

Kampus ITS Sukolilo-Surabaya Telp : , , (Hunting) Fax :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK SAPI BALI DALAM PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1, Hastang 1, M.

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan

BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER

ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pengertian Komunikasi Inovasi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia

DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

,'Z.^' \t. I /-' r1-:,j\-:. - r:' '\_ NOMOR 72 TAHUN 2OO9 NOMOR 8 TAHUN 2OO9 TENTANG ALOIGSI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

ADOPSI INOVASI PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP PUPUK KOMPOS BIOTRIKOM DI DESA RANTAU BAIS KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

: a. bahwa sebagai tindak [anjut atas Peraturan Menteri Riset,

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman,

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

THE IMPLEMENTATION PROCESS

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012, hlm 23-28

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi

Analisis Peran Komunikasi Anggota Kelompok dalam Jaringan Komunikasi. Analyze The Influence of Farmers Affection on Adoption of Innovation

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

HASIL DAN PEMBAHASAN

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Kondisi peternakan di KADTBB SU sudah menjadi bagian dari kehidupan dan tidak terpisahkan dari sistem pertanian, walaupun masih bersifat tradisional d

yang dibutuhkan. Angka sumbangan ini sebenarnya sudah menurun dibandingkan tahun 1998 sebesar 84% (BPS, 2002). Konsekuensinya, Pemerintah membuka kera

Modul ke: Opinion Leader. Fakultas ILKOM. Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

;3. TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KETUA DAN SEKRETARIS PROGRAM STUDI DI LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMEER TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

penduduknya mengkonsumsi protein hewani yang berkisar antara gram/kapita/tahun. Bita ditinjau lebih jauh, rendahnya konsumsi protein hewani terl

Analisis tingkat adopsi Inseminasi Buatan oleh peternak sapi Bali di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI MANUSIA DENGAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA CHART

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Jaringan Komunikasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

Transkripsi:

"OPINION LEADER" PERANANNYA DALAM PROSES ADOPSI TEKNOLOGI IB TERNAK SAPI MADURA Jauhari Efendy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peranan opinion leader dalam proses adopsi teknologi inseminasi buatan (18) ternak sapt Madura. Pengambilan data dilaksanakon di Desa Manding Selatan Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah surval deskriptif. Jumlah responden sebanyak 51 orang. Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive melalui metode Sampling Intact System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opinion leader merupakan salah satu status fungsional dalam sistem sosial yang memiliki peran penting berkaitan dengan penyebarluasan teknologi ke dalam sistem sosial. Opinion leader memiliki hubungan sosial lebih luas dart pada anggota sistem sosial lainnya, bersifat kosmopolit, lebih sering terdedah dengan media massa, mengadakan perjalanan ke luar daerah, serta lebih sering berinteraksi dengan agen pembaharu, sehingga lebih terbuka terhadap masuknya ide-fde baru. Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi teknologi IB pada ternak sapt Madura akan sangat membantu tugos seorang agen pembaharu. Ada duo keuntungan yang diperoleh agen pembaharu dengan memanfaatkan peran opinion leader. Pertama, ketika fde-ide yang berkaitan dengan teknologi IB sampal kepada opinion leader akan lebih cepat tersebar kepada anggota khalayak sasaran (peternak sap!) dan kedua, melindungi teknologi yang akan diintroduksikan (18) dart tentangan yang mungkin timbul dart dalam sistem sosial itu sendiri. Kata kunci : Opinion leader, 18, kecepatan adopsi inovasi, kosmopolit. PENDAHULUAN ~erkembangan dan kema juan sektor pertanian saat ini tidak terlepas dart berkembangnya * dunia teknotogi usahatani atau inovasi dengan penemuan-penemuan barunya balk berupa gagasan, tindakan, atau barang-barang yang dianggap baru. Hampir setiap saat teknotogi baru (di bidang pertanian) dihasilkan oleh berbagai pihak maupun lembaga-lembaga riset dalam rangka merubah kondisi pertanian yang bersifat sub sistem dan tradisional menjadi sistem usahatani komersial. Namun dalam kenyataannya menyebarkan teknologi usahatani sampai diterapkannya teknotogi tersebut oteh pengguna (petani) tidaklah semudah proses penciptaannya. Tidak sedikit usaha-usaha pembangunan maupun penyebaran ide-ide baru gagal dan kandas di tengah jalan. Inovasi tersebut tidak berhasil diadopsi karena berbagai alasan diantaranya betum ditemukannya format yang tepat dan terbukti efektif dalam proses penyebarannya. Hat ini menunjukkan bahwa mengkomunikasikan ide-ide baru untuk dapat diterima dan diterapkan oleh pengguna (petani) secara memuaskan ternyata bukan sesuatu hat yang mudah dan sederhana metainkan serba rumit. Teknotogi inseminasi buatan (IB) telah diperkenalkan di Indonesia pada permulaan tahun 1950-an. Namun penerapan secara metuas tanpa perencanaan yang matang dan petaksanaan program yang tidak tepat dan sistematis telah menyebabkan lebih banyak kegagalan dari pada keberhasilan selama 20 tahun sejarah perkembangan di negeri ini (Atmaditaga et al., 1974). Berbagai konsekuensi di atas tentunya telah merugikan berbagai pihak seperti : organisasi/institusi, petaksana operasional, keyakinan terhadap teknotogi yang diperkenalkan, dan bahkan terhadap program pembangunan pemerintah. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan dalam program adopsi inovasi teknologi IB tidak dapat dicapai hanya dengan bantuan material dan biaya dari pemerintah tetapi harus ditunjang pula oleh adanya sating pengertian antara calon adopter dengan petugas serta pengetahuan dan keterampilan semua pihak yang berkecimpung dalam percepatan proses adopsi inovasi teknologi IB (Toelihere, 1985). Prosiding Peternakan 2006 211

Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut tersebar ke dalam sistem sosial dan mempengaruhinya (Hanafi, 1987). Faktor yang penting diperhatikan dalam upaya mendiseminasikan suatu inovasi adalah seberapa besar inovasi tersebut mampu memberikan perubahan lebih balk dari teknologi yang digantikannya. Suatu inovasi yang secara signifikan mampu memberikan keuntungan yang relatif besar akan lebih mudah diadopsi. Demikian juga teknologi yang simpel dan mudah dalam penerapannya akan lebih disukai oleh para pengguna (petani) yang secara umum kondisi tingkat pendidikan dan pengetahuannya rendah. Keterlibatan berbagai pihak balk yang secara langsung maupun tidak langsung bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam proses adopsi inovasi memegang peran penting dalam penyebaran inovasi ke dalam sistem sosial. Agen pembaharu (PPL) dan tokoh masyarakat (pemuka pendapat/opinion leader) diharapkan sebagai motor penggerak diterima dan diterapkannya suatu teknologi oleh sistem sosial. Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi inovasi karena mereka memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain (anggota sistem masyarakat) agar bertindak dan bersikap menurut cara-cara tertentu. Mungkin para opinion leader tersebut menduduki jabatan formal, akan tetapi pengaruh itu berlaku secara informal. Timbulnya pengaruh dari seorang opinion leader bukan ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi format, melainkan karena kemampuan dan hubungan antar pribadi dengan anggota masyarakat (Rogers, 1995). METODOLOGI Pengambilan data dilaksanakan di Desa Manding Selatan Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah surval deskriptif. Sampel yang digunakan sebanyak 51 orang peternak sapi Madura yang tergabung dalam Kelompok Peternak Sapi Madura "Barokah". Prosedur pemilihan sampel ditakukan dengan teknik purposive melalui metode Sampling Intact System (Rogers and Kincaids, 1981). Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden maupun dengan tokoh kunci (PPL Peternakan). Penentuan anggota sistem sosial sebagai opinion leader dilakukan melalui pendekatan teknis sosiometri. Teknik ini merupakan alat ukur yang paling valid untuk menentukan siapa saja pemuka pendapat (opinion leader) datam suatu sistem sosial sesuai dengan pandangan para pengikutnya. Metode sosiometri dapat dilakukan dengan cara menanyakan anggotaanggota sistem sosial dengan siapa biasanya mereka meminta nasehat, pendapat, maupun masukan, serta saran-saran berkaitan dengan teknologi inseminasi buatan (IB) (Hanafi, 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Beternak sapi bagi sebagian besar masyarakat Desa Manding Selatan merupakan bentuk usaha yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena berkaitan dengan aktivitas usahatani yaitu sebagai ternak kerja pengolah lahan pertanian. Disamping itu beternak sapi menjadi salah satu bentuk usahatani yang sudah membudaya dari generasi ke generasi dimana daerah ini merupakan salah satu sentra pengembangan ternak sapi Madura di Kabupaten Sumenep. TeknologilB bagi masyarakat peternak sapi di Desa Manding Selatan bukanlah sesuatu yang benar-benar baru. Beberapa diantaranya bahkan sudah banyak yang mengenal dan memahami teknologi ini tetapi hanya sampai pada tingkatan kognitif (pengetahuan). Hat ini karena mengintroduksikan inovasi IB sampai diadopsinya teknologi tersebut secara memuaskan membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Soekartawi (1988) menjelaskan tentang pengadopsian inovasi dalam suatu sistem sosial dibutuhkan jangka waktu tertentu. Dimensi waktu 2 1 2 Jauhart Efendy

terlihat pada proses pengambilan keputusan inovasi, kecepatan adopsi inovasi datam sistem sosiat, serta keinovatifan individu terhadap inovasi. Profit dan Karakteristik Opinon Leader Metatui pendekatan teknis sosiometri diperoteh data bahwa dari 51 anggota sistem sosiat (peternak sapi Madura) terdapat empat orang yang termasuk datam kategori opinion leader. Pemitihan keempat orang tersebut sebagai opinion leader didasarkan atas kenyataan bahwa mereka lebih banyak dipitih oteh anggota sistem sosial sebagai pihak yang banyak dihubungi untuk diminta informasi dan pendapatnya sehubungan dengan penerapan teknotogi IB dibanding dengan rata-rata anggota sistem sosiat tainnya. Tabel 1. Data sosiometri interaksi sosial petemak sapi Madura No. No. responden yang dihubungi Rata-rata interaksi sosial : 3,4 orang * : opinion leader Jumlah anggota sistem sosiat yang menghubungi responden tersebut (orang) Status datam sistem sosial 1. 1' 18 Ketua ketompok, inseminator 2. 2 12 Pengurus ketompok 3. 3 3 Pengurus ketompok 4. 7 1 Pengurus kelompok 5. 8 1-6. 9* 10 7. 11 3 8. 12 1 9. 13 2 10. 15 3 11. 16 1 12. 20 1 13. 21 3 14. 22 2 15. 23 1 16. 24 4 17. 26 2 18. 27 2 19. 29 2 20. 30 2 21. 31 4-22. 39' 13 Pengurus kelompok 23. 40 3-24. 41 1 25. 42 1 26. 46 1 27. 47 2-28. 48 1 29. 49 1 30. 50 1 Responden no. 1 merupakan salah satu anggota sistem sosiat yang paling banyak dikenat dan dihubungi oleh anggota sistem sosial. Berdasarkan data yang ditunjukkan Tabel 1, dari keempat opinion leader terlihat bahwa yang bersangkutan mendapatkan sejumlah besar pitihan atau dihubungi oleh anggota sistem sosial untuk mendapatkan informasi tentang teknologi IB dengan jumlah terbanyak. Hat ini karena responden tersebut selain berkedudukan sebagai ketua kelompok (Ketompok Peternak Sapi Madura "Barokah ") juga petugas inseminasi (inseminator) dan sekaligus aparat desa (kepata dusun) yang disegani oleh masyarakat setempat. Status sebagai inseminator memungkinkan dirinya untuk setatu berinteraksi balk dengan masyarakat peternak sapi maupun pihak lain yang berkompeten datam proses adopsi inovasi IB. Dart data pitihan sosiometri diketahui bahwa responden ini memiliki sifat kosmopolit yang cukup balk, sehingga terbuka terhadap informasi dan teknologi yang diperkenatkan kepadanya. Menurut berbagai sumber diperoteh informasi bahwa yang bersangkutan setatu menjadi pioner dan memberi contoh datam setiap upaya pengembangan teknotogi pertanian (inovasi). Prosiding Peternakan 2006 2 1 3

Opinion leader lainnya (responden no. 2 dan 39) mendapatkan sejumlah besar pilihan untuk diminta informasi dan saran-sarannya tentang penerapan teknotogi IB sehubungan dengan status dirinya yang dianggap sebagai peternak maju dan kedudukannya yang cukup tinggi datam sistem sosiat masyarakat (aparat desa). Dalam berbagai kesempatan mereka senantiasa diminta nasehat-nasehatnya oleh sebagian anggota sistem sosial dalam menyetesaikan berbagai kasus terutama ketika terjadi perselisihan antar warga. Sebagai peternak maju pengetahuannya tentang teknologi IB yang diperoleh dari pengatamannya beternak sapi sangat membantu anggota sistem sosial datam memberikan pengertian dan pemahaman sehingga membantu proses pengambilan keputusan untuk menerima dan selanjutnya mengadopsi teknologi IB. Sementara itu responden no. 9 dijadikan sebagai opinion leader oleh anggota sistem sosial karena salah satu ternak sapi yang dimiliki terpilih sebagai juara pertama dalam "Kontes Sapi" tingkat propinsi. Prestasi yang dicapai tetah menjadikan dirinya sebagai tempat rujukan dan bertanya bagi sebagian anggota sistem sosial untuk mendapatkan berbagai informasi yang berguna dalam tatalaksana pemeliharaan ternak sapi khususnya yang berkaitan dengan teknik pemilihan induk (sapi betina). Kerjasama Agen Pembaharu dengan Opinion Leader Mengintroduksikan teknologi IB sampai diadopsinya teknotogi tersebut ternyata bukan suatu proses yang mudah. Bahkan ketika teknologi IB telah dapat diterima oleh sebagian masyarakat sasaran (peternak sapi) perkembangannya berjalan sangat lambat dan tidak menutup kemungkinan berhenti di tengah jalan sebetum teknologi tersebut diadopsi secara luas. Penyebaran inovasi ke masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan sistem sosial merupakan suatu usaha yang kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagatannya. Keberadaan seorang agen pembaharu (dalam hat in! PPL Peternakan) merupakan ujung tombak keberhasilan dalam proses difusi inovasi teknotogi IB pada ternak sapi Madura. Namun apabila mengabaikan keterlibatan pihak lain (seperti tokoh masyarakat) mengakibatkan upaya sosialisasi teknologi IB akan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya di tingkat masyarakat pengguna (peternak sap!). Hat ini mengingat penerapan teknologi IB sangat berkaitan dengan berbagai macam aspek, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Aspek teknis dalam penerapan teknologi IB pada ternak sapi berkaitan dengan prosedur pelaksanaan inseminasi. Memberikan pemahaman aspek teknis kepada calon pengguna (peternak sapi) membutuhkan intensitas Interaksi cukup tinggi antara petugas (inseminator) dengan masyarakat pengguna (peternak sapi). Kendala yang bersifat sosiat-keagamaan juga menjadi faktor penghambat yang seringkati dihadapi dalam kaitannya dengan proses adopsi inovasi IB. Banyak kalangan tokoh agama (Islam) meragukan boteh tidaknya teknologi tersebut diterapkan. Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi inovasi IB akan sangat membantu tugas seorang agen pembaharu dimana biasanya waktu dan tenaga yang dimitiki sangat terbatas, sedangkan lingkup wilayah dan jangkauan sasaran yang akan dicapai begitu luas. Keberadaan dan peran yang diberikan oleh para opinion leader dalam proses sosialisasi teknotogi IB dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya dari seorang agen pembaharu. Memanfaatkan peran dan tenaga opinion leader berarti agen pembaharu tidak perlu lagi menghubungi semua anggota sistem sosiat satu per satu. Hat ini karena setetah ide-ide yang berkaitan dengan teknologi IB sampai kepada opinion leader akan lebih cepat tersebar kepada anggota khalayak sasaran. Efektivitas tugas seorang agen pembaharu dengan melibatkan peran opinion leader tidak saja memudahkan intensitas komunikasi antara petugas (inseminator) dengan masyarakat 2 1 4 Jauhari Efendy

sasaran (peternak sapi) tetapi juga dapat melindungi teknologi yang akan diintroduksikan (IB) dari tentangan yang mungkin timbul dari dalam sistem sosial itu sendiri. Dalam hat ini peran yang diberikan oleh opinion leader adalah mengadakan pendekatan dengan para tokoh agama (kyai dan ulama) agar mendapatkan dukungan pada saat teknologi IB diterapkan di tingkat masyarakat peternak. KESIMPULAN Opinion leader adalah derajat dimana seorang anggota sistem sosial mempunyal pengaruh terhadap individu lain dalam mengubah sikap dan perilaku secara informal. Identifikasi peranan seseorang sebagai opinion leader dalam suatu sistem sosial dapat diukur dari banyaknya jumlah anggota sistem sosial yang mengadakan interaksi dengan individu tersebut dibanding dengan rata-rata interaksi anggota sistem sosial lainnya. Sehubungan dengan proses adopsi inovasi teknologi IB pada ternak sapi Madura maka pemanfaatan peran dan keberadaan opinon leader dapat membantu keberhasilan tingkat adopsi inovasi. Hat ini karena setelah ide-ide tersebut (teknologi IB) sampai kepada opinion leader maka dengan segera disebarkan kepada anggota sistem sosial lainnya. DAFTAR PUSTAKA Atmadilaga, D; D. Suharto ; M.R. Toelihere ; M.A. Dasuki ; M. Harimurti ; dan A. Adnan. 1974. Evaluasi hasil keglatan Inseminast Buatan (IB) pada saps di Jawa (1972-1974). Direktorat Pengembangan Produksi Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Hanafi, A. 1987. Memasyarakatkan ide-ide baru. Usaha Nasional. Surabaya. Rogers, E.M. 1995. Diffusion of Innovation-fourth edition. The Free Press. New York. Rogers, E.M. and L. Kincaids. 1981. Communication network. The Free Press. New York. Soekartawi. 1988. Prinsip dasar komunikasi pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi reprodukst pada ternak. Angkasa. Bandung. Prosiding Peternakan 2006 2 1 5