PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PROSPEK PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PEMBIBITAN SAPI BALI DI LAHAN MARGINAL UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SAPI BAKALAN DI NUSA TENGGARA BARAT

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KAMBING MENDUKUNG AGRIBISNIS DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PEDESAAN DI NUSA TENGGARA BARAT

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

PANDUAN. Mendukung. Penyusun : Sasongko WR. Penyunting : Tanda Panjaitan Achmad Muzani

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak bawah pengawasan pemiliknya. Peran ternak domba di lokasi tersebut

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

MEMILIH BAKALAN SAPI BALI

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PANEN HUJAN UNTUK PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TERBATAS DI SULAWESI SELATAN

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

LUMBUNG PAKAN RUMINANSIA. Bernadete Barek Koten 1), Lilo J.M. Ch. Kalelado 1) dan Redempta Wea 1)

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI INTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN JERUK KEPROK SOE DI DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA KABUPATEN TTS

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

POTENSI SUMBERDAYA TERNAK KERBAU DI NUSA TENGGARA BARAT

PERKEMBANGAN PENGGEMUKAN SAPI BALI MELALUI PENDEKATAN KANDANG KOLEKTIF DI KECAMATAN INSANA, KABUPATEN TTU

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

DAMPAK PEMELIHARAAN TERNAK DI KAWASAN PANTAI UTARA KABUPATEN TTU TERHADAP KELESTARIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

STABILISASI HARGA PANGAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PELUANG KELEMBAGAAN KANDANG KOLEKTIF SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEMBIBITAN SAPI BALI DI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II)

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

PROFIL DAN PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI SAPI POTONG DI KALIMANTAN SELATAN

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Dicetak : 19-Sep-2013

BERITA RESMI STATISTIK

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (BUNGIN, 2003), dan kuantitatif, data dianalisa secara deskriptif (

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2012)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

POTENSI PETERNAKAN SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DAGING SAPI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

POLA PENGEMBANGAN TERNAK DAN UPAYA PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN KERING DI NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut seca

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

POTENSI DAN PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PAKAN SAPI DI LAHAN KERING KAWASAN BLITAR SELATAN JAWA TIMUR

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Transkripsi:

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT A. MUZANI dan MASHUR Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, PO Box 1017, Mataram ABSTRAK Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah pemasok ternak sapi bagi propinsi lainnya di Indonesia. Bahkan di era tahun 1960-1970 mampu mengekspor sapi potong ke Hongkong dan Singapura. Permintaan sapi dari NTB, baik untuk konsumsi lokal maupun antar pulau, berupa sapi potong maupun bibit terus meningkat. Peningkatan permintaan apabila tidak disertai dengan upaya peningkatan populasi dan mutu sapi akan terjadi penurasan ternak. Untuk itulah upaya pengembangan sapi potong di daerah ini terus dilakukan oleh pemerintah dan diharapkan ke depan pihak swasta lebih banyak berperan. Upaya yang telah dilakukan ini kiranya dapat lebih dioptimalkan dengan memberdayakan semua potensi yang ada. Pengembangan ternak potong secara ekstensif diarahkan ke Pulau Sumbawa karena memiliki lahan pengembalaan cukup luas dan pengembangan secara intensif diarahkan ke Pulau Lombok. Kedua pola ini didukung oleh sumberdaya manusia yang relatrif memadai yaitu petani yang berpengalaman, petugas dan teknologi tepat guna cukup tersedia yang apabila diterapkan secara benar dan massal dapat meningkatkan ketersediaan sapi sesuai permintaan pasar. Kata kunci: Prospek, pengembangan, sapi potong PENDAHULUAN Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah pemasok ternak sapi bagi propinsi lainnya di Indonesia. Tahun 1960-1970 mampu mengekspor sapi potong ke Hongkong dan Singapura. Permintaan sapi dari NTB, baik untuk konsumsi lokal maupun antar pulau terus meningkat. Laju permintaan yang terus meningkat diduga telah melebihi kemampuan produksi sehingga cenderung terjadi penurunan populasi ternak sapi sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Penurunan populasi selain disebabkan oleh tingginya permintaan pasar juga disebabkan oleh sistem pemeliharaan sapi yang masih sederhana sehingga potensi biologis belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengimbangi laju permintaan yang ada. Untuk menekan laju penurunan populasi sapi, pemerintah NTB pada tahun 2001 membatasi pengeluaran sapi potong, di lain pihak mendorong pengeluaran sapi bibit mengingat permintaan pasar lokal maupun eksport cukup besar dan harga sapi bibit relatif lebih mahal. Pengeluaran bibit sapi Bali terus mengalami peningkatan yaitu 2.729 ekor pada tahun 2001 dan 5.564 pada tahun 2003. Menurut laporan Dinas Peternakan, pada tahun 2004 telah disetujui pengiriman bibit sapi Bali sebanyak 4.420 ekor dari potensi yang dimiliki sekitar 18.500 ekor. POTENSI PENGEMBANGAN Berdasarkan kondisi lahan yang tersedia dan luas pemilikannya, maka sistem beternak sapi potong di NTB digolongkan menjadi dua yaitu (1) Pemeliharaan secara extensif tradisional yaitu dilepas di padang pengembala. Cara ini berkembang di Pulau Sumbawa dan (2) Pemeliharaan secara dikandangkan dengan sistem pemberian pakan Cut and Carry. Cara ini berkembang di Pulau Lombok. Sistem extensif Pengembangan ternak potong secara extensif/digembalakan diarahkan ke Pulau Sumbawa karena memiliki lahan pengembalaan cukup luas. Kebiasaan petani di Pulau Sumbawa melepas begitu saja ternak sapinya di hutan belukar, semak-semak, padang rumput dan padang alang-alang yang cukup luas (Tabel 2). 161

Tabel 1. Perkembangan populasi sapi di Propinsi NTB dari tahun 1998 2003 Uraian Tahun (ekor) 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Populasi 429.847 374.970 376.970 375.751 406.938 419.569 Pemotongan 33.845 42.748 40.723 34.321 32.271 29.453 Pengeluaran 22.705 27.143 20.608 19.639 20.005 11.050 Sumber: Dinas Peternakan NTB diolah Tabel 2. Luas lahan pengembalaan di Pulau Sumbawa menurut jenis penggunaan (Ha) tahun 2001 Jenis penggunaan Kabupaten/Kota Sumbawa Dompu Bima Jumlah Hutan belukar 196.277,612 39.291,000 102.451,657 338.020,269 Semak 39.836,190 16.546,950 45.393,530 101.776,67 Rumput 15.793,780 14.812,030 29.503,520 60.109,33 Padang alang-alang 660.205 213,000 1.392,288 2.265.493 Jumlah 252.567,790 70.862,98 178.740,99 503.356,053 Sumber: KANWIL BPN PROPINSI NTB, 2001 dalam BAPPEDA PROPINSI NTB, 2002 Potensi padang pengembalaan yang cukup luas ini akan efektif jika dikelola secara baik dengan menerapkan prinsip manajemen padang penggembalaan. Nilai pengembalaan alam dan seberapa baik ternak yang digembalakan akan tumbuh dan berkembang bergantung pada kualitas dari hijauan pada suatu padang rumput. SUTARYONO dan PARTRIDGE (2002) melaporkan bahwa ternak yang merumput pada padang rumput akan memperoleh kenaikan berat badan hanya sekitar 70 90 kg setiap tahun, disebabkan karena rendahnya kualitas atau kuantitas pakan selama musim kering. Rendahnya kenaikan berat badan memberi pengaruh pada kesuburan/rendahnya angka kelahiran dan tingginya angka kematian. Selanjutnya dikatakan bahwa padang rumput pada banyak lokasi berada dalam keadaan terancam, sebagian besar disebabkan karena invasi gulma berkayu. Uuntuk Pulau Sumbawa terutama bagian pantai utara, tinggi rumputnya sedang, musim kemarau panas, tanah vulkanis dengan tingkat pengembalaan ringan. Jenis ternak yang digembalakan terdiri atas sapi, kerbau dan kuda dengan jumlah sekitar 366.352 ekor atau sekitar 221.500 STD (Setara Ternak Dewasa). Hal ini berarti bahwa stocking rate (laju ternak) baru mencapai 1 ternak (STD) per 1,7 ha padang pengembalaan. Tiga jenis ternak di Pulau Sumbawa yang dipelihara dengan sistem gembala yaitu kuda, sapi dan kerbau jumlahnya cukup banyak (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah ternak, kuda, sapi dan kerbau di Pulau Sumbawa tahun 2003 Jenis ternak Kabupaten/Kota Sumbawa Dompu Bima Jumlah Kuda 36.052 6.152 9.748 51.952 Sapi 90.645 13.296 30.300 134.241 Kerbau 81.112 39.400 59.647 180.159 Jumlah 207.809 58.848 99.695 366.352 Sumber: BPS PROPINSI NTB (2003) 162

Sistem kandang kumpul Pengembangan ternak sapi potong dengan sistem dikandangkan diarahkan di Pulau Lombok dengan pertimbangan lahan pengembalaan kurang tersedia, pertanian tanaman pangan cukup intensif, pemilikan lahan sempit, cukup banyak tedapat kandang kumpul. Keberadaan kandang kumpul di Pulau Lombok informasinya beragam. Ada yang mengatakan sudah ada sejak zaman dahulu atau turun-temurun seperti informasi yang diperoleh dari sebagian besar petani di daerah Lombok bagian selatan. Namun demikian seperti yang dilaporkan oleh MUZANI et al., 2003 bahwa keberadaan kandang kumpul dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu didirikan pada masa sebelum tahun 1980, masa tahun 1980 2000 dan setelah tahun 2000. Sebagian besar kandang kumpul yang ada saat ini didirikan periode masa tahun 1980 2000. Tujuan didirikan kandang kumpul tidak saja karena alasan keamanan seperti yang menjadi alasan pokok awal berdirinya kandang kumpul, tetapi sudah lebih luas lagi tujuan dan perannya yaitu menjaga kebersihan lingkungan, memudahkan pemeliharaan dan sebagai sumber pupuk organik (pupuk kandang) dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. DIWYANTO dan HARYANTO (2001) dalam SOEKARDONO (2002) melaporkan bahwa sekitar 40% dari peningkatan pendapatan petani dengan sistem integrasi tanaman ternak berasal dari pupuk organik yang dihasilkan ternak. Adapun jumlah kandang kumpul yang ada di Pulau Lombok belum diketahui secara pasti, namun jika dianalogikan dengan jumlah kelompok tani ternak sapi, maka jumlahnya sekitar 434 BUAH (DINAS PETERNAKAN PROPINSI NTB, 2001) dengan jumlah ternak antara 18 354 ekor/kandang kumpul (MUZANI et al., 2003). Produksi biomas limbah pertanian Produksi biomas limbah pertanian sangat terkait dengan pola tanam yang ada. Pola tanam yang ada di Pulau Lombok adalah padi padi-palawija di lahan berpengairan teknisdibagian tengah Pulau Lombok, padipalawija-padi didaerah berpengairan teknis dibagian utara (Gambar 1) dan padi-palawijabera di lahan tadah hujan (Gambar 2). Umumnya petani menanam varietas padi IR 64, Widas dan Memberamo (2003). Jenis palawija berupa jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang tuggal, kedelai, ubi jalar, ubi kayu. Pola Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Tanam Padi Palawija/Padi Padi/Palawija MT I MT II MT III Gambar 1. Pola tanam tanaman pangan pada lahan sawah irigasi (2003) Pola Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Tanam Padi Palawija Bera MT I MT II MT III Gambar 2. Pola tanam tanaman pangan pada lahan sawah tadah hujan (2003) 163

Komoditi Tabel 4. Luas panen dan produksi biomas tanaman pangan di Lombok, 2001 Luas panen (ha) Rata-rata hasil BK limbah (ton/ha) Produksi BK pakan (ton) Padi 184.342 3,86 711.560 (85) Jagung 12.186 2,09 25.469 (3) Kacang tanah 17.312 1,90 *) 37.048 (4) Kacang hijau 8.188 1,59 15.557 (20 Kedelai 30.081 47.829 (6) Jumlah 252.109 837.463 (100) BK = Bahan kering PANJAITAN dan WIRAJASWADI (2003) Tabel 5. Sumber dan jenis pakan hijauan yang diberikan pada sapi penggemukan dan pembibitan di Lombok Responden (%) Musim/jenis pakan Sawah irigasi Tadah hujan Asal Penggemukan Pembibitan Penggemukan Pembibitan MT I Rumput alam 50,25 46,25 62,0 64,25 1,2,3 Turi 4,0 2,75 6,0 12,75 1 Jerami padi 1,75 5,75 11,0 6,25 1 Rumput Gajah 6,25 8,50 0,0 5,25 1 Daun-daunan 14,00 13,0 20,0 6,75 1 Batang pisang 12,00 10,0 11,0 4,75 1 Batang daun kelapa 11,75 10,0 0,0 0,0 1 Gamal 0,0 3,75 1,0 0,0 1 MT II Rumput alam 48,00 47,25 48,50 65,25 1,2,3 Turi 12,50 3,75 15,00 13,75 1 Jerami padi 5,25 11,50 13,50 4,75 1 Jerami kedelai 5,25 5,0 12,50 2,50 1 Rumput Gajah 6,25 9,50 0,00 4,25 1 Daun-daunan 10,25 13,0 10,50 8,75 1 Batang pisang 12,50 10,0 0,00 0,75 1 Gamal 0,0 0,0 0,0 0,0 1 MT III Rumput alam 44,25 36,0 41,50 40,75 1,2,3,4 Turi 1,75 2,50 18,50 16,75 1 Jerami jagung 15,25 10,0 1,50 1,0 1 Daun-daunan 16,25 11,0 12,00 14,50 1 Batang pisang 12,0 11,25 11,50 0,0 1 Jerami kacang tanah 10,50 4,5 5,00 0,0 1 Jerami padi 0,0 7,25 10,0 5,50 1 Batang daun kelapa 0,0 3,25 0,0 11,50 1 Gamal 0,0 6,50 0,0 0,0 1 Rumput Gajah 0,0 7,75 0,0 0,0 1 1 = Lahan sendiri 2 = Lahan petani lain dalam desa 3 = Lahan umum dalam daerah 4 = Lahan umum luar desa Sumber: MUZANI et al. (2003) 164

Luas panen padi, kacang tanah, jagung, kacang hijau dan kedelai di Pulau Lombok tahun 2001 berturut-turut, 184.342 ha, 17.312 ha, 12.186 ha, 81.888 ha dan 30.081 ha. Dari data ini dapat diestimasi produksi biomas tanaman pangan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak di Pulau Lombok sebagaimana disajikan dalam Tabel 4. Potensi biomas terbesar (85%) adalah jerami padi, sedangkan limbah tanaman jagung, kacang tanah, kacang hijau dan kedelai secara kumulatif relatif kecil (15%), namun demikian pakan utama yang diberikan kepada ternak sapi, baik sapi penggemukan maupun pembibitan pada agro ekosistem sawah irigasi dan tadah hujan adalah rumput (Tabel 5). Rata-rata hasil rumput alam di Pulau Lombok adalah 534,58 kg Bahan kering/ha, tertinggi pada bulan April (2.910 kg BK/ha) dan terendah pada bulan Oktober (470 kg Bk/ha) atau total produksi sebanyak 6.415 kg BK/ha/tahun (NULIK dan BAMUALIM, 1998). Kalau dikalkulasi dengan kebutuhan pakan sebanyak 5,8 kg BK/ekor4/hari untuk sapi dewasa, maka rumput alam dapat memenuhi kebutuhan tiga ekor sapi/ha. Daya tampung sapi di Pulau Lombok berdasarkan potensi biomas sepanjang tahun cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Daya tampung ternak sapi pada daerah lahan sawah irigasi di Lombok, 2001 Musim tanam Produksi biomas (ton BK) Pemanfaatan (ST/4 bl) I 330.720,94 475.174 II 312.660,00 449.224 III 126.452,64 181.685 Jumlah 769.833,58 Tabel 7. Daya tampung ternak sapi pada daerah lahan sawah tadah hujan di Pulau Lombok, 2001 Musim tanam Produksi biomas (ton BK) Pemanfaatan (ST/4 bl) I 52.739,18 49.688 II 19.777,68 18.634 Jumlah 72.516,86 DUKUNGAN TEKNOLOGI Untuk meningkatkan kinerja biologis sapi, ada 4 komponen teknologi yang diterapkan secara terpadu yaitu: 1. Penggunaan pejantan sapi Bali unggul lokal dengan sasaran perbaikan tingkat kebuntingan, perbaikan pertumbuhan dan perbaikan mutu genetis sapi. 2. Penerapan kalender perkawinan dengan sasaran agar anak lahir pada kondisi pakan baik dan cukup tersedia. 3. Penerapan saat penyapihan yang tepat dengan sasaran mempertahankan kesuburan dan kesehatan induk serta mengurangi kebutuhan pakan di musim kemarau. 4. Perbaikan manajemen pakan dengan sasaran perbaikan ketersediaan pakan dan perbaikan kualitas pakan. Dengan menerapkan teknologi ini diperoleh hasil yang cukup memuaskan seperti disajikan pada Tabel 8. Potensi perbaikan produksi berdasarkan kondisi ternak sapi yang ada di NTB disajikan pada Tabel 9. Tabel 8. Data reproduksi hasil litkaji dibandingkan cara petani pada Kelompok Tani Teknologi Kelahiran (%) Jarak beranak (bl) Kematian (%) Berat lahir (kg) Berat sapih (kg) Petani 51,7 16 15 12,7 83,92 ± 5,9 Introduksi 80,0 11,9 8 16,9 88,00 ± 11,8 Keunggulan/perbaikan 28,3 4,1 7 4,2 4,08 Ket 165

Tabel 9. Potensi perbaikan produksi sapi di ntb dengan menerapkan teknologi sistem produksi secara terpadu Katagori Teknologi petani Teknologi introduksi Keunggulan Jumlah induk (ekor) 153.197 153.197 - Lahir (ekor) 79.203 112.558 43.355 Mati (ekor) 11.880 9.805 2.076 Hidup (sapih 180 hari) 67.322 112.753 45.341 Volume (kg) 5.655.083 9.922.263 4.267.180 Untuk usaha penggemukan berbagai teknologi penggemukan yang dapat diterapkan seperti: penggunaan Urea Molases Mineral Block (UMMB), Urea Mineral Block (UMB), pemanfaatan priobiotik, pemanfaatan ransum sederhana dari bahan limbah pertanian yang cukup banyak tersedia di NTB. PENUTUP 1. Propinsi NTB merupakan salah satu daerah gudang ternak sapi potong yang masih memiliki banyak peluang untuk pengembangannya. 2. Dua sistem pengembangan yang disarankan yaitu sitem ekstensif di Pulau Sumbawa dan Sistem dikandangkan di Pulau Lombok. Pengembangan sapi potong di NTB sangat prospektif dan optimis dapat berhasil karena didukung oleh: tersedianya padang pengembalaan yang cukup luas di Pulau Sumbawa, tersdianya kandang kumpul di Pulau Lombok, daya tampung ternak cukup tinggi, teknologi tersedia dan pasar bagi sapi Bali yang berasal dari NTB sangat besar. DAFTAR PUSTAKA BPS NTB. 2003. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka, 2003. DINAS PETERNAKAN PROPINSI NTB. 2001. Laporan Tahunan 2001. MUZANI, A., MASHUR, W.R. SASONGKO, Y. GELI BULU, A. SAUKI, A. WILDAN dan A. ISMAIL. 2003. Laporan Survey Kandang Kumpul dan Prospek Pengembangan Agribisnis Sapi di Pulau Lombok NTB. BPTP NTB 2003. MUZANI A, Y. GELI BULU, K. PUSPADI DAN T.S. PANJAITAN. 2004. Potensi Pakan Dalam Sistem Integrasi Tanaman Ternak di Lombok NTB. Pros. Lokakarya Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman Ternak. Badan Litbang Pertanian. NULIK, J. dan A. BAMUALIM. 1998. Pakan Ruminansia Besar di Nusa Tenggara Kerjasama BPTP Naibonat NTT dengan Eastern Island Veterinary Services Project. SOEKARDONO. 2002. Integrasi Tanaman Ternak (Crop Livestock System) Dalam Rangka Menuju Pertanian Berkelanjutan. Pros. Seminar Nasional Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna. Mataram, 20 21 Nopember 2002. Hlm. 139-147. 166