Analisis Pengaruh Ion Cd(II) Pada Penentuan Ion Fe(II) dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK

Analisis Perbandingan Pengaruh Campuran ION Cu 2+ dan Ni 2+ pada Penentuan Kadar Fe sebagai Fe(II)-Fenantrolin

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Oleh: Novita Sari Pembimbing: Drs. R. Djarot S.K.S., M.S

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

Pebandingan Metode Analisa Kadar Besi antara Serimetri dan Spektrofotometer UV-Vis dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin

Studi Gangguan Krom (III) pada Analisa Besi dengan Pengompleks 1,10-fenantrolin pada ph 4,5 secara Spektrofotometri UV-Tampak

Studi Gangguan Krom (III) pada Analisa Besi dengan Pengompleks 1,10-fenantrolin pada ph 4,5 secara Spektrofotometri UV-Tampak

Studi Gangguan Cu2+ pada Analisa Besi(III) dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin pada ph 3,5 secara SpektrofotomeTRI UV-Vis

Ferry Riyanto Harisman Powerpoint Templates Page 1

Studi Gangguan Mg(II) dalam Analisa Besi(II) dengan Pengompleks O-fenantrolin Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis

Prosiding Tugas Akhir Semester Genap 2011/2012

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

ANALISIS GANGGUAN KALSIUM PADA BESI DENGAN KONDISI PH 4,5 MENGGUNAKAN PENGOMPLEKS 1,10- FENANTROLIN SECARA SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) ( X Print) C-1

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) C-11

PENGOMPLEKS BATHOFENANTROLIN PADA PENENTUAN KADAR BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

Studi Gangguan Mg(II) dalam Analisa Besi(II) dengan Pengompleks O-fenantrolin Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA. PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

3 Metodologi Penelitian

Prosiding Tugas Akhir Semester Genap

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PENGARUH Co(II) PADA ANALISIS BESI(III) DENGAN PENGOMPLEKS 1,10- FENANTROLIN PADA ph 3,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR. Disusun oleh. Sucilia Indah Putri Kelompok 2

Pengaruh Waktu Penggilingan Terhadap Kadar Zat Besi dalam Ampas Sari Kedelai Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2.

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

OPTIMASI PENGUKURAN BESI DENGAN PEREAKSI TIOSIANAT DAN 1,10- FENANTROLIN SERTA GANGGUAN BEBERAPA ION SECARASPEKTROFOMETRI SINAR TAMPAK

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

Transkripsi:

JURAL SAIS DA SEI ITS Vol.6, o.1, (217) 2337-352 (231-928X Print) C-5 Analisis Pengaruh Ion Cd(II) Pada Penentuan Ion Fe(II) dengan Pengompleks 1,1- Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis inda Aprilita Rachmasari dan R. Djarot Sugiarso K.S Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh opember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 Indonesia e-mail: djarot@chem.its.ac.id Abstrak Penelitian tentang analisis pengaruh ion Cd(II) pada penentuan Fe 3+ dengan pengompleks 1,1-fenantrolin, telah dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kompleks Fe(III) memiliki panjang gelombang maksimum 32 nm dengan absorbansi sebesar,285. Kompleks ion pengganggu, Cd(II) mempunyai panjang gelombang maksimum 316 nm dengan absorbansi,297. Koefisien korelasi (r) diperoleh pada kurva kalibrasi sebesar,9991 dengan persamaan y =,116x,6. Hasil menunjukkan bahwa Cd (II) mulai mengganggu analisis Besi pada konsentrasi,6 ppm. Dengan % recovery 121.574 %. Kata Kunci Fe 3+ ; 1,1-; Cd 2+ ; Spektrofotometer UV-Vis. S I. PEDAHULUA EYAWA kompleks merupakan gabungan antara ion logam dan ligan, dimana ligan akan mendonorkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam. Pada senyawa kompleks, logam pusatnya memiliki bilangan oksida nol dan positif, yang biasanya memiliki orbital kosong seperti logam-logam transisi sehingga dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Sedangkan ligannya dapat bermuatan netral atau negatif, yang kemudian memberi atau mendonorkan pasangan elektron bebas kepada logam pusatnya [1]. Logam pusat pada senyawa kompleks seperti besi merupakan suatu logam pada deret transisi pertama yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligannya. Besi memiliki nomor atom 26 dengan konfigurasi 3d 6 4s 2. Besi merupakan unsur keempat terbesar yang ada pada kerak bumi. Dalam bentuk padatan besi berwarna abu-abu. Dalam bentuk cairan, besi dapat teroksidasi dari Fe 2+ menjadi Fe 3+ [2]. amun yang paling banyak ditemui adalah Fe 3+ karena sifatnya yang lebih stabil. Ligan dapat mendonorkan pasangan elektron bebas pada besi seperti 1,1-fenantrolin. Ketika ligan tersebut memberikan pasangan elektron bebas pada atom pusat besi, maka dapat membentuk Fe(III) fenantrolin yang stabil. Pada beberapa penelitihan, digunakan Fe 2+ karena dapat membentuk kompleks dengan fenantrolin yang stabil pada rentang waktu dua jam, tetapi harus direduksi dahulu menggunakan agen pereduksi dari Fe 3+. Sedangkan Fe 3+ stabil hanya pada rentang waktu 2 menit. amun pada penelitian kali ini tidak perlu menggunakan agen pereduksi, karena besi yang digunakan adalah Fe 3+. Kompleks Fe(III) fenantrolin dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 3-38 nm dengan warna pengompleks merah gelap. Berdasarkan penelitihan terdahulu oleh [3], Fe(III) fenantrolin memiliki panjang gelombang maksimum 36 nm dengan ph optimum 3,5 dan stabil hanya pada waktu 2 menit. Karena setelah 2 menit akan mengalami perubahan sifat menjadi tidak stabil lagi. Analisis Fe 3+ dengan pengompleks fenantrolin ini dapat diganggu oleh beberapa ion logam yang lainnya seperti Co 2+ (ina Anjarsari, 215) dan Ag + (Sisca Dianawati, 213). amun pada penelitian kali ini akan digunakan ion logam Cd 2+. Dan akan diamati kondisi optimum Besi(III) fenantrolin ketika diberi pengganggu ion logam Cd 2+. Ion Cd 2+ atau Kadmium merupakan kristal putih-perak yang memiliki nomer atom 48. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah [4]. Keberadaan Kadmium sebagai ion logam pengganggu yang diberikan kepada Fe(III) fenantrolin, dimungkinkan dapat mengganggu kestabilan pada kompleks Fe(III) fenantrolin [5]. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kadmium dapat mengganggu kestabilan besi pada baterai. Kandungan kadmium di dalam komposisi baterai mengganggu kestabilan besi yang ada pada baterai, sehingga menyebabkan besi lebih mudah berkarat [6]. A. II. URAIA PEELITIA Pembuatan Larutan Stok Fe(III) 1 ppm Serbuk FeCl 3.6H 2 O ditimbang sebanyak,484 gram ke dalam gelas beker 1 ml, lalu ditambahkan aqua DM secukupnya, dan dipindahkan ke dalam labu ukur 1 ml. Larutan tersebut diencerkan sampai tanda batas sambil dikocok agar homogen. B. Pembuatan Larutan Stok Cd(II) 1 ppm Serbuk CdCl 2 ditimbang sebanyak,163 gram ke dalam botol timbang, lalu ditambahkan aqua DM secukupnya, dan diaduk hingga larut kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 1 ml. Larutan tersebut diencerkan sampai tanda batas sambil dikocok agar homogen.

JURAL SAIS DA SEI ITS Vol.6, o.1, (217) 2337-352 (231-928X Print) C-6 C. Pembuatan Larutan Buffer 1,1-1 ppm Larutan 1,1-fenantrolin 1 ppm, dibuat dengan cara ditimbang,1 gram serbuk 1,1-fenantrolin, kemudian dilarutkan dengan aqua DM panas secukupnya, ditunggu larutan hingga suhunya sama dengan suhu ruang, lalu diencerkan hingga volume 1 ml dan dikocok sampai homogen. D. Pembuatan Larutan Buffer Asetat ph 3,5 atrium asetat trihidrat (CH 3 COOa.3H 2 O) ditimbang sebanyak,3972 gram, lalu ditambah dengan asam asetat (CH 3 COOH) sebanyak 5 ml, kemudian diencerkan dengan aqua DM dalam labu ukur volume 5 ml, dan dikocok sampai homogen. E. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Fe(III) fenantrolin Penentuan panjang gelombang maksimum Fe(III) fenantrolin ditentukan dengan cara, diambil,5 ml larutan Fe(III) 1 ppm, lalu dimasukkan dalam labu ukur 1 ml, kemudian ditambahkan dengan 1,5 ml larutan 1,1-fenantrolin 1 ppm; 1 ml buffer asetat ph 3,5 dan 5 ml aseton. Campuran tersebut ditambahkan aqua DM hingga volume 1 ml, dikocok hingga homogen dan didiamkan selama 5 menit. Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 3-75 nm dengan rentang 1 nm. Tiap prosedur, diulang sebanyak 3 kali. Panjang gelombang maksimum, ditentukan dengan absorbansi maksimum yang telah diperoleh. F. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Cd(II) fenantrolin Penentuan panjang gelombang maksimum Cd(II) fenantrolin ditentukan dengan cara, diambil,5 ml larutan Cd(II) 1 ppm, lalu dimasukkan dalam labu ukur 1 ml, kemudian ditambahkan dengan 1,5 ml larutan 1,1-fenantrolin 1 ppm; 1 ml buffer asetat ph 3,5 dan 5 ml aseton. Campuran tersebut ditambahkan aqua DM hingga volume 1 ml, dikocok hingga homogen dan didiamkan selama 5 menit. Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 3-75 nm dengan rentang 1 nm. Tiap prosedur, diulang sebanyak 3 kali. Panjang gelombang maksimum, ditentukan dengan absorbansi maksimum yang telah diperoleh. G. Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi(III) Larutan Fe(III) 1 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 1 ml, masing-masing,1 ml;,2 ml;,3 ml;,4 ml dan,5 ml. Selanjutnya, ditambahkan 1,5 ml larutan 1,1-fenantrolin 1 ppm; 1 ml buffer asetat ph 3,5 dan 5 ml aseton. Campuran tersebut diencerkan menggunakan aqua DM hingga tanda batas, lalu dikocok sampai homogen, dan didiamkan selama 5 menit. diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh. Masing-masing prosedur diulang sebanyak dua kali. Data yang diperoleh dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi terhadap absorbansi, kemudian ditentukan kemiringannya (slope). H. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium(II) Larutan Kadmium (II) 1 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 1 ml, masing-masing,1 ml;,2 ml;,3 ml;,4 ml dan,5 ml. Selanjutnya, ditambahkan 1,5 ml larutan 1,1-fenantrolin 1 ppm; 1 ml buffer asetat ph 3,5 dan 5 ml aseton. Campuran tersebut diencerkan menggunakan aqua DM hingga tanda batas, lalu dikocok sampai homogen, dan didiamkan selama 5 menit. diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh. Masing-masing prosedur diulang sebanyak dua kali. Data yang diperoleh dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi terhadap absorbansi, kemudian ditentukan kemiringannya (slope). I. Analisis Gangguan Kadmium(II) terhadap Besi(III) Analisis gangguan kadmium(ii) terhadab Besi(III) dapat ditentukan dengan cara, diambil,5 ml larutan Fe(III) 1 ppm, lalu dimasukkan dalam labu ukur 1 ml, kemudian ditambahkan dengan,5 ml kadmium, 1,5 ml larutan 1,1-fenantrolin 1 ppm; 1 ml buffer asetat ph 3,5 dan 5 ml aseton. Campuran tersebut ditambahkan aqua DM hingga volume 1 ml, dikocok hingga homogen dan didiamkan selama 5 menit. Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 3-75 nm dengan rentang 1 nm. J. Pengaruh Cd(II) pada Kondisi ph 3,5 Larutan Fe(III) 1 ppm masing-masing dipipet sebanyak,5 ml kedalam masing-masing 6 labu ukur 1 ml, kemudian larutan kadmium(ii) 1 ppm ditambahkan sebanyak,1 ml;,2 ml;,3 ml;,4 ml;,5 ml;,6 ml;,7 ml;,8 ml;,9 ml serta,1 ml pada masing-masing tabung, da nada 1 tabung yang tidak ditambahkan dengan kadmium(ii) 1 ppm. Selanjutnya, ditambahkan 1,5 ml larutan 1,1- fenantrolin 1 ppm; 1 ml buffer asetat ph 3,5 dan 5 ml aseton. Campuran tersebut diencerkan dengan aqua DM hingga 1 ml, kemudian dikocok sampai homogen dan didiamkan selama 5 menit. nya diukur pada panjang gelombang maksimum. Masing-masing prosedur diulangi sebanyak tiga kali. K. Pembuatan Blanko Blanko dibuat dengan mencampurkan 1,5 ml larutan 1,1-fenantrolin 1 ppm; 1 ml buffer asetat ph 3,5 dan 5 ml aseton, kemudian campuran tersebut diencerkan dengan aqua DM hingga 1 ml dan dikocok sampai homogen. A. III. HASIL DA PEMBAHASA Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kompleks Fe(III) fenantrolin Panjang gelombang maksimum kompleks Besi(III) dapat ditentukan dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang maksimum merupakan, panjang gelombang pada absorbansi tertinggi yang didapat dari hasil analisis menggunakan spektrofotemeter UV-Vis. harus berada pada rentang,2,8 [7]. Senyawa orto fenantrolin dengan rumus molekul C 12 H 8 2 dapat bereaksi dengan beberapa jenis logam. Besi (ferum) merupakan salah satu logam yang dapat

JURAL SAIS DA SEI ITS Vol.6, o.1, (217) 2337-352 (231-928X Print) C-7 direaksikan dengan orto fenantrolin membentuk kompleks besi(iii) fenantrolin [8]. Yang mana dapat ditentukan secara spektrofotometer UV-Vis melalui reaksi sebagai berikut : Fe 3+ (aq)+3 C 12 H 8 2 (aq) Fe (C 3+ 12H 8 2 ) 3 (aq) Pengompleks orto fenantrolin, aseton dan larutan buffer asetat ph 3,5 ditambahkan pada larutan Besi(III). Digunakan Buffer asetat dengan ph 3,5 yang merupakan ph optimum untuk pembentukan senyawa kompleks. Aseton ditambahkan untuk memperbesar kelarutan senyawa kompleks[9]. Dilakukan pendiaman larutan kompleks selama 5 menit untuk pelarutan secara merata. Perlakuan yang diberikan pada larutan kompleks tidak boleh lebih dari 2 menit, karena kestabilan ion Fe 3+ hanya pada kurun waktu 2 menit saja [5]. Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 3-75 nm digunakan untuk mengukur panjang gelombang maksimum dari larutan kompleks. Digunakan blanko yang berupa semua bahan yang dipakai untuk pembuatan larutan kompleks, kecuali Fe(III). Selanjutnya, dibuat kurva panjang gelombang maksimum yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Panjang Gelombang maksimum Fe(III) interval 4 nm Gambar 1 dilihat bahwa, absorbansi maksimal berada pada panjang gelombang 315-325 nm dengan interval 4 nm. Untuk mengetahui panjang gelombang pada absorbansi maksimum, maka interval diubah menjadi 1 nm. Dan didapatkan kurva seperti pada Gambar 2. Panjang Gelombang Maksimum Fe(III) 5.15.1.5 3 34 38 42 46 5 54 58 62 66 7 74 Panjang Gelombang Maksimum Fe (III) 9 85 8 75 7 316 317 318 319 32 321 322 323 324 325 326 Gambar 2. Grafik Panjang Gelombang Maksimum Fe(III) interval 1 nm Gambar 2 dapat dilihat bahwa, panjang gelombang maksimum kompleks Besi(III) adalah 32 nm dengan absorbansi tertinggi yaitu,285. Besi merupakan logam transisi dengan konfigurasi electron dan hibridisasi sebagai berikut : Konfigurasi : 26Fe : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 4s 2 3d 6 26Fe : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 3d 6 4s 2 26Fe 3+ : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 3d 5 4s Besi dikomplekskan dengan fenantrolin membentuk kompleks Besi(III) dengan hibridisasi sp 3 d 2 yang memiliki bentuk geometri oktahedral seperti pada Gambar 3. Gambar 3. Struktur Oktahedral Fe(III) B. Penenentuan Panjang Gelombang Maksimum Cd (II) fenantrolin Panjang gelombang maksimum kompleks Kadmium(II) juga dapat ditentukan dengan alat spektrofotometer UV-Vis. yang didapat, juga harus berada pada rentang,2,8 seperti Besi(III). Cd (Kadmium) merupakan salah satu logam yang dapat direaksikan dengan orto fenantrolin membentuk kompleks Kadmium(II) fenantrolin [8]. Yang mana dapat ditentukan secara spektrofotometer UV-Vis melalui reaksi sebagai berikut : Cd 2+ (aq) + 2 C 12 H 8 2 (aq) Cd (C 2+ 12H 8 2 ) 2 (aq) Diberikan perlakuan yang sama dengan penentuan panjang gelombang maksimum Besi(III). Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 3-75 nm, juga digunakan untuk mengukur panjang gelombang maksimum dari larutan kompleks. Digunakan blanko yang berupa semua bahan yang dipakai untuk pembuatan larutan kompleks, kecuali Cd(II). Selanjutnya, dibuat kurva panjang gelombang maksimum yang ditunjukkan pada Gambar 4. Panjang Gelombang Maksimum Kadmium (II).4.1 3 34 38 42 46 5 54 58 62 66 7 74 -.1 Gambar 4. Grafik Panjang Gelombang Maksimum Cd(II) interval 4 nm Gambar 4. dilihat bahwa, absorbansi maksimal berada pada panjang gelombang 31-32 nm dengan interval 4 nm. Untuk mengetahui panjang gelombang pada absorbansi maksimum, maka interval diubah menjadi 1 nm. Didapatkan kurva seperti pada Gambar 5. Hibridisasi : Besi(III)

JURAL SAIS DA SEI ITS Vol.6, o.1, (217) 2337-352 (231-928X Print) C-8 Panjang Gelombang Maksimum Kadmium (II) Grafik Kurva Standart 9 8 7 31 311 312 313 314 315 316 317 318 319 32.4 y =.116x -.6 R² =.9991 1 2 3 4 5 Konsentrasi (ppm) Gambar 5. Grafik Panjang Gelombang Maksimum Cd(II) Interval 1 nm Gambar 5 dapat dilihat bahwa, panjang gelombang maksimum kompleks Kadmium(II) adalah 316 nm dengan absorbansi tertinggi yaitu,297. Kadmium merupakan logam dengan konfigurasi electron dan hibridisasi sebagai berikut : Konfigurasi : 48Cd : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 4s 2 3d 1 4p 6 5s 2 4d 1 48Cd : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 3d 1 4s 2 4p 6 4d 1 5s 2 48Cd 2+ : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 3d 1 4s 2 4p 6 4d 1 5s Hibridisasi : Kadmium(II) Kadmium dikomplekskan dengan fenantrolin membentuk Kadmium(II) dengan hibridisasi sp 3 yang memiliki bentuk geometri tetrahedral seperti pada Gambar 6. Gambar 6. Struktur Tetrahedral Cd(II) C. Cd Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi(III) Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansi kompleks Besi(III) pada panjang gelombang maksimum (32 nm). Digunakan variasi konsentrasi Fe 3+ 1,2,3,4 dan 5 ppm.data absorbansi yang didapat pada masing masing konsentrasi Ferum adalah seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil absorbansi Besi(III) pada panjang gelombang maksimum Konsentrasi (ppm) 1.18 2.197 3 96 4.49 5.511 Dibuat grafik kurva standart dari data absorbansi pada masing masing konsentrasi yang didapat. Yang mana sumbu x adalah konsentrasi dan sumbu y adalah absorbansi. Grafik kurva standart dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Grafik Kurva Standart Kurva standart dibuat sebagai standart dalam penentuan analisis gangguan Kadmium(II) terhada Besi(III). Dari kurva standart, didapat hasil regresi sebesar y=,116x,6 dengan nilai regresi r 2 =,9991. ilai regresi ini menunjukkan adanya korelasi yang erat antara absorbansi dengan konsentrasi. Karena memiliki nilai regresi,994 < r 2 < 1 [7]. D. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium(II) Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansi kompleks Kadmium(II) pada panjang gelombang maksimum (316 nm). Digunakan variasi konsentrasi Cd 2+ 1,2,3,4 dan 5 ppm. Adapun data absorbansi yang didapat pada masing masing konsentrasi Kadmium adalah seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil absorbansi Besi(III) pada panjang gelombang maksimum Konsentrasi (ppm) 1.144 2 62 3 76 4.487 5.598 Dibuat grafik kurva standart dari data absorbansi pada masing masing konsentrasi yang didapat. Yang mana sumbu x adalah konsentrasi dan sumbu y adalah absorbansi. Grafik kurva standart dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Grafik Kurva Standart Cd (II) Dari kurva standart, didapat hasil regresi sebesar y =,1181x +,16 dengan nilai regresi r 2 =,9977. ilai regresi ini menunjukkan adanya korelasi yang erat antara absorbansi dengan konsentrasi. E. Grafik Kurva Standart Cd (II).8.6.4 y =.1181x +.16 R² =.9977 1 2 3 4 5 6 Konsentrasi (ppm) Analisis Gangguan Kadmium(II) terhadap Besi(III) Berdasarkan data yang telah didapat pada sub bab A dan B, maka dapat dilakukan analisis mengenai ada dan tidaknya gangguan yang diberikan oleh ion Cd 2+ kepada Fe 3+. Hal ini dapat dilakukan dengan menggabungkan

JURAL SAIS DA SEI ITS Vol.6, o.1, (217) 2337-352 (231-928X Print) C-9 grafik pada Gambar 1 dan 4, seperti pada Gambar 9 berikut. Gambar 9. Grafik Analisis Gangguan Kadmium(II) terhadap Besi(III) Grafik diatas merupakan grafik penggabungan dari grafik panjang gelombang maksimum besi(iii) dengan kadmium(ii) yang mana masing masing memiliki konsentrasi 5 ppm, dengan penambahan fenantrolin masing masing 15 ppm sebagai pengompleks. Dapat dilihat adanya perpotongan garis antara Besi dan Kadmium. Menandakan adanya gangguan yang diberikan oleh kadmium kepada besi. Kemungkinan adanya gangguan pada konsentrasi kecil, karena grafik saling berpotongan (Wang, 215). Untuk gambar lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada Gambar 1 dengan interval 1 nm. Yang mana, pada grafik menunjukkan ada nya perpotongan pada panjang gelombang maksimum, yaitu sekitar 32..4.1 3 34 38 42 46 5 54 58 62 66 7 74 -.1.4.1 Gambar 1. Grafik Analisis Gangguan Kadmium(II) terhadap Besi(III) Interval 1 nm Setelah dilakukan penggabungan data dan terdapat indikasi gangguan yang diberikan oleh kadmium(ii) terhadap besi(iii) fenantrolin, dilakukan uji dengan penambahan kadmium(ii) 5 ppm ke dalam kompleks besi(iii) fenantrolin. Kemudian di dapat data absorbansi dan panjang gelombang seperti pada Gambar 11..6.55.5.45.4 5 5.15 Analisis Gangguan Kadmium (II) terhadap Besi (III) Pengaruh Penambahan Kadmium (II) terhadap Besi (III) Membuktikan adanya gangguan 31231331431531631731831932321322323324325326327 Analisis Gangguan Kadmium (II) terhadap Besi (III).1.5 -.5 333363942454851545766366697275 Ferum (III) Kadmium (II) Fenantroli n Besi (III) Kadmiu m (II) Fenantr olin Besi 5 ppm + kadmium 5 ppm Fenantroli n Gambar 11. Grafik Gangguan Kadmium(II) terhadap Besi(III) Grafik diatas merupakan grafik setelah dilakukan penambahan Kadmium(II) 5 ppm ke dalam Besi(III) 5 ppm yang telah terkomplekskan dengan fenantrolin 15 ppm. Pada panjang gelombang maksimumnya, mengalami kenaikan puncak dari grafik sebelum pencampuran. Ketika sebelum dicampurkan absorbansi sekitar,285 -,297, ketika dilakukan pengukuran setelah menambahkan kadmium pada besi(iii), absorbansi meningkat menjadi,57. F. Pengaruh Cd(II) pada Kondisi ph 3,5 Dilakukan uji gangguan dengan menambahkan Kadmium(II) kedalam larutan kompleks Besi(III) dengan variasi,1;,2;,3;,4;,5;,6;,7;,8;,9 dan 1 ppm, serta ada 1 tabung yamg tidak ditambahkan. Ditambahkan Besi(III) : 1,1-fenantrolin sebesar 1:3. Besi(III) yang digunakan yaitu 5 ppm, dan 1,1-fenantrolin 15 ppm. Ditambahkan buffer asetat ph 3,5 dan aseton 5 ml, lalu di lakukan analisis UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 32 nm. Dari hasil analisis spektrofotometer UV-Vis, di dapatkan data pada Tabel 3. Tabel 3. Data dan Recovery Setelah Penambahan Kadmium(II) Konsentrasi Kadmium (ppm) Konsentrasi Ferum (ppm) % Recovery.498 4.97 98.149.1.57 4.996 99.921.529 5.212 14.251.533 5.251 15.39.4.574 5.655 113.11.5.598 5.891 117.834.6.617 6.78 121.574.7.629 6.196 123.937.8.635 6.255 125.118.9.661 6.511 1336 1.688 6.777 135.551 Kadmium dikatakan mengganggu Besi, ketika % recovery berada diluar interval 8-12 %. Dapat dilihat pada tabel 3, bahwa pada penambahan Kadmium,6 ppm dengan persen recovery 121,574 %, berada diluar interval tersebut. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Kadmium(II) mulai mengganggu Besi(III) pada konsentrasi,6 ppm. Hasil ini dapat diperjelas dengan grafik pada Gambar 12. Besi yang ditambahkan sebesar 5 ppm dengan pengompleks 1,1-fenantrolin sebesa 15 ppm, yaitu 1:3. Maka, fenantrolin yang diberikan berlebih, baik pada besi maupun kadmium, yang mana akan membentuk kompleks besi(iii) fenantrolin dan kadmium(ii). Ketika ditambahkan kadmium yang merupakan ion pengganggu pada penelitian kali ini, maka kadmium akan bereaksi dengan 1,1-fenantrolin, karena kadmium juga dapat membentuk kompleks dengan 1,1-fenantrolin menjadi Kadmium(II) fenantrolin yang lebih stabil dibandingkan dengan kompleks besi(iii) fenantrolin. % Recovery Hubungan Konsentrasi Kadmium (II) terhadap %Recovery 11 6.4.6.8 1 Konsentrasi Kadmium (ppm) Gambar 12. Hubungan Konsentrasi Kadmium(II) terhadap % Recovery

JURAL SAIS DA SEI ITS Vol.6, o.1, (217) 2337-352 (231-928X Print) C-1 IV. KESIMPULA Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa analisis Besi(III) dengan pengompleks orto fenantrolin menjadi Besi(III) pada ph 3,5 dapat diganggu oleh Kadmium(II) dengan menurunkan nilai absorban. Kadmium(II) mulai mengganggu kestabilan kompleks Besi(III) pada konsentrasi,6 ppm pada konsentrasi Besi(III) 5 ppm dengan nilai recovery sebesar 121,574 %. DAFTAR PUSTAKA [1] Effendy. 27. Kimia Koordinasi First Edition. Malang : Bayumedia. Eramedia team. 28. Kamus Pintar Kimia. Jakarta : Era Media Publisher [2] Dewi, Ricma. 214. Penentuan Kondisi Optimum pada Pembentukan Kompleks Fe(III)- dengan Spektrofotometri UV-Vis. Skripsi. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh opember [3] Lide, D. R., dkk. 2. Magnetic susceptibility of the elements and inorganic compounds. Prancis : CRC Press [4] Cotton, Albert F dan Wilkinson, Geoffrey. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press [5] Charlena. 24. Pencemaran Logam BeratTimbal dan Kadmium pada Sayur. Bogor : PSL 72 IPB [6] Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., dan Supriatna, A., 1994. Kimia Analitik Instrumen, edisi ke-1. IKIP Press. Semarang [7] Haryadi W. 1992. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama [8] Day, Underwood. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga