V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

V. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN DI PULAU-PULAU KECIL PROVINSI MALUKU UTARA

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Status Kondisi Sosial, Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan Habitat Pesisir di Teluk Sawai

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Katalog BPS:

BAB IV PROFIL LOKASI 4.1. Letak Geografis dan Kondisi Alam

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POTENSI SUMBERDAYA ALAM perikanan dan kelautan yang dimiliki Indonesia sangat besar. Namun, potensi ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara benar,

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

Tim Peneliti KATA PENGANTAR

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

Transkripsi:

40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau 4,3 % yang tersebar pada delapan pulau. Jarak antara pulau Ternate ke pulau lain adalah sebagai berikut : Pulau Hiri 1,5 Mil laut. Pulau Moti 11 Mil laut Pulau Mayau 90 Mil laut Pulau Tifure 106 Mil laut Pulau Maka 1,6 Mil laut Pulau Mano 1,6 Mil laut Pulau Gurida 106,1 Mil Laut Wilayah Kota Ternate terletak antara 3 0 Lintang Utara dan 3 0 Lintang selatan serta 124 0,128 0 Bujur Timur, dan berbatasan dengan : - Sebelah Utara dengan Samudera Pasifik. - Sebelah Selatan dengan Laut Maluku. - Sebelah Timur dengan Laut Halmahera. - Sebelah Barat dengan Laut Maluku. Secara detil, peta Kota Ternate (tanpa skala) dapat dilihat pada Lampiran 1. 5.2. Iklim

41 Kota Ternate adalah daerah kepulauan dengan ciri iklim tropis dengan rataan curah hujan bulanan yang tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu 263,4 mm dan terendah pada bulan Agustus sebesar 77,8 mm. Nilai rataan curah hujan bulanan adalah 184,68 mm dan rata-rata curah hujan Tahunan sekitar 2.322.70 mm. Jumlah hari hujan rata-rata 202 hari dan nilia rataan hari hujan tertinggi pada bulan Januari dan November yaitu 20 hari hujan dan terendah pada bulan Agustus sebanyak 12 hari hujan. Berdasarkan hasil pengukuran besarnya kecepatan angin di wilayah Kota Ternate berkisar dari 2,9 5,2 Knots, dengan kecepatan terbesar bulanan berkisar 16 28 Knots. Berdasarkan hasil analisis arah angin terbanyak dari barat laut yang terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret dan april. Sedangkan pada bulan Mei dan Juni angin terbanyak bertiup dari barat daya, serta pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober angin terbanyak bertiup dari arah tenggara (pancaroba). Kemudian pada bulan November dan desember angin kembali bertiup dari arah barat laut. Nilai rataan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan bulan yang curah hujannya tinggi, meskipun variasi tiap bulannya tidak terlalu tinggi. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari dan April yaitu sebesar 86%, dan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 78 % (Badan Metrologi dan Geofisika Ternate 2006). 5.3. Potensi Perikanan Pada tahun 2006 produksi baru mencapai 12.118,90 ton dengan demikian maka tingkat pemanfaatan baru mencapai 21,15 % dari potensi lestari sehingga dari produksi yang dicapai tahun terakhir menunjukan tingkat pemanfaatan masih under eksploitation, sehingga peluang investasi di sektor perikanan dan kelautan di Kota Ternate masih sangat terbuka. Daerah penangkapan untuk pelagis besar (Tuna dan Cakalang) di perairan Kota Ternate meliputi perairan pulau Hiri, Moti dan pulau Batang Dua dan Laut Maluku. Dengan musim penangkapan sepanjang tahun dan musim puncak yaitu pada Januari

42 April serta September Oktober sedangkan daerah penangkapan pelagis kecil dan demersal adalah pesisir pulau Ternate, Moti, Hiri dan Tifure Batang Dua. 5.4. Komoditi Unggulan Perikanan A. Tuna, cakalang dan pelagis besar Jenis pelagis besar yang dominan di perairan Kota Ternate meliputi jenis Tuna (Thunnus spp), Cakalang (Katsuwonus Pelamis), Tenggiri (Scomboramorus spp) dan Cucut (Carcharinidae). Khusus untuk ikan Tuna dan Cakalang tingkat pemanfaatan baru mencapai 21,07 % padahal perairan ini merupakan alur migrasi ikan Tuna Cakalang sehingga peluang dan investasi masih sangat terbuka, demikian pula dengan tingkat pemanfaatan ikan Cucut masih sangat minim dan belum menggunakan sarana yang memadai. b). Pelagis kecil Banyak jenis pelagis kecil yang terdapat di perairan Kota Ternate namun yang dominan dan banyak ditangkap adalah jenis Layang (Decapterius spp) dan Tembang (Sardinella fimbriata). Pemanfaatan pelagis kecil ini dilakukan oleh nelayan tradisional yang berdomisili pada daerah kawasan pesisir kota sehingga pemasaran pelagis kecil selama ini masih didominasi pasar lokal dan antar pulau. B. Ikan demersal Spesifik dasar perairan adalah substrat lumpur berpasir, memiliki terumbu karang dan padang lamun sehingga pada habitat ini sumberdaya demersal sangat potensial. Namun pemanfaatannya masih sangat sedikit, sehingga peluang usahanya masih sangat terbuka. Jenis jenis ikan demersal yang dominan dan sering menjadi tujuan penangkapan adalah kakap merah (Lutjanus spp), ikan Tembang (Lutjanus johni), ikan Kerong-kerong (Saurida Tumbil ). Khusus untuk ikan kerapu baru dikembangkan dua areal budidaya dan penangkapan

43 dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA), sedangkan jenis ikan dasar lainnya mangandalkan pasar lokal. C. Ikan hias Perairan Kota Ternate memiliki berbagai jenis ikan hias pada perairan pulau Hiri, Moti, dan Pulau Ternate dan yang dominan adalah jenis Ikan Bendera (Zantidae), Ikan Lepu (Scorpaenidae) dan jenis Ikan Kepe-kepe (Chaetuddutidae). Jenisjenis Ikan hias tersebut sangat indah dan bernilai ekonomis, namun diusahakan secara sederhana dengan mengandalkan pasar lokal. 5.5. Potensi Pulau Pulau Kecil Kota Ternate merupakan Kota kepulauan yang terdiri dari 8 (delapan) pulau dan kesemuanya merupakan pulau-pulau kecil. Karakter masing-masing pulau sangat berbeda antara satu pulau dengan pulau lainnya. Lima pulau berpenghuni diantaranya yaitu Pulau Ternate, Pulau Moti, Pulau Hiri, Pulau Tifure dan Pulau Mayau dan tiga pulau yang tidak berpenghuni yaitu pulau Mano, Pulau Maka dan Pulau Gurida. A. Pulau Ternate Pulau Ternate merupakan pulau terbesar dari wilayah Kota Ternate dengan luas daratan 992,12 Km 2. Dimana Kota Ternate yang merupakan Pusat Pemerintahan, baik Pemda Kota Ternate maupun Pemda Propinsi Maluku Utara. Berdasarkan data statistik jumlah Penduduk Pulau Ternate adalah 105.967 jiwa yang tersebar pada keliling Pulau Ternate. Jumlah Kelurahan pada Pulau Ternate adalah sebanyak 63 kelurahan, 54 kelurahan terletak pada bagian pesisir. Sehingga umumnya kegiatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya diarahkan pada pemanfaatan sumberdaya perikanan. Sumberdaya perikanan yang dominan di Pulau Ternate antara lain: - Ikan Pelagis : Ikan Tuna, Cakalang, Layang, Selar dan Tongkol - Ikan Demersa : Kakap merah dan Bambangan, Kerapu bebek, Kerapu Sunu dan jenis lainnya - Danau : Jenis Ikan Air tawar berupa Ikan Mas, Nila dan Mujair - Non Ikan : Teripang dengan jenis teripang pasir, teripang gama, Teripang

44 susu, kerang tiram, kima dan udang lobster. B. Pulau Moti Sesuai dengan kondisi geografis wilayah, Pulau Moti merupakan bagian dari wilayah Kota Ternate yang memiliki spesifikasi tersendiri, ini dikarenakan kondisi flora dan fauna yang tidak sama dengan pulau-pulau lainnya di Kota Ternate. Pulau Moti yang luas keseluruhan wilayahnya 83.833 km 2. Sedangkan Jarak Pulau Moti dengan Pulau Ternate adalah 11 mil laut, dimana rute perjalanan harus ditempuh melalui lautan dengan transportasi motor laut selama kurang lebih 2 Jam. Pulau Moti terbagi atas 6 kelurahan dengan jumlah penduduk 5.140 jiwa dengan mata pencaharian sebagian besar adalah nelayan dan petani. Hal ini dikarenakan semua wilayah kelurahan berada pada wilayah pesisir, sedangkan potensi wilayah di bidang perikanan yang dimiliki dapat digambarkan sebagai berikut : B.1. Potensi perikanan laut (a). Budidaya Laut Pulau Moti sebagian wilayahnya ada yang bisa dikembangkan rumput laut, teripang dan budidaya ikan kerapu. Hal ini karena secara alami bibit ikan kerapu, Rumput laut sudah tumbuh secara alami di daerah ini, demikian juga teripang. Selain itu kondisi perairan yang cukup aman dari ombak karena terlindung dari pulau-pulau dan berbentuk teluk sehingga potensial untuk dikembangkan budidaya ikan kerapu dan rumput laut. Di samping itu potensi ikan dasar juga sangat baik di wilayah ini. (b). Penangkapan Sesuai dengan karakteristik Pulau Moti, bahwa para nelayan didaerah ini banyak yang melakukan penangkapan dengan Purse seine, hand line, gill net,, bubu dan pancing tonda. Selain itu jenis ikan yang dominan di pulau Moti antara lain ikan layang, ikan tongkol, kuwe, cakalang, kerapu, ikan Demersal dan lain-lain. B.2. Potensi perikanan darat / air payau

45 Selain Potensi Perikanan laut, Pulau Moti juga mempunyai potensi untuk dikembangkan perikanan darat. Hal ini karena ditunjang dengan adanya hutan mangrove yang tumbuh subur di sebagian pesisir wilayah Pulau Moti. Dengan demikian kegiatan budidaya yang bisa dikembangkan diantaranya adalah tambak udang dan ikan bandeng serta budidaya air tawar. C. Pulau Hiri Pulau Hiri memiliki kharakteristik tersendiri, dimana kondisi geografis wilayahnya berhadapan dengan lautan bebas dan sebagian lagi bersebelahan dengan pulau Ternate dan Pulau Halmahera. Luas daratan keseluruhan dari pulau ini adalah 7,31 km 2 kondisi pulaunya berbatu dan air tanahnya payau, sehingga untuk pengembangan pertanian kurang cocok, sehingga potensi yang cocok untuk dikembangkan adalah perikanan. C.1. Potensi perikanan laut (a). Budidaya Laut Untuk Pulau Hiri potensi yang dapat dikembangkan jenis komoditi teripang yaitu di wilayah kelurahan Faudu. Sedangkan untuk pengembangan budidaya jenis lainnya di Pulau Hiri kurang berpotensi karena sesuai dengan kondisi bio fisiknya. Pulau Hiri merupakan daerah yang berpotensi untuk dikembangkan Perikanan Tangkap. (b). Penangkapan Kebiasaan para nelayan dipulau hiri dalam upaya pemanfaatan sumberdaya lautnya adalah dengan melaksanakan upaya penangkapan dengan sarana berupa kalase (moroami), Mini Purse Seine, Gill net, Pole and Line, Hand line, Pancing Tonda dan Bubu. Produksi yang dominan dan dapat dikembangkan adalah jenis ikan tuna, cakalang, layang, dan ikan dasar lainnya.

46 D. Pulau Tifure Pulau Tifure yang merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Pulau Ternate memiliki luas daratan kurang lebih 7 Km 2 dan dihuni penduduk sebanyak 712 jiwa. Pulau Tifure terdiri dari 2 kelurahan yang merupakan pulau terjauh dari ibu kota dengan jarak 106 Mil laut, dimana pulau-pulau ini merupakan alur migrasi ikan pelagis besar dan kecil. Gambaran potensi sumberdaya alam pesisir yang dominan di pulau Tifure adalah sebagai berikut : D.1. Potensi perikanan laut a). Budidaya Laut (Marikultur) Pemanfaatan potensi sumberdaya alam laut yang bisa dikembangkan di sini adalah budidaya rumput laut dan teripang karena banyak teripang yang terdapat di kepulauan ini. Selain itu usaha budidaya Keramba Jaring Apung dapat pula dikembangkan di pulau ini. b). Penangkapan Pulau Tifure secara geografis tidak berbeda jauh dengan pulau sekitarnya seperti pulau Mayau dan pulau Hiri. Sumberdaya hayati yang paling dominan di pulau ini adalah untuk jenis ikan pelagis yaitu Ikan tuna, cakalang, layang, tongkol dan Ikan dasar. Sedangkan jenis ikan dasar adalah ikan kakap merah, ikan gutila, ikan kowe dan jenis ikan hias. Sedangkan produksi yang paling dianggap dominan adalah jenis ikan layang, Kemudian untuk jenis komoditi yang bisa dikembangkan adalah Ikan tuna, cakalang dan layang. D.2. Potensi perikanan darat Pulau Tifure kurang potensial untuk pengembangan perikanan darat, hal ini karena kondisi biofisiknya yang hampir sama dengan kepulauan lainnya seperti pulau Hiri. Namun untuk komoditas terumbu karang potensinya sangat baik sehingga banyak terdapat ikan karang dan ikan hias di kepulauan ini. E. Pulau Mayau

47 Luas daratan Pulau Mayau kurang lebih 8,5 km 2 dan berpenduduk kurang lebih 1.510 jiwa. Masyarakat di kepulauan ini bermata pencaharian hampir sama dengan masyarakat pulau Tifure yaitu sebagian besar nelayan dan petani. Sumberdaya perikanan dan lautan sebagai berikut. E.1. Potensi perikanan laut a). Budidaya laut Untuk Pulau Mayau Kondisi Perairannya sedikit berbeda dengan Pulau Tifure, dan pengembangan budidaya laut di kepulauan ini kurang potensi, karena perairan kepulauan ini berhadapan dengan laut bebas namun sangat potensi untuk pengembangan usaha penangkapan. b). Penangkapan Potensi perairan laut untuk Pulau Mayau sangat besar untuk kegiatan perikanan tangkap, hal ini karena populasi terumbu karang di perairan pulau Mayau sangat luas dan masih utuh atau alami. Sehingga di perairan kepulauan ini dijumpai jenis-jenis ikan yang dominan seperti layang, komo/tongkol, cakalang dan Tuna, ikan hiu/ cucut, ikan hias dan beberapa jenis ikan dasar. Dari segi pemanfaatannya potensi sumberdaya alam pesisir dan lautnya juga termasuk masih rendah sehingga masih sangat besar peluang untuk pengembangan upaya perikanan tangkap. Armada dan sarana penangkapan yang digunakan para nelayan di kepulauan ini juga masih tergolong tradisional, sehingga hasil produksi tangkapannya masih rendah. Adapun armada dan alat tangkap yang selama ini digunakan para nelayan dapat dirincikan sebagai berikut : perahu tanpa motor 27 unit, motor tempel 12 unit, kapal motor tidak ada. Sedangkan sarana penangkapan yang digunakan terdiri dari ; Mini Long Line 2 unit, Purse Seine/ Pajeko 2 unit, Pole and Line 1 unit, Gill Net 6 unit, Bubu 21 unit, Pancing tonda 61 unit dan Hand Line 39 unit. E.2. Potensi perikanan darat Perikanan darat di kepulauan ini untuk pengembangannya tergolong boleh dibilang tidak potensi, hal ini karena kondisi daratannya di kepulauan ini kurang

48 menunjang. Potensi yang sangat menonjol untuk kepulauan ini adalah usaha penangkapan di laut, sebagaimana potensi yang ada di kepulauan sekitarnya. F. Prasarana Perikanan Tangkap Prasarana Perikanan yang telah dibangun oleh pemerintah pusat dan daerah meliputi: - Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang berlokasi di Pasar Bastiong Kecamatan Kota Ternate Selatan. - Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang berlokasi di Pasar Dufa-Dufa Kecamata Kota Ternate Utara. - Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berlokasi di Pasar Bastiong dan pasar Dufa- Dufa. 5.6. Penduduk Berdasarkan hasil pendataan penduduk Tahun 2006 adalah 163.166 Jiwa dan menunjukan kecenderungan peningkatan pada wilayah tertentu, khususnya di wilayah Kota Ternate Utara dan Kota Ternate Selatan. Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu urbanisasi dan migrasi yang hampir sama. Jumlah penduduk per wilayah Kecamatan di Kota Ternate adalah : 1. Kec. Kota Ternate Utara : 67.203 Jiwa 2. Kec. Kota Ternate Selatan : 72.901 Jiwa 3. Kec. Pulau Ternate : 18.388 Jiwa 4. Kec. Moti : 4.674 Jiwa Dengan luas wilayah daratan 249,75 km 2 dan jumlah penduduk sebesar 151.178 Jiwa, maka kepadatan penduduk Kota Ternate pada tahun 2004 sebesar 605 jiwa per km 2 hal ini berarti mengalami peningkatan sebanyak 9 jiwa per km 2 atau 1,51 % bila dibandingkan tahun 2003 yang berjumlah 596 jiwa per km 2. Kenaikan ini

49 disebabkan oleh kembalinya para pengungsi dari Manado dan Bitung, serta terjadinya eksodus para pendatang dari berbagai daerah ke Kota Ternate. 5.7 Mata Pencaharian Kota Ternate secara geografis sebagian besar wilayahnya adalah laut yang menggambarkan bahwa masyarakat dalam aktifitasnya baik segi ekonomi, sosial dan lain-lain selalu berinteraksi dengan perairan laut. Mata pencaharian utama penduduk Kota Ternate adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan, pedagang dan perikanan, baik sebagai nelayan, tauke maupun pengolah hasil perikanan. Masyarakat pesisir Kota Ternate yang mata pencahariannya tergantung pada sektor perikanan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Jumlah Masyarakat Pesisir per Kecamatan di Kota Ternate yang Bermata Pencahrian pada Sektor Perikanan Tahun 2005 Masyarakat pesisir yang hidupnya tergantung pada sektor perikanan (orang) No Kecamatan Nelayan Pengolah Penjual Ikan/ Pembudidaya Lainnya Ikan Pedagang Ikan 1 Kota Ternate Utara 861 50 141 2 215 2 Kota Ternate Selatan 552 15 57 31 106 3 Pulau Ternate 1654 55 51 8 239 4 Pulau Moti 509 9 31 18 112 Jumlah 3576 129 280 59 672 Sumber : Diolah dari DKP Kota Ternate (2005) Tabel 5.1 di atas menggambarkan tentang masyarakat pesisir per kecamatan se Kota Ternate yang hidupnya tergantung pada sektor perikanan, baik sebagai nelayan, pengolah ikan, penjual/pedagang ikan, pembudidaya dan lainnya. Pada tahun 2005 jumlah masyarakat yang bermata pencahrian sebagai nelayan adalah sebanyak 3576 orang, pengolah ikan 129 orang, penjual/pedagang ikan 280 orang, pembudidaya 59