BAB I PENDAHULUAN. hayati yang begitu banyak, salah satunya adalah buah stroberi (Fragaria sp.).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I. PENDAHULUAN. diminati tampilan buah eksotis ini yang menarik. Selain itu, stroberi adalah buah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sangat mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

FORM D. A. Uraian Kegiatan. Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

BAB I PENDAHULUAN. Stroberi (Fragaria sp.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. Manisan merupakan salah satu makanan tradisional yang sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN I.1

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

I. PENDAHULUAN. Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

PENGARUH PENYIMPANAN DENGAN SUHU RENDAH TERHADAP MUTU BUAH STROBERI

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Tabanan menunjukkan, produksi tomat kecamatan Baturiti pada tahun adalah sebesar 98% produksi kabupaten Tabanan.

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan) UNTUK EKSPOR

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sebagai konsumen utama produk hasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang begitu banyak, salah satunya adalah buah stroberi (Fragaria sp.). Meskipun stroberi bukan tanaman buah asli Indonesia, namun menurut Rukmana (1998) pengembangan komoditas stroberi yang berpola agrobisnis dan agroindustri dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan baru dalam sektor pertanian. Dari tahun ke tahun, perkembangan komoditas stroberi di Indonesia terus mengalami peningkatan, bahkan menurut data Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian (2013), pertumbuhan komoditas stroberi tahun 2011 2012 adalah terbesar keempat setelah apel, anggur, dan jeruk besar dengan angka pertumbuhan sebesar 24,02%. Meskipun perkembangan komoditas stroberi mengalami peningkatan namun usaha budidaya stroberi di Indonesia jika dibandingkan dengan diluar negeri, belum dilakukan secara optimal. Komoditas stroberi segar di Indonesia belum bisa menunjukan keunggulannya dibandingkan dengan buah stroberi impor dari luar. Menurut Andi Arifin (2013), jika dilihat dari tampilan buahnya, stroberi lokal memiliki bentuk lebih kecil dibandingkan dengan stroberi impor, dari segi rasa, rasa stroberi lokal merupakan perpaduan asam dan manis, sedangkan stroberi impor, lebih banyak didominasi rasa manis. Oleh karena itu, stroberi lokal dinilai masih kalah bersaing dengan stroberi 1

imporhal ini dikarenakan perkembangan komoditi stroberi di Indonesia sampai saat ini baru mengarah pada perluasan lahan untuk meningkatkan kuantitas produksi, belum mengarah pada perbaikan kualitas dan penanganan pascapanen. Buah-buahan, seperti komoditas stroberi merupakan kelompok produk yang bersifat non-homogenous, yaitu komoditas yang memiliki variasi baik antar group, antar individu dalam kelompok dan antar daerah produksi. Perbedaan tersebut timbul karena adanya perbedaan beberapa faktor, seperti kondisi lingkungan, praktik budidaya dan perbedaan varietas. Sehingga untuk mendapatkan penampilan dan keseragaman stroberi yang baik maka dibutuhkan perlakuan pascapanen yang baik, salah satunya melalui proses grading. Salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai basis grading, yaitu ukuran. Parameter ukuran umum digunakan karena kesesuaiannya dengan aplikasi mekanis. Dalam proses grading stroberi,ukuran dapat ditentukan berdasarkan berat atau dimensi buah. Secara umum tujuan proses grading adalah memberikan manfaat untuk keseluruhan industri, dari petani, pedagang besar dan pengecer, untuk menciptakan keseragaman baik dari segi ukuran maupun kematangan. Selama ini proses grading atau penentuan kelas mutu buah stroberi lokal hanya dilakukan berdasarkan persepsi produsen dan cenderung tidak sama antar produsen. Dari hasil observasi awal dilapangan diketahui bahwa meski buah stroberi lokal dibudidayakan pada daerah yang sama, Desa Barudua, Malangbong, Garut, Jawa Barat, tetapi hasil akhir panen buah tersebut dipasarkan dalam klasifikasi yang berbeda, berikut adalah pembagian standar klasifikasi mutu stroberi dari hasil produksi stroberi Swadaya Petani Rakyat(SPR), pengepul 2

mandiri, dan menurut target standar buah yang akan dicapai dalam rangka penerapan SOP Stroberi oleh pemerintah daerah Jawa Barat melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2008 : Tabel 1.1 Klasifikasi Standar Mutu Stroberi Klasifikasi Mutu Stroberi SPR Kelas Ekstra - Kelas A 250 gram/kemasan Kelas B 200 gram/kemasan Kelas C 100 gram/kemasan Kelas D - Pengepul Mandiri - - 15 buah/kemasan 18 buah/kemasan 18 buah/kemasan* SOP Pemda Jawa Barat 23 gram/buah 20 30 gram buah 15 19 gram/buah 12 14 gram/buah 8 11 gram/buah *kemasan mika kecil sering disebut stroberi mutu CAsuper Sumber : Dokumen Peneliti (2013) dan SOP Stroberi Kabupaten Garut, Jawa Barat Dari tabel tampak bahwa tidak adanya Standar Nasional Indonesi (SNI) untuk komoditas stroberi lokal menimbulkan adanya perbedaan penentuan klasifikasi antar produsen stroberi, meski klasifikasi mutu stroberi berbeda pada setiap produsen, penentuan mutu stroberi ini diterapkan oleh masing-masing produsen guna memenuhi permintaan konsumen stroberi baik untuk memenuhi permintaan penjualan stroberi di pasar tradisional maupun pasar modern. Di Indonesia sampai saat ini belum ada SNI untuk komoditas stroberi lokal. SNI adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia, dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional. Meski demikian, melalui Kementrian Riset dan Teknologi Indonesia pemerintah mempublikasikan modul tentang budidaya stroberi dan membagi klasifikasi mutu stoberi berdasarkan berat per buah ke dalam 4 kelas dengan kelas AA berat stroberi lebih dari 20 gram per buah, kelas A dengan 12 20 gram per buah, kelas B dengan 7 11 gram per buah, dan kelas C1 dengan 7 8 gram per buah (Susanto, 2003). 3

Sedangkan untuk membantu memfasilitasi perdagangan internasional, mendorong produksi berkualitas tinggi, meningkatkan profitabilitas dan melindungi kepentingan konsumen stroberi,kelompok Kerja Standar Kualitas Pertanian dari UNECE (United Nations Economic Commision for Europe) mengembangkan dan mempublikasikan Standar FFV-35. Standar FFV-35 dari UNECE merupakan standar mutu komersial mengenai pemasaran dan kontrol kualitas dari komoditas stroberi segar. Menurut standar FFV-35 dari UNECE, klasifikasi mutu buah storberi segar dibedakan berdasarkan ukuran diameternya dibagi kedalam tiga kelas, yaitu stroberi kelas ekstra dengan minimum diameter buah stroberi adalah 2,5 cm serta stroberi kelas 1 dan kelas 2 dengan minimum diameter buah stroberi adalah 1,8 cm. Standar FFV-35 dari UNECE ini digunakan oleh pemerintah, produsen, pedagang, importir dan eksportir, dan organisasi internasional lainnya, dan telah diterapkan oleh United States Department of Agriculture (USDA) untuk menentukan persyaratan mutu stroberi segar di United State (US), Amerika Serikat. Menurut Badan Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia, kesadaran masyarakat didalam memproduksi dan atau mengkonsumsi suatu produk belum didasarkan atas pengetahuan terhadap standar atau mutu produknya melainkan masih didasarkan atas pertimbangan harga. Sering ditemui, disejumlah pasar tradisional, mutu produk yang diperjualbelikan sering kali kurang diperhatikan, namun karena harganya yang lebih terjangkau maka konsumen lebih memilih membeli produk dipasar tradisional, sedangkan produk yang ditawarkan di pasar modern meski lebih mahal, tetapi pada umumnya memiliki nilai kualitas yang 4

lebih baik. Pertimbangan harga inilah yang seringkali menjadi alasan konsumen dalam membeli produk, tidak terkecuali pada penjualan buah stroberi. Tingginya harga produk yang ditawarkan oleh pihak pasar modern ini dikarenakan adanya biaya kualitas serta pajak yang harus dikeluarkan oleh pasar modern guna menjamin dan mempertahankan kualitas produk yang ditawarkan, sedangkan hal tersebut belum berlaku dipasar tradisional. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap standar juga dapat dilihat dari masih rendahnya kesadaran produsen dalam menerapkan standar, tidak terkecuali pada komoditas stroberi. Penentuan kelas atau standar mutu buah stroberi lokal yangtidak sama antar produsen menyebabkan stroberi yang beredar dipasaran cenderung memiliki kualitas yang tidak seragam. Oleh sebab itu sebagai langkah awal upaya pengembangan kualitas komoditas stroberi lokal maka dalam penelitian ini akan dilakukan indentifikasi karakteristik mutu stroberi lokal, dengan sampel stroberi yang beredar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu stroberi varietas Holibert yang dipasok dari perkebunan stroberi Malangbong, Jawa Barat. Proses identifikasi mutu stroberi lokal dilakukan berdasarkan ukuran buah, dengan mengacu standarmenurut Kementrian Riset dan Teknologi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (standar Kemenristek) dan standar FFV-35 dari UNECE Selain itu, diketahui bahwa stroberi merupakan komoditas hortikultura yang bersifat perishable (mudah rusak), sehingga diperlukan penanganan pascapanen yang baik agar dapat mempertahankan kualitas dan kandungan 5

stroberi guna memperpanjang umur simpannya. Salah satu cara guna mempertahankan kualitas buah stroberi segar adalah dengan menyimpanya pada suhu rendah. Menurut Elizabeth J. Mitcham (1996), indeks kualitas buah stroberi dapat dilihat dari penampilan buah, seperti warna, ukuran, bentuk, dan bebas dari cacat, ketegasan rasa buah meliputi nilai total padatan terlarut, keasaman tertitrasi dan volatil flavor, seratanilai gizi (vitamin C). Dalam penelitian ini selain dilakukan identifikasi karakteristik mutu buah stroberi segar lokal dari segi mutu fisik, juga dilakukan pengamatan terhadap perubahan kimiawi maupun kandungan mikroba selama penyimpanan dengan perlakuaan suhu yang berbeda, serta analisis nilai tambah penjualan stroberi dengan metode Hayami. Sebagai sampel dalam penelitian ini digunakan stroberi segar lokal yang beredar di pasar-pasar tradisional dan pasar modern wilayah Sleman, Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi refrensi dalam upaya pengembangan kualitas produk stroberi lokal serta refrensi penyusunan standar nasional mutu buah stroberi lokal di Indonesia. 1.2 PERUMUSAN MASALAN Dari latar belakang penelitian ini maka selanjutnya permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perbandingan karakteristik mutu antara stroberi segar yang beredar di pasar tradisional dan pasar modern khususnya di wilayah Sleman, Yogyakarta saat ini? 6

2. Bagaimana dampak setiap perlakuan penyimpanan terhadap umur simpan dan kualitas buah stroberi segar? 3. Berapakah nilai tambah yang diperoleh dari penjualan buah stroberi segar dalam kemasan pada pasar tradisional dan modern? 1.3. BATASAN MASALAH Batasan batasan permasalahan perlu diberikan untuk menghindari kemungkinan penyimpangan pemecahan masalah dari tujuan yang akan dicapai. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian dilakukan terhadap produk stroberi (Fragaria Sp) segar lokal (stroberi yang telah lama beradaptasi di Indonesia) jenis varietas Holibert yang beredar di pasar tradisional dan pasar modern Yogyakarta dimana masing-masing sampel buah memiliki umur petik yang sama dan berasal dari lahan yang sama, yaitu kebun stroberi Malangbong, Garut, Jawa Barat. 2. Objek yang dikaji, yaitu karakteristik mutu fisik meliputi berat, diameter, tekstur dan warna, mutu kimiawi meliputi kadar air, total padatan terlarut, ph, dan kadar vitamin C, serta uji cemaran mikrobia menggunakan metode TPC (Total Plate Count). 3. Identifikasi kesesuaian kelas mutu stroberi berdasarkan ukuran buah mengacu pada standar standar FFV 35 dari UNECE dan standar Kemenristek. 7

4. Pengolahan data pengukuran karakteritik mutu fisik berupa diameter dan berat buah stroberi segar lokal menggunakan statistical process control data variabel, dan analisis kualitas statistik menggunakan bantuan software Minitab 14 dan SPSS 12. 5. Analisis nilai tambah dilakukan pada penjualan buah stroberi pasar tradisional dan pasar modern dari satu orang pemasok menggunakan metode Hayami. 1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dalam rumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan penelitian untuk : 1. Mengidentifikasi dan membandingkan karakteristik mutu stroberi segar yang beredar di pasar tradisional dan pasar modern berdasarkan standar standar FFV-35 dari UNECE dan standar Kemenristek dengan statistical process controldata variabel. 2. Mengetahui pengaruh setiap perlakuan penyimpanan (suhu ruang dan showcase) stroberi terhadap mutu fisik dan kimiawi buah stroberi segar. 3. Melakukan analisis nilai tambah penjualan stroberi dalam kemasan pada pasar tradisional dan pasar modern. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, terutama dalam : 8

1. Mengetahui perbandingan mutu buah stroberi segar yang beredar di pasar tradisional dan pasar modern baik dari segi mutu fisik, kimiawi, maupun hasil uji cemaran mikrobia. 2. Memberikan informasi kepada konsumen mengenai perubahasn fisikawi dan kimiawi buah stroberi segar selama masa penyimpanan untuk pertimbangan terhadap pembelian dan waktu konsumsi buah stroberi segar. 3. Mengetahui besarnya nilai tambah penjualan stroberi dalam kemasan. 4. Sebagai bahan refrensi pengembangan kualitas buah stroberi segar serta pertimbangan dalam penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI) buah stroberi segar. 9