BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penentuan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan dan Jumlah Contoh

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 2

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III PENDEKATAN LAPANG

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n =

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. No. 1 Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. agar kebenaran yang diungkapkan benar-benar di bentengi dengan bukti

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam meneliti hubungan intensitas

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk mengamati perilaku dari anak murid Sekolah Dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). Objek penelitian adalah Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP UKSW

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Keadaan Internal Kebun Raya Bogor

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Metode cross sectionalmerupakan suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pengambilan Contoh

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB III PENYAJIAN & ANALISIS DATA. uraian mengenai data jawaban dari masing-masing variabel dengan sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan adalah berupa penelitian eksplanasif artinya

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif korelasional. Penelitian ini menggambarkan karakteristik individu serta hubungannya dengan motif dan minat menonton tayangan sinetron di televisi. Selain itu, penelitian ini juga menggambarkan hubungan motif dan minat menonton tayangan sinetron di televisi dengan pola menonton tayangan sinetron di televisi serta hubungan pola menonton sinetron di televisi dengan perilaku hedonis remaja. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama empat bulan yaitu Maret sampai Juni 2010. Pada bulan pertama yaitu Maret 2010, peneliti melakukan prasurvai dan menyusun proposal penelitian yang kemudian diseminarkan pada akhir bulan Maret 2010. Pada April 2010, peneliti melakukan studi lapang di lokasi yang telah ditentukan. Pada bulan ketiga dan keempat, Mei dan Juni 2010, peneliti melakukan penulisan laporan dan ujian skripsi. Penelitian dilaksanakan di empat Sekolah Menengah Atas di kota Bogor, yaitu dua SMA negeri dan dua SMA swasta. Sekolah tersebut yaitu SMA Negeri 2, SMA Negeri 3, SMA Budi Mulia dan SMA Bina Bangsa Sejahtera. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive), didasarkan pada akses alat transportasi dan jarak lokasi penelitian dengan pusat perbelanjaan. SMA Negeri 2 Bogor berada di daerah Jalan Baru, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. SMA Negeri 2 Bogor berada di daerah perumahan dan dekat dengan Yogya Mall. SMA Negeri 3 Bogor berada di Jalan Pakuan, Kelurahan Baranang Siang, Kecamatan Bogor Timur. SMA Negeri 3 Bogor berdekatan dengan Toko Buku Gramedia, Swalayan Giant, Swalayan Ada, Pizza Hut dan lain-lain. SMA Budi Mulia terletak di Jalan Juanda, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah. SMA Budi Mulia merupakan SMA swasta di bawah Dinas Pendidikan yang berada di dekat Kebun Raya Bogor dan ramai kendaraan

29 umum. SMA Bina Bangsa Sejahtera berada di Jalan Raya Kampus IPB, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bogor Barat. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini meliputi jumlah siswa SMA Bina Bangsa Sejahtera, SMA Negeri 2, SMA Negeri 3 dan SMA Budi Mulia, yaitu 3.014 siswa. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan kelas XI di keempat SMA tersebut, yaitu sejumlah 1.938 siswa. Tabel 1. Distribusi populasi dan sampel responden SMA (kelas) Populasi total (siswa) Populasi Sasaran (siswa) Sampel (siswa) SMA Bina Bangsa Sejahtera Kelas X 174 174 9 Kelas XI 161 161 8 Kelas XII 155 - SMA Negeri 2 Bogor Kelas X 281 281 14 Kelas XI 337 337 17 Kelas XII 379 - - SMA Negeri 3 Bogor Kelas X 249 249 12 Kelas XI 247 247 12 Kelas XII 324 - - SMA Budi Mulia Kelas X 240 240 12 Kelas XI 249 249 12 Kelas XII 218 - Jumlah 3014 1938 96 Sumber: Disdik Kota Bogor (2010) Teknik yang digunakan untuk memilih sampel adalah proportional stratified random sampling. Nazir (2005) mendefinisikan stratified random sampling sebagai teknik pengambilan sampel dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok (strata) kemudian dipilih secara random. Pengelompokan didasarkan pada kelas pendidikan responden, yaitu kelompok kelas X dan kelas XI. Dari tiga kelas yang ada di masing-masing SMA dipilih kelas X dan kelas XI. Kelas XII tidak dipilih dengan pertimbangan bahwa kelas tersebut menempuh Ujian Nasional. Jumlah sampel yang diambil sebagai responden adalah lima persen dari populasi sasaran, yaitu 96 responden. Distribusi populasi dan sampel penelitian tersaji pada Tabel 1. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja, sehingga dianggap homogen. Menurut Prasetyo dan Jannah (2005), jika populasi sampel homogen dan

30 berjumlah ribuan maka penentuan jumlah sampelnya dapat menggunakan rumus Slovin. Secara lengkap, rumus slovin tersaji sebagai berikut: Keterangan: N = jumlah populasi n = jumlah sampel e = nilai kritis Jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan nilai kritis 10% untuk populasi tersebut adalah sekitar 95 responden. Oleh karena itu penentuan jumlah responden sebanyak lima persen dianggap sudah dapat memenuhi batas minimal responden yang seharusnya diteliti. 3.4 Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang disebarkan dan diisi oleh responden. Selain itu, data primer yang didapat juga berasal dari jawaban atas pertanyaan tambahan (pertanyaan tidak tersruktur) yang diajukan kepada responden namun masih dalam koridor kuesioner. Data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa data mengenai alamat serta jumlah SMA negeri dan swasta beserta siswanya di Kota Bogor yang diperoleh dari kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor. Data sekunder lainnya berupa informasi mengenai profil keempat SMA yang menjadi tempat penelitian. Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka dan pernyataan. Kuesioner yang disebar dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan tentang karakteristik atau identitas individu. Bagian dua berisi pertanyaan tentang pola menonton program sinetron di televisi. Bagian ketiga berisi pertanyaan atau pernyataan tentang minat menonton program sinetron di televisi. Bagian keempat berisi pertanyaan atau pernyataan tentang motif menonton program sinetron di televisi. Bagian kelima berisi pertanyaan atau pernyataan tentang perilaku gaya hidup hedonis remaja.

31 3.5 Definisi Operasional 1. Karakteristik individu: a. Jenis kelamin: identitas alami responden yang dikategorikan dalam dua kelompok, laki-laki dan perempuan, dengan skala nominal. b. Tingkat pendidikan: jenjang kelas di sekolah formal responden yang dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu kelas X dan kelas XI. Diukur dengan skala ordinal. c. Tingkat prestasi: kejuaraan yang diraih oleh responden sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga penelitian dilaksanakan, baik akademik maupun non-akademik. Diukur dengan skala rasio kemudian diubah menjadi skala ordinal dan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu, tinggi, sedang dan rendah. Kategori rendah untuk responden yang tidak pernah mendapat prestasi sejak SMP hingga penelitian dilaksanakan, kategori sedang untuk responden yang mendapat satu sampai dua kejuaraan, kemudian responden yang mendapat tiga sampai enam kejuaraan dikategorikan tinggi. d. Tingkat ekonomi: didapatkan dengan menggunakan pendekatan pendapatan dan pengeluaran responden selama satu bulan. Pendekatan pengeluaran diukur dengan banyaknya uang yang dihabiskan untuk kepentingan transportasi, makan, jajan, pakaian/aksesoris, hiburan dan pulsa. Selain pengeluaran, tingkat ekonomi juga diukur dengan pendekatan pendapatan yang berasal dari orang tua, bekerja sendiri dan sumber lain seperti pemberian nenek dan saudara. Indikator ini ukur dengan skala rasio dan kemudian diubah menjadi skala ordinal menjadi kategori tinggi, sedang dan rendah. Pengeluaran atau pendapatan dengan selang Rp 400.000,00 - Rp 550.000,00 dikategorikan rendah, Rp 572.000,00 Rp 750.000,00 dikategorikan sedang dan Rp 758.000,00 Rp 4.050.000,00 dikategorikan tinggi. 2. Minat menonton sinetron adalah keinginan dan perhatian penonton dalam menonton sinetron yang diukur dengan kesukaan dan ketertarikan responden terhadap sinetron. Data yang diperoleh diukur dalam skala ordinal. Kategori minat menonton sinetron terdiri dari sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat

32 rendah. Nilai rataan skor 1-1,75 dikategorikan sangat rendah, 1,76-2,50 rendah, 2,51-3,25 tinggi dan 3,26-4 sangat tinggi. 3. Motif menonton sinetron adalah dorongan atas kebutuhan penonton dalam menonton sinetron. Motif ini yaitu (a) motif kognitif, (b) diversiti dan (c) personal. Motif kognitif adalah dorongan atau kebutuhan akan informasi. Motif diversiti adalah dorongan atau kebutuhan akan hiburan. Motif personal adalah dorongan atau kebutuhan untuk menguatkan identitas pribadi. Masing-masing data yang diperoleh diukur dalam skala ordinal dan dikelompokkan dalam empat kategori yaitu tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Nilai rataan skor 1-1,75 dikategorikan sangat rendah, 1,76-2,50 rendah, 2,51-3,25 sedang dan 3,26-4 tinggi. 4. Pola menonton sinetron adalah tindakan penonton dalam menonton sinetron yang dilakukan secara terus-menerus sehingga membentuk pola tertentu. Indikator dari pola menonton sinetron ada tiga, yaitu intensitas, durasi dan jumlah judul sinetron. (a) Intensitas menonton sinetron merupakan tingkat keseringan responden menonton sinetron dalam satu minggu. Intensitas menonton sinetron ditentukan dengan satuan kali menggunakan skala rasio. Kemudian diolah menjadi skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, tinggi, sedang dan rendah. Responden yang menonton sinetron satu sampai dua kali dalam seminggu dikategorikan rendah, tiga kali dikategorikan sedang dan dikategorikan tinggi bila menonton empat sampai tujuh kali dalam seminggu. (b) Durasi menonton sinetron merupakan lamanya responden menonton sinetron setiap satu hari. Durasi menonton sinetron ditentukan dengan satuan jam menggunakan skala rasio. Kemudian data yang diperoleh dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Responden yang menonton selama kurang atau sama dengan satu jam dikategorikan rendah, antara satu jam sampai dua jam dikategorikan sedang dan antara dua sampai sepuluh jam adalah tinggi. (c) Jumlah judul sinetron merupakan banyaknya judul sinetron yang ditonton oleh responden. Banyaknya judul sinetron diukur dengan skala rasio, kemudian diubah menjadi skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Responden yang hanya menonton satu judul sinetron dikategorikan rendah, dua judul sinetron dikategorikan sedang dan tiga sampai

33 lima judul dikategorikan tinggi. Nilai rataan skor untuk masing-masing indokator yaitu 1,00-1,67 dikategorikan rendah, 1,68-2,33 sedang dan 2,34-3,00 tinggi. 5. Perilaku hedonis adalah tindakan yang bersifat keduniawian. Perilaku hedonis remaja diukur dengan tiga indikator, yaitu konsumtif, hura-hura (sering ke tempat hiburan) dan malas bekerja keras. (a) Konsumtif merupakan perilaku ingin memiliki barang-barang yang digunakan orang lain meskipun sebenarnya responden tidak membutuhkannya. (b) Hura-hura (sering ke tempat hiburan) merupakan perilaku yang cenderung ingin selalu bersenangsenang dan bernuansa glamour, misalnya sering pergi ke pusat perbelanjaan, kafe, club atau diskotik dan lain-lain. (c) Malas bekerja keras merupakan perilaku enggan menjalankan kewajiban dan selalu menuntut hak, misalnya bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas, menyontek dan lain-lain. Masingmasing data yang diperoleh diukur dalam skala ordinal. Kemudian dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Nilai rataan skor 1-1,74 dikategorikan sangat rendah, 1,76-2,50 rendah, 2,56-3,25 sedang dan 3,26-4 tinggi. 3.6 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan kuesioner dan pertanyaan tambahan yang tidak terstruktur untuk menunjang data namun tidak keluar dari koridor kuesioner. Sebelum digunakan untuk penelitian, kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian kuesioner dilakukan di SMA Kesatuan. Pemilihan lokasi pengujian kuesioner dilakukan secara purposive karena SMA Kesatuan dianggap dapat mewakili seluruh sampel yang diteliti. Sekolah Menengah Atas Kesatuan adalah salah satu SMA swasta favorit di Kota Bogor dan terletak di daerah pusat kota namun agak pinggir. Selain itu, siswa SMA Kesatuan beranekaragam sehingga dianggap dapat mewakili sampel yang diteliti. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) uji kuesioner dapat dilakukan kepada minimal 30 responden. Dalam penelitian ini, uji kuesioner diberikan kepada 30 siswa, masingmasing 15 siswa dari kelas X dan kelas XI SMA Kesatuan. Bila setelah diuji

34 terdapat pertanyaan atau pernyataan yang tidak valid dan tidak reliabel maka pertanyaan atau pernyataan tersebut diganti. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan pendekatan teoritis dan pendekatan lapang. Pendekatan teoritis diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian atau pemikiran yang telah diterbitkan seperti jurnal ilmiah, skripsi atau tesis. Pendekatan lapang diperoleh dari buku untuk menentukan metode penelitian dan data dari Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk mengetahui seluruh alamat serta jumlah SMA negeri dan swasta beserta siswanya di Kota Bogor serta informasi mengenai profil keempat SMA yang menjadi tempat penelitian. 3.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur mengukur sesuatu yang ingin diukur. Pengujian ini dapat dilakukan dengan uji validitas korelasi product moment Pearson dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Pengujian dilakukan kepada 30 responden yang dapat mewakili seluruh sampel. Dari 73 pernyataan yang diajukan, terdapat 23 pernyataan mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari r tabel (r α0,05;df 28 =0,361 untuk minat, motif dan pola menonton sinetron di televisi dan r α0,05;df25 = 0,381 untuk perilaku hedonis remaja). Ada tiga pernyataan yang tidak valid pada bagian motif menonton program sinetron di televisi, yaitu pernyataan nomor 15, 16, dan 17. Ada 20 pernyataan yang tidak valid pada bagian perilaku gaya hidup hedonis remaja, yaitu pernyataan nomor 3, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 19, 23, 24, 25, 26, 28, 31, 33, 35, 37, dan 41. Seluruh pernyataan yang tidak valid tersebut diganti dengan pernyataan yang lebih mudah dimengerti oleh responden. Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan bahwa reliabilitas atau keterandalan merupakan kecocokan instrumen sebagai alat ukur. Terdapat lima teknik dalam menguji indeks reliabilitas, salah satunya adalah dengan teknik belah dua. Teknik ini berguna untuk menguji reliabilitas pertanyaan atau pernyataan berbentuk skala ordinal yang mempunyai hubungan satu sama lain. Uji Reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan uji koefisien reliabilitas teknik belah dua dengan membagi butir pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi belahan genap dan belahan ganjil. Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS

35 for Windows versi 17,0. Setelah dilakukan uji kuesioner kepada 30 responden, nilai reliabilitas yang diperoleh untuk minat menonton program sinetron di televisi adalah 0,841, motif menonton program sinetron di televisi adalah 0,658 dan perilaku gaya hidup hedonis remaja 0,894. Nilai koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa kuesioner sudah reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Hasil pengolahan uji kuesioner ini dapat dilihat di Lampiran 2. 3.8 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik. Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masing-masing peubah adalah tabel distribusi frekuensi dan rataan skor, berupa frekuensi, persentase, persentil, kuartil, rataan dan total rataan skor (Siegel, 1986). Selang masing-masing kelas rataan skor ditentukan dengan rumus range Spearman, yaitu: Dalam penelitian ini, analisis statistik inferensia dilakukan dengan chi square dan uji korelasi rank Spearman yang diolah menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Chi square digunakan untuk menguji hubungan karakteristik responden dengan minat menonton sinetron di televisi dan karakteristik responden dengan motif menonton sinetron di televisi (Wahana Komputer, 2010). Uji korelasi rank Spearman digunakan untuk menguji hubungan minat menonton sinetron di televisi dengan pola menonton sinetron di televisi, hubungan motif menonton sinetron di televisi dengan pola menonton sinetron di televisi dan hubungan pola menonton sinetron di televisi dengan perilaku hedonis remaja (Priyatno, 2009).