AUDITING. Ahmad Try Handoko ( ) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI

dokumen-dokumen yang mirip
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN MATERIALITAS. Tugas Mata Kuliah. Auditing 1

MODIFIKASI LAPORAN AUDITOR. Audit Reporting Dosen Pengampu : LUSY, S.E., M.S.A (HULDA M)

audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

TINJAUAN PROSES AUDIT

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

PROSES AUDIT TAHAP 3 : REPORTING. Agustinus Harries

alasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak.

Ch.7 Materialitas & Risiko Audit SUCAHYO HERININGSIH, SE., MSI., AK., CA.

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16

Standar Audit SA 320. Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

Menyelesaikan Tahap Penilaian Risiko Tugas Matakuliah Auditing 1. Oleh : Nama : I anatun Nikmah NIM :

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit. Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan

Materiality and Audit Risk. Konteks Audit Kepabeanan dan Cukai

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

Pengauditan 1 Bab VI

THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

KONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

Perbedaan Standar Auditing Baru dan Standar Auditing Lama Lembaga standar internasional ISO telah menerbitkan standar audit terbaru ISO 19011:2011,

Audit 2 - Sururi Halaman 1

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Ignatius Natanael Widjaya Ramot P. Simanjuntak Rutman Lumbantoruan

BAB I PENDAHULUAN. standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT AKUNTANSI PEMERIKSAAN 1. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

Standar Audit SA 610. Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

BAB II LANDASAN TEORI

INTERNATIONAL STANDARD ON AUDITING 610 PENGGUNAAN PEKERJAAN AUDITOR INTERNAL

Audit objective (Tujuan audit)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Islahuzzaman (2012:369) profesionalisme adalah sebagai berikut:

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BAB II LANDASAN TEORI

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

MODUL-3 INTERNAL AUDITING

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

Standar audit Sa 500. Bukti audit

HUBUNGAN MATERIALITAS DAN RISIKO DALAM PENGUMPULAN BAHAN BUKTI AUDIT PADA AUDIT PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN. Eliya Isfaatun *)

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sistem Akuntansi Pembelian

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM INFORMASI, KEUANGAN, AUDITING DAN PERPAJAKAN

PENDEKATAN DAN TUJUAN AUDIT. Segmen audit :

Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

22/02/2018. Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

The Capital Acquisition & Repayment Cycle. KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari

BAB II KUALITAS AUDIT, AKUNTABILITAS DAN PENGETAHUAN. dan standar pengendalian mutu.

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16

BAB I PENDAHULUAN. dan kompetitif, bukan hanya dengan perusahaan dalam negeri namun dengan

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

Bab II. Audit Laporan Keuangan & Tanggungjawab Auditor. Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si.

MATERIALITY & RISK CONCEPT

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

FANY OCTAFIA OFFERING L

KELENGKAPAN BUKTI AUDIT

IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER - D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

AUDIT INVESTASI DAN SIKLUS PENDANAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

AUDITING II. Prinsip-prinsip Umum ISA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit.

Standar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

Transkripsi:

AUDITING Prepared by: Signature: Ahmad Try Handoko (15919043) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI

AUDITING PENGANTAR Dra. Erna Hidayah., M.Si., Ak, CA. Take Home Exam Dikumpulkan paling lambat Hari : Minggu, 13 Maret 2016 Dengan TULISAN TANGAN 1. Bobot 15%. Jelaskan Tiga Langkah Audit Berbasis Risiko. 2. Bobot 15%. Jelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. 3. Bobot 20% Auditor menggunakan asersi, untuk apa saja? jelaskan dan beri contohnya! 4. Bobot 20% Jelaskan perbedaan antara : overall materiality, specific materiality, dan performance materiality! 5. Bobot 15% Apa perbedaan antara Risiko Salah Saji Material dan Risiko Audit. Jelaskan! 6. Bobot 15% Dalam kondisi apa auditor tidak dapat memberi pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Jelaskan! Selamat Mengerjakan semoga Sukses

1. Tiga langkah audit berbasis Risiko Tahap/ Langkah Risk Assesment (menilai risiko) Risk Response (menanggapi risiko) Reporting (pelaporan) Penjelasan Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi risiko (salah saji yang material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Tahap melaporkan meliputi: a. Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh; dan b. Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik. 2. kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. A. Asersi untuk jenis transaksi Asersi Penjelasan Occurence Transaksi dan peristiwa yang sudah dicatat, memang terjadi dan merupakan transaksi dan peristiwa dari entitas yang bersangkutan. Completeness Semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya dicatat, memang sudah dicatat. Accuracy Angka-angka, jumlah-jumlah, dan data lain yang terkait dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat, sudah dicatat dengan akurat. Cut-of Transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode akuntansi yang benar. Classification Transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar. B. Asersi untuk saldo akun Asersi Penjelasan

Existence Rights and obligations Completeness Valuations and allocation Aset, Kewajiban, dan Ekuitas benar ada Entitas memiliki dan menguasai aset dan utang merupakan kewajiban entitas Semua Aset, Kewajiban, dan Ekuitas yang seharusnya dicatat, sudah dicatat. Aset, Kewajiban, dan Ekuitas dicantumkan dalam laporan keuangan dalam jumlah yang benar (appropriate amounts), dan semua penyesuaian atau adjusments untuk penilaian (valuation) dan alokasi (allocation) telah dicatat dengan benar. C. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan Asersi Occurence rights, and obligations Completeness Penjelasan Transaksi, peristiwa dan hal-hal lain yang sudah diungkapkan dalam laporan keuangan, memang terjadi dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan. Semua pengungkapan yang seharusnya dicantumkan, memang sudah dicantumkan, memang sudah dicantumkan dalam laporan keuangan. Classification and understandability Informasi keuangan disajikan dan Accuracy and valuation dijelaskan dengan tepat, pengungkapan dinyatakan dengan jelas. Informasi keuangan dan infomasi lainnya diungkapkan dengan wajar (fairly disclosed) dan dalam jumlah yang benar (appropriate amounts). D. Asersi Gabungan Asersi Gabungan Jenis Transaksi Saldo akun Presentasi dan pengungkapan C-Completeness Completeness Completeness Completeness E-Existence Occurence Existence Occurence A-Accuracy dan Accuracy Cut-of Rights dan Accuracy, Rights dan Obligations, Cut-of Classification Obligations V-Valuation Valuation dan Alocation Classification, Understandability Valuation

Asersi Gabungan C-Completeness E-Existence A-Accuracy dan Cut-of V-Valuation Penjelasan Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, telah dicakup. Tidak ada aset, utang dan kewajiban, transaksi yang belum dicatat atau diungkapkan, tidak ada catatan dalam laporan keuangan yang hilang/ dihilangkan atau tidak lengkap. Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, memang ada pada tanggal yang bersangkutan dan memang harus dicakup. Aset, utang dan kewajiban, transaksi, dan hal-hal lain dalam catatan laporan keuangan, memang ada, terjadi dan terkait dengan entitas. Semua kewajiban, pendapatan, beban, dan hak atas aset (yang dikuasai atau dibawah pengendalian merupakan kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang benar. Juga telah dilakukan pengklasifikasian dan pengungkapan yang benar dalam laporan keuangan. Aset, Kewajiban, dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai (at the appropriate value) dalam laporan keuangan. Penyesuaian (adjusment) untuk penilaian atau alokasi yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat sebagaimana mestinya. 3. Auditor menggunakan asersi A. Asersi dapat digunakan auditor dalam menentukan jenis risiko salah saji yang terjadi, yaitu menilai risiko di tingkat laporan keuangan dan di tingkat asersi. - Penilaian risiko ditingkat laporan keuangan Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat perfasif (tersebar luas) dan karenanya mencakup semua asersi. Contoh, jika kepala pembukuan tidak cukup kompeten, sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini seringkali tidak terbatas pada satu saldo akun, atau satu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan saja. Kekeliruan juga tidak terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya (completeness) transaksi penjualan. Kekeliruan dengan mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan valuation.

- Penilaian risiko di tingkat asersi Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu (secara individu) pada saat tertentu. Contoh, akhir tahun atau transaksi tertentu pada suatu periode tertentu (misalnya dalam tahun buku yang berangkutan), dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan. Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis traksaksi atau penyajian dan pengungkapan) tertentu, akan berbeda, tergantung pada ciri saldo akun itu dan potensi salah saji yang material. Sebagai contoh, ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin menilai risiko terjadinya kekeliruan menjadi rendah. Namun untuk persediaan dimana keusangan (obsolescence) merupakan factor penting auditormenilai valuation risk tinggi. Contoh lain, karena kemungkinan hilangnya persediaan relatif kecil, auditor menilai risiko salah saji yang material berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Akan tetapi, kelemahan dalam menangani transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai risiko salah saji karena tidak lengkapnya saldo akun penjualan, sebagai risiko yang tinggi. B. Asersi dapat digunakan auditor dalam menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yang material Contoh - Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan; - Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang signifikan dalam bidang ekonomi, akuntansi, atau lainnya, dan oleh karena itu, membutuhkan perhatian spesifik; - Kompleksitas transaksi; - Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi; - Derajat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan risiko, terutama pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang luas; dan - Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan yang terjadi di luar kegiatan bisnis normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa

C. Asersi dapat digunakan auditor dalam merancang prosedur audit selanjutnya (further audit procedures) sebagai jawaban atau tanggapan terhadap risiko yang dinilai (responsive to the assessed risk). Contoh - Permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas yang menurut pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin membantu dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan atau kesalahan. - Prosedur analitis. - Observasi dan inspeksi. 4. perbedaan antara : overall materiality, specific materiality, dan performance materiality A. Performance Materiality Performance materiality memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam jenis transaksi, saldo akun atau disclousures tanpa harus mengubah overall materiality. Performance materiality memungkinkan auditor menetapkan angka materialitas berdasarkan overall materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan detection risk (risiko tidak terdeteksinya salah saji) dan untuk mencerminkan penilaian risiko. Angka yang lebih rendah berfungsi sebagai penyangga (bufer) antara performance materiality (yang digunakan untuk menentukan sifat dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan) dengan overall materiality (materialitas menyeluruh). Menetapkan angka performance materiality yang tepat memerlukan kearifanprofesional (professional judgement), dan bukan sekedar hitung-hitungan sederhana atau penerapan atbel-tabel. Performance materiality secara keseluruhan atau untuk saldo, transaksi dan disclousures secara individual mungkin harus diubah pada setiap waktu selama audit (tanpa mempengaruhi overall materiality) untuk mencerminkan penilaian risiko yang diubah (revised risk assesment), temuan audit, dan informasi baru pada penyelesaian audit, overall materiality akan digunakan untuk mengevaluasi dampak salah saji yang tidak teridentifikasi dalam laporan keuangan dan tepatnya pendapat auditor. B. Overall Materilaity Overall materiality didasarkan atas persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan dari pemakai laporan keuangan. Umumnya dan seharusnya ditetapkan

sebesar angka materialitas yang digunakan pembuat laporan keuangan. Dengan professional judgement, auditor akan menetapkan materialitas pada angka salah saji tertinggi yang tidak akan berdampak pada keputusan ekonomis yang dibuat pemakai laporan keuangan. Sekali ditetapkan, angka overall materiality menjadi salah satu faktor yang pada akhirnya menjadi ukuran yang dipakai untuk menilai sukses atau gagalnya audit. Pada penyelesaian audit, overall materiality akan digunakan untuk mengevaluasi dampak salah saji yang tidak teridentifikasi dalam laporan keuangan dan tepatnya pendapat auditor. C. Specifik Materiality Ada beberapa situasi di mana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dapat diperkirakan secara layak akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan. Yang mempengaruhi keputusan tersebut antara lain: Ketentuan perundang-undangan dan kerangka pelaporan keuangan, pengungkapan utama dalam industri yang bersangkutan, pengungkapan peristiwa penting, perubahan pentinga dalam operasi. 5. perbedaan antara Risiko Salah Saji Material dan Risiko Audit. A. Risiko salah saji material Salah saji material (material misstatement) terjadi jika secara layak diharapkan akan mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai laporan keuangan. Antara lain: - Terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama. - Berupa salah saji yang tidak dikoreksi - Pengungkapan yang menyesatkan - Kesalahan atau kecurangan. Pada risiko salah saji material merupakan risiko residual manajemen, yaitu risiko yang tersisa setelah manajemen mengupayakan segala pengendalian. Istilah lain untuk management s residual risk adalah risk appetite ( selera terhadap risiko) atau risk tolerance (toleransi terhadap risiko). B. Risiko Audit

Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat (expressing an inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang disalahsajikan secara material. Risiko audit terdiri dari: Risiko Sifat Sumber Inherent risk (risiko bawaan) Laporan keuangan Tujuan/ operasi entitas dan dan control risk (risiko mungkin/ berpotensi rancangan/ implementasi pengendalian) mengandung salah saji yang material pengendalian internal oleh manajemen. Detection Risk (risiko Auditor mungkin gagal Sifat dan luasnya prosedur deteksi) mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan audit yang dilaksanakan auditor. Risiko bawaan berisi semua faktor risiko bisnis dan kecurangan (business and fraud risk factors) yang dapat menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara material (tanpa mempertimbangkan mitigasi oleh pengendalian internal). Risiko pengendalian (control risk) mencerminkan prosedur pengendalian yang perfasif dan spesifik yang dibuat manajemen untuk memitigasi risiko Laporan keuangan disalahsajikan. 6. Auditor tidak dapat memberi pendapat Wajar Tanpa Pengecualian jika: a. Kesimpulan opini WDP, yang wajib jika: - Auditor setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa salah saji sendiri-sendiri atau digabungkan adalah material tetapi tidak pervasif untuk laporan keuangan yang bersangkutan. - Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dijadikan dasar pemberian pendapat, tetapi ia menyimpulkanbahwa dampak salah saji yang tidak ditemukan mungkin material tetapi tidak pervasif. b. Kesimpulan opini TW, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa salah saji, sendiri-sendiri atau digabungkan adalah material dan pervasif untuk laporan keuanganyang bersangkutan. c. Kesimpulan opini TMP, yang wajib jika: - Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dijadikan dasar pemberian pendapat, dan menyimpulkan bahwa dampak salah saji yang tidak ditemukan bisa material dan pervasif.

- Auditor dalam situasi yang sangat langka dimana ada beberapa ketidakpastian yang menyimpulkan bahwa meskipun telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai masing-masing ketidakpastian tersebut, tidak mungkin baginya memberikan pendapat karena ketidakpastian karena ketidakpastian tersebut bisa saling terkait dan dampak kumulatif dari ketidakpastian itu terhadap laporan keuangan. d. Hal-hal lain yang memerlukan modifikasi, antara lain: - Menghilangkan pembatasan - Manajemen menolak menghilangkan pembatasan - Auditor tidak memperoleh bukti dan tidak mampu memperoleh bukti audit - Auditor mengundurkan diri - Pendapat yang bertentangan - Masalah penyebab modifikasi - Salah saji yang material - Pengungkapan disalahsajikan - Informasi yang seharusnya diungkapkan - Dan hal lainnya yang memerlukan modifikasi