PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING

dokumen-dokumen yang mirip
SIDANG TUGAS AKHIR Your logo here

Rancang Bangun Sistem Pelacakan Obyek Menggunakan CCTV dan Webcam. Kampus ITS, Surabaya

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB I PENDAHULUAN E-15

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

1.1 Latar Belakang. 1.2 Identifikasi Masalah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut :

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi Citra (image) adalah istilah lain untuk gambar sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi merupakan sebuah hal yang akan terus berkembang mengikuti jaman. Seiring perkembangan jaman,

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM MONITORING RUANGAN MENGGUNAKAN KAMERA MELALUI INTERNET

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan di berbagai sektor dalam kehidupan manusia. Seiring dengan

OPTIMASI WEBCAM SEBAGAI MEDIA INPUT BAGI PENGISIAN FIELD BER-TIPE IMAGE

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks,

PENGUKURAN KECEPATAN OBYEK DENGAN PENGOLAAN CITRA MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING SKRIPSI. Disusun Oleh : Hery Pramono NPM.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Tujuan dari perancangan sistem adalah untuk memenuhi kebutuhan user mengenai

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di segala bidang dalam era globalisasi saat ini begitu

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kamera CCTV (Closed Circuit Television). Perangkat CCTV dapat

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI. misalnya EyeSpyFx. Aplikasi ini memiliki fitur untuk melakukan pemantauan keamanan

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH PENGUNJUNG OBYEK WISATA DENGAN WEBCAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, lahan parkir menjadi kebutuhan utama pengguna kendaraan,

C I N I A. Pengukuran Beban Kerja Petugas Keamanan Untuk Memenuhi Standard Minimal Tingkat Keamanan Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. spesifikasi tertentu untuk computer yang digunakan yaitu: Pentium IV 2.0 Ghz. Memory 512 MB.

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

RANCANG BANGUN APLIKASI PICTURE BROWSER SEBAGAI DIGITAL ALBUM ALTERNATIF

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

pelajaran 1.2 Mengoperasikan penyalaan komputer sampai dapat digunakan 2. Merakit, menginstalasi, men-setup, memelihara dan melacak serta

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

MONITORING RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA CAMERA BERBASIS PEMROGRAMAN DELPHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kreasi baru, yang memiliki makna baru. dilakukan dengan mudah, yaitu dengan memilih objek (sasaran) pada sumber

BAB 3 METODE PENELITIAN. pendapat para responden mengenai Augmented Reality, aplikasi Virtual dressing

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun non verbal. Komunikasi secara verbal menggunakan kata-kata lisan untuk. mengungkapkan ekspresi penggunanya.

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

AMIK MDP. Program Studi Manajemen Informatika Tugas Akhir Ahli Madya Semester Genap Tahun 2010/2011

BAB 1 PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang

SISTEM KAMERA DENGAN PAN-TILT TRIPOD OTOMATIS UNTUK APLIKASI FOTOGRAFI

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGONTROLAN WEBCAM UNTUK APLIKASI SISTEM MONITORING RUANGAN

Berikut merupakan prosedur penggunaan pada non-login :

BAB 1 PENDAHULUAN. beragam produk seperti tampilan suara, video, citra ditawarkan oleh perusahaan untuk

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah

SISTEM INFORMASI DATA GURU SE-KABUPATEN KARO PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARO. Dibuat Oleh: David Super Natanail Ginting 1A112034

Rancang Bangun Sistem Penghitung Laju dan Klasifikasi Kendaraan Berbasis Pengolahan Citra

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI INVENTORY DI ASTI OFFSET

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN ANTROPOMETRI BADAN DAN PEMBUATAN POLA DALAM INDUSTRI KONVEKSI DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA

SISTEM INFORMASI PENDATAAN KASUS KECELAKAAN DAN TILANG PADA BAGIAN SATLANTAS DI KPPP TANJUNG PERAK

KATA PENGANTAR. rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan indera yang dimiliki manusia untuk melihat. Mata

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Berikut merupakan gambar Blok Diagram pada sistem yang akan dibuat : Gambar 3.

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM DAN PENGUJIAN. meliputi pembahasan mengenai proses perekaman gambar berdasarkan interval

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

PENERAPAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP PADA MESIN PABRIK

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Web SCADA untuk Mengendalikan Miniatur Pintu Air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang

Transkripsi:

PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING 1 Rucitra Danny Anindita dan Arief Rahman Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email : rucitra.dani@gmail.com dan rahmanarief@gmail.com Abstrak - Tingkat penggunaan alat pelindung diri (APD) sangat berpengaruh pada tingkat keselamatan kerja. Semakin rendah frekuensi penggunaan alat pelindung diri, maka semakin besar kesempatan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi sewaktu - waktu dan dan menimpa siapa pun. Di sisi lain kesadaran dan disiplin pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri masih kurang sehingga terjadinya kecelakaan kerja cukup besar. Manajemen perusahaan punya andil cukup besar sebagai fungsi kontrol untuk mengawasi pekerja dalam menerapkan standar K3, khususnya dalam pemakaian alat pelindung diri. Terciptanya kondisi yang aman dari kemungkinan kecelakaan akan memperlancar kinerja perusahaan serta menjaga produktivitas kerja. Ada berbagai cara untuk mengurangi kecelakaan kerja, salah satunya yaitu dengan meningkatkan frekuensi penggunaan alat pelindung diri. Namun ketidakdisiplinan pekerja dalam menerapkannya menjadi kendala bagi perusahaan. Sistem pendeteksi alat pelindung diri dalam mengawasi dan memastikan pekerja menggunakan alat pelindung diri sangat diperlukan. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi apakah pekerja menggunakan alat pelindung diri atau tidak. Sistem deteksi ini menggunakan teknologi digital image processing untuk mengolah dan manganalisis gambar pekerja menggunakan alat pelindung diri. Cara kerja dari sistem ini yaitu merekam dan mengamati obyek secara real time. Dengan adanya sistem ini, sistem pendeteksi mampu mengakomodasi keterbatasan manusia dalam melakukan pengawasan dan memberikan peringatan awal sebagai upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Sistem ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengawasi pekerja agar selalu menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja. Kata kunci - Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kecelakaan Kerja, Image Processing, Deteksi Alat Pelindung Diri. I. PENDAHULUAN Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya kecelakaan kerja pada area kerja [4]. Penggunaan alat pelindung diri seringkali dianggap tidak penting ataupun remeh oleh para pekerja, terutama pada pekerja yang bekerja pada area yang berbahaya. Padahal penggunaan alat pelindung diri ini sangat penting dan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja. Kedisiplinan para pekerja dalam mengunakan alat pelindung diri tergolong masih rendah sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekerja cukup besar. Berdasarkan angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2011 [3], angka kecelakaan mencapai 99.491 kasus. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus, tahun 2009 sebanyak 96.314, dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus. Angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong cukup tinggi. Hal ini disebabkan masih lemahnya kedisiplinan dan kesadaran masyarakat. Penggunaan alat pelindung diri sudah seharusnya dilakukan, karena terdapat temuan bahaya di perusahaan yang ada di Indonesia bahwa 60 % tenaga kerja cedera kepala karena tidak menggunakan helm pengaman, 90 % tenaga kerja cedera wajah karena tidak menggunakan alat pelindung wajah, 77 % tenaga kerja cedera kaki karena tidak menggunakan sepatu pengaman, dan 66 % tenaga kerja cedera mata karena tidak menggunakan alat pelindung mata. 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Wajah Kepala Kaki Mata Wajah Kepala Kaki Mata Gambar 1 Grafik Kecelakaan Kerja yang Menimpa Pekerja Pemakaian alat pelindung diri yang masih kurang diterapkan dengan baik oleh para pekerja disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pengawasan yang kurang ketat oleh pihak manajemen perusahaan terutama dalam penggunaan alat pelindung diri [5]. Namun usaha pengawasan tersebut tidak setiap hari dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan, pengawasan tersebut mungkin hanya dilakukan secara berkala. Kecelakaan kerja dapat terjadi sewaktu - waktu dan dapat menimpa siapa pun, sedangkan tingkat kesadaran pekerja menggunakan alat pelindung diri masih kurang sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja cukup besar [1]. Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang dapat digunakan untuk

2 mendeteksi dan memastikan para pekerja menggunakan alat pelindung diri [2]. Sehingga dapat dilakukan pencegahan dan meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja akibat lalai atau tidak disiplinnya pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri. menjadi panduan dalam merancang sistem ini. Kemudian dari kerangka umum tersebut, dapat digambarkan proses deteksi. II. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan sebagai acuan kerangka berpikir agar penelitian yang dihasilkan terarah dan tujuan yang diinginkan tercapai. Gambar 3.3 Flowchart Proses Deteksi B. Perancangan Hardware Perancangan hardware dalam sistem ini hanya mencakup pada pemilihan capture device yang digunakan untuk menangkap gambar alat pelindung diri secara visual. Pada sistem ini akan menggunakan kamera webcam sebagai media penangkap gambar. Kamera webcam akan ditingkatkan utilisasinya menjadi active surveillance camera. Active surveillance camera tersebut berfungsi untuk menangkap dan mengidentifikasi gambar dari alat pelindung diri. Gambar 3.1 Metodologi Penelitian Tahap awal pada penelitian ini adalah tahap studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan mempelajari konsep - konsep yang berhubungan dengan rumusan permasalahan. Studi literatur ini dapat diperoleh dari teori - teori, data, dan informasi pendukung yang dibutuhkan dalam penelitian. Studi literatur dapat diperoleh dari jurnal, buku, tugas akhir, artikel, dan referensi lainnya. Beberapa konsep penting dalam studi literatur ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3), alat pelindung diri (APD), image processing, dan CCTV. A. Tahap Perancangan Sistem Inspeksi Alat Pelindung Diri Pada tahap perancangan ini, terlebih dahulu melakukan identifikasi terkait entitas - entitas apa saja yang terdapat dalam perancangan sistem. Entitas dalam sistem ini antara lain area kerja, pekerja, kamera webcam, sistem alarm, dan alat pelindung diri. Setelah menentukan entitas, kemudian langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kerangka umum sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Kerangka umum sistem ini akan C. Perancangan Software Perancangan software ini meliputi perancangan interface dan algoritma software. Perancangan interface dilakukan untuk membuat dan menampilkan fungsi apa saja yang ingin ditampilkan pada software. Tata letak dari fitur - fitur yang diberikan juga harus diperhatikan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah user memahami dan menggunakan fungsi - fungsi dari software tersebut. Sedangkan perancangan algoritma digunakan sebagai bahasa pemrograman untuk menjalankan software tersebut. Software ini akan membantu dalam melakukan proses identifikasi pada alat pelindung diri. D. Pengintegrasian Hardware dan Software Pada tahap ini akan dilakukan pengintegrasian antara hardware dan software secara keseluruhan agar sistem ini dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. E. Tahap Pengujian Sistem Dalam tahap ini akan dilakukan pengujian dari sistem pendeteksi. Pengujian yang dilakukan adalah dengan mencoba proses deteksi alat pelindung diri pada pekerja. Proses deteksi tersebut dilakukan dengan melakukan beberapa skenario kondisi. Skenario yang diuji cobakan yaitu mendeteksi satu atau lebih pekerja dengan menggunakan alat pelindung diri. Selain itu, uji coba juga dilakukan dengan mengkombinasikan penggunaan alat pelindung diri. Dari uji coba tersebut, dapat dilihat apakah

3 nantinya sistem mampu mengidentifikasi objek yang tertangkap atau tidak, baik identifikasi dari segi pekerja maupun alat pelindung diri. F. Tahap Analisis dan Interpretasi Data Setelah tahap pengujian, kemudian akan dilakukan tahap analisis untuk menganalisis mekanisme atau alur kerja dari sistem. Terdapat beberpa poin penting yang akan disajikan pada tahap analisis, antara lain analisis perancangan sistem dan hasil pengujian sistem. Analisis tersebut ditujukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari perancangan sistem. Dari hasil analisis sistem, diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi perbaikan. Sehingga hasil tersebut dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki dan menutupi kekurangan sistem.. III. HASIL DAN PEMABAHSAN A. Mekanisme Umum Sistem Area kerja berbahaya membutuhkan sistem pendeteksi alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Sistem deteksi ini secara tidak langsung digunakan untuk mengingatkan pekerja agar selalu menggunakan alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaannya. Sitem ini terdiri dari software dan hardware yang nantinya akan diintegrasikan. Gambar 4.1 Gambaran Umum Sistem Berdasarkan gambar tersebut, sistem pendeteksi ini terdiri dari komponen hardware dan software yang kemudian diintegrasikan. Perancangan hardware difokuskan pada pemilihan capture device yang sesuai agar dapat digunakan untuk proses deteksi. Sedangkan perancangan software yang terdiri dari perancangan algoritma sistem dan interface software. Perancangan algoritma sistem akan menjadi input agar software dapat bekerja sesuai dengan fungi yang diharapkan. Sedangkan perancangan interface dilakukan untuk merancang fitur apa saja yang perlu ditampilkan dalam software dan bagaimana merancangnya agar user dapat memahaminya dengan mudah. B. Perancangan Form Interface Software ini dirancang untuk membantu melakukan proses pengawasan terhadap perilaku pekerja dalam penerapannya pada budaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Software ini mempunyai fungsi utama sebagai pendeteksi alat pelindung diri. Dalam menjalankan operasinya, software ini menggunakan bahasa pemrograman C++. Tampilan interface dari software ini hanya terdiri dari satu form utama saja. Di dalam form akan dibedakan menjadi dua sisi layar yaitu sisi kiri dan kanan. Pada sisi kiri akan terdapat beberapa tampilan layar yang akan menampilkan beberapa gambar dari objek yang terdeteksi. Layar tersebut terdiri dari satu layar utama dan tiga layar kecil. Layar utama digunakan untuk menampilkan gambar original dari objek yang tertangkap oleh kamera. Sedangkan layar kecil digunakan untuk menampilkan potongan gambar dari beberapa identifikasi dari alat pelindung diri yaitu helm, masker, dan kacamata. Pada sisi kanan form akan terdapat pilihan opsi untuk menjalankan beberapa fungsi dari software. Fungsi tersebut antara lain mengaktifkan dan mematikan kamera webcam, memotret dan menyimpan foto secara otomatis, serta indikator dari alarm untuk menunjukkan adanya peringatan. Gambar 4.6 Tampilan Interface Software C. Perancangan Flowchart Software Memilih file APD.Detection.System untuk menjalankan aplikasi. Kemudian akan muncul tampilan layar dari aplikasi ini. Selanjutnya tekan tombol Cam On untuk mengaktifkan kamera webcam. Setelah kamera aktif, kamera akan mulai merekam. Kamera akan merekam setiap kejadian terutama pada saat mengidentifikasi alat pelindung diri pada pekerja. Pada posisi merekam, kamera akan melakukan proses pencarian objek. Kamera akan mengidentifikasi selama objek masih berada dalam jangkauan kamera. Ketika kamera mengidentifikasi adanya objek, kamera akan langsung menangkap atau memotret objek. Hasil tangkapan kamera akan disimpan dalam folder sebagai bukti kejadian selama aktivitas berlangsung. Disini terdapat fungsi auto save picture yang berfungsi menyimpan gambar (foto) objek secara otomatis ke dalam folder. Setelah gambar dari objek didapatkan maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses identifikasi alat pelindung diri. Alat pelindung diri ini antara lain helm, kacamata, dan masker. Dari proses identifikasi, langkah selanjutnya software akan menentukan apakah objek sesuai dengan interpretasi data software. Jika tidak sesuai maka akan muncul tanda peringatan berupa bunyi alarm. Gambar 4.7 Flowchart Alur Kerja Software

4 D. Implementasi Fungsi Software Pada tahap ini akan dijelaskan mengenai mekanisme kerja software yang terdiri dari proses identifikasi objek dan beberapa fungsi yang diberikan pada software. Gambar 4.8 Flowchart Proses Identifikasi APD E. Pengujian Sistem Setelah melalui proses perancangan software maka tahap selanjutnya adalah tahap pengujian dari software. Dalam pengujian ini akan ditekankan pada kemampuan kamera webcam mendeteksi objek yang dilakukan oleh software. Objek tersebut berupa alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja. Selain itu juga menguji kemampuan respon terhadap objek yang terdeteksi, kemampuan respon alarm serta kemampuan lain yang telah diprogramkan pada software. F. Pengujian Fungsi Identifikasi Objek Pada tahap ini akan dilakukan proses pengujian pada fungsi identifikasi objek. Dalam tahap pengujian, akan dilakukan beberapa skenario dari penggunaan alat pelindung diri. Skenario yang pertama adalah dengan melakukan uji coba dengan mengkombinasikan penggunaan alat pelindung diri pada satu orang pekerja. Sedangkan skenario yang kedua adalah melakukan uji coba dengan mengkombinasikan penggunaan alat pelindung diri pada beberapa orang pekerja. Tujuan dilakukannya skenario tersebut adalah untuk mengetahui apakah software dapat mengidentifikasi kombinasi penggunaan alat pelindung diri baik pada satu atau beberapa orang pekerja G. Pengujian Keseluruhan Fungsi Sistem Untuk mengetahui keseluruhan fungsi dari sistem pendeteksi ini, maka akan dilakukan pengujian dengan cara membiarkan software beroperasi dengan sendirinya. Hasil yang ingin diperoleh dari pengujian ini adalah sistem dapat menunjukkan adanya report berupa bukti kejadian dari penggunaan alat pelindung diri. Dari proses pengujian yang dilakukan, software akan mengidentifikasi pekerja yang melintas di depannya. Setelah itu software melakukan proses identifikasi pada alat pelindung diri pada pekerja. Software akan memberikan peringatan secara langsung jika terdapat pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri. Setelah dikonfirmasi dan dilihat hasil report ternyata terbukti bahwa terdapat foto pekerja baik yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap maupun tidak lengkap. Dengan demikian, tujuan dari perancangan sistem pendeteksi alat pelindung diri ini berhasil dan telah tercapai. H. Analisis Hasil Pengujian Sistem Pengujian dilakukan dengan menguji kemampuan software mengidentifikasi objek, respon saat objek teridentifikasi, dan kemampuan report yang dihasilkan oleh software. Pada tahap analisis ini, sistem akan fokus terhadap hasil pengujian sistem pada proses identifikasi alat pelindung diri. Software akan diuji dengan beberapa skenario dari penggunaan alat pelindung diri. Skenario yang pertama adalah dengan melakukan uji coba dengan mengkombinasikan penggunaan alat pelindung diri pada satu orang pekerja. Sedangkan skenario yang kedua adalah melakukan uji coba dengan mengkombinasikan penggunaan alat pelindung diri pada beberapa orang pekerja. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah software dapat mengidentifikasi alat pelindung diri dengan baik atau tidak. Karena memang fokus dari pengujian ini hanyalah untuk mengetahui apakah sistem dapat berfungsi atau tidak, maka akan dilakukan uji coba prototype. Analisis Pengujian Sistem Skenario 1 Analisis pengujian yang pertama adalah pada skenario pertama, yaitu analisa hasil pengujian dengan mengkombinasikan penggunaan alat pelindung diri pada satu orang pekerja. a) Skenario 1, Pekerja Tidak Menggunakan Semua Alat Pelindung Diri. Pada skenario ini dapat dilihat bahwa software dapat mengidentifikasi objek dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari comment software yang menuliskan bahwa masker tidak ada, helm tidak ada, dan mata tidak ada. Dari comment tersebut dapat diketahui bahwa pada saat itu pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri satu pun. Respon yang diberikan pun cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari software yang dapat mengidentifikasi dan memberikan hasil analisis secara cepat. b) Skenario 2, Pekerja Menggunakan APD Berupa Helm Pada skenario 2, software memberikan respon yang lambat ketika mengidentifikasi objek. Hal ini dikarenakan terdapat bagian rambut yang tidak tertutup oleh helm sehingga software tidak mampu mengidentifikasi helm. Bagian rambut tersebut terletak pada sisi samping dari kepala. Karena bentuk dari helm yang tidak dapat menjangkau bagian rambut bagian samping, maka sebaiknya pada bagian tersebut perlu dilakukan proses erosi untuk merubah rambut menjadi warna hitam kembali. Sehingga ketika akan diidentifikasi, bagian rambut tersebut memiliki warna yang sama dengan warna helm. c) Skenario 3, Pekerja Menggunakan APD Berupa Masker Pada skenario ini, dapat dilihat bahwa software mampu mengidentifikasi objek dengan baik. Skenario ini akan melakukan proses identifikasi pada alat pelindung diri berupa masker. Software pun

5 memberikan respon yang baik karena software mampu memberikan hasil analisis yang cepat ketika mengidentifikasi objek. Tidak ada halangan dari software ketika mengidentifikasi objek karena ukuran batas tepi dari objek sesuai. d) Skenario 5, Pekerja Menggunakan APD Berupa Helm dan Masker Pada skenario ini, dapat dilihat bahwa software mampu mengidentifikasi objek dengan baik. Skenario ini akan melakukan proses identifikasi pada alat pelindung diri berupa kombinasi antara helm dan masker. Dari identifikasi tersebut, dapat dianalisa bahwa software dapat mendeteksi keberadaan dari helm dan masker. Hal itu dapat dilihat dari comment software yang menuliskan bahwa helm dan masker ada. Software pun memberikan respon yang baik dan mampu memberikan hasil analisis yang cepat ketika mengidentifikasi objek. Tidak ada halangan dari software karena software dapat mengidentifikasi objek sesuai dengan ukuran batas tepi objek yang telah ditentukan. Analisis Pengujian Sistem Skenario 2 Berikutnya akan dilakukan analisis pengujian fungsi identifiaksi objek skenario yang kedua yaitu analisa hasil pengujian dengan mengkombinasikan penggunaan alat pelindung diri pada beberapa orang pekerja. a) Skenario 1, Pengujian dengan Dua Orang Pekerja Pada skenario ini akan dilakukan pengujian penggunaan alat pelindung diri pada dua orang pekerja. Pengujian ini dikondisikan dengan menggunakan alat pelindung diri yang sama pada tiap orangnya. Masing - masing orang pekerja menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari helm dan masker. Dari hasil pengujian pada skenario ini, dapat dijelaskan bahwa sistem mampu mengidentifikasi penggunaan alat pelindung diri pada 2 orang pekerja. Namun sistem memberikan respon yang kurang baik ketika melakukan proses identifikasi. Hal ini dikarenakan objek yang akan diidentifikasi cukup banyak, baik dari jumlah orang dan alat pelindung dirinya. Selain itu juga, dari pergerakan pekerja saat proses identifikasi. Pergerakan pekerja akan mempengaruhi proses identifikasi, karena pergerakan tersebut akan membuat posisi pekerja berpindah - pindah. Sedangkan software hanya mampu mengidentifikasi alat pelindung diri jika posisinya tampak dari depan. Inilah yang menjadi kelemahan dari sistem pendeteksi alat pelindung diri. Pada perancangannya masih belum memasukkan kriteria proses pendeteksian dari segala arah sudut pandang tubuh manusia. Ketika pergerakan pekerja berkurang dan posisinya menghadap kamera, software mampu mengidentifikasi alat pelindung diri yang digunakan. b) Skenario 2, Pengujian dengan Tiga Orang Pekerja Pada skenario ini akan dilakukan pengujian penggunaan alat pelindung diri pada tiga orang pekerja. Pengujian ini dikondisikan dengan menggunakan alat pelindung diri yang sama pada tiap orangnya. Masing - masing orang pekerja menggunakan alat pelindung berupa helm. Dari hasil pengujian pada skenario ini dapat dijelaskan bahwa sistem sudah dapat mengidentifikasi alat pelindung diri pada pekerja. Namun dari hasil pengujian, didapatkan bahwa terdapat satu orang pekerja yang tidak dapat terdeteksi oleh software. Kondisi pengujian pada saat itu, posisi pekerja telah menghadap kamera. Namun sistem masih tidak dapat mengidentifikasi alat pelindung diri. Setelah diamati ternyata terdapat bagian rambut pada sisi atas yang masih tampak. Karena pada pendeteksian helm, parameter pengukurannya adalah dengan menggunakan rambut. Jika rambut pada bagian atas kepala masih tampak maka sistem tidak dapat mengidentifikasi helm. Sehingga pekerja harus memperhatikan dan menyesuaikan penggunaan helm agar dapar teridentifikasi. c) Skenario 3, Pengujian dengan Empat Orang Pekerja Pada skenario ini akan dilakukan pengujian penggunaan alat pelindung diri pada lima orang pekerja. Pengujian ini dikondisikan dengan menggunakan alat pelindung diri yang sama pada tiap orangnya. Masing - masing orang pekerja menggunakan alat pelindung berupa masker. Dari hasil pengujian pada skenario ini dapat dijelaskan bahwa sistem hanya dapat mengidentifikasi dua orang pekerja saja yang menggunakan masker, sedangkan dua orang yang lain tidak dapat diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena objek yang diidentifikasi cukup banyak. Selain itu masker yang digunakan ada yang menyerupai seperti bentuk hidung sehingga software mendeteksi masker tersebut menjadi hidung. Software masih belum membedakan antara bentuk hidung dengan masker. Oleh Karena itu perlu dilakukan pengkuran yang secara akurat dari bentuk masker agar bentuk yang diidentifikasi tidak menyerupai hidung. Karena memang bentuk masker hampir menyerupai hidung jika diperhatikan. Selain itu juga terdapat faktor posisi pekerja yang tidak menghadap kamera. Sehingga software tidak mampu mengidentifikasi masker ketika posisinya tidak tampak dari depan. I. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem Berdasarka hasil peranccangan dan pengujian sistem, dapat diketahui bahwa sistem deteksi alat pelindung diri menggunakan teknologi image processing ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan sistem ini antara lain mampu mengakomodasi keterbatasan manusia dalam melakukan pengawasan, penggunaan sistem ini mampu meningkatkan utilitas sistem deteksi dikarenakan sistem ini secara otonom mmpu menggantikan peran manusia sebagai pengawas, adanya fungsi report yang berupa foto, mampu menyediakan informasi berupa gambar secara langsung tanpa harus mengoperasikan hasil rekaman video secara manual, fungsi peringatan yang dapat digunakan sebagai upaya pencegahan terhadap kecelakaan kerja karena sistem ini dapat mengingatkan pekerja agar selalu siap sedia menggunakan alat pelindung diri, dan penggunaan capture device yang berupa webcam, mampu menghemat baiaya investasi untuk sistem ini terutama jika digunakan pada area kerja yang memiliki jumlah area yang cukup banyak.

6 Selain kelebihan - kelebihan tersebut, juga terdapat kelemahan dari sistem ini yaitu kemampuan identifikasi pada software yang masih terbatas pada objek bagian depan saja. Oleh karena itu lokasi penempatan dari kamera harus tepat. Dari kekurangan yang ada, diharapkan sistem pendeteksi tersebut nantinya dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya sehingga sistem mampu di implementasikan pada suatu kondisi yang lebih baik. J. Analisis Cost Benefit Safety Pada data historis kecelakaan kerja pada tahun 2009-2010 dapat diketahui bahwa terjadi sedikitnya lima kali kecelakaan kerja yang menimpa pekerja. Dari kecelakaan kerja tersebut menyebabkan kerugian yang cukup besar baik kerugian secara fisik maupun finansial. Kerugian secara fisik menyebabkan cedera atau luka pada pekerja. atau luka tersebut sebagian besar disebabkan karena pekerja tidak menggunakannya alat pelindung diri pada saat bekerja. Dampak kecelakaan tersebut membawa kerugian material yang sangat besar. Perusahaan harus membiayai biaya pengobatan pekerja. Dari tahun 2009-2010, perusahaan telah menelan kerugian material sebesar Rp 53.408.013,00. Jumlah kerugian tersebut cukup besar. Hal tersebut tidak seharusnya terjadi jika perusahaan menerapkan peraturan K3 secara baik dan terstruktur. Untuk menumbuhkan sikap disiplin dari pekerja, perusahaan harus melakukan pengawasan secara ketat. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan mempekerjakan operator pengawas. Operator tersebut bertugas untuk mengawasi perilaku dan memberi peringatan kepada pekerja agar selalu menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja. Perusahaan melakukan pengamatan untuk mengetahui perilaku pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri. Disini pengamatan dilakukan terhadap 10 orang pekerja yang sama dan dilakukan dalam 10 hari kerja. Dari hasil pengamatan didapatkan probabilitas kemungkinan pekerja menggunakan alat pelindung diri adalah sebesar 8,7. Dengan adanya pengawasan ini pekerja lebih disiplin menggunakan alat pelindung diri. Untuk mengetahu cost benefit dari sistem pendeteksi alat pelindung diri ini maka akan dilakukan perbandingan dengan melakukan pengawasan keselamatan kerja yang dilakukan oleh operator pekerja. Kedua cara pencegahan tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengawasi dan memastikan pekerja agar menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja. Namun jika dlihat dari segi biaya, kedua cara tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk pengawasan yang dilakukan dengan memperkerjakan operator pengawas setidaknya membutuhkan biaya pengeluaran untuk memberi upah / gaji bagi pekerja. Jika didasarkan pada nilai UMR maka pekerja akan mendapatkan upah / gaji pokok sebesar Rp 1.500.000,00 /bulan. Di perusahaan tersebut, pekerja yang dipekerjakan sebanyak 2 orang, sehingga jika dijumlahkan sebesar Rp 3.000.000,00 / bulan untuk menggaji operator. Jika dihitung selama setahun maka besar biaya yang dikeluarkan untuk menggaji operator tersebut sebesar 36.000.000,00 / tahun. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk membuat sistem pendeteksi ini hanya membutuhkan sebuah kamera webcam, komputer server, dan perancangan software sistem pendeteksi alat pelindung diri. Biaya pengadaan yang dikeluarkan untuk membeli kamaera webcam adalah sebesar Rp 410.000,00, komputer server sebesar Rp 5.000.000, dan software dapat dibuat dengan sendirinya sehingga tidak perlu mengleuarkan biaya. Jika ditotal akan menghasilkan biaya sebesar Rp5.410.000,00 untuk sekali biaya instalasi. Dari perhitungan biaya tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi biaya perancangan sistem pendeteksi alat pelindung diri lebih murah jika dibandingkan dengan menggaji operator pengawas. Sedangkan dari segi fungsinya, sistem pendeteksi ini lebih dapat dioperasikan secara otomatis sehingga dapat mengakomodasi keterbatasan manusia dalam melakukan pengawasan. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap perancangan dan pengujian sistem detksi, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Algoritma sistem pendeteksi alat pelindung diri dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman C++ dan hardware yang digunakan adalah kamera webcam. 2. Pengujian sistem pendeteksi dilakukan dengan dua tahap pengujian yaitu secara individu dan kelompok. Dari pengujian secara individu diperoleh tingkat keakuratan sebesar 100%, sedangkan pengujian secara kelompok diperoleh tingkat keakuratan sebesar 67%. Jadi dapat disimpulkan bahwa software lebih sesuai jika digunakan untuk mengidentifikasi alat pelindung diri secara individu. 3. Dari perbandingan cost benefit diperoleh hasil bahwa dari segi biaya, pengawasan dengan menggunakan sistem pendeteksi lebih murah dibandingkan dengan menggunakan operator pengawas. Sedangkan dari segi fungsinya, sistem pendeteksi lebih dapat dioperasikan secara otomatis sehingga dapat mengakomodasi keterbatasan manusia dalam melakukan pengawasan V. DAFTAR PUSTAKA [1] Anies. (2005). Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : PT Elex Media Kompetindo. [2] Castleman, K. R. (1996). Digital Image Processing. New Jersey: Prentice Hall. [3] Jamsostek. Kecelakaan kerja di Indonesia. http//www.jamsostek.co.id/content/news.php? id=1012.diakses pada 18 April 2012. [4] Mokhtar. (1992). Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerja. Bandung: CV Medika. [5] Suma'mur. (1991). Kesehatan Kerja. Jakarta: Widya Medika..