BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan berbagai program yang relevan dengan peningkatan mutu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

PEMERINTAH KOTA PAREPARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

Misi 4. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang Berkualitas tanpa Meninggalkan Kearifan Lokal

KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM DANA CADANGAN UNTUK PEMILIHAN LANGSUNG KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2010

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kontraktor, penganggaran, komitmen organisasi, pengendalian dan pengawasan

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016

2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA Tanggal :... SEKRETARIAT DAERAH Kas Pos Nomor :... Kode Rek :... KWITANSI (TANDA PEMBAYARAN) Rp... yaitu untuk :...

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN OPERASIONAL PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI DINAS PENDIDIKAN Jl. Mayor Bismo No Telp. (0354) Fax. (0354) Kode Pos Kediri

PEMERINTAH KOTA PARE PARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kabupaten Kepahiang Tahun 2016

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

Rencana Kerja Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BERITA NEGARA. No.256, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBDAYAAN. Dana Alokasi Khusus. Pendidikan Menengah. TA Petunjuk Teknis.

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

: OTDA, PEMERINTAHAN UMUM, ADM KEUANGAN ORGANISASI URUSAN PEMERINTAHAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET JUMLAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN KEUANGAN SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

Uraian Tugas dan Fungsi BAPPEDA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

415 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian sebagaimana dikemukakan pada Bab IV, maka berikut ini disajikan kesimpulan umum sebagai jawaban pertanyaan penelitian dan kesimpulan khusus yang terkait dengan tujuan penelitian. 1. Kesimpulan Umum a. Perbedaan luas wilayah dan jumlah penduduk wilayah Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang memengaruhi besar kecilnya sumber dan jumlah pendanaan pendidikan dan anggaran APBD yang diperlukan dalam penyelenggaraan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Pendanaan penyelenggaraan pendidikan PAUD dan SMA/MA/SMK di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang sebagian besar bersumber dari orang tua. Sedangkan sumber penyelenggaraan pendidikan SD/MI dan SMP/MTs di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang bersumber dari Pemerintah Daerah b. Penetapan kebijakan pendanaan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang belum mengakomodasikan secara seimbang pemecahan masalah pelaksanaan program PAUD, pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai implementasi otonomi di bidang pendidikan. Pemenuhan anggaran pendidikan dasar menjadi fokus proses

416 penetapan kebijakan dalam kerangka melaksanakan program wajib belajar Sembilan tahun di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Alokasi pendanaan penyelenggaraan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah sesuai plafon dan priotas belanja APBD yang ditetapkan Kepala Daerah dan DPRD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang, Sebagai implikasi keterbatasan sumber-sumber pendanaan pendidikan baik c. Realisasi pendanaan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang sebagian besar dialokasikan untuk belanja operasional dan pemeliharaan terutama gaji guru. Sedangkan belanja modal untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana program PAUD, pendidikan dasar dan menengah masih relatif belum sesuai kebutuhan. d. Kebijakan pendanaan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang telah meningkatkan kelancaran pelaksanaan program dan pemerataan pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan pendanaan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dapat meningkatkan APK pendidikan dasar sesuai standar yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan APK program PAUD dan pendidikan menengah masih kurang dari 100 %. e. Pengawasan kebijakan pendanaan pendidikan di Kota Salatiga difokuskan dalam pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar SD/MI dan SMP/MTs dan pada kegiatan program PAUD dan pendidikan menengah dengan anggaran pendidikan yang relatif besar. f. Pertanggungjawaban pendanaan program Dinas Pendidikan integral dalam pertanggungjawaban Kepala Daerah Kota Salatiga dan Kabupaten

417 Semarang. Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar menjadi fokus dalam pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 2. Kesimpulan Khusus a. Keterbatasan jumlah tenaga yang memiliki kompetensi dibidang perencanaan program dan anggaran menjadi hambatan dalam penyusunan anggaran pendidikan sesuai ketentuan pengelolaan APBD 1) Program PAUD Sebagian besar PAUD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang belum memiliki Kepala Sekolah dan Tata Usaha, para guru TK/RA belum memiliki kemampuan mengakses informasi bantuan dana dan teknis pengajuan anggaran kepada Pemerintah Daerah 2) Pendidikan Dasar Kepala SD/MI dan SMP/MI mendapatkan bimbingan teknis secara langsung oleh Dinas Pendidikan dalam proses perencanaan program dan penyusunan anggaran sebagai bentuk optimalisasi pelaksanaan wajib belajar. Sehingga sebagian besar SD/MI dan SMP/MTs dapat mengakses informasi dan mengajukan dukungan anggaran dari APBD 3) Pendidikan Menengah Seluruh SMA/MA/SMK telah memiliki tenaga administrasi dan didukung teknologi informasi, namun karena keterbatasan pendanaan

418 APBD maka hanya relative sedikit yang menerima alokasi anggaran dari APBD b. Penetapan anggaran pendanaan pendidikan Program PAUD, pendidikan dasar dan menengah dialokasikan sesuai plafond dan prioritas APBD yang ditetapkan Kepala Daerah dan DPRD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Kondisi ini mengakibatkan Dinas Pendidikan tidak dapat mengoptimalkan usulan anggaran Program PAUD, Pendidikan dasar dan menengah 1) Program PAUD Anggaran program PAUD TK / RA yang bersumber dari APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang masih relative rendah dibandingkan dengan kebutuhan pelaksanaan program 2) Pendidikan Dasar Anggaran program pendidikan yang bersumber dari APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang memenuhi sebagian besar kebutuhan pelaksanaan program SD/MI dan SMP/MI 3) Pendidikan Menengah Anggaran program pendidikan menengah yang bersumber dari APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang belum sesuai dengan jumlah kebutuhan pelaksanaan program SMA/MA/SMK c. Implementasi kebijakan pendanaan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dikoordinasikan oleh

419 Dinas Pengelola Keuangan Daerah belum dapat dilaksanakan efektif akibat belum didukung sistem informasi keuangan dan SDM 1) Program PAUD Proses realisasi pendanaan pendidikan Program PAUD dilakukan secara langsung oleh Kepala Sekolah dan atau guru TK/RA 2) Pendidikan Dasar Proses realisasi pendanaan pendidikan Program pendidikan dasar dilakukan secara langsung oleh Kepala Sekolah dibantu guru dan Komite Sekolah 3) Pendidikan Menengah Proses realisasi pendanaan pendidikan Program pendidikan menengah dilakukan oleh Kepala Sekolah dibantu tenaga administrasi dan Komite Sekolah d. Realisasi pendanaan pendidikan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang sebagian besar dialokasikan untuk belanja operasional dan pemeliharaan 1) Program PAUD Realisasi pendanaan pendidikan program PAUD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang relative kecil untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan TK/RA 2) Pendidikan Dasar

420 Realisasi pendanaan pendidikan program pendidikan dasar di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan SD/MI dan SMP/MTs 3) Pendidikan Menengah Realisasi pendanaan pendidikan program pendidikan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang belum dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan SMA/MA/SMK e. Kebijakan pendanaan pendidikan meningkatkan kelancaran pelaksanaan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 1) Program PAUD Kebijakan pendanaan pendidikan program PAUD yang bersumber dari APBD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dukungannya relative kecil dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran TK/RA 2) Pendidikan Dasar Kebijakan pendanaan pendidikan dasar yang bersumber dari APBD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam program wajib belajar Sembilan tahun pendidikan SD/MI dan SMP/MTs

421 3) Pendidikan Menengah Kebijakan pendanaan pendidikan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang belum mendukung sepenuhnya dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran SMA/MA/SMK f. Kebijakan pendanaan pendidikan meningkatkan APK program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 1) Program PAUD Kebijakan pendanaan pendidikan belum dapat mewujudkan APK program PAUD TK/RA di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang hingga 100 sesuai target Pemerintah 2) Pendidikan Dasar Kebijakan pendanaan pendidikan dapat mewujudkan APK SD/MI dan SMP/MTs di Kota Salatiga sesuai target Pemerintah dan sedangkan di Kabupaten Semarang APK SD/MI sesuai target Pemerintah 3) Pendidikan Menengah Kebijakan pendanaan pendidikan belum dapat mewujudkan APK program menengah SMA/MA/SMK di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang sesuai target Pemerintah g. Pengawasan kebijakan pendanaan pendidikan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dilakukan oleh DPRD difokuskan pada program wajib belajar pendidikan dasar 1) Program PAUD

422 Pendanaan pendidikan program PAUD TK/RA belum menjadi fokus dalam Pengawasan kebijakan yang dilakukan oleh DPRD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang, oleh karena belum menjadi pertimbangan daya dukung pelaksanaan wajib belajar 2) Pendidikan Dasar Pendanaan pendidikan program pendidikan SD/MI dan SMP/MTs menjadi fokus dalam Pengawasan kebijakan pelaksanaan wajib belajar yang dilakukan oleh DPRD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 3) Pendidikan Menengah Pendanaan pendidikan program menengah belum secara keseluruhan menjadi fokus dalam Pengawasan kebijakan yang dilakukan oleh DPRD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Program pendidikan yang didukung anggaran relative besar dan menjadi fokus untuk menampung lulusan pendidikan dasar. h. Pengawasan administrasi pendanaan pendidikan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah yang dilakukan Inspektorat belum mencakup seluruh satuan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 1) Program PAUD Administrasi pendanaan pendidikan program PAUD tidak menjadi obyek pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang, oleh Karena alokasi dana dari Pemerintah Daerah relative kecil

423 2) Pendidikan Dasar Administrasi pendanaan pendidikan program pendidikan SD/MI dan SMP/MTs menjadi obyek pemeriksaan keuangan pelaksanaan program wajib belajar yang dilakukan oleh Inspektorat di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 3) Pendidikan Menengah Administrasi pendanaan pendidikan menengah sebagian menjadi obyek pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Program pendidikan yang didukung Pemerintah Daerah relative besar maka menjadi fokus pemeriksaan i. Pertanggungjawaban kebijakan pendanaan pendidikan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah menjadi bagian pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Masyarakat belum diberi kesempatan untuk mengetahui permasalahan pendanaan dan kebijakaan pendanaan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 1) Program PAUD Pendanaan pendidikan program PAUD belum mendapatkan respon dari DPRD dan masyarakat secara proporsional dalam pertanggungjawaban kebijakan pendanaan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 2) Pendidikan Dasar

424 Pendanaan pendidikan program dasar mendapatkan respon DPRD dan masyarakat dalam pertanggungjawaban kebijakan pendanaan pendidikan program wajib belajar sembilan tahun di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 3) Pendidikan Menengah Pendanaan pendidikan program menengah belum mendapatkan respon yang optimal dari DPRD dan masyarakat dalam pertanggungjawaban kebijakan pendanaan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang B. Implikasi Implikasi yang dimaksudkan merupakan fenomena yang tersimpul dibalik kesimpulan penelitian terutama berkaitan dengan dimensi-dimensi dalam kebijakan pendanaan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, berikut ini implikasi penelitian yang perlu diperhatikan. 1. Belum didukungnya SDM yang memiliki kompetensi perencanaan berakibat usulan program dan anggaran PAUD, pendidikan dasar dan menengah belum sistematik sesuai ketentuan pengelolaan APBD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Usulan program dan anggaran program PAUD belum matching dengan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD Dinas Pendidikan hal ini berakibat kurang terakomodasikannya usulan program PAUD

425 Keterbatasan SDM SD/MI dan SMP/MTs didukung dengan pendampingan Dinas Pendidikan dalam penyusunan program dan anggaran. Hal ini berimplikasi program dan anggaran pendidikan dasar sebagian besar terakomodasi dalam rencana kerja dan anggaran SKPD Dinas Pendidikan Dukungan SDM di SMA/MA/SMK tidak dapat mengoptimalkan program dan anggaran dalam rencana kerja dan anggaran SKPD Dinas Pendidikan akibat keterbatasan plafon anggaran 2. Tidak seimbangnya alokasi anggaran pendidikan sesuai plafond Dan prioritas APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang mengakibatkan perbedaan kinerja pencapaian target program PAUD, pendidikan dasar dan menengah Sebagian besar anggaran pendidikan program PAUD bersumber dari orang tua (masyarakat) hal ini berimplikasi pengembangan TK/RA belum konsisten dengan kebijakan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Terpenuhi sebagian besar anggaran pendidikan dasar hal ini berimplikasi pengembangan SD/MI dan SMP/MTs konsisten dengan

426 kebijakan wajib belajar sembilan tahun di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Terpenuhi sebagian kecil anggaran pendidikan menengah hal ini berimplikasi pengembangan SMA/MA/SMK belum konsisten dengan perkembangan pendidikan dasar di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 3. Belum adanya SDM pada satuan pendidikan yang memiliki ketrampilan penatausahaan keuangan dan belum tersedianya sistem informasi keuangan on line mengakibatkan intensitas penatausahaan administrasi program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang tidakm optimal Keterbatasan SDM TK/RA berakibat guru TK/RA melaksanakan peran ganda sebagai tenaga administrasi dalam penatausahaan pendanaan pendidikan. Hal ini membawa implikasi, kurang optimalnya penatausahaan keuangan program PAUD di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Dukungan Komite Sekolah, Guru kepada Kepala Sekolah SD/MI dalam realisasi pendanaan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang membawa implikasi penatausahaan keuangan relative sesuai ketentuan yang berlaku

427 Dukungan Tata usaha, Komite Sekolah, Guru kepada Kepala Sekolah SMP/MTs dan SMA/MA/SMK dalam realisasi pendanaan pendidikan membawa implikasi penatausahaan keuangan sesuai ketentuan yang berlaku 4. Proporsi belanja operasional dan pemeliharan yang lebih besar dari belanja modal pendanaan pendidikan membawa implikasi keterbatasan sarana prasarana pendidikan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Rendahnya alokasi belanja modal pendidikan program PAUD berimplikasi keterbatasan pengembangan sarana prasarana bermain dan kreativitas pendidikan TK/RA di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Rendahnya alokasi belanja modal pendidikan program pendidikan dasar berimplikasi keterbatasan pengembangan sarana prasarana program wajib belajar sembilan tahun SD/MI dan SMP/MTs di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Rendahnya alokasi belanja modal pendidikan program pendidikan menengah berimplikasi keterbatasan pengembangan sarana prasarana

428 program pendidikan SMA/MA/SMK di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 5. Perbedaan alokasi anggaran membawa implikasi perbedaan kelancaran pelaksanaan pendidikan dasar dengan program PAUD, dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Masih rendahnya kontribusi pendanaan pendidikan dari APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang program PAUD berimplikasi perbedaan perkembangan pendidikan TK/RA dibandingkan dengan program pendidikan dasar dan menengah Dukungan penuh kebijakan pendanaan pendidikan dasar berimplikasi perkembangan SD/MI dan SMP/MTs di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang yang memerlukan kebijakan pengembangan program PAUD sebagai input SD/MI dan Pendidikan menengah sebagai kelanjutan pendidikan SMP/MTs Belum optimalnya kebijakan pendanaan pendidikan terhadap kelancaran pendidikan menengah membawa implikasi perkembangan program pendidikan lanjutan SMA/MA/SMK tidak konsisten dengan perkembangan pendidikan dasar di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang

429 6. Peningkatan APK program PAUD, dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang belum sesuai target pemerintah mengakibatkan perbedaan arah pengembangan pendidikan dasar Masih rendahnya APK program PAUD berimplikasi input siswa SD/MI di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang berasal dari pendidikan informal (rumah tangga). Pengembangan sarana prasarana pendidikan terutama pembangunan TK/RA diperlukan untuk meningkatkan pemerataan seluruh wilayah Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Tercapainya APK pendidikan dasar hingga 100 % sesuai target nasional, membawa implikasi Pemerintah Kota Salatiga dan Kabupaten Sragen mengembangkan program peningkatan mutu SD/MI dan SMP/MTs. Belum tercapai target APK program program pendidikan menengah berimplikasi peningkatan program peningkatan akses dan pemerataan SMA/MA/SMK di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 7. Keterbatasan cakupan pengawasan DPRD terhadap kebijakan pendanaan pendidikan membawa implikasi perbedaan kinerja satuan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang

430 Belum terakomodasikannya program PAUD dalam pengawasan kebijakan pendanaan pendidikan berimplikasi pengawasan DPRD belum dapat menjelaskan kinerja TK/RA di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Terakomodasikannya seluruh program pendidikan dasar dalam pengawasan kebijakan pendanaan pendidikan berimplikasi kinerja SD/MI dan SMP/MTs dapat dijelaskan sesuai kondisi manajemen satuan pendidikan yang bersangkutan Terakomodasikannya sebagian program pendidikan dalam pengawasan kebijakan pendanaan pendidikan berimplikasi kinerja SMA/MA/SMK belum merepresentasikan kondisi manajemen satuan pendidikan yang bersangkutan 8. Keterbatasan pelaksanaan obyek pemeriksaan pendanaan pendidikan oleh Inspektorat membawa implikasi perbedaan kinerja adminstrasi satuan pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Belum terakomodasikannya program PAUD dalam pemeriksaan keuangan berimplikasi kinerja administrasi keuangan TK/RA di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang belum dapat dijelaskan secara menyeluruh

431 Terakomodasikannya seluruh program pendidikan dasar dalam pemeriksaan keuangan berimplikasi kinerja adminstrasi keuangan SD/MI dan SMP/MTs dapat dijelaskan dan konsisten dengan target Pemerintah Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Terakomodasikannya sebagian program dalam pemeriksaan keuangan berimplikasi kinerja adminstrasi keuangan berimplikasi kinerja SMA/MA/SMK di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dan belum dapat digambarkan secara menyeluruh sesuai norma manajemen satuan pendidikan yang bersangkutan 9. Belum terakomodasikannya partisipasi publik dalam pertanggungjawaban kebijakan pendanaan pendidikan membawa implikasi perbedaan persepsi masyarakat terhadap kinerja program pendidikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Belum terakomodasikannya program PAUD secara intergral dalam pertanggungjawaban pendanaan pendidikan berimplikasi belum optimalnya persepsi masyarakat terhadap kinerja pelaksanaan program TK/RA di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Terakomodasikannya seluruh program pendidikan dasar secara intergral dalam pertanggungjawaban pendanaan pendidikan

432 berimplikasi meningkatkan persepsi masyarakat terhadap kinerja SD/MI dan SMP/MTs Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Terakomodasikannya sebagian program pendidikan menengah secara intergral dalam pertanggungjawaban pendanaan pendidikan berimplikasi belum optimalnya persepsi masyarakat terhadap kinerja SMA/MA/SMK Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang C. Rekomendasi Berdasarkan keseluruhan kesimpulan dan implikasi penelitian, dapat disampaikan rekomendasi kepada berbagai pihak-pihak terkait di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan konsistensi program dan usulan anggaran satuan pendidikan perlu dilakukan pengisian jabatan pada satuan pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan peningkatan kompetensi Kepala Sekolah dan Tata Usaha Dinas Pendidikan menetapkan kebijakan setiap TK/RA untuk menetapkan Kepala Sekolah sesuai kualifikasi jabatan dan criteria yang ditetapkan pada SNP dan menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan, manajemen dan administrasi program, anggaran dan penatausahaan keuangan

433 Dinas Pendidikan menetapkan kebijakan setiap SD/MI untuk menetapkan tenaga administrasi sesuai kualifikasi jabatan dan criteria yang ditetapkan pada SNP dan menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan, manajemen dan administrasi program, anggaran dan penatausahaan keuangan Dinas Pendidikan menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan, manajemen dan administrasi program, anggaran dan penatausahaan keuangan 2. Untuk mewujudkan keseimbangan pelaksanaan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang perlu keseimbangan proporsi anggaran pendidikan sesuai plafond dan prioritas APBD Perlu peningkatan alokasi tambahan anggaran pendidikan dari APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang agar semakin seimbang dengan kontribusi orang tua siswa TK/RA. Perlu peningkataan partisipasi masyarakat dalam pendanaan pendidikan agar semakin seimbang dengan alokasi APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang

434 Perlu peningkataan alokasi tambahan anggaran pendidikan agar dari APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang semakin berimbang dengan kontribusi orang tua siswa SMA/MA/SMK 3. Untuk meningkatkan intensitas realisasi pendanaan pendidikan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang perlu tambahan jumlah personil dan penerapan sistem informasi keuangan on line Dinas Pendidikan menyelenggarakan pelatihan sistem informasi keuangan kepada Kepala TK/RA di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang b. Pendidikan dasar Dinas Pendidikan menyelenggarakan pelatihan sistem informasi keuangan kepada Kepala SD/MI dan SMP/MTs dan tenaga administrasi yang secara khusus mengelola keuangan dan administrasi Dinas Pendidikan menyelenggarakan pelatihan sistem informasi keuangan kepada Kepala Sekolah dan atau wakil serta dan tenaga administrasi yang secara khusus mengelola keuangan dan administrasi adminisrasi keuangan SMA/MA/SMK 4. Untuk meningkatkan eksistensi dan keberlanjutan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten

435 Semarang perlu keseimbangan proporsi belanja operasi dan pemeliharaan dengan belanja modal. Alokasi belanja modal difokuskan untuk pembangunan sekolah (unit gedung baru) pembangunan TK/RA baik secara terpisah maupun menjadi satu atap pada SD/MI b. Pendidikan dasar Alokasi belanja modal difokuskan untuk peningkatan mutu SD/MI dan SMP/MI dengan pembangunan perpustakaan, dan laboratorium. Alokasi belanja modal difokuskan untuk penambahan sarana prasarana perpustakaan, laboratorium SMA dan MA serta bengkel bagi SMK di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 5. Untuk meningkatkan pemerataan dan akses program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang perlu dukungan dana yang relevan dengan peningkatan APK dan APM Dukungan beasiswa bagi keluarga miskin agar dapat mengikuti program pendidikan TK/RA

436 Dukungan beasiswa bagi keluarga miskin dan siswa putus sekolah agar dapat mengikuti program pendidikan SD/MI dan SMP/MTs Dukungan beasiswa bagi keluarga miskin dan siswa putus sekolah agar dapat mengikuti program pendidikan SMA/MA/SMK 6. Untuk meningkatkan kinerja program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang perlu kebijakan pengawasan seluruh program pendanaan pendidikan Pengawasan keuangan PAUD meliputi sumber masyarakat dan APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Pengawasan keuangan pendidikan meliputi BOS, DAK dan beasiswa retrival bagi siswa putus sekolah SD/MI dan SMP/MTs dari Pemda Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Pengawasan keuangan pendidikan SMA/MA/SMK meliputi sumber dari masyarakat dari Pemerintah (BOMM, DAK), Provinsi beasiswa retrival bagi siswa putus sekolah dari APBD Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang

437 7. Untuk meningkatkan kinerja administrasi keuangan program PAUD, pendidikan dasar dan menengah di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang perlu pemeriksaan seluruh program pendidikan Mencakup buka kas dan inventaris TK/RA b. Pendidikan dasar Mencakup buka kas, bank dan inventaris serta mutasi kekayaan SD/MI dan SMP/MTs Mencakup buka kas, bank dan inventaris serta mutasi kekayaan SMA/MA/SMK 8. Untuk meningkatkan efektivitas pemeriksaan keuangan perlu rekrut tenaga ahli di lingkungan DPRD dan tambahan tenaga auditor di Inspektorat di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang 9. Untuk meningkatkan persepsi masyarakat terhadap kinerja program PAUD, pendidikan dasar dan menengah, dalam pertanggungjawaban kebijakan pendanaan pendidikan Pemerintah Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang menetapkan regulasi partisipasi publik