BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan terdapat orang-orang yang dapat berkomunikasi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN. melakukan balas budi terhadap organisasi dengan bersikap dan berprilaku lebih

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS INTERAKSI ATASAN-BAWAHAN DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB)

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) organisasi (Bateman & Organ, 1983).Organ et al. (2006), mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus diperhatikan, dijaga dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUN PUSTAKA. 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) dari deskripsi pekerjaan. (Organ, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Terdapat beberapa pengertian oleh para ahli mengenai Organizational

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. diperlukan, maka individu dalam organisasi memerlukan perilaku untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Judul : Pengaruh Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. Supervisi merupakan salah satu bagian dari faktor hygiene yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kinerja, kesuksesan, dan kefektifan organisasi. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli

telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh Indonesia. PT Telkom memiliki 25,011 orang karyawan per

BAB I PENDAHULUAN. dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah membawa manusia pada era yang ditandai oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Organizational Citizenship Behavior

SKRIPSI AJENG DIAH ANDHINI

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki, dengan demikian karyawan menjadi aset penting bagi perusahaan. Rasa suka rela

Judul : Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Organizational Citizenhip Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB I PENDAHULUAN. menjual suatu barang atau komoditas dari negara satu kenegara lain. Proses

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan. Bagaimana tidak, karena sesungguhnya seluruh faktor eksternal

ABSTRACT. Keywords: Perceived of Leader-Member Interaction Quality, OCB. *penulis penanggungjawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behaviour. Huang (2012) mengemukakan tiga kategori perilaku pekerja, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugastugas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di dalam negeri namun saat ini sudah merambah ke luar negeri.

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Definisi Perilaku Organisasi. meningkatkan keefektifan suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. habisnya. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperlakukan dengan baik oleh organisasi, mereka akan cenderung bersikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia yang saat ini semakin pesat memunculkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Perawat bagian rawat inap Rumah Sakit X menunjukkan derajat OCB

BAB II LANDASAN TEORI. A1. Definisi Organization Citizenship Behavior (OCB) Peran perilaku yang dituntut dari seorang karyawan meliputi in role dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational citizenship behavior (OCB) merupakan perilaku yang ada didalam sebuah organisasi. OCB merupakan perilaku berdasarkan inisiatif individual yang bersifat bebas, tidak berkaitan dengan sistem penghargaan formal organisasi tetapi secara langsung dapat meningkatkan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006). OCB menurut Effendi (2003), merupakan suatu keadaan dimana bawahan memberikan kontribusi dalam bekerja dan melebihi dari deksripsi kerja yang seharusnya dilakukannya. OCB adalah perilaku yang berasal dari kebijaksanaan bawahan yang dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan dari manapun (Andriani, Djalali & Sofiah, 2012). OCB merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan perilaku bawahan. OCB ini mengacu pada konstruk dari extra-role behavior, yang di definisikan sebagai perilaku yang menguntungkan bagi organisasi secara langsung. Dengan demikian OCB merupakan perilaku yang fungsional, extra-role dari individu, kelompok atau organisasi (Chien, 2004). Robbins (2006) mengemukakan bahwa OCB merupakan perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja formal seorang bawahan, namun mendukung berfungsinya organisasi tersebut secara efektif. Menurut Robbins dan Judge (2007), fakta menunjukkan bahwa organisasi yang mempunyai karyawan yang 9

10 memiliki OCB yang baik, akan memiliki kinerja yang lebih baik dari organisasi lain. Berdasarkan berbagai definisi dari beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa OCB adalah perilaku individu di didalam suatu organisasi yang bersifat bebas dalam melaksanakan tugas di luar dari deskripsi kerjanya tanpa mengharapkan penghargaan secara formal dari organisasi dan hanya mengedepankan kepentingan organisasi. 2. Dimensi Dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Terdapat tujuh dimensi dalam OCB, yaitu (Organ, Podsakoff, & MacKenzie 2006): a. Altruism Altruism adalah perilaku anggota dalam organisasi untuk membantu rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan tidak ingin mendapatkan keuntungan pribadi ketika membantu rekan kerjanya tersebut. b. Courtesy Memperhatikan dan menghormati orang lain, menjaga hubungan baik dengan rekan kerja agar terhindar dari masalah interpersonal yang dapat mengganggu kinerja anggota dalam organisasi. Bila ada masalah yang terjadi, maka anggota tersebut akan membuat langkahlangkah untuk menyelesaikan masalah tersebut.

11 c. Peacemaking Perilaku anggota dalam organisasi untuk mencegah, memecahkan, dan membantu meredakan konflik interpersonal yang tidak meningkatkan efektifitas organisasi. d. Cheerleading Anggota dalam organisasi memberikan penguatan dan dorongan kepada rekannya mengenai goal dan perkembangan karir ke arah yang lebih baik, yang secara tidak langsung akan membuat organisasi tersebut semakin maju dan berkembang. e. Conscientiousness Perilaku ini mengarah kepada perilaku sukarela, bebas atau yang bukan merupakan kewajiban dari seorang anggota. f. Sportsmanship Menekankan pada dimensi-dimensi perilaku positif terhadap keadaan yang tidak sesuai dalam organisasi tanpa menunjukkan sikap yang dapat merugikan organisasi. g. Civic Virtue Anggota berpartisipasi aktif dalam memikirkan kehidupan organisasi atau perilaku yang menunjukkan tanggung jawab pada kehidupan organisasi untuk meningkatkan tujuan organisasi. Organ, Podsakoff, & MacKenzie (2006), berpendapat bahwa pengukuran OCB dapat dilakukan dengan menggunakan empat dimensi saja yakni dimensi helping behavior, conscientiousness, sportsmanship, dan civic virtue. Hal ini

12 disebabkan karena dimensi altruism, courtesy, cheerleading, dan peacemaking berkaitan dengan perilaku membantu orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan didalam organisasi sehingga dapat disatukan menjadi helping behavior. Berdasarkan pada penjelasan di atas maka peneliti menggunakan empat dimensi untuk mengukur OCB bawahan yaitu helping behavior, civic vitue, sportsmanship dan conscientiousness. 3. Faktor Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Beberapa ahli menyebutkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi OCB. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Budaya dan iklim organisasi Organisasi merupakan kondisi utama yang memicu terjadinya OCB (Organ, dalam Novliadi 2007). Hal itu disebabkan karena perilaku OCB terjadi di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi dan iklim organisasi dapat menjadi penyebab berkembangnya OCB di organisasi tersebut. Apabila iklim organisasi positif maka akan meningkatkan hasrat anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan di luar deskripsi kerja formal dan selalu berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. b. Kepribadian dan Suasana Hati Kepribadian dan suasana hati menjadi salah satu penyebab timbulnya OCB dalam organisasi (George & Brief, 1992). Seseorang akan membantu orang lain tergantung dari kepribadian dan suasana hati

13 mereka. Kepribadian merupakan karakteristik yang bersifat tetap sedangkan suasana hati bersifat mudah berubah-ubah. c. Persepsi terhadap Dukungan Organisasional Bawahan yang mempersepsikan bahwa mereka didukung oleh organisasi akan memberikan timbal balik terhadap organisasi dengan memunculkan OCB (Shore & Wayne, 1993). d. Persepsi terhadap Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Miner (dalam Novliadi, 2007) mengemukakan bahwa kualitas interaksi atasan-bawahan yang tinggi dapat meningkatkan produktifitas kinerja bawahan dan kepuasan kerja. Apabila kualitas interaksi atasanbawahan tinggi maka atasan akan berpandangan positif terhadap bawahannya, sehingga bawahan akan merasakan atasannya memberikan dukungan baginya untuk maju di dalam organisasi tersebut. Hal ini tentunya akan meningkatkan rasa percaya dan loyalitas bawahan sehingga ia akan terus berusaha untuk dapat melakukan apa yang diharapkan atasannya. e. Masa Kerja Greenberg dan Baron (2000) mengemukakan bahwa karakteristik personal seperti masa kerja dan jenis kelamin memiliki pengaruh pada anggota organisasi untuk melakukan OCB. Semakin lama anggota bekerja dalam suatu organisasi, maka akan semakin memiliki keterikatan dengan organisasi dan memunculkan OCB.

14 f. Jenis Kelamin Morrison (dalam Novliadi, 2007) menyatakan bahwa pria dan wanita akan berbeda dalam mempersepsikan OCB. Wanita akan lebih mempersepsikan bahwa OCB merupakan bagian dari perilaku in-role dibanding pria. B. PERSEPSI KUALITAS INTERAKSI ATASAN-BAWAHAN 1. Definisi Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Kualitas interaksi atasan-bawahan dapat dilihat berdasarkan teori Leader Member Exchange (LMX) (Sandjaja & Handoyo, 2012). Teori LMX pertama kali diperkenalkan oleh Dansereau, Graen, dan Cashman pada tahun 1975. LMX adalah teori yang menjelaskan bagaimana hubungan interpersonal berkembang diantara atasan dan bawahan (Graen, dalam Ping & Yue, 2010). LMX merupakan suatu proses interaksi yang terjadi pada dua individu dan secara berkesinambungan akan mengalami perkembangan (Yukl, 2010). Landy (1989) menyatakan bahwa teori LMX merupakan model hubungan Vertical-Dyad. Dyad merupakan hubungan dalam suatu kelompok yang terdiri dari dua orang yang berada pada tingkat yang berbeda dalam suatu organisasi. Dyad terdiri dari atas 2 bagian yaitu horizontal dyad dan vertical dyad. Horizontal dyad adalah hubungan antara sesama rekan kerja sedangkan vertical dyad adalah hubungan antara atasan dengan bawahan. Menurut Tosi, et..al (1990) hubungan atasan dan bawahan adalah hubungan yang terjadi melalui proses pembentukan peran seorang bawahan ketika

15 berinteraksi dengan atasannya. Liden dan Maslyn (1998) mendefiniskan LMX sebagai dinamika hubungan antara atasan dan bawahan, bersifat multidimensional dalam suatu dyad yang terdiri atas empat dimensi yaitu kontribusi, loyalitas, afeksi, dan respek terhadap profesi. Berdasarkan berbagai definisi dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas interaksi atasan bawahan adalah penilaian anggota organisasi terhadap dinamika hubungan antara atasan dengan bawahan yang bersifat multidimensional di dalam suatu dyad. 2. Dimensi Dimensi Persepsi Kualitas Interaksi Atasan-Bawahan Liden dan Maslyn (1998) menyatakan bahwa LMX memiliki empat dimensi, yaitu : a. Kontribusi Kontribusi berkaitan dengan kegiatan yang mengarah pada tugas ditingkat tertentu diantara anggota untuk mencapai tujuan bersama. Hal penting dalam mengevaluasi kegiatan yang mengarah pada tugas adalah suatu tingkat dimana bawahan bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas melebihi uraian kerja, demikian halnya pada atasan yang menyediakan sumber daya dan kesempatan untuk melakukan hal tersebut. b. Loyalitas Loyalitas adalah ungkapan untuk mendukung tujuan dalam hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan. Loyalitas mengacu pada

16 keinginan bawahan untuk melakukan hal lebih kepada organisasi tanpa mengharapkan imbalan dan konsisten pada setiap keadaan. c. Afeksi Afeksi adalah perasaan, kepedulian di antara atasan dan bawahannya bukan hanya pada pekerjaan atau nilai profesionalnya saja. Bentuk kepedulian yang demikian mungkin saja dapat ditunjukkan dalam suatu keinginan untuk melakukan hubungan yang menguntungkan dan bermanfaat satu sama lain. d. Respek terhadap profesi Respek terhadap profesi adalah persepsi mengenai sejauh mana pada setiap hubungan timbal balik telah memiliki dan membangun citra di dalam dan di luar organisasi, melebihi apa yang telah ditetapkan di dalam pekerjaan. C. PENGARUH PERSEPSI KUALITAS INTERAKSI ATASAN- BAWAHAN TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) Konsep OCB pada dasarnya merujuk kepada perilaku kerja yang melebihi persyaratan kerja dan turut berperan dalam kesuksesan organisasi (Richard, 2003). Setiap organisasi sangat membutuhkan anggota yang memiliki OCB guna meningkatkan efektifitas organisasi. Hal ini dikarenakan OCB merupakan bagian penting dalam suatu organisasi karena perilaku tersebut akan mendukung organisasi untuk mencapai tujuannya. OCB mencerminkan nilai lebih yang

17 dimiliki seorang karyawan yang mengarahkan organisasi dalam produktivitas yang lebih baik (Rayner, Lawton, & Williams, 2012). OCB sangat bermanfaat bagi organisasi seperti mempertahankan stabilitas organisasi, menghemat sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dan meningkatkan produktivitas karyawan. Sweeney & McFarlin (2002) mengungkapkan bahwa perilaku OCB jika dilakukan oleh banyak karyawan secara terus menerus dalam suatu organisasi dapat meningkatkan produktivitasnya serta melampaui kinerja para kompetitornya. Berdasarkan dampak positif tersebut, OCB pada masing-masing anggota dalam organisasi harus ditingkatkan guna mencapai produktivitas organisasi yang maksimal. Terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi terbentuknya OCB pada anggota organisasi, salah satunya adalah persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan. Kualitas interaksi atasan-bawahan dapat dilihat berdasarkan teori Leader Member Exchange (LMX) (Sandjaja & Handoyo, 2012). LMX merupakan teori yang menjelaskan hubungan pertukaran sosial yang terjadi antara atasan dan bawahan (Cotterell, 2003). Persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terdiri dari empat dimensi yaitu kontribusi, loyalitas, afeksi, dan respek terhadap profesi (Liden & Maslyn, 1998). Hubungan antara persepsi kualitas interaksi atasanbawahan dengan OCB dapat ditinjau dari masing-masing dimensi dari kedua konstruk ini. Konovsky dan Pugh (1994) menyatakan bahwa hubungan pertukaran sosial yang dikembangkan antara bawahan dan atasan berjalan dengan baik, maka akan dapat mendorong OCB seorang bawahan. Bawahan yang memiliki kualitas

18 interaksi yang tinggi dengan atasannya dapat mengerjakan pekerjaan lebih dari yang biasa mereka lakukan, begitu pula sebaliknya (Murphy, et..al, 2003). Hal ini sesuai dengan dimensi kontribusi yang menyatakan bahwa anggota dalam organisasi akan bersedia untuk melakukan pekerjaan lebih dari yang biasa mereka lakukan dan secara tidak langsung dapat menumbuhkan OCB pada anggota organisasi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Miner (dalam Novliadi, 2007) yang mengemukakan bahwa interaksi atasan-bawahan berhubungan dengan OCB. Hal ini terlihat bahwa bila interaksi atasan-bawahan berkualitas tinggi akan memberikan dampak baik seperti meningkatnya produktifitas, kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Dimensi loyalitas dalam persepsi kualitas interaksi atasanbawahan menyatakan bahwa anggota yang memiliki loyalitas akan lebih bersedia untuk bekerja secara sukarela pada organisasinya dibandingkan anggota yang tidak memiliki loyalitas. Bekerja secara sukarela termasuk ke dalam OCB, sehingga anggota yang memiliki loyalitas tentu memiliki OCB. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim & Salleh (2014) menyatakan bahwa LMX merupakan salah satu faktor yang mampu mengarahkan bawahan memiliki OCB, artinya atasan mampu memberikan motivasi kepada bawahan dan bawahan menjadi bersemangat untuk mengerjakan tugasnya dengan baik, bahkan melebihi harapan dari atasannya. Hal ini sesuai dengan dimensi afeksi yang berhubungan dengan rasa dekat, saling memiliki, saling memberikan motivasi sehingga diyakini dapat menimbulkan OCB pada anggota organisasi.

19 D. HIPOTESA PENELITIAN Berdasarkan uraian teoritis di atas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh persepsi kualitas interaksi atasan-bawahan terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pada Pengurus DPD Partai Golkar Sumatera Utara.