BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manfaat, daya kerja) dari sesuatu, kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru,

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM VENTILASI RUANG GAMBAR DENGAN CFD, STUDI KASUS: RUANG GAMBAR BASEMEN SMK NEGERI 2 WONOSARI

Gambar 3.2 Pola Penataan Bangunan Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gedung Student Center Universitas Atma Jaya merupakan bangunan yang

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga. penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah.

BAB II METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara obyektif. Penelitian dengan cara. dan alat untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI PENGUKURAN VENTILASI ALAMI

lib.archiplan.ugm.ac.id

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia merupakan negara beriklim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pengetahuan, standar dan teori yang berkaitan sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai 2 Juni 2012.

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

lib.archiplan.ugm.ac.id

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PEMODELAN PERFORMA PENDINGINAN EVAPORASI PADA GEDUNG AUDITORIUM UMS DENGAN COMPUTATIONAL FLUIDS DYNAMICS (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Aliran Udara Dalam Ruang Masjid Jawa Modern Studi Kasus Masjid Babadan Yogyakarta

Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, PENGAMBILAN DATA DAN SIMULASI

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

Seminar Nasional IENACO ISSN:

TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk ruang pemanas, ventilasi dan sistem air-conditioner

Mahasiswa Tri Woro Setiati / Dosen Pembimbing Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, PhD Dr.Eng.Ir.Dipl-Ing. Sri Nastiti N Ekasiwi, MT

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG

PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STIKES AISYAH KLATEN

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

BAB III METODE PENELITIAN

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, RUMUS INDEKS KETIDAKNYAMANAN SUATU WILAYAH. Sugiasih 1

Studi Karakteristik Pengeringan Pupuk NPK (15:15:15) Menggunakan Tray Dryer

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

Transkripsi:

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Permasalahan Kindangen (2005: 172) menulis penghalang di depan bangunan menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang dibanding penghalang di belakangnya. Laksitoadi (2008: 52) juga menulis angin yang terhalang bangunan dan pohon besar, ketika sampai ke kulit bangunan menjadi lambat. Menurut Sujudi, (2002: 5) ruang kerja tanpa pendingin harus berlubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan ventilasi silang. Kenyamanan ruang bangunan diperoleh lewat ventilasi alami dan bukaan guna mengalirkan angin untuk pendingin agar penghuni merasa nyaman, menurut Manley, 2009; Mangunwijaya, 1997; dan Sangkertadi, 1998; (dalam John, 2011: 69). Menurut Kusoy (1998) dan Sangkertadi (2009) faktor kecepatan dan arah angin dalam bangunan serta kondisi fisik tubuh pemakai ruang sangat menunjang tercapainya kondisi nyaman tersebut (John 2011: 69). Cara terbaik meningkatkan kenyamanan termal dalam ruang adalah dengan memaksimalkan aliran udara, (Indrayadi, 2011: 157). Berdasarkan uraian tentang ruang gambar basemen SMK Negeri 2 Wonosari, yang meliputi: kepadatan bangunan, ukuran bukaan dan ventilasi, ventilasi satu arah dan adanya dua buah kipas yang dipasang, merupakan indikator awal bahwa ruang gambar besemen tersebut memerlukan:

45 1. pengembangan model sistem ventilasi berstandar Sujudi untuk mengatasi hambatan sistem ventilasi dan situasi bangunan di sekitar basemen, 2. pengujian simulasi untuk meneliti kesesuaian standar kecepatan angin dan suhu pada model sistem ventilasi berstandar Sujudi, 3. pemeriksaan analisa nilai kenyamanan termal model sistem ventilasi berstandar Sujudi yang lolos standar angin dan suhu pada uji simulasi. B. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian: eksperimen, coba dan gagal (trial and error) yaitu dengan cara menggali ide-ide sistem ventilasi yang akan dibuat model dengan mengacu standar sistem ventilasi alami sebagai prioritasnya. Pemodelan dibuat dengan AutoCAD dilanjutkan pengujian simulasi dengan software CFD CADalyzer untuk memperoleh sebaran kecepatan angin dan suhu. Dalam menjalankan simulasi CFD ini, penulis banyak sekali mengalami kegagalan mencapai keberhasilan simulasi. Kegagalan yang sering ditemui terjadi pada meshing dan hasil simulasi CFD-CADalyzer-nya. Namun kegagalan simulasi ini bisa diakibatkan oleh beberapa faktor seperti: dukungan hardware, kerumitan (kesederhanaan) model dan konfigurasi data pada program CFD-CADalyzer-nya sendiri. Bila dilihat dari hasil akhirnya, menurut pengalaman penulis, keberhasilan simulasi CFD yang dikhususkan untuk mencari nilai kecepatan angin dan suhu, bisa dikategorikan menjadi:

46 a. Proses simulasi tiba-tiba berhenti sebelum proses simulasi selesai, b. Proses simulasi berjalan sampai selesai tetapi nilai kecepatan angin dan suhu tidak muncul, c. Proses simulasi berjalan sampai selesai tetapi nilai kecepatan angin dan suhu tidak logis (puluhan, ratusan atau ribuan), d. Proses simulasi berjalan sampai selesai tetapi nilai salah satu dari kecepatan angin atau suhu mencapai ratusan atau ribuan, e. Proses simulasi berjalan sampai selesai dan nilai kecepatan angin dan suhu sesuai standar, Dari kelima macam tersebut bila dapat mencapai kategori (e) maka berarti simulasi dapat mencapai keberhasilan yang diharapkan. Namun jika ternyata memperoleh hasil seperti kategori: (a), (b), (c) atau (d), berarti proses simulasi CFD untuk memperoleh nilai suhu dan kecepatan angin standar mengalami kegagalan mencapai hasil yang diharapkan. Untuk mengatasi kegagalan akibat hardware, maka simulasi memakai computer yang grid dan spesifikasinya lebih tinggi. Bila kegagalan simulasi akibat kerumitan model, dilakukan pemodelan ulang hingga lebih sederhana dan bisa diterima sesuai persyaratan pada program CFD dan keterbatasan hardware. Adapun kegagalan simulasi akibat konfigurasi data pada program CFD, maka dilakukan resetting sebelum melakukan simulasi kembali. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan proses simulasi bisa berjalan dengan lancar dan berhasil mencapai nilai yang mendekati standar kecepatan angin dan suhunya.

47 2. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan satu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian, Nazir, 1998, dalam Baun, (2008: 15). Jenis penelitian ini bisa digolongkan pada penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan studi kasus tentang ruang gambar basemen SMK Negeri 2 Wonosari, guna mencari solusi pemecahan masalah kenyamanan termal yang terjadi di dalamnya. a. Kebutuhan Data Penelitian Dalam penelitian ini membutuhkan dua macam sumber data yaitu: data primer dan data skunder. Adapun data primer meliputi: semua data yang diukur, direkam dan ditulis langsung dari lapangan oleh penulis. Sedang data sekunder mencakup data yang diambil dari referensi atau dokumen atau dinas instansi terkait. b. Alat Pengambilan Data Prosedur merupakan urutan langkah kerja dalam penelitian dan teknik terkait dengan peralatan yang dipakai dalam penelitian, Nazir, 1998, dalam Baun, (2008: 15). Alat alat yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah: 1) Komputer dan koneksi internet: untuk mencari data skunder hasil penelitian, tabel dan diagram dari jurnal ilmiah, 2) Termometer bola basah-bola kering: untuk mengukur suhu bola basah-bola kering untuk menghitung kelembaban udara,

48 3) Kamera: untuk merekam gambar kondisi ruang dan situasi, 4) Anemometer (terkalibrasi): untuk mengukur kecepatan angin, 5) Meteran: untuk mengukur ukuran ruang dan bagian-bagiannya, 6) Alat tulis kantor: untuk mencatat hasil pengukuran di lokasi, 7) MS Exel: untuk analisa dan tabulasi pengolahan data penelitian, 8) MS Word: untuk editing penulisan laporan hasil penelitian, 9) AutoCAD: untuk pemodelan 3D dan export ke file SAT (format file untuk bisa dibuka pada program CFD), 10) CFD: untuk mencari data kecepatan angin dan suhu yang akan dianalisa dalam Comfort Calculator dan 11) Comfort Calculator Online: untuk analisa nilai kenyamanan termal dalam angka PMV dan PPD secara online. c. Teknik Pengambilan Data Data-data dikumpulkan dengan cara: observasi dan pengukuran di lapangan, dokumen standar (data skunder) dan dengan simulasi. 3. Sumber Data a. Primer Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah: ukuran ruang, ukuran dan posisi bukaan, ukuran dan posisi ventilasi (yang akan dikembangkan dan diuji), kecepatan udara, suhu udara, suhu bola basah-bola kering, posisi dan ukuran kipas, kecepatan angin kipas, bentuk-ukuran dan posisi lampu, posisi dan jumlah pengguna serta jenis pakaian pengguna.

49 b. Skunder Data yang diambil dari dokumen, diagram dan standar yaitu dari: tabel disipasi panas lampu, diagram panas tubuh, diagram wind profile, diagram arah angin, tabel kecepatan udara nyaman, penelitian suhu nyaman, penelitian kelembaban nyaman, standar luas ruangan, standar luas ventilasi, tabel insulasi pakaian, tabel metabolisme aktivitas tubuh. 4. Teknik Sampling a. Populasi Populasi penelitian ini adalah volume ruang gambar basemen SMK Negeri 2 Wonosari. Sedang populasi untuk situasi adalah di sekeliling lingkungan bangunan sekolah SMK Negeri 2 Wonosari. b. Sampel Penelitian Sampel volume ruang di ambil beberapa titik pengukuran yang dianggap mewakili terutama berkaitan dengan posisi tempat duduk pengguna di dalamnya. Untuk titik pengukuran angin dekat inlet diambil dua posisi, yaitu bagian inlet yang terhalang bangunan lain dan bagian inlet yang tidak terhalang bangunan lain. Sedang untuk sampel situasi diambil empat titik pengukuran, yaitu: sebelah barat, sebelah utara, sebelah timur dan sebelah selatan dari lingkungan bangunan SMK Negeri 2 Wonosari. Untuk sampel pembacaan hasil simulasi diambil pada potongan posisi siswa baris ke dua dari arah angin (user orientasion) arah y sebagai posisi rata-rata.

50 5. Kedudukan Data Penelitian Kedudukan data penelitian digambar dalam diagram sebagai berikut: OBSERVASI data input untuk PEMODELAN 3D HASIL OBSERVASI ukuran yang tetap (ruang, pintu, lampu, pengguna) kipas pada beberapa model. PEMODELAN 3D dengan AutoCAD, model ventilasi dikembangkan mengacu standar kesehatan Sujudi (2005: 5), Data input CFD OBSERVASI: kecepatan angin global, suhu udara, kecepatan angin kipas (sebagian model). DATA SKUNDER (arah angin global, wind profile, panas lampu, suhu kulit tubuh) SIMULASI CFD semua model: Cross Ventilation, Maximum Inlet, Semi Wind Catcher dan Wind Catcher HASIL PEMODELAN 3D Model sistem ventilasi (file SAT): Cross Ventilation, Bukaan Maximum, Semi Wind Catcher dan Wind Catcher HASIL SIMULASI CFD semua model: Cross Ventilation, Bukaan Maximum, Semi Wind Catcher dan Wind Catcher SELEKSI hasil simulasi CFD: dengan standar suhu nyaman Karyono dan standar kecepatan angin nyaman Heinz Frick DATA INPUT analisa Comfort Calculator selain suhu, suhu radian dan kecepatan angin hasil simulasi; DATA observasi: kelembaban udara (suhu bola basah-bola kering); DATA sekunder: nilai metabolisme, nilai insulasi pakaian KONVERSI suhu hasil simulasi dengan Rumus (1), (2) dan (6) untuk menghitung suhu udara dan suhu radiant ANALISA Comfort Calculator model yang hasil simulasinya mendekati standar suhu Karyono dan standar angin Heinz Frick MEMILIH dua model yang paling nyaman dari hasil analisa Comfort Calculator Keterangan: = Menunjukkan data-data penelitian = Menunjukkan arah hubungan urutan proses Gambar 24. Posisi kedudukan data pada proses penelitian

51 6. Konversi Suhu a. Suhu Radian Konversi Suhu radian dihitung dengan persamaan (1) dan (2) kemudian dikonversi ke standar ASHRAE dengan Rumus (6). b. Suhu Udara Konversi Suhu nyaman bagi orang Jawa (Karyono, 2001) lebih tinggi 2,5 o C dari standar ASHRAE 55: 2004. Pada Comfort Calculator persamaan tentang suhu nyaman dan kelembaban relatif udara didasarkan pada standar ASHRAE 55: 2004, karena digunakan di daerah tropis maka penulis melakukan konversi suhu dan untuk kelembaban dengan angka 10%. Rumus konversi suhu dengan analisa sebagai berikut: Tabel 14. Analisa selisih suhu ASHRAE dan Jawa, Indonesia ASHRAE ISO ( 0 C) Sebanding Indonesia (Jawa) ( 0 C) Selisih ( 0 C) Angka Matematis 26 Nyaman maks 30,2 4,2 0,2+8.0,5 25,5 29,2 3,7 0,2+7.0,5 25 28,2 3,2 0,2+6.0,5 24,5 27,2 2,7 0,2+5.0,5 24,25 Nyaman/Netral 26,7 2,45 24 26,2 2,2 0,2+4.0,5 23,5 25,2 1,7 0,2+3.0,5 23 24,2 1,2 0,2+2.0,5 22,5 Nyaman min 23,2 0,7 0,2+1.0,5 22 22,2 0,2 0,2+0.0,5 21,75 21,75 0,0 (Sumber: Analisa penulis, data dari ASHRAE 55: 2004 dan Karyono, 2001)

52 Tabel 15. Analisa untuk mendapatkan rumus konversi ASHRAE KENAIKAN JAWA KENAIKAN 26 T ash = 22+8.0,5 30,2 T jaw = 22,2 + 8.2.0,5 25,5 T ash =22+7.0,5 29,2 T jaw = 22,2 + 7.2.0,5 25 T ash =22+6.0,5 28,2 T jaw = 22,2 + 6.2.0,5 24,5 T ash =22+5.0,5 27,2 T jaw = 22,2 + 5.2.0,5 24 T ash =22+4.0,5 26,2 T jaw = 22,2 + 4.2.0,5 23,5 T ash =22+3.0,5 25,2 T jaw = 22,2 + 3.2.0,5 23 T ash =22+2.0.5 24,2 T jaw = 22,2 + 2.2.0,5 22,5 T ash =22+1.0,5 23,2 T jaw = 22,2 + 1.2.0,5 22 T ash =22+0.0,5 22,2 T jaw = 22,2 + 0.2.0,5 T ash = 22+0,5.n T jaw = 22,2 + 0,5.2.n n = (T ash - 22)/0,5 2n = (T jaw - 22,2)/0,5 n = 0,5[(T jaw - 22,2)/0,5] (Sumber: Analisa penulis, data dari ASHRAE 55: 2004 dan Karyono, 2001) Dari tabel di atas dapat diperoleh rumus konversinya dengan menyelesaikan persamaan matematisnya sebagai berikut: n = n (T ash - 22)/0,5 = 0,5[(T jaw - 22,2)/0,5] (T ash - 22) = 0,25[(T jaw - 22,2)/0,5] T ash = 22 + {0,25[(T jaw - 22,2)/0,5]}...(6) (Rumus koreksi suhu pada Software Comfort Calculator jika digunakan di wilayah atau daerah tropis yang setara Jawa).

53 7. Teknik Analisa Data Data-data yang telah terekam dan tercatat kemudian ditata dan dikelompokkan sesuai jenis masing-masing. Data disusun dalam tabulasi supaya mudah diamati dan disorting sesuai urutan kedudukan data. Data yang disusun dalam tabulasi berupa: suhu, kecepatan angin, kelembaban udara, hasil pemeriksaan eksisting, seluruh hasil simulasi pemodelan, simulasi mendekati standar dan hasil analisa Comfort Calculator. Data yang aslinya memang tabel seperti: disipasi panas lampu, standar nilai metabolisme aktivitas tubuh, standar nilai insulasi pakaian. Data yang tidak disusun dalam tabulasi adalah yang berupa: diagram, foto-foto, posisi pengguna, pakaian pengguna, aktifitas pengguna, posisi kipas dan jenis kipas. Data yang banyak dan hanya diambil satu data saja maka dirata-rata dengan rumus standar deviasi. Mengingat sifat-sifat data dan penelitiannya, maka teknik analisa data ini termasuk kuantitatif.