BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang sudah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Pengujian dilakukan pada setiap modul yang telah direalisasikan dan pada seluruh sistem yang telah direalisasikan, berikut ini akan dijabarkan mengenai pengujian pada setiap bagian. 4. Pengujian Modul Elektronik Pada perancangan ini terdapat dua modul elektronik terpenting yang menunjang kinerja dari sistem yang telah dirancang. Diperlukan pengujian untuk mengetahui apakah kedua modul bekerja sesuai dengan fungsinya. Berikut akan dibahas mengenai pengujian modul elektronik dan analisa terhadap hasil yang didapat dari pengujian Pengujian Modul Driver Pemanas Pengujian pada modul driver pemanas dilakukan dengan cara memberi masukan logika jika TRIAC ingin dinyalakan dengan TRIAC akan non-aktif bila mendekati titik nol pada tegangan AC. Langkah awal proses pengujian pada modul ini adalah membuat program sederhana untuk mengetahui sudut picuan TRIAC dapat berubah-ubah atau tidak. Sudut picuan dibuat antara 0 o 80 o dengan membuat waktu tunda sebesar 0 0 ms. Saat mikrokontroler mendapat interrupt dari modul zero crossing detector maka mikrokontroler akan mengaktifkan TRIAC dan TRIAC akan diaktifkan lagi atau dipicu kembali 0 ms, 20 ms, 30 ms, hingga seterusnya karena TRIAC akan non-aktif bila melewati persilangan nol disebabkan adanya beda potensial tegangan negatif antara katoda dan anoda pada TRIAC. Nilai tegangan didapatkan dari nilai perhitungan menggunakan Persamaan 3.0. Saat α = 50% (50% dari nilai π = π/2) Vo = V RMS π sin 2α (π α + ) 2 Vo = V RMS π (π π 2 sin 2(π/2) + 2 ) 3

2 Vo = V RMS 3,4, Vo = 220 V 0,5 Vo = 55,56 V Tabel 4.. Hasil pengukuran dan perhitungan tegangan keluaran berdasarkan sudut picuan (α). α (% dari 80 o ) Pengukuran (V) Perhitungan (V) Ralat (%) , ,29 4, ,77 6, ,56 2, ,28 7, ,6 43, Ralat rata-rata 9,72 Dari Tabel 4. dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut picuan, semakin kecil nilai V RMS. Terdapat perbedaan ralat sebesar 2,52% dengan perancangan yang dibuat sebelumnya. Perbedaan hasil perhitungan dan percobaan disebabkan oleh tidak idealnya komponen yang digunakan pada perancangan modul ini sehingga, sudut picuan kurang tepat Pengujian Modul Zero Crossing Detector Fungsi dari modul zero crossing detector adalah mendeteksi gelombang sinus AC 220V yang melewati titik tegangan nol. Untuk mengetahui apakah modul ini berfungsi maka, dilakukan pengujian pada modul zero crossing detector dengan cara melihat pulsa keluaran modul ini dengan osciloskop. Titik nol dideteksi saat peralihan tegangan AC dari fase positif ke fase negatif dan peralihan dari fase negatif ke fase positif. Saat titik nol dideteksi maka, keluaran dari rangkaian zero crossing detector bernilai high atau berlogika. Saat sinyal keluaran dari penyearah gelombang penuh lebih dari nol maka, keluaran dari rangkaian zero crossing detector bernilai low atau berlogika 0. Mengacu pada jaringan listrik PLN dengan tegangan AC berbentuk gelombang sinus yang memiliki frekuensi sebesar 50 Hertz maka, waktu periode satu 32

3 gelombang sinus adalah /50 detik atau 20 milidetik (ms). Jadi pendeteksian titik nol dilakukan pada periode 0 ms, 0 ms, 20 ms, 30 ms, 40 ms dan seterusnya. Gambar 4. akan menunjukkan bentuk sinyal keluaran pada modul penyearah gelombang penuh dan modul zero crossing detector. Sinyal keluaran rangkaian penyearah gelombang penuh Sinyal keluaran rangkaian zero crossing detector Gambar 4.. Sinyal keluaran pada modul penyearah gelombang penuh dan modul zero crossing detector. 4.2 Pengujian Modul Sensor Sensor suhu dan kelembaban yang digunakan dalam perancangan ini adalah SHT, proses kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa nilai suhu dan kelembaban yang di ukur oleh sensor sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan keluaran nilai suhu dan kelembaban dari SHT dengan Hygrometer merk GOOD sehingga, mendapatkan hasil keluaran suhu dan kelembaban yang akurat. Oleh karena, kelembaban udara sangat tergantung pada tekanan udara. Pengujian dilakukan di Lab Skripsi Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga yang memiliki tekanan atm dengan cara menempatkan sensor SHT pada salah satu sudut bagian atas pada lemari dan hygrometer digantung pada hanger sehingga, pengukuran suhu dan kelembaban dapat diamati dengan jelas. Nilai suhu ruangan yang terukur pertama kali pada saat dilakukan pengujian adalah suhu sebesar 28 o C dan kelembaban sebesar 79%. Gambar 4.2 menunjukkan nilai suhu dan kelembaban suhu ruangan yang terukur oleh SHT dan hygrometer. 33

4 Gambar 4.2. Kalibrasi SHT dengan Hygrometer. Pengujian dilakukan sebanyak 0 kali dan mendapatkan hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 Untuk pengukuran suhu didapatkan hasil yang tidak terlalu berbeda jauh. Selisih pengukuran berkisar diantara 0,5 o C dampai o C dan didapatkan perbedaan rata-rata untuk pengukuran suhu sebesar 0,5 o C. Sedangkan untuk pengukuran kelembaban menunjukkan perbedaan, selisih perbedaan rata-rata pengukuran kelembaban adalah 5,6%. Grafik kenaikan pengukuran suhu dan kelembaban pada sensor dan hygrometer dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Tabel 4.2 Hasil pengujian suhu dan kelembaban pada SHT dan Hygrometer. Pengujian ke- SHT Hygrometer Selisih pengukuran SHT dengan Hygrometer 34 Ralat Suhu ( o C) RH (%) Suhu ( o C) RH (%) Suhu ( o C) RH (%) Suhu (%) RH (%) ,5 70 0,5 3,96 8, ,5 69 0,5 0,76 4, , , ,5 52 0,5 2,45 3, ,5 2, ,5 4 0,5 6,8 4, , ,08 2, ,96 4,82 Ralat rata-rata,29,65

5 SHT Hygrometer 0 0 Gambar 4.3. Grafik suhu terhadap pengujian pada SHT dan Hygrometer SHT Hygrometer Gambar 4.4. Grafik kelembaban terhadap pengujian pada SHT dan Hygrometer. Gambar 4.3 menunjukkan grafik pengujian suhu pada SHT dan hygrometer, tidak ada perbedaan yang signifikan pada pengukuran suhu. Dari perhitungan didapatkan ralat pengukuran sebesar,29%. Sedangkan, untuk pengukuran kelembaban seperti 35

6 ditunjukkan pada Gambar 4.4 didapatkan perbedaan hasil berkisar antara % hingga 3%. Ralat pengukuran kelembaban yaitu sebesar,65%. Perbedaan ini disebabkan oleh penempatan sensor dan hygrometer yang berjauhan selain itu, pada saat pengukuran pintu pada lemari dibuka tutup untuk melihat hasil pengukuran oleh hygrometer sehingga, mengakibatkan data kelembaban yang terukur tidak sama dengan data yang terukur oleh SHT. Selain itu, sensor memiliki waktu respon yang berbeda dengan hygrometer. SHT memiliki respon yang lebih cepat jika dibandingkan dengan dengan hygrometer baik respon waktu pada pengukuran suhu maupun kelembaban. Pengukuran akan lebih akurat jika suhu pada lemari stabil, perubahan suhu yang begitu cepat dapat mempengaruhi keakuratan sensor saat mengukur kelembaban lemari pengering baik pengukuran dengan SHT maupun hygrometer. 4.3 Pengujian Modul Mikrokontroler Pengujian Port Mikrokontroler Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan program sederhana untuk menyalakan LED yang dihubungkan dengan port keluaran mikrokontroler. Dalam pengujian ini digunakan PORT A.0 A.7, PORT B.0 B.7, PORT C.0 C.7, PORT D.0 D.7. Langkah pertama pengujian adalah membuat program sederhana dan mengirimkan data 00h ke setiap port, apabila program berjalan dengan baik ditandakan dengan LED pada tiap port yang menyala setelah detik program dijalankan. Hal ini berarti bahwa rangkaian mikrokontroler sudah berjalan dengan baik.. Gambar 4.5 menunjukkan diagram alir pengujian tiap port mikrokontroler. 36

7 Gambar 4.5. Diagram alir pengujian tiap port mikrokontroler Pengujian Timer dan Interrupt Mikrokontroler Pengujian terhadap timer dan interrupt mikrokontroler diperlukan karena program pada perancangan ini menggunakan timer dan interrupt. Pengujian dilakukan dengan cara membuat program sederhana animasi LED yang berhubungan dengan timer dan interrupt. Pada kaki interrupt 0 (INT 0) atau interrupt (INT ) dihubungkan dengan tombol dan timer digunakan untuk membuat waktu tundaan detik. Saat tombol ditekan maka, semua LED pada PORT A akan berkedip-kedip dengan waktu tundaan sebesar detik. Jika hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan maka, modul mikrokontroler telah bekerja dengan baik. 4.4 Pengujian Sistem Keseluruhan Pengujian Pengeringan Pakaian Pengujian pengeringan pakaian dilakukan pada lemari pengering dengan dimensi 0 cm x 0 cm x 80 cm. Percobaan pengeringan pakaian berdasarkan pilihan jenis kain dengan jumlah kain dilakukan sebanyak 0 kali untuk jenis kain katun, campuran. Sedangkan, untuk jenis kain wol percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dan 5 kali percobaan dilakukan untuk jenis kain jeans dengan metode yang berubah untuk mencari cara tercepat agar pakaian kering. Jenis kain yang dikeringkan adalah jeans, katun, campuran dan wol dengan jumlah kain maksimum adalah 5 potong atau ± 8 kg. Tidak ada estimasi waktu 37

8 untuk menentukan bahwa kain kering, namun sesuai dengan perancangan yang telah dibuat sebelumnya diharapkan waktu yang diperlukan sistem untuk mengeringkan pakaian yaitu ±3 jam atau 80 menit. Tabel 4.3 menunjukkan hasil percobaan pengeringan kain pada masing-masing jenis kain sesuai dengan jumlah kain yang dikeringkan. Dari data percobaan didapatkan bahwa proses pengeringan berlangsung lebih lama jika dibanding dengan perancangan sebelumnya, hal ini sangat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah :. Dimensi dari lemari yang lebih besar jika dibanding dengan perancangan sebelumnya. Dimensi ruang sangat berpengaruh pada proses pengeringan pakaian, semakin besar dimensi lemari maka, semakin lama proses kenaikan suhu pada lemari, kelembaban dalam ruang juga semakin tinggi karena, ruang yang besar menyimpan uap air yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ruangan yang lebih kecil. 2. Penggunaan sensor suhu dan kelembaban yang hanya satu buah saja dirasa kurang akurat dalam mengukur suhu dan kelembaban dalam dimensi yang besar karena, nilai suhu dan kelembaban pada dasar lemari berbeda dengan nilai suhu dan kelembaban pada bagian atas lemari. Proses pengeringan pakaian sangat bergantung pada banyak sedikinya jumlah kain, tebal tipisnya kain, dan berat ringannya kain yang dikeringkan. Semakin banyak, tebal dan berat kain yang dikeringkan maka, semakin lama proses pengeringan berlangsung. Hal ini dikarenakan, apabila baju yang dikeringkan berjumlah banyak dan memiliki tekstur kain yang tebal, kandungan uap air pada kain basah tersebut cenderung tinggi dan berdampak pada nilai kelembaban yang tinggi sehingga, proses pengeringan pakaian akan memakan waktu yang lama. Exhaust yang digunakan pada perancangan ini adalah satu buah, untuk menjaga agar panas yang dihasilkan oleh pemanas tidak keluar. Namun, hal ini berdampak pada proses pengeringan pakaian dimana, proses pengeringan menjadi lebih lama karena uap air yang dihasilkan oleh kain yang basah tidak dapat keluar dengan cepat. Oleh karena itu, perancangan dibuat dengan menambahkan hanger yang diputar oleh motor power window atau moving hanger. Penambahan moving hanger berpengaruh terhadap proses pengeringan karena, kain yang dikeringkan dapat bergerak sehingga menghasilkan angin sehingga sirkulasi udara di dalam lemari lancar dan proses pengeringan pakaian menjadi lebih cepat dibanding tidak terdapat moving hanger. 38

9 39

10 Tabel 4.4. Rata-rata nilai kelembaban untuk menentukan bahwa kain kering. Rata-rata kelembaban Jumlah udara pakaian dianggap kain kering 38,00% 3 4,43% 5 42,00% ,50% 5 46,33% Tabel 4.4. merupakan nilai rata-rata kelembaban yang dihitung dari nilai kelembaban yang didapatkan dari percobaan proses pengeringan pada beberapa jumlah kain yang dikeringkan. Percobaan pengeringan dilakukan pada kain dengan jenis campuran yang memiliki berat berbeda-beda dan tingkat ketebalan yang berbeda-beda. Jumlah kain dikelompokkan menjadi lima bagian karena pada saat percobaan didapatkan nilai yang mendekati diantara masing-masing jumlah pakaian. Namun, pada jumlah kain 7 3 potong hasil rata rata nilai kelembaban yang didapatkan lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai kelembaban rata-rata yang lain. Hal ini disebabkan oleh percobaan proses pengeringan untuk jumlah kain 9, dan 3 potong hanya kali, tentunya hal ini sangat berpengaruh pada perhitungan nilai kelembaban rata-rata Mencari Parameter Pengendali Kp dan Ti Untuk menentukan nilai dari Proportional dan Integral diperlukan mencari parameter pengendalian Kp dan Ti terlebih dahulu. Nilai Proportional dan Integral yang didapatkan dari perhitungan berfungsi sebagai pengendali nilai suhu pada lemari agar stabil pada nilai 60 o C untuk jenis kain denim, 50 o C untuk jenis kain katun dan campuran, dan 40 o C untuk jenis kain wol. Untuk menentukan nilai parameter tersebut dapat dilihat pada nilai suhu suhu terhadap perubahan waktu pada Tabel

11 Tabel 4.5. Percobaan pengeringan pakaian tanpa menggunakan kontrol PI. Suhu ( o C) Waktu (detik) Sebelumnya telah dilakukan percobaan pemanasan pada lemari untuk mengetahui suhu maksimum pada lemari. Selama jam didapatkan suhu sebesar 50 o C dengan kelembaban sebesar 60%. Sedangkan, percobaan tanpa menggunakan kontrol PI dilakukan dengan cara melakukan proses pengeringan kain dengan jenis katun menggunakan exhaust dan kering selama 48 menit. Dari percobaan pengeringan pakaian tanpa kontrol PI didapatkan nilai Ti antara 2 34 detik. 4

12 Maka akan diketahui nilai Kp dan Ki dari perhitungan dibawah ini : K = 55 o C 27 o C = 28 o C T = 32 detik Td = 2 detik Kp = Kp = 0,9 Ti KTd 0,9 x x 2 Kp = 8,9 (4.) Ti = 3Td (4.2) Ti = 3 x 2 Ti = 6 Ki = Kp Ti Ki = 24,26 6 Ki = 4,04 (4.3) Pengukuran tidak selalu tepat dan sesuai dengan perhitungan dan percobaan yang telah dilakukan, sehingga diperlukan trial error pada sistem agar sistem bisa dikendalikan sesuai dengan masukan. Dari percobaan didapatkan nilai Kp yaitu sebesar 5 dan nilai Ki sebesar Pengujian Sistem Menggunakan Pengendali PI Dengan memakai nilai Kp dan Ki yang telah didapat dari percobaan dan perhitungan maka dilakukan percobaan pengeringan pakaian menggunakan kontrol PI yang hasilnya bisa dilihat pada Tabel 4.6. Oleh karena pada perancangan lemari ini menggunakan tiga suhu acuan sesuai jenis kain yaitu 60 o C untuk jenis kain jeans, 50 o C untuk jenis kain katun dan campuran, dan 40 o C untuk jenis kain wol maka, terdapat tiga jenis suhu yang diolah dengan perhitungan kontrol PI. Namun, sebagai contoh percobaan pengeringan pakaian menggunakan kontrol PI diambil nilai rata-rata diantara ketiga suhu acuan yaitu 50 o C. Seperti pada percobaan sebelumnya tanpa menggunakan kontrol PI, percobaan dilakukan dengan cara mengeringkan kain berjenis katun dan kering selama jam 6 menit. 42

13 Tabel 4.6. Percobaan pengeringan pakaian dengan menggunakan kontrol PI. Suhu ( o C) Waktu (detik) Percobaan pengeringan pakaian dengan menggunakan kontrol PI menunjukkan kestabilan saat suhu bernilai 50 o C. Namun, penggunaan kontrol PI menyebabkan kenaikan suhu pada lemari pengering menjadi lebih lama dibandingkan dengan kenaikan suhu tanpa menggunakan kontrol PI. Proses pengeringan tanpa kontrol PI membutuhkan waktu selama jam atau 3600 detik untuk mencapai suhu 50 o C sedangkan, dengan penggunaan kontrol PI proses kenaikan suhu mencapai 50 o C membutuhkan waktu selama 3895 detik. Hal ini disebabkan oleh karena, kontrol PI memberikan pembatasan terhadap tegangan yang diberikan kepada pemanas, sehingga menyebabkan pemanas berpendar secara tidak maksimal untuk menghasilkan suhu yang stabil. Pancaran panas dari lampu pemanas yang 43

14 tidak maksimal berakibat pada proses kenaikan suhu yang lebih lama jika dibandingkan dengan proses kenaikan suhu tanpa kontrol PI Pengujian Penghematan Daya Digunakan atau tidaknya kontrol PI tentunya sangat berpengaruh pada konsumsi daya dari sistem yang dirancang ini. Pemanas tanpa kontrol PI akan mengeringkan pakaian dengan suhu lebih dari 50 o C dengan daya 300 W yang digunakan dalam jangka waktu 3600 detik atau jam. Maka, perhitungan daya total pada pemanas dapat diketahui dengan perhitungan dengan rumus dibawah ini, W = P.t (4.4) Diketahui : P = Daya t = Waktu Dengan menggunakan persamaan 4.4. didapatkan besarnya daya total pemanas, W = 300 W x 3600 detik W = 080 kws (kilowattsecond) W = 0,3 kwh (kilowatthour) Pada awal saat lemari dihidupkan dan memulai proses pengeringan dengan menggunakan kontrol PI daya awal pemanas untuk mencapai suhu 50 o C hingga 48 o C adalah 300 W. Nilai α yang digunakan semakin naik hingga 40% dari sudut total 80 o. Untuk kenaikan suhu dari 48 o C hingga 49 o C memerlukan selang waktu selama 40 detik yaitu dapat diketahui saat α = 20%. Berikut perhitungannya : Diketahui : P total = 300 W I = P V RMS (4.5) I = 300 W 220 V I =,36 A Saat α = 20% = π 5 44

15 Vo = V RMS π sin 2α (π α + ) 2 Vo = 220 π (π π 5 sin 2(π/5) + 2 ) Vo = 220 3,4 2,52 + 0,48 Vo = 220 0,96 Vo = 25,56 V P = 25,56 V x,36 A P = 293,6 W Untuk kenaikan suhu dari 49 o C hingga 50 o C memerlukan selang waktu selama 800 detik yaitu dapat diketahui saat α = 40%. Berikut perhitungannya : Diketahui : P total = 300 W I = I = P V RMS 300 W 220 V I =,36 Ampere Saat α = 40% = 2π 5 Vo = V RMS π sin 2α (π α + ) 2 Vo = 220 π (π 2π 5 sin 2(2π/5) + 2 ) Vo = 220 3,4,89 + 0,29 Vo = 220 0,69 45

16 Vo = 82,75 V P = 82,75 V x,36 A P = 248,54 W Sehingga, daya total yang dikeluarkan hingga pakaian kering adalah : (300W.2685 detik) + (248,54W.40 detik) + (293,6W.800detik) = (805,5 + 0, ,53) kws = 4,93 kws atau 0,32 kwh. Perbandingan konsumsi daya penggunaan kontrol PI dan tanpa kontrol PI dapat diketahui dengan perhitungan dibawah ini : PI = 0,32 kwh Tanpa PI = 0,3 kwh Maka, diantara kedua metode didapatkan selisih sebesar 0,04 kwh atau sebesar 0,02 0,62 x 00% = 3,23 %. Sehingga, diketahui bahwa penggunaan pemanas lampu inframerah dengan kontrol PI jika dibandingkan dengan tanpa penggunaan kontrol PI hanya hemat 3,23%. 46

BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN

BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN Pada bab ini, penulis akan menjabarkan mengenai prinsip kerja dan beberapa hal yang mendasari terealisasikannya lemari pengering pakaian dengan moving hanger

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian, hasil pengujian dan analisis tentang hasil pengujian yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui apakah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana sotdag@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui dan menunjukkan hasil kerja dari keseluruhan sistem yang telah dirancang dan direalisasikan. Pengujian alat yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Arduino Uno R3 Pengujian sistem arduino uno r3 dilakukan dengan memprogram sistem arduino uno r3 untuk membuat Pin.4 menjadi nilai positif negative 0 dan 1 yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menitik beratkan pada pengukuran suhu dan kelembaban pada ruang pengering menggunakan sensor DHT21. Kelembaban dan suhu dalam

Lebih terperinci

Pengendalian Temperatur pada Proses Pengeringan Gabah Menggunakan Alat Rotary Dryer Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno

Pengendalian Temperatur pada Proses Pengeringan Gabah Menggunakan Alat Rotary Dryer Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno Pengendalian Temperatur pada Proses Pengeringan Gabah Menggunakan Alat Rotary Dryer Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno Afriandika Brillian, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Salah satu kendala yang di hadapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Mekanik Turbin Generator Beban Step

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA PROSES DISTILASI VAKUM BIOETANOL DENGAN MENGGUNAKAN ARDUINO

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA PROSES DISTILASI VAKUM BIOETANOL DENGAN MENGGUNAKAN ARDUINO 1 SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA PROSES DISTILASI VAKUM BIOETANOL DENGAN MENGGUNAKAN ARDUINO Akhmad Salmi Firsyari, Pembimbing 1: Ir. Purwanto MT., Pembimbing 2: dan M Aziz Muslim ST., MT., Ph.D. Abstrak

Lebih terperinci

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino 1 Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino Ardhito Primatama, Soeprapto, dan Wijono Abstrak Motor induksi merupakan alat yang paling

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Pengujian Timer

Gambar 4.1. Pengujian Timer BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Cara Kerja Alat Pertama-tama tegangan dari jala-jala PLN masuk ke power supply, power supply akan menghasilkan dua keluaran yaitu 12 V DC dan 5 V DC yang selanjutnya di

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Indah Pratiwi Surya #1, Hafidh Hasan *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS IV PENGUJIN DN NLISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang telah

Lebih terperinci

INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI MELALUI JARINGAN RS 485

INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI MELALUI JARINGAN RS 485 INKUBATOR BAYI BERBASISMIKROKONTROLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI MELALUI JARINGAN RS 485 Roni Wijaya, F. Dalu Setiaji, Daniel Santoso INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat dan analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukanya pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Alat yang dibuat ini berfungsi untuk membuat udara menjadi lebih bersih, jernih dan sehat serta terbebas dari bakteri yang terkandung di udara, hal ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

DENGAN PENGATURAN SUHU DAN KECEPATAN PENGADUAN

DENGAN PENGATURAN SUHU DAN KECEPATAN PENGADUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi memberikan kemudahan yang membantu menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan efesien waktu. Terutama adanya pergeseran teknologi konvensional

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Pembahasan Pembuatan proyek akhir ini bertujuan untuk merealisasikan perangkat keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol suhu dan kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ALAT PENGERING JAGUNG PIPILAN Penelitian mengenai pegeringan jagung pipilan telah banyak dilakukan dengan berbagai metode dan berbagai alat pengering. Pada penelitian ini, alat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat Kalibrasi Cenrtifuge non Contact Berbasis. c. Ukuran : panjang 14,5 cm X tinggi 6 cm X lebar 9 cm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat Kalibrasi Cenrtifuge non Contact Berbasis. c. Ukuran : panjang 14,5 cm X tinggi 6 cm X lebar 9 cm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat a. Nama Alat : Alat Kalibrasi Cenrtifuge non Contact Berbasis Microcontroler ATMega8 b. Tegangan : 5 V (DC) c. Ukuran : panjang 14,5 cm X tinggi 6 cm X

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Setelah perancangan alat selesai, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian dan analisa alat yang bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari skripsi meliputi gambaran alat, cara kerja sistem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. MEODOLOGI PENELIIAN A. EMPA DAN WAKU PENELIIAN Penelitian ini dilakukan di Lab. E, Lab. Egrotronika dan Lab. Surya Departemen eknik Mesin dan Biosistem IPB, Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu

Lebih terperinci

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga darmawan@staff.uksw.edu

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembang pesatnya teknologi saat ini memberi peluang kepada peternak unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi belum seperti saat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR ALAT PENGERING CENGKEH BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB II KONSEP DASAR ALAT PENGERING CENGKEH BERBASIS MIKROKONTROLER BAB II KONSEP DASAR ALAT PENGERING CENGKEH BERBASIS MIKROKONTROLER Konsep dasar dari alat pengering cengkeh berbasis mikrokontroler ini terdiri dari dua komponen mendasar yang saling berkaitan. Komponen

Lebih terperinci

Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi. terpenting adalah bagian yang cukup kritis. Dengan mendapatkan parameter hasil

Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi. terpenting adalah bagian yang cukup kritis. Dengan mendapatkan parameter hasil BAB IV ANALISA DAN PENGAMATAN Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi alat, sehingga dapat diketahui sejauh mana alat dapat bekerja. Pengamatan yang terpenting adalah bagian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto Putra Agus S, Putranto, Desain Sensorless (Minimum Sensor) Kontrol Motor Induksi 1 Fasa Pada DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI Toni Putra Agus Setiawan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Metode Pengasapan Cold Smoking Ikan asap merupakan salah satu makanan khas dari Indonesia. Terdapat dua jenis pengasapan yang dapat dilakukan pada bahan makanan yaitu hot smoking

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat Waterbath terapi rendam kaki menggunakan heater dan peltier sebagai komponen utamanya. Berikut adalah spesifikasi dari alat waterbath terapi: 1. Tegangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bedasarkan hasil rancangan alat dan penyusunan program. Selanjutnya dilakukan pengujian alat dengan menggunakan beban lampu pijar 40 W. 4.1 Pengujian Rangkaian Menggunakan beban

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11 LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Pengujian Sistem Elektronik Subbab ini akan membahas tentang pengujian dari sistem elektronik yang telah direalisasikan. Pengujian akan dilakukan pada setiap modul

Lebih terperinci

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi

Pada saat pertama kali penggunaan atau ketika alat pemutus daya siaga digunakan pada perangkat elektronik yang berbeda maka dibutuhkan kalibrasi 48 BAB 4 HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Prinsip Kerja Alat Hasil yang diperoleh dari perancangan ini yaitu sebuah prototip alat Pemutus Daya Siaga Otomatis. Alat ini berfungsi untuk memutus peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Memanfaatkan energi panas yang terbuang dari setrika listrik untuk diubah menjadi energi listrik yang kemudian akan disimpan ke dalam baterai kering. 1.2. Latar Belakang Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan spesifikasi sistem yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah untuk membuktikan apakah

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hardware Sistem Kendali Pada ISD Pada penelitian ini dibuat sistem pengendalian berbasis PC seperti skema yang terdapat pada Gambar 7 di atas. Pada sistem pengendalian ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan membahas mengenai pengujian dari alat yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. buah silinder dilengkapi bearing dan sabuk. 2. Penggunaan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai pengontrol

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. buah silinder dilengkapi bearing dan sabuk. 2. Penggunaan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai pengontrol BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem Sistem simulasi conveyor untuk proses pengecatan dan pengeringan menggunakan PLC dirancang dengan spesifikasi (memiliki karakteristik utama) sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 BLOK DIAGRAM Pada perancangan tugas akhir ini saya merancang sistem dengan blok diagram yang dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok Diagram Dari blok diagram pusat

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem Spesifikasi yang ada pada sistem dapat diuraikan menjadi dua bagian, yaitu spesifikasi perangkat keras dan spesifikasi perangkat lunak yang akan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

PENGATUR AKSELERASI MOTOR AC SATU PHASA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52

PENGATUR AKSELERASI MOTOR AC SATU PHASA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 PENGATUR AKSELERASI MOTOR AC SATU PHASA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Pada bab ini, akan dibahas pengujian alat mulai dari pengujian alat permodul sampai pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Pengendali Ketinggian Meja Otomatis Dengan Kontrol Smartphone Android Menggunakan Media Koneksi Bluetooth.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi Gravity Light nya. Bahasan perancangan dimulai dengan penjelasan alat secara keseluruhuan yaitu penjelasan singkat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK

KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK Disusun Oleh : Muhammad Nur Fuadi D 400 090 007 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 KWH METER

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID Raditya Wiradhana, Pembimbing 1: M. Aziz Muslim, Pembimbing 2: Purwanto. 1 Abstrak Pada saat ini masih banyak tungku bakar berbahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply, 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 1.1 Hasil dan Pembahasan Secara umum, hasil pengujian ini untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan. Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama : Alat Aroma Terapi Elektrik Dilengkapi Monitoring Detak Jantung. f. Sensor : Finger sensor dan sensor suhu LM 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama : Alat Aroma Terapi Elektrik Dilengkapi Monitoring Detak Jantung. f. Sensor : Finger sensor dan sensor suhu LM 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Spesifikasi Alat a. Nama : Alat Aroma Terapi Elektrik Dilengkapi Monitoring b. Jenis : Alat Terapi c. Daya : + 2 Volt DC d. Display : LCD karakter 6x2 e. Dimensi : P : 5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah Terapi dengan Sensor Suhu yang terdiri atas komponen fisik penunjang seperti Dimmer, Timer, Lampu IR Philip,Sensor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Pengujian Alat Dengan menggunakan berbagai metoda pengujian secara lebih akurat akan memudahkan dalam mengambil sebuah analisa yang berkaitan dengan percobaan yang dilakukan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga Oscillating Water Column. 3.1. Gambaran Alat Alat yang

Lebih terperinci

APLIKASI KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 UNTUK PENGATURAN SUHU PADA ALAT PENGERING KERTAS

APLIKASI KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 UNTUK PENGATURAN SUHU PADA ALAT PENGERING KERTAS APLIKASI KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 UNTUK PENGATURAN SUHU PADA ALAT PENGERING KERTAS 1 Darjat, 2 Mohamad Syahadi, 3 Iwan Setiawan 1,2,3,4 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global warming seperti saat ini mempengaruhi perubahan musim yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. global warming seperti saat ini mempengaruhi perubahan musim yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan cuaca yang tidak menentu pada saat bumi sudah memasuki global warming seperti saat ini mempengaruhi perubahan musim yang tidak menentu. Musim kemarau dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini Surface Mount Technology (SMT) telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini Surface Mount Technology (SMT) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam beberapa tahun terakhir ini Surface Mount Technology (SMT) telah menjadi pilihan dari teknologi manufaktur. Ini dikarenakan SMT lebih murah dibanding

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. menganalisa hasil alat yang telah dibuat. Dalam pembuatan alat ini terbagi

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. menganalisa hasil alat yang telah dibuat. Dalam pembuatan alat ini terbagi BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN 4.1 Hasil Perancangan Pada tahapan setelah selesai perancangan yang penulis lakukan adalah menganalisa hasil alat yang telah dibuat. Dalam pembuatan alat ini terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang elektronika saat ini berkembang cepat sekali dan berpengaruh dalam pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang dapat bekerja secara otomatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia peternakan terutama peternakan unggas sering kali ditemukan masalah pembusukan telur selama proses penetasan dalam inkubator. Hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam merancang alat pengendali nyala lampu menggunakan media infra merah berbasis mikrokontroler terbagi atas dua pengendalian yaitu pengendalian dimmer atau terang redup lampu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik semakin meningkat dan penggunaan daya listrik pada sebuah bangunan bergantung pada pemakaiannya. Seperti halnya penggunaan daya listrik

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

PENYEARAH ARUS S1 INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO

PENYEARAH ARUS S1 INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO PENYEARAH ARUS S1 INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO 1. Gelombang Sinus Bentuk gelombang sinus ditunjukkan seperti pada Gambar dibawah ini. Gelombang sinus tersebut sesuai dengan persamaan v = p sin θ dimana

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN 4.1 Hasil Pengujian Perangkat Keras Pengujian pada prototype elevator atau lift ini dilakukan melalui beberapa tahap pengujian, yaitu pengujian terhadap perangkat-perangkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Untuk dapat menjalankan perangkat elektronika tersebut dibutuhkan pasokan listrik. Aliran arus listrik yang ditarik perangkat elektronika dari sumber digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC UNTUK STARTING DAN BREAKING PADA PINTU GESER MENGGUNAKAN PID

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC UNTUK STARTING DAN BREAKING PADA PINTU GESER MENGGUNAKAN PID SISTEM PENGATURAN MOTOR DC UNTUK STARTING DAN BREAKING PADA PINTU GESER MENGGUNAKAN PID Disusun oleh : Rachmat Yustiawan Hadi 2209030002 Lucky Setiawan 2209030031 Dosen pembimbing 1 Ir. Rusdhianto Effendi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI DENGAN JARINGAN RS 485

INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI DENGAN JARINGAN RS 485 INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLLER DILENGKAPI SISTEM TELEMETRI DENGAN JARINGAN RS 485 Oleh : Roni Wijaya NIM : 612007028 Skripsi ini untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN ALAT 47 BAB IV PEMBAHASAN ALAT 4.1 Spesifikasi alat Gambar alat prototype blood warmer dapat dilihat pada gambar 4.1. 1 2 3 4 6 8 5 7 Gambar 4.1. Spesifikasi alat Keterangan : 1. Indikator heater ON/OFF. 2.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PENETAS TELUR AYAM BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 DILENGKAPI UPS

RANCANG BANGUN PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PENETAS TELUR AYAM BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 DILENGKAPI UPS RANCANG BANGUN PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PENETAS TELUR AYAM BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 DILENGKAPI UPS KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan

Lebih terperinci