ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

Keyword : Speech Act, Refusal,Keigo

BAB 2 TEORI TINDAK TUTUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, manusia akan melakukan sebuah komunikasi. Saat berkomunikasi

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. Keywords: refusal speech acts, pragmatics, language politeness I.PENDAHULUAN

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

Pergi kemana? どこへ行きますか

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1.

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN

Bab 3. Analisis Data. Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah (1) sistem lambang

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Jepang b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3 dan 4.3

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan data-data yang diperoleh dari hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan

Aizuchi dalam Bahasa Jepang Sebuah Tinjauan Strategi Komunikasi melalui Analisis Percakapan THAMITA ISLAMI INDRASWARI

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

KISI KISI SOAL POSTTEST. Kompetensi Dasar 毎日の生活

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA JEPANG DAN KURIKULUM B. RAGAM KESANTUNAN DALAM MEMOHON BAHASA JEPANG

BAB 3 ANALISIS DATA. mencoba untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang telah saya temukan

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

Fitria Sanimah Rahmawati*Sri Wahyu Widiati**Merri Silvia Basri*** Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

BAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.

L. Dewi Indah, S.Pd P. Agama Kristen Katolik Mey Supartini, S.Pd. Drs. Agus S. Martono, S.Pd Biologi / P. Lingkungan Hidup Dra. Hj.

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI NASKAH JURNAL

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. Bahasa Jepang

Bab 3. Analisis Data. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

LAMPIRAN Data kalimat yang menggunakan aisatsu hyougen

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

Transkripsi:

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG Asteria Permata Martawijaya Pendahuluan Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya; makna dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam berdasarkan konteksnya. Dalam bahasa Jepang, tindak tutur tidak langsung banyak digunakan terutama pada situasi saat penutur harus menyampaikan sesuatu yang sepertinya dapat menyinggung atau mengganggu lawan tutur, misalnya pada saat menyampaikan pendapat, menolak dan sebagainya. Davies dan Ikeno (2002: 13) menyatakan bahwa jika masyarakat Jepang memiliki perbedaan dengan lawan tutur, mereka biasanya mendengarkan pendapat lawan tuturnya dengan sikap menyetujui, lalu menyampaikan ketidaksetujuannya dengan secara tidak langsung dan tidak jelas atau samar. Penggunaan tindak tutur tidak langsung pada komunikasi bahasa Jepang seharihari ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama ketika tindak tutur tidak langsung ini disampaikan kepada lawan tutur yang bukan berbahasa ibu bahasa Jepang. Karenanya pembelajar bahasa Jepang perlu untuk memahami strategi tindak tutur tidak langsung yang digunakan oleh bangsa Jepang agar dapat berkomunikasi secara baik dalam bahasa Jepang. Hal tersebut memunculkan pertanyaan, bagaimanakah penggunaan strategi tindak tutur tidak langsung dalam bahasa Jepang oleh mahasiswa, khususnya tindak tutur tidak langsung yang digunakan untuk menolak permintaan lawan tutur? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis mengambil mengambil data dengan memberikan Written Discourse Completion Test (WDCT) yang berhubungan dengan penggunaan strategi penolakan pada mahasiswa semester IV angkatan tahun 2010/2011 STBA Yapari ABA Bandung untuk mengetahui penggunaan strategi penolakan tidak langsung dalam bahasa Jepang oleh mahasiswa. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1

Tujuan penelitian disusun sesuai dengan ruang lingkup masalah penelitian, yaitu untuk mengetahui penggunaan strategi penolakan tidak langsung dalam bahasa Jepang oleh mahasiswa Bahasa Jepang semester IV angkatan tahun 2010/2011 STBA Yapari- ABA Bandung. Manfaat dari penelitian ini ada dua, pertama hasil penelitian ini akan menjadi masukan yang penting kepada Program Studi Bahasa Jepang STBA Yapari-ABA Bandung tentang strategi penolakan tidak langsung yang perlu diketahui mahasiswa. Hal ini mengingat bahwa tindak tutur tidak langsung memegang peranan penting dalam menjaga kesopanan dalam komunikasi dengan penutur asli Bahasa Jepang. Kedua, hasil penelitian ini juga memberikan masukan berharga kepada mahasiswa bahwa bahasa Jepang memiliki karakteristik bahasa yang unik yaitu banyak menggunakan tindak tutur bahasa tidak langsung dalam komunikasi sehari-harinya demi menjaga kesopanan dan hubungan baik dengan lawan bicaranya. Kajian Pustaka 1. Tindak Tutur Tindak tutur merupakan bagian dari pragmatik, yaitu ilmu yang meneliti makna yang dikomunikasikan oleh pembicara dan diterjemahkan oleh pendengar (Yule, 1996). Leech (1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana. Tindak tutur merupakan satuan analisis yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti prinsip kesantunan, prinsip kerjasama dan lain-lain. Wijana (1996:4) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. a. Tindak tutur langsung (direct speech act) Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (declarative), kalimat tanya (interogative) dan kalimat perintah (imperative). Secara konvensional kalimat berita (declarative)) digunakan untuk memberitahukan sesuatu (information); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaaan atau 2

permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengadakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak memohon dan sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung (direct speech). Sebagai contoh: Yuli merawat ayahnya. Siapa orang itu? Ambilkan buku saya! Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat berita, tanya, dan perintah. b. Tindak Tutur Tidak Langsung (indirect speech act) Tindak tutur tak langsung ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Misalnya seorang ibu menyuruh anaknya mengambil sapu, diungkapkan dengan Upik, sapunya di mana? Kalimat tersebut selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan sapu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur langsung adalah tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, sedangkan tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya. Maka maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya. 2. Politeness atau Kesopanan Berbahasa Untuk menjalin hubungan baik dengan lawan bicara, saat berkomunikasi pembicara perlu mempertimbangkan sopan-santun berbahasa. Sopan-santun dalam berkomunikasi dapat dipandang sebagai usaha untuk menghindari konflik antara penutur dengan mitra tutur. Dalam hal ini, kesopanan berbahasa merupakan hasil pelaksanaan kaidah dan hasil pemilihan strategi komunikasi. Leech (1983: 123) mengemukakan adanya tiga skala yang perlu dipertimbangkan untuk menilai derajat kesopansantunan suatu ujaran, yaitu yang disebut skala pragmatik. Ketiga skala pragmatik itu adalah (1) skala kerugian dan keuntungan (the cost and benefit scale), (2) skala keopsionalan (the optionality scale), dan (3) skala ketidaklangsungan (the indirectness scale). 3. Ungkapan Penolakan 3

Penolakan adalah merespon secara negatif terhadap penawaran, undangan, permintaan dan saran. Bagaimana cara seseorang mengatakan tidak merupakan hal yang lebih penting dibanding jawabannya itu sendiri. Karenanya memberikan dan menerima pesan jawaban tidak merupakan tugas yang memerlukan keterampilan khusus. Penutur harus tahu kapan waktu untuk menggunakan bentuk yang tepat dan bagaimana fungsinya, tindak tutur dan elemen sosial bergantung pada setiap kelompok dan nilai budaya-linguistik mereka. Keterampilan tersebut sangatlah penting untuk dimiliki karena ketidakmampuan mengatakan tidak jelas telah mengakibatkan banyak penutur non native menyinggung lawan tutur mereka. Penolakan dianggap sebagai sikap yang mengancam muka diantara tindak tutur lainnya. Muka positif dan negatif pembicara atau lawan bicara terancam ketika sebuah penolakan dikeluarkan. Maka dari itu, penolakan sebagai hal yang sensitif dan beresiko tinggi, dapat memberikan banyak masukan pada kemampuan pragmatik seseorang. kemampuan mengatakan penolakan mengidentifikasikan kemampuan pragmatik seorang pembelajar bahasa (Alkahtani, 2005: 3). Strategi kesopanan dalam penolakan digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh penutur. Penutur dapat menggunakan strategi penolakan langsung bila ingin mengungkapkan penolakannya secara tegas atau menggunakan strategi penolakan tidak langsung maupun menggunakan adjunct of refusal guna mengurangi kelugasan penolakannya. Sistem Klasifikasi Strategi Penolakan menurut Takahashi, Beebe and Uliss-Weltz (1990) adalah sebagai berikut. a. Strategi Penolakan Langsung 1) Menggunakan tuturan performatif 2) Mengunakan tuturan non performatif a) Menggunakan kosakata penolakan b) Menggunakan ungkapan yang menunjukkan ketidakinginan atau ketidakmampuan b. Strategi Penolakan Tidak Langsung 1) Menggunakan ungkapan penyesalan 2) Menggunakan harapan/ keinginan 3) Menggunakan alasan, sebab, penjelasan 4

4) Menggunakan alternatif lain a) Menggunakan alternatif Saya bisa melakukan A daripada B b) Menggunakan pemberian alternatif Mengapa anda tidak melakukan A daripada B 5) Menggunakan syarat untuk penerimaan di masa depan atau masa lampau 6) Menggunakan janji penerimaan di masa yang akan datang 7) Menggunakan prinsip yang dimiliki 8) Menggunakan filosofi yang dimiliki 9) Menggunakan strategi agar lawan tutur tidak meminta a) Menggunakan ungkapan ancaman atau konsekuensi negatif bagi lawan tutur b) Menggunakan strategi yang membuat lawan tutur merasa bersalah c) Menggunakan kritik atas pemintaan atau orang yang meminta (mengungkapkan perasaan atau opini yang negatif, menyinggung/menyerang) d) Menggunakan permintaan bantuan, empati dan dukungan dengan menjatuhkan atau menahan pemintaan e) Menggunakan strategi yang membebaskan lawan tutur f) Menggunakan strategi pembelaan diri 10) Menggunakan penerimaan yang berfungsi sebagai penolakan a) Menggunakan jawaban yang tidak spesifik atau tidak jelas b) Menggunakan jawaban yang kurang antusiasme 11) Menggunakan Penghindaran a) Menggunakan penghindaran tanpa kata-kata (1) Diam (2) Ragu-ragu (3) Tidak melakukan apa-apa (4) Perpindahan secara fisik b) Menggunakan penghindaran secara lisan (1) Mengubah topik pembicaraan (2) Bercanda (3) Mengurangi bagian dari permintaan 5

(4) Menunda jawaban (5) Hedge (mengelak, tidak memberikan jawaban yang pasti) c. Adjuncts of Refusal Ungkapan yang mengiringi sebuah penolakan tapi tidak dapat digunakan sebagai penolakan apabila berdiri sendiri 1) Menggunakan ungkapan opini positif/ persetujuan 2) Menggunakan ungkapan rasa empati 3) Menggunakan pause filler (pengisi jeda, sisipan kata yang tidak memiliki makna tertentu seperti: ehm.. dan sebagainya) 4) Menggunakan ungkapan rasa terima kasih/ apresiasi Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasi apa yang ada di lapangan, untuk melihat kondisi, proses yang sedang berlangsung atau kecenderungan yang tengah berkembang. Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan survei dengan kuesioner Written Discourse Completion Test (WDCT). Penelitian dilakukan di STBA Yapari-ABA Bandung. Responden penelitian adalah 30 orang mahasiswa Jurusan Bahasa Jepang semester IV angkatan tahun 2010/2011. Data dalam penelitian ini berupa penggunaan strategi penolakan tidak langsung dalam bahasa Jepang dari WDCT yang diisi oleh responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes WDCT yang diberikan kepada masing-masing responden. WDCT merupakan tes tertulis yang meminta responden untuk menuliskan apa yang mereka pikir akan mereka katakan pada situasi tertentu (Gass dan Houck, 1999: 26). Metode pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah: membuat kuesioner WDCT, situasi pada WDCT dalam penelitian ini dibagi menjadi empat situasi, yaitu situasi dimana penutur berhadapan dengan lawan tutur yang memiliki hubungan akrab dengan penutur, dengan lawan tutur yang tidak penutur kenal, dengan lawan tutur yang kedudukan sosialnya setara dengan penutur, dan dengan lawan tutur yang status sosialnya lebih tinggi dari penutur. Setelah itu, peneliti mendistribusikan kuesioner kepada responden. Selanjutnya metode yang dilakukan untuk menganalisis data adalah mengidentifikasi 6

tindak tutur pada setiap situasi dalam WDCT, mengklasifikasikan strategi penolakan tidak langsung yang digunakan oleh responden, berdasarkan sistem klasifikasi penolakan yang dikemukakan oleh Takahashi, Beebe dan Uliss-Weltz (1990) dan menyimpulkan data. Analisis Dari hasil analisis data penggunaan strategi penolakan tidak langsung yang didapat dari WDCT yang diberikan pada responden, didapat sejumlah contoh penggunaan strategi penolakan tidak langsung yang dibedakan berdasarkan 4 situasi, antara lain sebagai berikut: 1. Pada Saat Menolak Ajakan Teman untuk Menonton Film Bersama Strategi-strategi penolakan tidak langsung yang digunakan pada situasi ini adalah sebagai berikut: a. Menggunakan Pause filler Strategi pengisian jeda oleh penutur yang berfungsi untuk memberikan kesan penolakan atau keraguan dalam memberikan jawaban. Strategi ini termasuk dalam kelompok adjunct of refusal yaitu ekspresi yang mengiringi strategi penolakan lainnya, tapi tidak dapat digunakan untuk menolak apabila berdiri sendiri. Terdapat 3 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (1) あの すみません ようじがありますから えいがをみにいけません b. Menggunakan Alasan Yang dimaksud dengan alasan dalam strategi ini adalah penjelasan penutur tentang sesuatu hal yang membuatnya tidak dapat memenuhi permintaan lawan tutur. Terdapat 21 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (2) じつはいきたいんですけど しゅくだいがたくさんあるから 行けない c. Menggunakan Ungkapan Penyesalan 7

Dengan strategi ini, penutur mengungkapkan penolakannya dengan menggunakan ungkapan penyesalan atau pemohonan maaf karena tidak dapat memenuhi permintaan lawan tuturnya. Terdapat 20 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (3) すみません きょうはおかねがありませんから ちょっと d. Menggunakan Hedge Hedge adalah usaha penutur untuk menghindari penolakan dengan tidak memberikan jawaban yang jelas atau pasti. Terdapat 8 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (4) きょうはちょっと またこんどおねがい e. Menggunakan Janji Penerimaan di Masa yang Akan Datang Penutur menyatakan penolakannya dengan menjanjikan penerimaan atau kesanggupan di waktu yang akan datang. Terdapat 3 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (5) あ すみません 今はいけません またこんどおねがいします f. Menggunakan Ungkapan Harapan/Keinginan Dengan strategi ini, penutur menunjukkan keinginannya itu memenuhi permintaan lawan tutur sebelum menyampaikan penolakannya. Terdapat 2 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (6) いきたいですが ちょっとお金が 2. Pada Saat Menolak Permintaan Kakak untuk Menemani Berbelanja ke Departemen Store 8

Strategi-strategi penolakan tidak langsung yang digunakan pada situasi ini adalah sebagai berikut: a. Menggunakan Pause filler Strategi pengisian jeda oleh penutur yang berfungsi untuk memberikan kesan penolakan atau keraguan dalam memberikan jawaban. Strategi ini termasuk dalam kelompok adjunct of refusal yaitu ekspresi yang digunakan bersamaan dengan strategi penolakan lainnya, tapi tidak dapat digunakan untuk menolak apabila berdiri sendiri. Terdapat 4 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (7) あの すみませんおねえさん.. ようじがあるから ちょっと b. Menggunakan Hedge Hedge adalah usaha penutur untuk menghindari penolakan dengan tidak memberikan jawaban yang jelas atau pasti. Terdapat 7 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (8) すみません きょうはしゅくだいがありますから ちょっと c. Menggunakan Ungkapan penyesalan Dengan strategi ini, penutur mengungkapkan penolakannya dengan menggunakan ungkapan penyesalan atau pemohonan maaf karena tidak dapat memenuhi permintaan lawan tuturnya. Terdapat 16 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (9) ごめん きょうはちょっと d. Menggunakan Alasan Yang dimaksud dengan alasan dalam strategi ini adalah penjelasan penutur tentang sesuatu hal yang membuatnya tidak dapat memenuhi permintaan lawan tutur. Terdapat 18 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (10) すみません きょうはしゅくだいがありますから ちょっと 9

e. Menggunakan Janji Penerimaan di Masa yang Akan Datang Penutur menyatakan penolakannya dengan menjanjikan penerimaan atau kesanggupan di waktu yang akan datang. Terdapat 3 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (11) きょうはこうぎはありますからつもりつれていけません あしたはどうでしたか f. Menggunakan Ungkapan Harapan/Keinginan Dengan strategi ini, penutur menunjukkan keinginannya itu memenuhi permintaan lawan tutur sebelum menyampaikan penolakannya. Terdapat 1 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (12) いきたいだけど ちょっといそがしい 3. Pada Saat Menolak Permintaan Orang di Jalan yang Meminta Mengantarkannya ke Stasiun Strategi-strategi penolakan tidak langsung yang digunakan pada situasi ini adalah sebagai berikut: a. Menggunakan Alasan Yang dimaksud dengan alasan dalam strategi ini adalah penjelasan penutur tentang sesuatu hal yang membuatnya tidak dapat memenuhi permintaan lawan tutur. Terdapat 27 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (13) すみません それはちょっと ようじがありますから b. Menggunakan Alternatif Lain Strategi penolakan yang disampaikan dengan cara memberikan alternatif tindakan lain yang dapat membantu lawan tutur untuk mencapai keinginannya, walaupun permintaan yang diajukannya tidak dipenuhi oleh penutur. Terdapat 2 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (14) あ いそぎますから となりの人にしつもんしてください 10

c. Menggunakan Ungkapan Penyesalan Dengan strategi ini, penutur mengungkapkan penolakannya dengan menggunakan ungkapan penyesalan atau pemohonan maaf karena tidak dapat memenuhi permintaan lawan tuturnya. Terdapat 25 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (15) すみません じかんがないから あんないすることができない 4. Pada saat menolak permintaan guru untuk membantu beliau membersihkan kelas Strategi-strategi penolakan tidak langsung yang digunakan pada situasi ini adalah sebagai berikut: a. Menggunakan Ungkapan Penyesalan Dengan strategi ini, penutur mengungkapkan penolakannya dengan menggunakan ungkapan penyesalan atau pemohonan maaf karena tidak dapat memenuhi permintaan lawan tuturnya. Terdapat 30 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (16) すみませんが 今ちょっとようじがありますので b. Menggunakan Alasan Yang dimaksud dengan alasan dalam strategi ini adalah penjelasan penutur tentang sesuatu hal yang membuatnya tidak dapat memenuhi permintaan lawan tutur. Terdapat 28 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: (17) すみませんが 先生 私は今ようじがあったんですから... c. Menggunakan Janji Penerimaan di Masa yang Akan Datang Penutur menyatakan penolakannya dengan menjanjikan penerimaan atau kesanggupan di waktu yang akan datang. Terdapat 1 contoh penggunaan strategi ini dalam data, antara lain sebagai berikut: 11

(18) 本当にすみません むりですが こんどきっとてつだいます Pembahasan Bila dianalisis berdasarkan situasinya, terlihat adanya perbedaan strategi penolakan tidak langsung dalam bahasa Jepang yang digunakan oleh mahasiswa STBA Yapari-ABA Bandung berdasarkan lawan tutur yang dihadapinya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Strategi Penolakan Tabel 1. Strategi Penolakan Tidak Langsung Berdasarkan Lawan Tutur Lawan Tutur Kakak Orang Asing Teman Guru Ungkapan Ungkapan Ungkapan Ungkapan penyesalan penyesalan penyesalan penyesalan Alasan Alasan Alasan Alasan Janji penerimaan Alternatif lain Janji penerimaan Janji penerimaan di masa yang akan di masa yang akan di masa yang datang datang akan datang Pause filler - Pause filler - Hedge - Hedge - Harapan/keinginan - Harapan/keinginan - Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa strategi yang menggunakan ungkapan penyesalan dan alasan digunakan pada semua situasi. Penutur menggunakan kedua strategi ini saat berhadapan dengan lawan tutur yang memiliki hubungan akrab dengannya (kakak), lawan tutur yang tidak memiliki hubungan dengannya (orang yang tidak dikenal), dengan lawan tutur yang memiliki status sosial setara dengannya (teman) dan dengan lawan tutur yang memiliki status sosial lebih tinggi darinya (guru). Strategi yang menggunakan janji penerimaan di masa yang akan datang digunakan kepada lawan tutur yang memiliki hubungan dengan penutur (kakak, teman dan guru) sedangkan kepada lawan tutur yang tidak memiliki hubungan dengan penutur (orang yang tidak dikenal), digunakan strategi yang menggunakan pemberian alternatif lain. Sementara itu, strategi yang menggunakan pause filler, hedge dan harapan/keinginan digunakan kepada lawan tutur yang memiliki hubungan yang akrab dan status yang setara dengan penutur. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pemilihan strategi penolakan tidak langsung oleh responden dipengaruhi oleh lawan tutur yang dihadapi. 12

Hal ini terlihat dari adanya perbedaan strategi penolakan tidak langsung yang digunakan saat responden menyampaikan penolakannya kepada lawan tutur yang memiliki hubungan tertentu dengan penutur. Bila dilihat dari struktur kalimatnya, pola kalimat yang digunakan responden dalam strategi penolakan tidak langsung terlihat rancu. Misalnya terlihat pada contoh berikut: (19) あのう ほかのともだちがいないか 何かをあるから あのう... あの ほかの ともだ がいないか 何かをあるからあの う ち う ehmm lain partikel teman partikel ga ada kah? sesuatu partikel ada karena ehmm Ehmm.. ga ada teman lain kah? Karena ada sesuatu, ehmm.. (20) わあごめん じかんがないですから ようじがある わあごめん じかんがないですから ようじがある Wah maaf waktu partikel tidak ada karena urusan partikel ada Wah, maaf. Karena tidak ada waktu, ada urusan. Dari dua contoh kalimat yang digunakan oleh responden tersebut, dapat kita lihat bahwa responden masih menggunakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang dialihbahasakan ke bahasa Jepang sehingga pola kalimat bahasa Jepangnya terlihat rancu. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kuatnya pengaruh bahasa ibu dan kurangnya keterampilan serta pengalaman mahasiswa semester IV dalam menggunakan bahasa Jepang. Simpulan Setelah peneliti mengadakan penelitian dengan objek berupa WDCT yang berhubungan dengan strategi penolakan tidak langsung yang digunakan oleh mahasiswa STBA Yapari-ABA Bandung, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: Terdapat 7 strategi penolakan tidak langsung yang digunakan oleh responden, yaitu: Pause filler (7 contoh percakapan), alternatif lain (3 contoh percakapan), alasan (94 contoh percakapan), ungkapan penyesalan (91 contoh percakapan), Hedge (15 contoh percakapan), janji penerimaan di masa yang akan datang (7 contoh percakapan), 13

dan harapan/ keinginan (3 contoh percakapan). Strategi penolakan tidak langsung yang paling banyak digunakan adalah alasan (94 contoh percakapan) dan ungkapan penyesalan (91 contoh percakapan). Kedua strategi ini digunakan pada semua situasi yang diberikan pada WDCT. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa pemilihan strategi penolakan tidak langsung oleh responden dipengaruhi oleh lawan tutur yang dihadapi. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan strategi penolakan tidak langsung yang digunakan saat responden menyampaikan penolakannya kepada lawan tutur yang memiliki hubungan tertentu dengan penutur. Dari segi struktur kalimat, tindak tutur penolakan tidak langsung yang digunakan oleh responden masih menggunakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang dialihbahasakan ke bahasa Jepang sehingga pola kalimat bahasa Jepangnya terlihat rancu. Hal ini disebabkan karena kuatnya pengaruh bahasa ibu dan kurangnya keterampilan serta pengalaman mahasiswa semester IV dalam menggunakan bahasa Jepang. Daftar Pustaka Alkahtani, Ali W. Saad. 2005. Refusals Realizations in Three Different Cultures: A Speech Act Theoretically- Based Cross Cultural Study. Jurnal Language and Translations. Riyadh: King Saud University Press. Beebe, L.M., T.Takahashi dan R. Uliss-Weltz. 1990. Pragmatic Transfer in ESL Refusals dalam Scarcella, R.E. Andersen, S. Krashen (eds). Developing Communicative Competence. Newyork: Newbury House. Davies, Roger dan Ikeno, Osamu. 2002. The Japanese Mind. Vermont: Turtle Publishing. Gass, Susan, M dan Houck, Noel. 1999. Interlanguage Refusals. Berlin: Walter de Gruyter. Mizutani, Osamu & Mizutani, Nobuko. 1987. How to be Polite in Japanese. Tokyo: The Japan Times. Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press. Keterangan Penulis 14

Penulis adalah dosen Jurusan Bahasa Jepang di STBA Yapari-ABA Bandung untuk mata kuliah Kiso Nihongo, Honyaku Riron, Gengogaku Nyuumon, Nihongo Enshuu, dan Goi Shokyuu. Penulis dapat dihubungi melalui email: asteria.pm@gmail.com 15