GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

penelitian 2010

Silabus MATA KULIAH KEBIJAKAN PEMERINTAH Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Warmadewa Dosen Pengampu: I Wayan Gede Suacana

TEORI KOMUNIKASI Teori KOMUNIKASI MASSA (TEORI Makro)

BAB II DIMENSI KEBIJAKAN

KOMUNIKASI LINGKUNGAN

Diversity atau diversitas adalah konsep keberagaman atas dasar perbedaan-perbedaan, seperti. - sosial. - gender - etnik - ras

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Strategi Baru Pemberdayaan Ekonomi Perempuan MARI ELKA PANGESTU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komite Advokasi Nasional & Daerah

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

PEDOMAN BELAJAR ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN SEMESTER II TAHUN 2011

Penyusun Nama : Aisyah Monicaningsih Nim :

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI)

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA

Silabus Analisis Kebijakan Kesehatan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Model-model Kebijakan Publik

PUBLIKASI PAKET KEBIJAKAN EKONOMI DIREKTUR KEMITRAAN KOMUNIKASI

BAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Jurnalisme Lingkungan, Pers Lokal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

Manajemen Isu dan Manajemen Krisis

POLITIK & SISTEM POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan

AKTOR, KONTEN, KONTEKS KEBIJAKAN

1. Lobi politik (political lobiying)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

Sistematika presentasi

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas

POLLING DAN PENDAPAT UMUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PERKULIAHAN OPINI PUBLIK FASILITATOR: DANANG TRIJAYANTO

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Standard Operating Procedure Aliansi BEM SI

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

Alamat : Kantor Staf Presiden, Jalan Veteran III No. 2 Jakarta Pusat 10110

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

BENTUK POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dimana PR merupakan suatu organisasi dengan informasi manajemen yang diharapkan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perbandingan Kebijakan Pendidikan AS-INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

Keputusan Dewan Kehutanan Nasional. tentang Protokol Konsultasi Publik. Nomor : SKN.02/DKN-KP/2012

Perspektif Kebijakan Publik

Pertemuan Koordinasi GCF

Modul ke: Komunikasi Massa. Bidang Kajian Komunikasi Massa. Radityo Muhammad, SH.,MA. Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. siaran atau tayangan berita. Menurut Charnley dalam Wahyudi (1996:27) News is

LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION

POWER MAPPING. Sukri Tamma, Fisip Universitas Hasanudin

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 22 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Contracting Out Pelayanan Kesehatan. Ignatius Praptoraharjo

Peran, Kegiatan, Tujuan dan Perbedaan Ilmu Administrasi Publik (Negara) dengan Administrasi Bisnis (Niaga)

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era perkembangan kemajuan teknologi dan pengetahuan, semua arus

BAB I PENDAHULUAN. ketat, kehadiran Teknologi Sistem Informasi merupakan key success factor bagi

Corporate Social Responsibility. Etika bisnis

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai perusahaan di berbagai negara saat ini. IR adalah mekanisme dalam

Integrasi Produk Pariwisata Indonesia Berbasis Environmental Supply Chain Management

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

KEBIJAKAN PUBLIK & KEBIJAKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

Monev Kegiatan Iptek dengan Open Method Of Coordination/OMC (Metode. Koordinasi Terbuka/MKT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui

Peran DPR RI dalam Agenda. Hj. Siti Masrifah Anggota Komisi IX DPR RI Panitia Kerja SDGs BKSAP DPR RI

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Marzuki Usman PENDIRI FIHRRST

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Transkripsi:

PARIWISATA DAN POLITIK LUAR NEGERI TOURISM AND POLITICS: GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES

KELOMPOK 4 Anggie Aditya Murti Ajeng Yuliana R Pandu Raka Pangestu Annisa Nadya I Farid Ali Syahbana Muhammad Luqman Fauzan

Teori Interest Group

Definisi dan fungsi Interest Group Kumpulan kolektif/beberapa orang Tujuannya memberi pengaruh terhadap dan menjadi penyeimbang kebijakan pemerintah Bersifat permanen atau sementara Berfokus pada isu yang spesifik Memiliki hubungan tembal balik dengan pemerintah

3 JENIS TEORI INTEREST GROUP 1. Teori Pluralisme dan kelompok 2. Teori Elit dan Penyangkalan Pluralisme 3. Teori Hiperpluralis

teori pluralisme dan kelompok Membawa representasi semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah Aspirasi dan kebijakan selaras Adanya kompetisi untuk memengaruhi pemerintah Tidak ada kelompok yang mendominasi

teori elit dan penyangkalan pluralisme Hanya segelintir orang yang memiliki kekuasaan lebih (Elit) Kelompok yang lebih besar dan berkuasa mendominasi Paling kuat pengaruhnya dalam memengaruhi pemerintah

teori hiperpluralis Terlalu banyaknya kelompok kepentingan (Over-plural) menyebabkan kebijakan tidak fokus Kebijakan yang tidak fokus justru berpotensi bertentangan dengan aspirasi. Kebebasan yang terlalu besar bagi kelompok kepentingan mengakibatkan pemutusan kebijakan menjadi tidak efektif dan efisien.

TEORI AGENDA SETTING

Teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh walter lippman (1965) pada konsep the world outside and the picture in our head Teori ini menyatakan bahwa setiap orang cenderung mengetahui hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda. MEDIA MASSA INFORMASI AGENDA KESADARAN PUBLIK

asumsi dasar teori agenda setting Masyarakat pers dan media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain

kritik teori agenda setting Apa yang dianggap penting oleh media massa, maka akan dianggap penting pula oleh masyarakat Masyarakat tidak hanya memperoleh informasi dari media massa, mempelajari penting atau tidaknya sebuah peristiwa melihat dari cara media massa memberikan penekanan terhadap peristiwa tersebut.

ANALISIS INTEREST GROUP THEORY DALAM PARIWISATA

Globalisasi membawa sektor pariwisata hadir ke dalam ranah politik interest group dan social movements memiliki peran (e.g Uni Eropa) Akomodasi kepentingan masyarakat penting dalam sektor pariwisata Kelompok bisnis berperan vital dalam pariwisata, adanya kecenderungan kerjasama transnasional perusahaan privat

ANALISIS AGENDA SETTING THEORY DALAM PARIWISATA

Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu - isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita Semakin sering dan menonjol sebuah isu atau masalah, maka isu tersebut semakin melekat pada ingatan public sehingga dapat mempengaruhi kebijakan yang akan dibuat. Agenda setting ini dilakukan melalui identifikasi isu - isu yang sama untuk seluruh semuanya bisa membantu meningkatkan komunikasi antara kelompok kelompok dan lembaga sehingga membangun agenda pariwisata yang belum sempurna menjadi jalan keluar.

Proses berawal dari inisiatif parlemen Eropa kemudian perwakilan industri pariwisata diminta untuk mengidentifikasi isu-isu yang relevan dan penting kepada mereka. Di Eropa sendiri sulit untuk mengembangkan sector pariwisata sendiri sehingga perlu membangun koalisi dan negosiasi. Adanya Uni-Eropa sangat membantu mempengaruhi kebijakan yang dibuat untuk negara-negara yang tergabung di dalamnya termasuk dalam hal pariwisata.

STUDI KASUS PARIWISATA UNI EROPA Kemunculan Single European Act (1986) Dinamika kelompok kepentingan pariwisata di Uni Eropa - Menurut Hall dan Jenkins, kelompok kepentingan dalam pariwisata dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok (kelompok produsen, non-produsen, serta kelompok kepentingan tunggal)

communication on the future of European Tourism (2001) tujuan: menciptakan operational framework yang berbasis pada metode koordinasi terbuka antara semua stakeholders yang terlibat, meningkatkan pengetahuan mengenai pariwisata apabila dilihat dari berbagai bidang; ekonomi, lingkungan, dan sosial. Selama diskusi COM 2001 berlangsung, Uni Eropa telah menetapkan pokok bahasan. Salah satunya isu lingkungan. Perlu diterapkan proteksi terhadap sumber daya alam demi terciptanya sustainable development yang menjadi agenda utama pariwisata Eropa tahun 2001.

Isu mengenai lingkungan menjadi perhatian utama dan termasuk dalam salah satu agenda working group. Output dari COM 2001: keterlibatan Committee on the Environment, Public Health and Consumer Policy dan interest groups berbasis lingkungan.